• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

III. B. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Defenisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

III. B. 1. Minat Baca

Minat baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri (Rahim, 2005).

Minat baca diungkap melalui skala minat baca yang disusun peneliti berdasarkan enam aspek minat baca menurut Frymeir (dalam Rahim, 2005). Enam aspek minat baca tersebut yaitu: (1) pengalaman, (2) daya tarik pribadi, (3) nilai

yang terkandung, (4) informasi yang bermakna, (5) tingkat keterlibatan tekanan, (6) kekompleksitasan informasi.

Skor tinggi pada skala ini menunjukkan minat baca yang tinggi dan sebaliknya skor rendah pada skala ini menunjukkan minat baca yang rendah pada mahasiswa.

III. B. 2. Kreativitas Verbal

Munandar (1985) menyatakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada diungkapkan secara verbal. Kemampuan untuk menciptakan tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gambaran dari hal-hal sudah ada sebelumnya, yang diperoleh dari pengalaman selama hidupnya.

Kreativitas verbal diungkap melalui alat ukur yang digunakan untuk mengukur kreativitas verbal dalam penelitian ini adalah Tes Kreativitas dari Munandar (1999). Aspek kreativitas verbal yang dirancang menggunakan baterai tes yang terdiri atas enam subtes, yaitu: (1) permulaan kata(word beginning), (2) menyusun kata (anagram), (3) membentuk kalimat tiga kata (three word sentences), (4)sifat-sifat yang sama (thing categories), (5)penggunaan tidak biasa (unusual uses), (6) apa akibatnya ( consequences).

Skor tinggi pada masing-masing subtes menunjukkan kreativitas verbal yang tinggi dan sebaliknya skor rendah pada subtes ini menunjukkan kreativitas verbal yang rendah pada mahasiswa.

Berikut akan dipaparkan uraian skoring tes kreativitas verbal, yaitu: 1. Permulaan kata

Setiap kata mendapat skor 1 (satu), jika memenuhi persyaratan, yaitu kata tersebut dimulai dengan susunan huruf yang ditentukan. Kata tersebut harus betul ejaannya. Sejauh menyangkut susunan huruf yang diberikan, tapi tidak perlu sempurna.

Dasar pertimbangan adalah subtes ini tidak merupakan tes bahasa, akan tetapi merupakan tes kreativitas. Misalnya: ditulis “Kalimantan”. Ini betul dan mendapat skor 1 (satu), oleh karena itu penggunaan susunan huruf “ka” yang diberikan adalah benar, akan tetapi jika ditulis “kamari”, yang seharusnya “kemari”, jawaban ini tidak benar, karena disini penggunaan susunan huruf “ka” yang diberikan tidak tepat.

Kata-kata seperti kantong, kandungan, kancil, kambing, benar karena seperti dicantumkan dalam instruksi. Nama orang tidak dibenarkan, tapi nama negara, kota, gunung dibenarkan.

2. Menyusun kata

Keseluruhan kata yang dibentuk harus betul ejaannya, karena kata tersebut harus dibentuk dari huruf-huruf yang telah ditentukan. Jadi ini merupakan persyaratan dalam stimulus tersebut. Perlu diperhatikan bahwa tidak dibenarkan untuk menggunakan huruf-huruf lain yang tidak terkandung dalam kata dari aitem tes. Selain tidak dibenarkan pula untuk menggunakan suatu huruf dalam kata item tes sampai dua kali, kecuali kalau dalam kata aitem tes huruf tersebut memang muncul dua kali, seperti: huruf ‘a’ dalam kata ‘kreativitas’.

Singkatan tidak dibenarkan, seperti PLN, kecuali sudah menjadi bahasa sehari-hari, misalnya: TV.

Bahasa asing atau daerah tidak dibenarkan, kecuali sudah jadi bahasa atau diterima sebagai Bahasa Indonesia.

3. Membentuk kalimat tiga kata

Seperti tercatat dalam instruksi tes, urutan huruf-huruf yang diberikan dalam perbuatan kalimat boleh diubah. Jadi, tidak selalu harus berurut, seperti yang diberikan. Tiap kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya, tetapi tidak mendapat skor.

Dapat menggunakan nama orang. Susunan kata dalam kalimat harus betul dan logis. Kesalahan dalam ejaan kata tidak mempengaruhi skor, kecuali jika menyangkut huruf pertama dari kata, karena huruf itu berfungsi sebagai stimulus tes dan merupakan persyaratan tes.

4. Sifat yang sama

Dibawah ini dirumuskan apa yang diartikan dengan sifat-sifat yang disebut pada masing-masing aitem, yaitu:

a. Bulat dan keras

Maksud pernyataan bulat dan keras adalah bulat gepeng (bundar), misalnya: uang logam, atau bulat sepenuhnya, misalnya: bola. Yang dapat diambil sebagai patokan adalah bahwa kesan keseluruhan adalah kebulatannya. Yang dimaksud dengan keras adalah tahan tekanan atau tidak mudah ditekan, tidak mudah berubah bentuk.

b. Putih dan dapat dimakan

Maksud dari pernyataan putih dan dapat dimakan adalah dalam arti kata yang luas, meliputi makanan atau minuman, misalnya: susu, bahan yang matang, telah dimasak maupun yang masih perlu dimasak, misalnya: beras dan tepung.

c. Panjang dan tajam

Maksud dari pernyataan panjang dan tajam adalah berkaitan dengan bentuk memanjang dan tidak melebar. Jarum adalah jawaban yang benar. Tajam berarti lembing, pisau dan seterusnya.

d. Panas dan berguna

Maksud dari pernyataan panas dan berguna adalah semua benda yang kegunaannya adalah akibat dari ‘kepanasannya’ atau ‘kehangatannya’. Jika kepanasan dari benda adalah akibat dari berfungsinya, tapi tidak merupakan sumber kegunaannya, maka jawaban seperti itu tidak dapat skor. Benda atau zat yang mempunyai efek panas, walaupun suhu benda atau zat tersebut tidak harus tinggi, dibenarkan, misalnya: minyak-serai, obat-gosok, param, balsam.

e. Macam-macam kegunaan

Untuk apa benda itu memang diperuntukkan atau dibuat dan tidak perlu ditulis. Jadi, semua jawaban yang menunjukkan pada penggunaan yang lazim atau biasa tidak mendapat skor. Demikian pula jawaban-jawaban yang menunjukkan pada kegunaan yang kurang lebih sama, karena tes ini mengukur ‘fleksibilitas dalam pemikiran’. Penggunaan benda tersebut tidak harus dalam keadaan utuh dan tidak perlu dipakai

keseluruhannya, misalnya: surat kabar boleh dikoyak-koyak untuk dijadikan bahan prakarya.

Dan untuk menentukan skor ‘originalitas’ dipakai suatu tabel yang telah dibuat oleh Munandar berdasar hasil penelitian terhadap 267 responden.

f. Apa Akibatnya

Subtes ini menghasilkan suatu skor yang merupakan gabungan dari kelancaran dalam memberikan gagasan atau elaborasi. Seperti jawaban yang menunjuk pada akibat yang masuk akal dari kejadian hipotesis yang dilakukan mendapat satu skor. Kecuali, setiap elaborasi atau perincian yang ditambahkan dan memperkaya jawaban atau yang merupakan akibat tambahan juga mendapat skor. Misalnya: apakah yang terjadi jika kita bisa mendengar isi hati orang lain?, dengan jawaban sebagai berikut: maka orang dapat mengetahui rahasia orang lain, dan dapat mengatahui pikiran-pikiran jahatnya, sehingga dapat menimbulkan permusuhan atau saling tidak mempercayai lagi. Jawaban ini mendapat skor 4 (empat).

III. C. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL III. C. 1. Populasi dan Sampel

Menurut Hadi (2000) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama sebagai karakteritik. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Psikologi USU.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit atau sifat yang sama (Hadi, 2000). Sampel dalam penelitian ini adalah 58 orang mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Menurut Sukadji (2000) besarnya sampel yang dapat diterima untuk penelitian korelasional minimal sebanyak 30 orang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara minat baca dengan kreativitas verbal pada mahasiswa Program Studi Psikologi USU. Oleh karena itu subjek yang diambil harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik subjek penelitian ini adalah:

1. Usia 18 tahun

III. C. 2. Teknik pengambilan Sampel

Subjek penelitian menurut Azwar (2000) adalah sumber utama data penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti. Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitas sampel penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik non random purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari populasi yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Teknik purposive sampling ini tergolong non probability yaitu tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian (Hadi, 2000). Alasan menggunakan teknik ini disebabkan karena subjek penelitian dipilih atas dasar tujuan atau pertimbangan

usia tertentu sesuai dengan standarisasi Tes Kreativitas Verbal, yaitu usia 18 tahun.

Setiap orang yang ditemui di lapangan yang memenuhi karakteristik subjek penelitian ini akan ditanya kesediaannya mengikuti tes dan mengisi skala. Orang-orang yang bersedia dan sesuai dengan karakteristik subjek penelitianlah yang dijadikan subjek dalam penelitian ini.

Dokumen terkait