Berbagai revolusi yang terjadi di Eropa, utamanya Revolusi Perancis mengilhami perjuangan bangsabangsa terjajah di AsiaAfrika, termasuk Indonesia walaupun dalam kondisi yang berbeda. Nasionalisme di AsiaAfrika termasuk di Indonesia disebabkan oleh penindasan yang dilakukan oleh negaranegara imperialis Barat.
Pelaksanaan Politik Etis memberikan kesempatan pendidikan kepada penduduk bumi putera, walaupun dalam lingkup yang terbatas. Akan tetapi dengan adanya pendidikan muncul golongan baru, yaitu golongan terpelajar yang menjadi pelopor pergerakan nasional. Dengan pendidikan itu pula kaum terpelajar dapat mengikuti perkembangan pemikiran bangsabangsa Barat, Mereka mempelajari berbagai ideide dan fahamfaham baru yang berkembang di Eropa pada waktu itu, seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme bahkan komunisme.
Pada awal pergerakan nasional muncul beberapa organisasi dengan sifat yang berbeda. Budi Utomo lebih bersifat organisasi budaya, Sarikat Islam bersifat sosial ekonomi dan religius, sedangkan Indische Partij bersifat politis. Namun ketigatiganya memiliki kesamaan yaitu samasama bersifat nasionalis yang berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya menuju kemerdekaan di kelak kemudian hari. Demikian juga dengan partaipartai berdiri pada masa berikutnya, seperti Partindo, PNI Baru, dan Parindra. Sedangkan PKI lebih menonjolkan faham internasionalismenya dengan menganggap dirinya sebagai satu keluarga dari komintern (komunis internasional).
C. Pesta Peringatan Kemerdekaan Belanda Ke100 dari Perancis
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke100 kemerdekaan negeri Belanda dari penjajahan Perancis, di Bandung dibentuklah sebuah komite yang dikenal sebagai “Komite Bumiputera”. Komite ini bermaksud hendak mengirimkan telegram kepada Ratu Belanda yang isinya mengandung permintaan agar dibentuk majelis perwakilan rakyat sejati dan ketegasan adanya kebebasan berpendapat di daerah jajahan. Salah seorang pemimpin komite ini, Suwardi Suryaningrat, menulis sebuah risalah yang berjudul “Als ik een Nederlander was …”, yang isinya merupakan sebuah sindiran terhadap pemerintah kolomnial Belanda yang mengajak penduduk bumi putera sebagai penduduk mereka jajah,diajak untuk merayakan hari kemerdekaan penjajah Belanda yang ke100 dari penjajahan Perancis.
Dari artikel yang tersebut dapat disimpulkan bahwa nbngsa Indonesia sudah memendam rasa nasionalisme yang sangat dalam. Keinginan untuk berdiri sebagai bangsa yang merdeka dan bermartabat sudah mereka perjuangkan sebagai hak semua bangsa bukan hanya hak bangsa Barat. Seperti yang diungkapkan oleh Suwardi Suryaningrat dalam artikelnya tersebut :
D. Pertumbuhan dan Perkembangan Faham di Indonesia
Perang Dunia I (1914 – 1918) memberikan dorongan moril bagi bangsabangsa di Asia – Afrika, termasuk Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Karena hampir semua negeranegara yang terlibat perang tersebut mempunyai negara negara jajahan, maka pengaruhnya meluas ke negerinegeri jahahan di Asia dan Afrika. Dalam perang tersebut puluhan ribu bangsa kulit berwarna dari Asia dan Afrika turut berperang utamanya di pihak sekutu.
Pada akhir Perang Dunia I, Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson yang memproklamasikan gagasangagasannya yang dikenal sebagai Wilson Fourteen Point. Isi dari pernyatannya itu dantara lain The Principle of Self Determination (Prinsip untuk menentukan nasib sendiri) yang isinya hakhak bangsabangsa terjajah untuk menentukan merdeka dari segala bentuk penjajahan sehingga dapat menentukan nasib sendiri.
Pernyataan Wilson tersebut memberikan dorongan semangat yang sangat besar bagi bangsa Indonesia utamanya dari kaum pergerakan nasional. Budi Utomo berdasarkan adanya kemungkinan adanya intervensi kekuasaan asing akibat Perang Dunia I, mengutarakan gagasan tentang pentingnya pertahanan sendiri.
(a) PEMBENTUKAN VOLKSRAAD
Pada kongres Budi utomo tanggal 5 dan 6 Agustus 1915 Budi Utomo menetapkan usulan perlunya dibentuk wajib militer dari kalangan kaum pribumi. Akan tetapi sebelumnya harus terlebih dahulu dibentuk parlemen yang berhak membuat undang undang. Selanjutnya komite Indie Weerbaar memutuskan 23 Juli 1916 menyatakan bahwa merupakan suatu kepentingan yang mendesak untuk segera dibentuk kekuatan militer baik laut maupun darat dari kalangan bumi putera agar dapat mempertahankan diri dari serangan dari luar. Dwidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi itu berhasil mengadakan pendekatan dengan pemimpinpemimpin terkemuka Belanda. Walaupun misi ini tidak berhasil meloloskan usulan tentang pembentukan wajib militer. Sebagai gantinya pepemrintah Belanda akan membentuk Volksraad yang disahkan pada bulan Desember 1916.
Keterangan yang disampaikan oleh Menteri Daerah Jajahan tentang kemungkinan Volksraad akan menjadi parlemen yang sebenarnya sangat mengembirakan. Namun dalam kenyataannya sampai menjelang Perang Dunia II, pemerintah kolonial tidak pernah membentuk parlemen yang benarbenar sebagai badan legislatif. Volksraad hanyalah badan yang berhak memberikan usulan, namun tidak mempunyai kekuatan apaapa untuk mengontrol jalannya pemerintahan.
(b) TUNTUTAN INDONESIA BERPARLEMEN
Parlemen merupakan suatu badan yang harus ada pada negara yang berdasarkan azasazas demokrasi seperti yang diperjuangkan oleh rakyat Perancis, khususnya oleh Montesquieu. Setelah tuntutan Petisi Sutarjo ditolak oleh pemerintah Belanda, maka kaum pergerakan nasional mengalihkan tuntutannya kepada pembentukan parlemen yang sebenarnya yang dipilih oleh rakyat. Untuk itu kaum pergerakan nasional menunggu saat yang tepat untuk mengutarakan gagasannya tersebut.
Pada tanggal 21 Mei 1939 berhasil dibentuk badan kerjasama antar partaipartai politik di dalam Volksraad yang disbeut Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yangdipimpin oleh Mohammad Husni Thamrin. Di dalam konferensi pertama GAPI tanggal 4 Juli 1939 didiskusikan tentang aksi yang akan digalang oleh GAPI dengan semboyannya “Indonesia Berparlemen”. Hal ini jelas bukanlah tuntutan merdeka penuh melainkan pembentukan parlemen yang berdasarkan pada sendisendi demokrasi.
Momentum untuk menyampaikan gagasan itu muncul ketika meletusny Perang Dunia II pada tanggal 20 September 1939. GAPI menyampaikan gagasannya yang dikenal dengan Manifestasi GAPI, yang isinya : mengajak Indonesia dan Belanda untuk bekerjasama menghadapi bahaya fasisme. Kerjasama itu akan berhasil apabila keoada rakyat Indonesia diberikan suatu pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari dan oleh rakyat serta pemerintahan yang bertanggungjawab kepada parelemen tersebut.
Usulan GAPI ini mendapat sambutan baik dari pers Indonesia dengan menguraikan sikap dari beberap bangsa Asia dalam menghadapi bahaya fasisme. GAPI sendiri juga mengadakan rapatrapat umum yang mencapai puncaknya pada tanggal 12 Desember 1939. Tidak kurang dari 100 tempat mengadakan rapat umum untuk mempropagandakan seruan Indonesia Berparlemen. Kemudian dibentuklah Comite Parlemen Indonesia untuk mempetegas sikap GAPI tersebut.
Pada bulan Agustus tahun 1940, negeri Belanda sudah dikuasai oleh Jerman. Sedangkan Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat perang. Kembali GAPI mengutarakan usulannya agar Volksraad diganti dengan parlemen sejati dan kepala departemen bertanggungjawab kepada parlemen tersebut. Tuntutan itu dikirim kepada Gubernur Jenderal, Volksraad, Ratu Wilhelmina dan Kabinet Belanda yang dipindahkan ke London. Namun perjuangan yang sangat gigih dari GAPI itu hanya ditanggapi dengan pembentukan Komisi Visman. Namun Komisi ini pun tidak mampu memberikan apa yang diperjuangkan oleh GAPI sampai akhirnya Indonesia jatuh ke tangan Jepang.
III. REVOLUSI RUSIA
Pada abad ke19 keadaan Rusia masih sangat terbelakang jika dibandingkan dengan keadaan Eropa – Barat. Masyarakat Rusia terbagi menjadi dua golongan, yaitu : golongan tuan tanah (bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Rusia masih merupakan negara agraris yang kolot. Kaum borjuis yang biasanya menjadi pelopor liberalisme belum ada. Dalam pandangan rakyat yang agraris itu tsar Rusia diangap sebagai dewa yang keramat. Bangsawan yang berhubungan dekat dengan raja memiliki kedudukan istimewa. Mereka merupakan tuan tanah besar yang mengekang kehidupan rakyat jelata. Rakyat jelata yang kebanyakan petani miskin yang tidak memiliki tanah sendiri. Mereka merupakan budak dari para tuan tanah. Status petani yang menjadi budak para
tuan tanah ini disahkan oleh oleh Tsar Alexis melalui Undang Undang Perbudakan tahun 1646.
A. INDUSTRIALISASI DI RUSIA
Industrialisasi di Rusia diprakarsasi oleh Sergei Witte yang sejak tahun 1892 menjadi menteri keuangan pemerintahan Tsar. Agar Rusia tidak ketinggalan dengan negaranegara Eroap lainnya ia segera membangun industriindustri besar seperti : infustri tekstil, pertambangan batu bara, minyak, dan besi. Sehingga industri berkembang sangat pesat. Industri besarbesaran membutuhkan modal besar yang didapatkan dari pinjaman pinjaman luar negeri, utamanya dari Perancis. Tetapi hal itu harus dibayar dengan resiko politik yang berat, seperti yang terdapat dalam Perjanjian Rusia – Perancis tahun 1892 yang isisnya : Rusia akan mendukung Perancis apabila terjadi perang dengan Jerman. B. MUNCULNYA SOSIALISME DAN KOMUNISME DI RUSIA Pemerintahan Tsar Nicholas II bermuka dua, yaitu mengekang kehidupan politik, namun senantiasa memajukan perekonomian dengan jalan meningkatkan produksi pertanian dan memajukan industri. Sementara itu perkembangan industri menimbulkan munculnya golongan buruh (proletar) yang menuntut hakhak politik rakyat.
Pada tahun 1898 George Plekhanov mendirikan Partai Sosialis Demokrat dengan programnya yang moderat (lunak, lawan dari radikal : keras), yaitu persamaan dalam hukum, kemerdekaan pers, berbicara, berkumpul, dan perbaikan nasib buruh dan tani. Tujuan ini hendak dicapai dengan cara diplomasi politk dan pemogokan. Akan tetapi kelompok radikal dari partai ini menolak cara diplomasi politik (indirect action) dan menghendaki cara pemogokan (direct action).
Perbedaan strategi dari kedua kubu itu memicu terjadinya perpecahan pada Partai SosialDemokrat. Pada Kongres Partai Demokrat dari seluruh dunia pada tahun 1903, Partai Sosialis Demokrat tersebut pecah menjadi dua, yaitu :
1. Mensyewik (SosialDemokrat) yang berhaluan Sosialis. Kelompok ini dipimpin oleh
George Plekhanov yang kemudian digantikan oleh Kerensky.
2. Bolsyewik (Radikal Revolusioner) yang berhaluan Komunis. Kelompok ini dipimpin oleh
Vladimri Ulyanov yang dikenal dengan nama samarannya :Lenin. Kemudian digantikan oleh Josef Dschugaschvili yang lebih dikenal dengan nama Stalin. C. REVOLUSI 1905 Sebabsebab : 1. Keinginan rakyat akan pemerintahan yang liberal 2. Kekecewaan rakyat terhadap pemerintahan reaksioner dari Tsar 3. Tuntutan tentang perbaikan nasib kaum buruh dan tani
4. Kekalahan Rusia dalam Perang Rusia – Jepang tahun 1905 melemahkan pemerintahan Tsar sehingga kaum revolusioner berani memberontak.
5. Peristiwa minggu Berdarah meluapkan semangat revolusioner
Dimulai dengan pemogokan umum di Petrograd (kemudian dirubah menjadi Leningrad) yang segera diikuti oleh seluruh negara. Kaum buruh di Petrograd membentuk dewan buruh yang kemudian diikuti oleh buruhburuh di seluruh negeri. Akhirnya Tsar Nicholas II menyanggupi untuk memberikan UUD melalui Oktober Manifesto 1905. Kaum liberal merasa puas. Namun kaum sosialis dan komunis (Mensyewiki dan Bolsyewiki) merasa tidak puas dan melakukan pemberontakan.
Pada bulan Agustus Tsar menyetujui pembentukan Duma (parlemen). Namun, Duma itu hanya dimaksudkan sebagai badan penasihat. Walaupun Duma dipilih oleh rakyat namun tidak semua rakyat mempunyai hak pilih. Sehingga perubahan ini hanya menyakitkan hati rakyat. Maka pada bulan Oktober kembali muncul gelombang permogokan.
D. DEWAN SOVIET
. Dewan Soviet (Dewan Buruh) adalah organisasi politik untuk mengatur perjuangan
ekonomi dan politik kaum buruh. Dewan seperti itu telah muncul di seluruh Rusia dan menentang pihak penguasa. Dewandewan soviet itu dibentuk untuk melayani keperluan perjuangan kaum buruh seharihari, seperti mengatur aksi permogokan, menyebarkan brosur, mengumpulkan makanan, obatobatan, angkutan dan sebagainya. Dalam perkembangannya organisasi ini menjadi sebuah organisasi yang sangat revolusioner. Banyak kaum buruh menganggap Dewan Soviet itu sebagai pemerintahan mereka sendiri. Sehingga dewan soviet itu merupakan sesuatu pemerintahan yang bersaing dengan pemerintahan Tsar.
Untuk menentramkan suasana Tsar memperlunak sikapnya, namun usaha Tsar tersebut gagal menyenangkan hati kaum buruh. Pada bulan November kembali muncul gelombang pemogokan yang ketiga. Dalam aksi kali ini, tuntutan utama kaum buruh adalah penurunan jam kerja menjadi 8 jam per hari. Tuntutan itu tentunya tidak disukai oleh kaum majikan. Akan tetapi kaum majikan memilih untuk tidak melibatkan diri dalam pergolakan itu, karena mereka sendiri menginginkan reformasi politik terbatas. Sementara itu, pemerintahan mengizinkan kelompok rasial yang bernama ‘Ratusan Hitam’ untuk menyerang kaum buruh.
Pada 3 Desember 1905 soviet di Petrograd dibubarkan. Sedangkan soviet di Moskow melakukan pemberontakan, tetapi dapat dihancurkan dengan susah payah setelah bentrokan selama 9 hari. Walaupun diilhami oleh pengalaman Revolusi Perancis, namun dewandewan soviet itu muncul secara spontan oleh kelas pekerja.
Pada mulamulanya, Partai Bolsyewik tidak merisaukan diri dengan sovietsoviet itu, karena dianggap tumpang tindih dengan peranan partai politik. Golongan Bolsyewik masih berpegang kepada caracara formal sehingga bergerak dengan tidak leluasa. Pada umumnya kader partai Bolsyewik mengecilkan perjuangan rakyat yang mereka anggap tidak strategis.
Akan tetapi peristiwaperistiwa yang terjadi pada tahun 1905 memaksa kaum Bolsyewik untuk merubah sikap. Lenin yang pada waktu itu berada di luar negeri, melihat potensi yang besar pada Dewan Soviet. Ia meyakinkan melalui perdebatan sengit bahwa partai Bolsyewik perlu membuka pintu seluasluasnya kepada dewandewan soviet itu dan menyambut beriburibu kaum buruh radikal yang ingin menjadi anggota partai. Para kaum buruh muda itu sangat diperlukan untuk mengimbangi kader partai lama yang terbukti terlalu konservatif dalam pergolakan tahun 1905.
E. REVOLUSI PEBRUARI 1917
Banyaknya demonstrasi yang dipelopori oleh dewandewan soviet yang seakan tak kenal lelah melemahkan kedudukan Tsar Nicholas II. Kekalahankekalahan yang diderita Rusia dalam Perang Dunia I, semakin menggoyahkan kedudukan Tsar. Keadaan ini memudahkan terjadinya perebutan kekuasaan yang dipelopori oleh Partai Sosialis Mensyewik. Partai ini pada saat itu menguasai mayoritas suara pada Dewan Soviet seluruh Rusia. Tokoh utama pelaku pemberontakan ini adalah Aleksandr Fyodorovich
Kerensky yang biasa disingkat dengan Kerensky. Peristiwa ini disebut dengan Revolusi
Pebruari 1917.
F. REVOLUSI BOLSYEWIK (REVOLUSI OKTOBER 1917)
Pada tanggal 20 Oktober 1917 dengan sembunyisembunyi Lenin kembali ke Uni Soviet dari persembunyiannya di Finlandia. Pada tanggal 23 Oktober 1917 Lenin mengadakan pertemuan rahasia dengan Sentral Komite Partai Bolsyewik. Setelah melalui perdebatan yang panjang Lenin berhasil meyakinkan anggota Sentral Komite untuk segera melakukan pengambilalihan kekuasaan (kudeta).Trotsky sebagai Ketua Dewan Soviet Petrograd memimpin persiapanpersiapan kudeta.
Malam hari atau tanggal 25 Oktober 1917 (tanggal 7 November 1917 menurut Kalender Gregorian di Rusia) kekuatan bersenjata kaum Bolsyewik mengambil alih obyek obyek vital, fasilitas komunikasi dan gedunggedung publik di Petrograd. Sebagian anggota kabinet Pemerintahan Sementara ditangkap. Namun Kerensky berhasil meloloskan diri. Pada tanggal 7 November 1917, diadakan Kongres Dewan Soviet Seluruh Rusia. Dalam kongres tersebut Partai Bolsyewik menjadi mayoritas dengan mengantongi 390 kursi dari 650 kursi yang ada. Sedangkan golongan Mensyewik dan beberap partai lainnya menarik diri dari kongres sebagai protes terhafap kudeta yang dilakukan oleh Partai Bolsyewik.
Pada tanggal 8 November 1917, kongres mengesahkan kudeta yang dilakukan oleh Bolsyewik dan menetapkan berdirinya Pemerintahan Soviet. Sedangkan Lenindiangkat sebagai Ketua Dewan Komisaris Rakyat, yaitu badan pemerintahan Soviet yang baru. Kongres juga menyetujui kebijakan perdamaian dan pembagian tanah.
Pada bulan Januari 1918 diadakan pemilihan umum yang bebas untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Dalam pemilu tersebut Partai Mensyewik dan Sosialis Revolusioner yang bertentangan dengan Lenin memenangkan suara mayoritas. Tanpa raguragu Lenin membubarkan secara paksa dewan hasil pemilu tersebut. Dengan demikian Lenin mulai menunjukkan kediktatorannya.