Duḥkhaparīkṣā
svayaṃ kṛtaṃ parakṛtaṃ dvābhyāṃ kṛtam ahetukam | duḥkham ity eka icchanti tac ca kāryaṃ na yujyate || 1 ||
svayaṃ kṛtaṃ yadi bhavet pratītya na tato bhavet | skandhān imān amī skandhāḥ saṃbhavanti pratītya hi || 2 ||
Tinjauan Mengenai Penderitaan 1. Beberapa orang mengatakan
bahwa penderitaan dihasilkan oleh diri sendiri, beberapa mengatakan dihasilkan oleh yang lain, beberapa mengatakan dihasilkan oleh keduanya, dan beberapa mengatakan tanpa sebab;
namun tidaklah benar untuk menganggap penderitaan sebagai akibat.
2. Bila ia dihasilkan oleh diri sendiri, maka tak akan bergantung [pada yang lain], karena asal dari skandha ini
bergantung pada skandha [kehidupan sebelumnya].1
1. Ketika lima skandha dianggap sebagai obyek kepemilikan, sebagai “aku”
atau “milikku,” semuanya dikatakan bersifat penderitaan. Bila skandha yang menderita, maka mengatakan penderitaan adalah dihasilkan oleh diri sendiri berarti mengatakan bahwa skandha adalah dihasilkan oleh diri sendiri, bahwa mereka ada secara mandiri terpisah dari semua yang lain. Namun semua skandha tidak permanen karena merupakan hasil dari sebab dan kondisi, yaitu skandha kehidupan sebelumnya (yang sama-sama tidak permanen). Maka penderitaan tidak dapat dihasilkan oleh dirinya sendiri. Bila ia dihasilkan oleh dirinya sendirin, maka ia akan menjadi kekal, dan tak akan mungkin lenyap.
82 BAIT-BAIT FONDASI JALAN TENGAH
3. Bila ini berbeda dari itu, atau itu bukan ini,
maka penderitaan akan dihasilkan oleh yang lain, karena ini akan dibuat oleh yang lain itu.2
4. Bila penderitaan dihasilkan oleh orang itu sendiri, lantas siapakah orang tanpa
penderitaan yang kemudian menghasilkan penderitaan oleh diri sendiri?3
2. Asumsinya adalah bahwa penderitaan yang terbentuk dari skandha saat ini disebabkan oleh skandha yang berbeda pada kehidupan sebelumnya. Ini yang dimaksud sebagai penderitaan “dihasilkan oleh orang lain,” yang disebabkan oleh sesuatu yang berbeda dari penderitaan itu sendiri. Bantahan untuk hal ini adalah bahwa hubungan sebab akibat antara hal-hal yang berbeda tak pernah mungkin terjadi. Karena bila sebab dan akibat berbeda, maka apa pun bisa menjadi penyebab dari hal lain, sehingga kita bisa membuat panci dari seember susu sama seperti dari gumpalan tanah liat. Karena pasti ada hubungan antara sebab dan akibat, maka penderitaan yang terkandung dalam skandha saat ini tidak dapat ditimbulkan oleh skandha dari kehidupan sebelumnya yang berbeda.
3. Pudgalavādin menganggap pribadi dinamai dan dikonseptualisasikan bergantung pada skandha. Karena di dalam skandha inilah penderitaan ditemukan, ini berarti mengatakan bahwa pribadi tersebut dinamai dan dikonseptualisasikan bergantung pada penderitaan. Ketika pribadi dinamai dan dikonseptualisasikan dalam ketergantungan pada sesuatu, maka hal ini berarti bahwa pribadi tersebut tidak pernah ditemukan selain kemunculan sesuatu itu. Dengan demikian seakan-akan pribadi tersebut hanya terdiri dari sesuatu itu. Jadi posisi Pudgalavādin adalah bahwa pribadi tersebut hanya terdiri dari penderitaan.
Bila pribadi tersebut semata terdiri dari penderitaan, maka pendapat yang mengatakan bahwa penderitaan dihasilkan oleh oleh orang itu sendiri, berarti penderitaan itu disebabkan oleh diri sendiri. Pendapat ini telah is itu ditolak
yady amībhya ime ’nye syur ebhyo vāmī pare yadi | bhavet parakṛtaṃ duḥkhaṃ parair ebhir amī kṛtāḥ || 3 ||
svapudgalakṛtaṃ duḥkhaṃ yadi duḥkhaṃ punar vinā |
svapudgalaḥ sa katamo yena duḥkhaṃ svayaṃ kṛtam || 4 ||
83
5. Bila penderitaan [orang B]
dihasilkan oleh orang lain [A], lantas bagaimana, penderitaan yang telah
dihasilkan oleh orang lain [A]
itu?
apakah terdapat [orang B]
ini, yang tanpa penderitaan, yang kepadanya penderitaan itu diberikan?4
6. Bila penderitaan dihasilkan oleh orang yang berbeda,
dalam bait 2, karena penderitaan tidak dapat disebabkan oleh penderitaan itu sendiri. Pudgalavādin harus menjelaskan tentang siapa orang ini yang olehnya penderitaan dapat dikatakan "buatan sendiri," siapakah “orang itu sendiri” yang ada selain penderitaan? Karena dengan mengatakan bahwa penderitaan adalah hasil dari orang itu sendiri sama saja mengatakan bahwa orang itu awalnya bebas dari penderitaan namun setelah itu menjadi menderita setelah ia membuat penderitaan itu. Untuk menghasilkan penderitaan maka seharusnya ia bebas dari penderitaan itu sendiri, lantas di manakah orang tersebut?
4. Alternatif untuk Pudgalavādin adalah mengatakan bahwa penderitaan “dihasilkan oleh yang lain” dalam artian dihasilkan oleh orang yang berbeda dari orang yang menderita. Di sini berarti enderitaan dibuat oleh satu orang dalam satu kehidupan dan diberikan kepada orang lain di kehidupan lain. Hal ini tentunya membuat karma tidak adil, karena satu orang diberi ganjaran atau dihukum atas perbuatan baik dan buruk orang lain. Namun masalah yang diangkat Nagarjuna adalah bahwa penderitaan tidak dapat diberikan kepada seseorang yang tidak ada. Agar A dapat memberikan sesuatu kepada B, maka B harus ada sebelum menerima penderitaan.
Bila seseorang ada sebelum penderitaan dilimpahkan, maka orang itu ada tanpa penderitaan. Ini bertentangan dengan posisi Pudgalavāda itu sendiri bahwa orang tersebut dinamai dan dikonseptualisasikan dalam ketergantungan pada skandha, dan karenanya hakikatnya adalah penderitaan. Karena itu penderitaan tak mungkin berasal dari orang lain.
parapudgalajaṃ duḥkhaṃ yadi yasmai pradīyate |
pareṇa kṛtvā tad duḥkhaṃ sa duḥkhena vinā kutaḥ || 5 ||
parapudgalajaṃ duḥkhaṃ yadi kaḥ parapudgalaḥ |
BAB DUA BELAS
84 BAIT-BAIT FONDASI JALAN TENGAH
siapakah orang yang berbeda ini yang, meskipun tanpa penderitaan,
telah membuatnya dan melimpahkannya kepada orang lain?
7. Bila yang dihasilkan diri sendiri tidak mungkin terjadi, lantas bagaimana mungkin penderitaan dapat dihasilkan oleh orang lain?
Dikarenakan penderitaan dihasilkan oleh orang lain, maka penderitaan akan dihasilkan oleh diri sendiri sehubungan dengan orang lain itu.
8. Pertama-tama, penderitaan bukan dihasilkan oleh diri sendiri, sama sekali bukan dihasilkan oleh orang lain.
Bila orang lain tak menghasilkan penderitaannya sendiri, lantas bagaimana mungkin dihasilkan oleh orang lain?
9. Penderitaan itu dapat vinā duḥkhena yaḥ kṛtvā
parasmai prahiṇoti tat || 6 ||
svayaṃ kṛtasyāprasiddher duḥkhaṃ parakṛtaṃ kutaḥ | paro hi duḥkhaṃ yat kuryāt tat tasya syāt svayaṃ kṛtam || 7 ||
na tāvat svakṛtaṃ duḥkhaṃ na hi tenaiva tat kṛtam | paro nātmakṛtaś cet syād duḥkhaṃ parakṛtaṃ katham
|| 8 ||
syād ubhābhyāṃ kṛtaṃ
85
dihasilkan oleh oleh diri sendiri dan orang lain bila dapat dihasilkan oleh salah satu dari mereka.
Selain itu bagaimana mungkin terdapat penderitaan yang tidak dihasilkan oleh diri sendiri atau orang lain, atau tanpa ada penyebabnya?
10. Bukan hanya penderitaan yang tidak dapat ditemukan pada salah satu dari empat kemungkinan,
obyek eksternal pun tidak dapat ditemukan pada salah satu dari empat kemungkinan.
duḥkhaṃ syād ekaikakṛtaṃ yadi | parākārāsvayaṃkāraṃ duḥkham ahetukaṃ kutaḥ || 9 |
na kevalaṃ hi duḥkhasya cāturvidhyaṃ na vidyate | bāhyānām api bhāvānāṃ cāturvidhyaṃ na vidyate || 10 ||
BAB DUA BELAS
86