• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X/27 Ayat (3)

Dalam dokumen BUKU KONSTITUSI.pdf (Halaman 94-118)

Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara

2 BAB

XA/28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

3 BAB

XA/28B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

4 BAB

XA/28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

94. Lihat : Perincian pasal HAM dalam : “Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi”, (Jakarta : Sekjend dan Kapaniteraan MKRI, 2006) hal. 33-39.

89

pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

5 BAB

XA/28D

(23) Setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan,

perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. (24) Setiap orang berhak bekerja serta

mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

(25) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (26) Setiap oang berhak atas status

kewarganegaraan.

6 BAB

XA/28E

1)

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih

pekerjaan, memilih

kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta

90

berhak kembali.

2)

Setiap orang berhak atas

kebebasan menyakini

kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

3)

Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

7 BAB

XA/28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki segala jenis saluran yang tersedia.

8 BAB

ZA/28G

(13)

Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(14)

Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik

91

dari negara lain.

9 BAB

XA/28H

- Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

- Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan

- Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

- Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

10 BAB XA/28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum

92

yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (3) Identitas budaya dan hak

masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

11 BAB XA/28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

93

bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

12

BAB XII/30 Ayat (1)

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Berdasarkan materi muatan HAM yang ada dalam amandemen ke II tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat (penambahan) prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia, diantaranya :

1)

Hak bela negara

BAB X Pasal 27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

2)

Hak untuk hidup

BAB XA Pasal 28A UUD NRI Tahun 1945.

3)

Hak untuk berkeluarga

BAB XA Pasal 28B ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

4)

Hak anak

94

BAB XA Pasal 28B ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

5)

Hak atas pendidikan dan pengembangan diri.

BAB XA Pasal 28C ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945.

6)

Hak atas jaminan dan proses hukum yang adil. BAB XA Pasal 28D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

7)

Hak atas upah kerja

BAB XA Pasal 28D ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

8)

Hak kesempatan dalam pemerintahan

BAB XA Pasal 28D ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

9)

Hak atas status kewarganegaraan

BAB XA Pasal 28D ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 dan Pasal 28E ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

10)

Hak atas kebebasan beragama

BAB XA Pasal 28E ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945.

11)

HAK Komunikasi dan Informasi

BAB XA Pasal 28 E ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

12)

Hak komunikasi dan informasi

BAB XA Pasal 28F UUD NRI Tahun 1945.

13)

Hak perlindungan diri dan kekebasan asasi

BAB XA Pasal 28G ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

14)

Hak untuk bebas dari penyiksaan

BAB XA Pasal 28G ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

15)

Hak atas kehidupan yang layak

BAB XA Pasal 28H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

16)

Hak mendapatkan keadilan

BAB XA Pasal 28H ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

17)

Bab atas jaminan sosial

BAB XA Pasal 28H ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

18)

Hak hidup dan universalitas hak asasi

95

BAB XA Pasal 28I ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

19)

Hak untuk bebas dari diskriminasi

BAB XA Pasal 28I ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

20)

Hak atas identitas budaya adat

BAB XA Pasal 28I ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.

Sedangkan mengenai kewajiban asasi sebagai wujud pengakuan sekaligus penegakan atas HAM itu sendiri adalah :

1. Kewajiban asasi negara/pemerintah dalam perlindungan, pemajuan dan penegakan HAM.

BAB XA Pasal 28I ayat (4) UUD NRI Tahun 1945.

2. Kewajiban asasi atas penegakan HAM melalui legalitas peraturan perundang-undangan.

BAB XA Pasal 28I ayat (4) UUD NRI Tahun 1945.

3. Kewajiban asasi berupa penghormatan dan pengakuan HAM oleh setiap orang

BAB XA Pasal 28J ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

4. Kewajiban asasi setiap orang untuk tunduk kepada Undang-Undang.

BAB XA Pasal 28J ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.

Pemberian bab tersendiri terhadap Rumusan HAM dalam amandemen II ini harus diakui sebagai sebuah keberhasilan dalam proses pengakuan, pemenuhan, dan penegakan HAM. Akan tetapi, menurut Saldi Isra, materi muatan HAM dalam Perubahan Kedua UUD 1945 tidak konsisten dalam merumuskan kategori hak-hak asasi, apakah pembagiannya menuut kategori Hak sipil dan hak ekonomi, sosial dan budaya, ataukah mendefinisikannya dengan menggunakan pembagian atas derogable rights dan

96

nonderogable rights, ataukah merumuskannya dengan cara memuat hak-hak individual, komunal, dan vulnerable rights.95

Sedangkan menurut Majda, ketidakjelasan makna penegakan HAM terlihat dari Bab Pasal 27 ayat (3) dengan Bab XII Pasal 30 ayat (1) tentang Hak atas pembelaan negara. Hal yang sama juga terjadi pada Bab XA Pasal 28D dengan Bab X Pasal 27 ayat (1) tentang Hak atas persamaan di hadapan hukum (equality before the law). Begitu juga pada Bab XA Pasal 28F dengan Pasal 28 tentang Hak berserikat dan berkumpul.96 Ketidakjelasan lainnya juga terlihat dari penekanan muatan HAM yang tidak jelas sebagai akibat dari penggabungan muatan HAM dengan muatan HAM lainnya yang sebenarnya tidak sejalan atau tidak sinkron, seperti pada BAB XA Pasla 28E yang menggabungkan hak beragama dengan hak mendapatkan pekerjaan dan hak atas kewarganegaraan.97

Menurut pandangan Satya Arinanto, secara redaksional materi muatan HAM dalam perubahan kedua UUD 1945 sebagian besar merupakan pasal-pasal yang berasal atau setidak-tidaknya memiliki kesamaan dengan pasal-pasal HAM sebagaimana diatur dalam Tap MPR No. XVII / MPR / 1998 tentang Hak Asasi Manusia.98

Melalui analisis para sarjana hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa Rumusan HAM dalam amandemen (perubahan) ke II UUD NRI Tahun 1945 bisa dikatakan belumlah sempurna. Ketidaksempurnaan pada amandemen II ini semakin terlihat bila diperbandingkan dengan naskah HAM pada konstitusi RIS 1949 yang dapat dikatakan sangat

95. Saldi Isra. Quo Vadis Reformasi Konstitusi ? dalam Media Indonesia. 1 Agustus 2006. Diunduh dari : www.mediaindonesia.com.

96

. Majda El Muhtaj. op.cit. hal. 115.

97. Ibid,.

97

signifikan (Pada konstitusi RIS 1949, rincian Rumusan tentang HAM diatur dan dirinci secara lengkap dan terpisah pada tiap pasalnya, tidak secara tumpang tindih seperti dalam amandemen II UUD NRI Tahun 1945). Namun demikian, harus diakui bahwa pengaturan materi muatan HAM yang dilakukan melalui amandemen II merupakan sebuah starting point dalam upaya penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Sedangkan, kekurangan yang ada tersebut dapat diminimalisir dengan cara memaksimalkan implementasi penegakan HAM, serta memperjelasnya dengan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya secara lebih lanjut.

6. HAM dalam Amandemen (Perubahan) ke III UUD NRI Tahun 1945

Amandemen II UUD NRI Tahun 1945 ditetapkan pada tanggal 9 November 2001 melalaui sidang Tahunan MPR-RI tanggal 7 sampai 9 November 2001. Bab-bab di dalam UUD 1945 yang mengalami perubahan adalah Bab I tentang “Bentuk dan Kedaulatan”, Bab II Tentang “Mejelis Permusyawaratan Rakyat”, Bab III tentang “Kekuasaan Pemerintah Negara”, Bab V tentang “Kementerian Negara”, BAb VIIA tentang “Dewan Perwakilan Daerah”, Bab VIIB tentang “Pemilihan Umum”, dan Bab VIIIA tentang “Badan Pemeriksa Keuangan”. Menurut Jimliy Asshiddiqie99, Dari segi jumlahnya dapat dikatakan perubahan ketiga ini paling luas cakupan materinya (7 BAB, 23 Pasal, dan 68 butir ketentuan atau ayat). Dan disamping itu substansi yang diaturnya sebagian besar sangat mendasar. Materi yang tergolong sukar mendapatkan kesempatan cenderung ditunda pembahasannya dalam sidang-sidang terdahulu. Karena itu, selain secara kuantitatif materi

98

perubahan ketiga ini lebih banyak muatannya, juga dari segi isinya, secara kualitatif materi perubahan ketiga ini dapat dikatakan sangat mendasar pula.

Dalam amandemen III ini tidak terdapat perubahan (pengurangan atau penambahan) Rumusan HAM dalam tiap pasalnya, dan dalam hal ini Rumusan HAM masih sama persis seperti halnya yang terangkum dalam amandemenke II UUD NRI Tahun 1945.

7. HAM dalamAmandemen (perubahan) IV UUD NRI Tahun 1945 Amanademen (Perubahan) IV UUD 1945 disahkan dan ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2002 melalui sidang Tahunan MPR-RI tanggal 1 sampai 10 Agustus 2002. Dalam naskah Perubahan Keempat ini, ditetapkan bahwa (a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga dan perubahan keempat ini adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal 22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat; (b) Penambahan bagian akhir pada Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan kalimat “Perubahan tersebut diputuskan dalam Rapat Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia ke-9 tanggal 18 Agustus 2000 Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan”; (c) Pengubahan penomoran Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 3 ayat (2) dan (3); Pasal

99

25E Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi Pasal 25A; (d) Penghapusan judul Bab IV tentang “Dewan Pertimbangan Agung” dan pengubahan substansi Pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang “Kekuasaan Pemerintah Negara”; (e) Pengubahan dan/atau penambahan Pasal 2 ayat (1); Pasal 6A ayat (4); Pasal 8 ayat (3), Pasal 11 ayat (1); Pasal 16; Pasal 23B; Pasal 23D; Pasal 24 ayat (3), Bab XIII, Pasal 31 ayat (1), ayat (2); Bab XIV, Pasal 33 ayat (4) dan ayat (5); Pasal 34 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4); Pasal 37 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5); Aturan Peralihan Pasal I, II, dan III; Aturan Tambahan Pasal I dan II Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian secara keseluruhan naskah Perubahan Keempat UUD 1945 mencakup 19 pasal, termasuk satu pasal yang dihapus dari naskah UUD. Ke-19 pasal tersebut terdiri atas 31 butir ketentuan yang mengalami perubahan, ditambah 1 butir yang dihapuskan dari naskah UUD.100

Sedangkan apabila berbicara mengenai Rumusan HAM yang ada dalam Amandemen IV (penambahan maupun pengurangan Rumusan HAM dari sebelumnya) terdapat dalam 4 pasal yaitu Pasal 31 sampai Pasal 34 UUD NRI Tahun 1945. Adapun prinsip HAM yang terkandung dalam empat (4) pasal perubahan tersebut adalah :

1) Hak atas pendidikan

Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945

“Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.”

2) Kewajiban asasi negara atas pendidikan

100

Pasal 31 ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) UUD NRI Tahun 1945

“Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya,” (ayat 2), “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan seta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang” (ayat 3), “negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional” (ayat 4), “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” (ayat 5)

3) Kewajiban asasi negara dalam menjamin kemajuan budaya (Hak atas budaya)

Pasal 32 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945

“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di Tengah Peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masayrakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

4) Kewajiban asasi negara

Pasal 32 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945

“Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.”

5) Hak asasi atas kesejahteraan dan memelihara sosial dan ekonomi

101

Pasal 33 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945

(Dilakukan penambahan ayat pada pasal ini. Sebelumnya, Pasal 33 UUD NRI Tahun 1945 hanya terdiri dari tiga (3) ayat)

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

6) Kewajiban asasi negara atas jaminan sosial Pasal 34 ayat (1), (2), dan (3) UUD NRI Tahun 1945 “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara’ (ayat 1), “ Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai martabat kemanusiaan’ (ayat 2), dan “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak” (ayat 3).

7) Kewajiban asasi negara atas jaminan kesehatan dan pelayanan umum

Pasal 34 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945

“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.”

Secara kualitas maupun kuantitas, materi muatan HAM yang dirubah dalam amandemen IV cenderung lebih sedikit bila dibandingkan dengan materi (rumusan) HAM yang ada dalam amandemen II. Disamping itu, amandemen IV lebih menyoroti perspektif HAM dari sudut kewajiban asasi negara /

102

pemerintah dalam rangka pengakuan dan penegakan atas HAM, atau dengan kata lain amandemen IV ini merupakan bahan pelengkap (complementary) atas muatan HAM yang telah ada dalam amandemen II UUD NRI Tahun 1945.

Akan tetapi, yang perlu menjadi catatan penting dalam hal pergeseran makna HAM baik itu dalam UUD 1945, UUD RIS 1949, UUDS 1950, maupun dalam amandemen UUD NRI Tahun 1945 adalah adanya korelasi dan ketergantungan yang kuat terhadap konfigurasi politik tertentu. Meminjam pendapat Mahfud MD : “Jika konfigurasi politik demokratis, maka HAM memperoleh tempat dan implementasi yang relatif proporsional, tetapi jika konfigurasi politik sedang bekerja di bawah payung otoritarian maka HAM pun akan mendapat perlakuan yang buruk.101

Sedangkan dalam hal memperbandingkan kompleksitas Rumusan HAM dalam masing-masing konstitusi tersebut tentunya tidak terlepas dari instrumen-instrumen HAM Internasional yang kemudian penulis jadikan tolak ukur kelengkapan perbandingan HAM yang dalam konstitusionalisme Indonesia.

Melalui tolak ukur tersebut, dapat disimpulkan bahwa UUD RIS 1949 dan UUDS 1950 merupakan konstitusi yang secara lengkap mengadopsi muatan UDHR / DUHAM PBB 1948. sedangkan bila dilihat pada UUD NRI Tahun 1945 sesudah amandemen, meski masih terdapat banyak kekurangan tetapi konstitusi itu memiliki implementasi (Konstitusionalisme) yang lebih banyak dibandingkan dengan UUD RIS maupun UUDS 1950 Adopsi atas instrumen-instrumen

101. Diambil dari pendapat Mahfud MD “Perlindungan Hukum atas Hak

Asasi Manusia” makalah diskusi ilmiah tentang Perlindungan HAM

dalam sistem Hukum Indonesia Antara Universitas-Pusat Studi Sosial Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 18 Oktober 1994. Hal. 6

103

HAM Internasional justru terlihat pada elaborasi peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya.

104

DAFTAR PUSTAKA A. Daftar Buku

Ade Maman Suherman, 2004,Pengantar Perbandingan Sistem Hukum. Jakarta : Grafindo.

Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia : Analisis Yuridis Normatif Tentang Unsur-unsurnya. Jakarta : UI. Press.

Ahmad Syafi'i Ma'rif, 1996, Studi Tentang Percaturan Dalam Konstituante; Islam dan masalah Kenegaraan, Jakarta; LP3ES. ______________________ 1998, Islam dan Politik di Indonesia Pada

Masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia 1959-1965. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.

A.Mukhtie Fajar, 2004, Tipe Negara Hukum. Malang : Banyumedia Publishing.

A. Mahsyur Effendi, 1980, Tempat Hak-Hak Asasi Manusia dalam Hukum Internasional/Nasional. Bandung: Alumni.

Abul A'la Al Maududi,1982, Human Rights in Islam, Delhi: Markai Maktaba Islami.

Ann Elisabeth Mayer, 1999, Islam and Human Rights: Tradition and Politics, Oxford: westview Press.

B.J. Boland, 1985, Pergumulan Islam di Indonesia,Jakarta: Grafiti Press. Bagir Manan, 2004, Teori dan Politik Konstitusi, Yogyakarta: FH. UII Press. Bahtiar Effendy, 2001, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan,

105

Budiman Sinaga, 2005, Hukum Konstitusi. Yogyakarta ; Kusuma Alam Semesta. Juni.

Burn, H. Weston, Hak Asasi Manusia dalam T. Mulyana Lubis, Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Dunia (Isu dan Tindakan), Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, dikutip oleh Deny Iskandar P, 2006, Ide Normatif Mahkamah Konstitusi dalam Konteks Cita Hukum dan Negara Hukum, Malang: Disertasi Pasca Sarjana Unibraw. C.F. Strong, 2004, Konstitusi – Konstitusi Politik Modern, Bandung :

Nuansa dan Nusamedia.

C.S.T. Kansil, et all, 2001, Konstitusi Konstitusi Indonesia Tahun 1945-2000, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Dahlan Thaib, dkk. 2005, Teori dan Hukum Konsitusi. Jakarta : Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Agama RI, 2007, Al-Hikmah, Qur'an & Terjemahannya, Bandung: Diponegoro.

Djazuli, 2007, Fiqh Siyasah,Implementasi Kemashlahatan Ummat dengan Rambu-rambu Syariah, Jakarta, Kencana.

E.C.S. Wade, 1986, Constitusional Law. New York: Longman, Green and co.

Eric Barendt, 1998, An Introduction to Constitutional Law, London: Oxford University Press.

Endang Syaifuddin Anshari, 1981, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan

106

Nasionalis Sekuler tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959. Bandung: Perpustakaan Salman ITB.

H.A.K Pringgodigdo, 1981, Tiga Undang-Undang Dasar. Jakarta : PT. Pembangunan.

Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, 1987, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.

______________________.2001, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam. Jakarta: Media Dakwah.

I Gede Pantja Astawa, 2000, Hak Angket Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Menurut UUD 1945. Bandung : UNPAD.

Jazim Hamidi, Malik, 2008, Hukum Perbandingan Konstitusi, Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

Jimly Asshiddiqie, 2005, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi (Serpihan Pemikiran Hukum, Media dan Ham), Konstitusi Press. _______________ 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme. Jakarta :

Konstitusi Press.

John Adler, 2002, General Principles of Constitusional and Administrative Law. New York: Palgrave Macmillan.

Joeniarto, 2001, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.

K.C. Wheare, 2003, Konstitusi – Konstitusi Modern. Surabaya : Pustaka Eureka.

Koentjaraningrat, 1993, Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

107

Krisna Harahap, 2003, HAM dan Upaya Penegakannya di Indonesia. Bandung: Grafiti Budi Utami.

Laica Marzuki, 2006, Berjalan – Jalan di Ranah Hukum. Jakarta : Sekjend dan Kepaniteraan NKRI.

M.A. Anshari, Endang Syaifuddin, 1986, Piagam Jakarta 22 Juni 1945 dan Sejarah Konsensus Nasional antara Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler tentang Dasar Negara Republik Indonesia 1945-1959. Jakarta: Rajawali Press.

M. Lukman Hakim, 1996, Deklarasi Islam tentang HAM, Surabaya: Risalah Gusti.

Majda El Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusi dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta : Kencana.

Maria Soemardjono, 1989, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.

Miriam Budiarjo, 2001, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muhammad Alim, 2001, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Madinah dan UUD 1945. Yogyakarta : UII Press. Muhammad Alim, 2004, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dalam

Konstitusi Madinah dan UUD 1945. Yogyakarta : UII Press. Mohammad Tholchah Mansoer, 1979, Hukum, Negara, Masyarakat,

Hak-hak Asasi Manusia dan Islam. Bandung : Alumni.

Moh Mahfud MD, 2000, Demokrasi dan KOnstitusi di Indonesia : Studi Tentang Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan. Jakarta : Rineka Cipta.

108

Muhammad Taher Azhary, 2003, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini. Jakarta: Prenada Media.

Muh. Yamin, 1960, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jilid I, II, dan III. Jakarta : Yayasan Prapanca.

______________________.1982, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.

______________________. 1998, Politik Hukum di Indonesia. Jakarta : LP3ES.

Ni’matul Huda, 2003, Politik Ketatanegaraan Indonesia : Kajian Terhadap Dinamika Perubahan UUD 1945. Yogyakarta : FH UII Press. Phillipus M Hadjon, 1957, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia.

Surabaya ; PT. Bina Ilmu.

Paul S. Baut, Benny Herman. K, 1988, Kompilasi Deklarasi Hak Asasi Manusia,. Jakrta: YLBHI.

Ruhollah Khomeini, 1981, Islam & Revolution, diterjemahkan oleh Hamid

Dalam dokumen BUKU KONSTITUSI.pdf (Halaman 94-118)

Dokumen terkait