• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. LATARBBELAKANGB

Kaum muda dikenal sebagai kelompok manusia yang hidup antara masa anak-anak dan masa dewasa. A. M. Mangunharjana dalam bukunya Pendemningen Keum Mude (1986: 11-12), berpendapat bahwa:

“Kaum muda adalah para muda-mudi yang berumur 15 sampai 21 tahun. Kaum muda adalah mereka yang oleh ilmu psikologi disebut edopescent yang mencakup para muda-mudi dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), serta dalam umur studi di Perguruan Tinggi (PT) semester I-IV”.

Kaum muda dapat digolongkan sebagai kelompok umur diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa transisi ini pada umumnya seseorang memasuki masa sulit, biasanya timbulah krisis dengan masalah-masalah kompleks yang berakibat luas dan menyangkut banyak pihak. Pada pihak yang lain kaum muda memiliki tanggungjawab melanjutkan pembangunan Bangsa, Negara, Gereja dan keluarga. Dapat dikatakan bahwa arah kehidupan manusia ditentukan oleh generasi muda yang menggantikan tugas kaum tua. Oleh karena itu usaha mempersiapkan kaum muda untuk mengemban tugas dan tanggungjawabnya terhadap pembangunan dalam segala seginya adalah tugas banyak pihak, baik pemerintah, Gereja, maupun pihak-pihak lain yang peduli dalam hal pengembangan kaum muda.

Disamping tugas dan tanggungjawabnya sebagai generasi penerus, kaum muda juga memiliki ketertarikan yang membantu mereka mencari jati diri mereka

untuk menuju kedewasaan. Banyak hal dalam bidang bakat dan minat yang kaum muda sukai seperti bisnis, seni, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Di bidang seni sendiri, musik memiliki daya tarik yang luar biasa bagi kaum muda. Kaum muda kerap kali dihubung-hubungkan dengan musik sebagai gaya gaya hidup mereka. Selain musik cukup asyik dinikmati, musik memiliki kaitan dengan pengalaman hidup kaum muda sehari-hari. Musik dapat memunculkan ikatan personal yang emosional.

Demikian juga dengan munculnya lagu-lagu rohani Ekaristi yang ber-genre pop memberikan perhatian para kaum muda untuk kembali masuk kepada penghayatan imannya lewat Ekaristi. Hal yang sama juga dikatakan oleh E. Martasudjita dalam bukunya Sekremen-Sekremen Gereje (2003: 277), yang mengatakan bahwa “dengan mengikuti Perayaan Ekaristi, umat beroleh kesatuan dan kebersamaan dengan Kristus sendiri”. Dalam Ekaristi iman akan Kristus dapat diungkapkan, di mana Gereja merayakan Misteri Paskah Kristus yaitu sengsara wafat kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga yang membawa manusia pada keselamatan. Namun dalam lingkup umat Katolik sendiri, sering kali kaum muda dipandang memiliki masalah dengan liturgi. Kaum muda sering dipandang suka semaunya sendiri, senang hura-hura, dan cenderung tidak bisa diatur dalam hal berliturgi, sementara liturgi sendiri dipandang sebagai sesuatu yang sakral, seolah jauh dari kerinduan para orang muda. Diantara hubungan keduanya seolah ada perasaan enggan tapi rindu. Namun realitasnya di zaman modern saat ini, melihat kerap kali diadakan EKM (Ekaristi Kaum Muda) juga Worpd Youth Dey yang mendatangkan Sri Paus dimana keduanya sangat bercorakkan kaum muda

menandakan kerinduan para kaum muda Katolik untuk memaknai perayaan iman/ Ekaristi/liturgi secara mendalam.

Lewat partisipasi aktifnya kaum muda menjadikan Gereja turut berkembang. Kaum muda merupakan kumpulan pribadi dari keluarga-keluarga yang sering disebut sebagai Gereja kecil. Dalam hal ini sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya gereja dalam arti yang lebih luas yaitu sebuah lembaga yang mewadahi kebutuhan kaum beriman dalam bentuk ibadat dan liturgi serta kegiatan-kegiatan lainnya. Kaum muda Katolik tumbuh berkembang melalui pergaulan mereka setiap hari dalam kenyataan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat.

Begitu pun juga mengenai musik liturgi, suatu perayaan liturgi tidak hanya soal pikiran, tetapi juga menyangkut tata gerak dan seluruh cita-rasa batin yang terdorong untuk diungkapkan. Hal ini dapat diwujudkan dalam doa, permohonan, pujian, sembah sujud dan semacamnya. Dalam hal inilah musik ditempatkan, sehingga lagu rohani pun yang pada dasarnya sudah merupakan ungkapan iman juga mendapat bagian dalam liturgi, khususnya pada proses penghayatan dan pemaknaan Ekaristi oleh kaum muda.

Dengan demikian pokok-pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini terutama yang berhubungan dengan lagu rohani Ekaristi dan makna Ekaristi terutama bagi kaum muda Katolik. Untuk mewujudkan usaha ini, penulis memilih bentuk pewartaan melalui lagu rohani ekaristi yang sesuai dengan situasi kaum muda saat ini. Untuk itu, judul yang diangkat adalah : “PERANAN LAGU ROHANI EKARISTI DALAM MENINGKATKAN PEMAKNAAN

PERAYAAN EKARISTI BAGI KAUM MUDA KATOLIK DI PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU, YOGYAKARTA”. Lagu rohani Ekaristi yang dimaksudkan dalam skripsi ini merupakan usaha atau cara yang digunakan penulis untuk membantu meningkatkan serta menambah pengetahuan tentang lagu rohani Ekaristi dan makna Perayaan Ekaristi dan bagi umat beriman Khususnya bagi kaum muda Katolik.

B. RUMUSANBMASALAHB

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengetahuan tentang makna Ekaristi dan lagu rohani Ekaristi dimengerti oleh kaum muda Katolik?

2. Sejauh mana lagu rohani Ekaristi berperan bagi kaum muda Katolik dalam pemaknaan Ekaristi?

C. TUJUANBPENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat penulisan ini adalah sebagai berikut yaitu:

1. Memberi wawasan kepada penulis tentang makna Ekaristi dan lagu rohani Ekaristi.

2. Mengetahui sejauh mana peranan lagu rohani Ekaristi bagi kaum muda Katolik dalam pemaknaan Perayaan Ekaristi.

D. MANFAATBPENULISANB

Diharapkan dengan penulisan skripsi dengan judul Peranan lagu rohani Ekaristi dalam meningkatkan pemaknaan Perayaan Ekaristi bagi kaum muda Katolik dapat memberikan wawasana serta pemahaman kepada penulis mengenai makna Ekaristi, makna liturgi dan musik rohani dalam Perayaan Ekaristi.

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat membantu para pemerhati kaum muda katolik dan juga musik liturgi untuk mengembangkan musik rohani dalam liturgi Ekaristi, sehingga dapat semakin membantu kaum muda Katolik dalam menemukan makna Perayaan Ekaristi.

E. METODEBPENULLISANB

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan pengetahuan tentang makna Perayaan Ekaristi, dan musik rohani Ekaristi.

Penulis melakukan observasi Perayaan Ekaristi untuk mendapatkan data lapangan yang berupa pengamatan aktif dan turut serta dalam Perayaan Ekaristi serta wawancara langsung dengan umat yang baru saja mengikuti Perayaan Ekaristi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara ini selanjutnya dianalisis untuk memperoleh data yang lebih spesifik yang menyangkut peranan musik rohani Ekaristi dalam Perayaan Ekaristi.

Penulisan ini didukung pula dengan studi pustaka sebagai kajian teori yang didapatkan dari sejumlah buku sumber atau dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan.

F. SISTEMATIKABPENULISANB

Untuk memperoleh gambaran singkat isi skripsi ini, penulis akan menguraikan pokok-pokok atau garis besar skripsi secara ringkas dalam empat bab sebagai berikut:

BABBI:B

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan gambaran singkat penulisan.

BABBII:B

Pada bab II, penulis menyajikan pengertian Ekaristi, dasar dan sejarah Ekaristi, makna Ekaristi, pengertian tentang musik secara umum, unsur-unsur dasar musik, jenis lagu rohani, peranan lagu rohani Ekaristi, serta pengertian kaum muda katolik.B

BABBIII:B

Pada bab III berisi tentang gambaran umum Paroki St. Antonius Kotabaru diantaranya sejarah terbentuknya Paroki St. Antonius Kotabaru, visi dan misi Paroki St. Antonius Kotabaru, gambaran Perayaan Ekaristi Paroki St. Antonius Kotabaru dan gambaran umum kaum muda Katolik Paroki St. Antonius Kotabaru. Selain itu juga terdapat penjabaran tentang metodologi penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, tempat dan

waktu penelitian, responden penelitian, definisi operasional, variabel penelitian, kisi-kisi penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, kesimpulan penelitian.

BABBIV:B

Pada bab IV berisi tentang refleksi pastoral dari hasil penelitian, gambaran kegiatan Workshon “Lagu Rohani Ekaristi”, contoh persiapan salah satu sesi dari kegiatan Workshon “Lagu Rohani Ekaristi”.

BABBV:B

Pada bab V berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran. B

BABBIIB

MAKNABPERAYAANBEKARISTIBDANBLAGUBROHANIBEKARISTIB

A. EkaristiBB

1. PengertianBEkaristiB

Ekaristi berasal dari kata Yunani Eucharistein yang berarti: mengagumi, bersyukur, berterima kasih, lebih menunjukkan aspek syukur dan pujian dalam perayaan itu dengan Doa Syukur Agung sebagai intinya (Kirchberger, 1991: 195). Ekaristi merupakan kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa, khususnya bagian kedua (sesudah perayaan sabda) yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti dan anggur. Dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (PO art 5 bdk KGK art 1324). Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat hidup Gereja (Gerald O’ Collins SJ, 1996: 643). Selain itu dalam Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis tentang Gereja art 11, mengatakan bahwa Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.

Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Ecclesia de Eucharistia, art 10 menjelaskan bahwa Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik Gereja yang paling

berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga merupakan ungkapan komitmennya yang hidup terhadap misteri Ekaristi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi merupakan sebuah perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus serta mengenangkan penderitaan Yesus sebelum wafat di kayu salib. Melalui perayaan Ekaristi kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di dalamnya dimana Ekaristi sumber serta puncak seluruh kehidupan umat Kristiani yang sejati.

2. DasarBdanBSejarahBEkaristiBB

Dalam Perjanjian Lama, Ekaristi memiliki latar belakang yang kuat, terutama dalam tradisi Yahudi. Berikut adalah dasar dan sejarah Ekaristi.

a. PaskahB YahudiB SebagaiB KenanganB AkanB PembebasanB DariB MesirB (Eksodus)B

Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti oleh penggambaran di padang gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam ikatan perjanjian (Prasetyantha 2008: 19).

Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah) Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum

perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah perjamuan yang berisi doa syukur atas piala (Martasudjita, 2005: 273).

b. PerkembanganBPerayaanBPaskahBdanBRotiBTakBBeragiB

Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya Perayaan Paskah dan roti tak beragi pada peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi bersama-sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala, sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di lingkungan para petani (Prasetyantha 2008: 22).

c. PerjamuanBPaskahBYahudiBpadaBZamanBYesusB

Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi, membawanya ke Bait Allah untuk dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan

tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja perjamuan yang berukuran rendah (Prasetyantha, 2008: 25).

Peristiwa makan bersama ini merupakan gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat kita temukan pada Kel 12: 1-13: 6. Macam-macam makanan yang disantap di dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (Eksodus). Anak domba Paskah dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah-rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak sulung mereka (Kel 12: 27). Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir (Kel 1: 14) sedangkan Roti tak beragi melambangkan penderitaan di masa lalu dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa-gesa ketika bangsa Israel hendak meninggalkan Mesir (Prasetyantha 2008: 28).

d. PerjamuanBMalamBTerakhirBYesusBB

Hari Kustono. Pr, dalam buku yang disunting Prasetyantha (2008: 29) mengatakan bahwa pada awal berkembangnya jemaat Kristiani, perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus sang penebus. Dalam Mat

26: 18 Kisah perjamuan malam terakhir dapat kita duga bahwa Yesus telah merencanakan perjamuan tersebut dengan meminta salah seorang pengikutnya untuk menyiapkan tempat untuk perjamuan malam.

e. EkaristiBMenurutBPandanganBBapa-bapaBGerejaBB

Santo Yustinus Martir dalam buku karangan Martasudjita (2005: 205). memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Ekaristi merupakan kurban rohani sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Pujian syukur tersebut meliputi kurban kepada Allah, kenangan akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri

Santo Ignatius dari Antiokhia, dalam suratnya kepada umat Philadelpia mengatakan untuk mengusahakan merayakan satu Ekaristi, karena ini hanyalah tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar (Martasudjita, 2005: 249). Selain itu Santo Ignatius mengajarkan bahwa Roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam roti dan anggur Ekaristi.

Menurut santo Ireneus Lyon, Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005: 250-251).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Perjanjian Lama, Ekaristi merupakan perayaan karya keselamatan Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan (Paskah) dengan menyantap santapan roti tak beragi dan domba yang telah dipersembahkan. Sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan pandangan para Bapa Gereja sebagai perayaan Syukur atas karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para Rasul, penderitaan Yesus serta penebusanNya melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.

3. MaknaBEkaristiB

a. EkaristiBsebagaiBUngkapanBCintaBKasihBYesusByangBSehabis-habisnyaB Kasih Yesus kepada muridNya ia curahkan selama masa hidupNya seperti halnya yang tertulis dalam dalam Yoh 13: 1 yang berbunyi ”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya”. Ia mengasihi murid-murid-Nya dengan kasih yang sungguh luar biasa, tanpa batas hingga rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.

Dengan wafat-Nya di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya yang total kepada para Murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umatNya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang total terhadap sahabat-sahabat-Nya.

Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua orang dengan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Oleh karena itu untuk mengenang anugerah-Nya Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah (Martasudjita, 2005: 295-296).

b. EkaristiB sebagaiBPerjamuanByangB MempersatukanB UmatB denganBAllah,B UmatBdenganBumatB

Dalam Ekaristi, umat mengenangkan janji Kristus yang diberikan yaitu TubuhNya yang diserahkan demi keselamatan manusia dan DarahNya dicurahkan sebagai jaminan perjanjian baru demi pengampunan dosa semua orang (Kirchberger, 1991: 195). Ekaristi menjadi sarana bagi umat kristiani untuk mengadakan perjamuan pengenangan akan misteri Kristus. Ekaristi merupakan suatu perjamuan pengenangan karena umat yang turut membawakan kurban dipersatukan dengan Allah.

Menurut Grun (1998: 29) perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah. Allah mengundang para murid dan juga umat-Nya dalam sebuah

perjamuan untuk menjadikan mereka satu keluarga dalam kerajaan-Nya. Perjamuan menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan umat-Nya, disamping itu juga memampukan umat untuk menjalin relasi dengan sesamanya. Ekaristi menjadi daya kekuatan bagi umat untuk senantiasa merindukan kesatuan dengan Allah. Oleh karena itu umat yang mengikuti perjamuan/perayaan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia). Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus.

Dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama-sama bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita (LG 7). Hal ini menjadi tempat persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah sendiri selalu hadir di tengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiranNya (Martasudjita, 2005: 358). Hal ini dapat kita lihat ketika Tuhan Yesus bersabda “sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu Aku ada ditengah-tengah mereka” (Mat 18: 20).

Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci. Sacrosanctum Concilium, art 47, mengatakan bahwa Ekaristi sebagai perjamuan Paskah. Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya (Martasudjita, 2005: 297-298).

c. EkaristiBsebagaiBSumberBdanBPuncakBKehidupanBGerejaB

Ekaristi tidak hanya pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja (Martasudjita 2003: 297). Dalam hal ini LG art 11 mengatakan demikian:

“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.”

Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani menunjukkan sebuah pemahaman dari Konsili Vatikan II, yang tidak dapat memisahkan Ekaristi dengan kehidupan sehari-hari. Hidup sehari-hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

d. EkaristiBMemampukanBKitaBUntukBTinggalBBdalamBKristusBB

Di dalam injil Yoh 1: 39 Yesus bersabda: ”Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia”. Yesus mengundang para murid untuk

tinggal bersama Dia. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Dengan demikian mereka dapat bersatu dalam persekutuan denganNya. Sehingga para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi perutusan dalam mewartakan kabar gembira ke seluruh dunia (Martasudjita 2012: 21).

Di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti Hidup yang diserahkan bagi umatNya. Roti hidup ini memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat diajak untuk tinggal bersama Kristus, masuk dan bersatu di dalam misteri Ekaristi, yakni misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darahNya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita 2012: 23).

B. LaguBRohaniBEkaristiB 1. MusikB

a. PengertianBMusikB

Menurut Levinson yang disunting oleh Karina Andjani (2014: 47) di dalam buku berjudul Apa itu Musik?, mengatakan bahwa musik merupakan suara yang secara temporal diorganisir oleh seseorang, yang dimaksudkan untuk memperkaya pengalaman melalui keterlibatan aktif, seperti mendengarkan,

Dokumen terkait