• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Babi hutan ( Sus scrofa)

Babi hutan merupakan salah satu jenis mangsa potensial macan tutul, di kawasan TNGC spesies babi hutan persebarannya hampir merata di seluruh

kawasan baik di habitat dataran rendah sampai dengan pegunungan. Satwa babi hutan ini memiliki sebaran paling luas diantara spesies mangsa yang di temui. Jejak babi hutan dapat dijumpai di luar dan di dalam kawasan TNGC. Di luar kawasan jejak babi hutan dapat ditemui di sepanjang areal perkebunan masyarakat, dan areal pertanian. Berdasarkan jejak dan hasil rekaman gambar dari kamera jebak diketahui bahwa babi hutan beraktifitas secara berkelompok. Sebagian besar jalan yang digunakan babi hutan merupakan jalan yang digunakan oleh manusia maupun satwa lain. Bekas-bekas babi mencari makan seperti tanah yang terbalik, bekas-bekas seperti ini banyak sekali dijumpai di punggung- punggung bukit yang memiliki kelembaban tanah tinggi dibanding lokasi yang lain. Jalur yang biasa digunakan babi memiliki ciri-ciri menyerupai lorong dalam semak belukar, terbuka sampai ketinggian 1 m, setiap jalur babi vegetasi penutup tanah pasti bersih (mati terinjak) mirip dengan jalan manusia perbedaannya jalan manusia tanahnya akan belubang seperti bekas aliran air. Jalur yang dipakai oleh babi hutan cenderung tetap untuk setiap aktifitasnya.

Berdasarkan hasil gambar dari kamera jebak dan perjumpaan langsung dengan babi hutan dijumpai dalam kelompok dan tunggal atau sendiri. Babi hutan yang berkelompok minimal dengan pasangannya dan maksimal 12 ekor dalam lokasi pengamatan. Babi hutan yang berada dalam satu kelompok merupakan satu kesatuan keluarga terdiri atas induk jantan, induk betina, anak dan kadang ada remaja.

Berdasarkan tabel frekuensi perjumpaan satwa, babi hutan dapat ditemui hampir di setiap lokasi pemasangan kamera jebak, hal ini membuktikan bahwa persebaran satwa tersebut merata di seluruh kawasan TNGC. Berasarkan hasil rekaman gambar kamera jebak, frekuensi dijumpai babi hutan paling banyak adalah di Resort Jalaksana yaitu 79 kali.

5. Kijang (Muntiacus muntjak)

Kijang atau muntjak (Muntiacus muntjak) merupakan salah satu satwa mangsa macan tutul jawa. Keberadaan kijang di kawasan TNGC diketahui dari hasil rekaman gambar kamera jebak dan jejak kaki maupun bekas renggutan pada tumbuhan pakan. Menurut Lekagul dan Mcneely (1997) kijang/ muntjak tergolong peranggas (browser/ concentrate selective) dan dibandingkan dengan kancil, kijang memiliki lebih banyak keragaman pakan karena kijang juga memakan daun-daunan pohon, semak, tumbuhan herba dan buah-buahan hutan. Keberadaan kijang di kawasan TNGC hampir merata di setiap resort, hal ini dibuktikan dari frekuensi tetangkapnya gambar pada kamera jebak. Kijang dalam beraktifitas biasanya berkelompok 2-4 ekor dan aktif baik siang maupun malam hari. Berdasarkan hasil rekaman gambar kamera jebak kijang paling banyak dijumpai berpasangan yaitu 1 jantan dan 1 betina. Frekunsi paling bayak ditemukan satwa kijang oleh kamera jebak adalah di Resort Jalaksana yaitu sebesar 34 kali.

Dari hasil penelitian diketahui kijang bersifat cathermeral yaitu aktif pada siang dan malam hari. Kijang cenderung menggunakan habitat yang relative datar dengan tumbuhan bawah yang rapat, hal ini digunakan sebagai sumber pakan maupun lokasi bersembunyi dari pemangsa/ predator. Kijang merupakan salah satu satwa mangsa yang paling disukai oleh macan tutul jawa, hal ini juga

dibuktikan oleh penemuan sisa mangsa macan tutul di Blok Mangorbuntu, Resort Argamukti.

6. Musang (Paradoxurus hermaphroditus)

Musang luak merupakan salah satu mangsa macan tutul jawa yang persebaran di kawasan TNGC relatif merata di seluruh kawasan. Musang di kawasan TNGC ini berdasarkan hasil gambar kamera jebak ada 3 jenis, yaitu musang luak, musang rase dan musang leher putih. Musang ini aktif disiang dan malam hari, tetapi paling banyak dijumpai pada malam hari. Sumber pakan musang berupa buah-buahan hutan, sehingga dapat dengan mudah dikenali dari fesesnya yang menyisakan biji-bijian.

Dari hasil penelitian diketahui musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) lebih aktif pada malam hari, sedangkan musang rase dan musang leher putih aktif paling banyak pada siang hari. Dari hasil pengamatan musang luak paling banyak ditemui di kawasan TNGC dibandingkan dengan dua jenis musang yang lainnya.

7. Trenggiling (Manis javanica)

Trenggiling merupakan merupakan mangsa macan tutul jawa, berdasarkan hasil rekaman dari kamera jebak satwa trenggiling dapat ditemui di Resort Darma. Jumlah trenggiling yang berhasil tertangkap kamera sejumlah 1 ekor. Trenggling biasanya dapat dijumpai pada vegetasi rapat dengan habitus pohon, memiliki seresah yang relative tebal dengan kelembaban lantai hutan yang tinggi. Penutupan tajuk di kawasan ini lebih rapat di bandingkan dengan wilayah lain di TNGC. Trenggiling makanan utamanya adalah serangga, terutama semut dan rayap. Kelimpahan serangga berbanding terbalik dengan akumulasi curah hujan, jumlah serangga akan naik pada saat curah hujan menurun dan jumlah serangga akan turun saat curah hujan naik. Terkait dengan curah hujan tertinggi, akan menaikkan tingkat kelembaban lantai hutan sehingga diduga karena tinggkat kelembaban yang tinggi populasi serangga kecil termasuk pakan trenggiling. Trenggiling termasuk jenis yang sukar untuk mendapat jenis pakan subtitusi selain rayap dan semut. Grzimek (1975) menuliskan bahwa sulit untuk menangkarkan trenggiling. Untuk jenis yang baru ditangkap dari alam tidak akan mau langsung menerima pakan pengganti.

8. Landak (Hystrix brachyuran)

Keberadaan landak dalam satu kawasan tidak terpisahkan dengan kondisi geomorfisnya. Sesuai dengan Suyanto (2002) bahwa landak tinggal pada lubang- lubang batu atau gua liang yang dibuatnya sendiri. Grzimek (1975) juga menyatakan bahwa pada siang hari landak beristirahat dalam lubang-lubang tanah atau celah-celah bebatuan yang menjadi tempat tidurnya. Landak menyukai habitat berupa hutan terbuka dan setepa. Landak dapat hidup di setiap tipe hutan dan dapat pula hidup di areal perkebunan.

Landak termasuk jenis nokturnal, pada siang hari tidur dalam sarang pada malam hari keluar mencari makanan. Makanan landak termasuk akar-akar yang kayazat tepung termasuk ketela pohon jika tak sengaja masuk ke kebun. Kadang- kadang landak mengumpulkan tulang dan diangkut dalam sarang, landak mengerkah tulang tersebut untuk mendapatkan kalsium (Mac Kinnon 1983).

dalam waktu semalam. Landak memakan jenis akar-akaran, umbi, lendir kotoran babi, tunas-tunas, rebung muda maupun yang sudah keras dan lumut.

Landak merupakan jenis herbivora, kadang-kadang memakan daging seperti kebanyakan pengerat. Di kebun binatang, landak memakan kentang, wortel, buah hijauan dan pakan anjing. Landak liar memakan ubi-ubian, tumbuhan berduri, akar, berbagai tanaman, dedaunan, buah, jagung dan kulit kayu (Grzimek 1972). Landak dalam beraktifitas selalu berpasangan dan kadang di jumpai dalam kelompok 3-6 ekor.

Dokumen terkait