• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

6. Badan Usaha Milik Desa/Nagari (BUMDes/BUMNag)

a. Materi Muatan Peraturan Daerah Tentang BUMDes/BUMNag Jika diperlukan, pemerintah daerah dapat membentuk peraturan daerah yang mengatur tentang BUMDes/BUMNag. Hal –hal yang perlu diatur yaitu (Ridwan, 2013: 367-369):

1. Ketentuan Umum

Istilah yang mestinya digunakan dalam perda tentang BUMDes/BUMNag yaitu: Daerah; Pemerintah Daerah; Kepala Daerah; Kecamatan; Camat; Desa; Kepala Desa; Badan Permusyawaratan Desa; Peraturan Desa; Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; Kekayaan Desa; Badan Usaha Milik Desa;

Permodalan BUMDes; dan Wilayah kerja BUMDes.

2. Materi Pengaturan

Materi yang hendaknya akan diatur dalam perda tentang BUMDes yaitu:

a. Pembentukan BUMDes

Pemerintah desa dapat membentuk BUMDes dalam rangka meningkatkan sumber-sumber asli pendapatan desa dan menumbuh kembangkan perekonomian masyarakat desa.

BUMDes ditetapkan berdasarkan peraturan desa dengan berpedoman padaperaturan perundang-undangan yang berlaku.

BUMDes didirikan berdasarkan hasil musyawarah warga dan BPD yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa. Peraturan desa tersebut paling sedikit memuat: maksud dan tujuan: nama tempat dan kedudukan wilayah usaha: asas, fungsi dan jenis usaha:

pemodalan; kepengurusan dan organisasi; kewajiban dan hak;

penetapan dan penggunaan laba.

b. Organisasi BUMDes

Organisasi BUMDes adalah milik pemerintah desa, yang permodalannya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan desa yang dipisahkan, bukan milik kelompok ataupun perseorangan. Secara organisatoris struktur BUMDes terpisah dari struktur organisasi pemerintahan desa. BUMDes memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Anggaran dasar sekurang-kurangnya memuat rincian nama, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, kepemilikan modal, kegiatan usaha dan kepengurusan. Anggaran rumah tangga sekurang-kurangnya memuat hak dan kewajiban pengurus, tata cara pengangkatan dan pemberhentian pengurus, penetapan operasional jenis usaha, sumber permodalan serta keuntungan dan kepailitan.

c. Kepengurusan BUMDes

Pengurusan BUMDes terdiri dari penasihat dan pelaksana operasional. Penasihat dijabat oleh kepala desa. Pelaksana operasional terdiri atas manajer dan kepala unit usaha. Masa jabatan pelaksana operasional BUMDes adalah 3 tahun.

Pelaksana operasional diangkat dan diberhentikan dengan keputusan kepala desa atas persetujuan BPD.

d. Mekanisme Pengangkatan Badan Pengurus BUMDes

Persyaratan pengangkatan, berhenti,dan diberhentikannya pelaksana operasional BUMDes.

e. tugas dan kewenangan penasihat dan pelaksana operasional penasihat mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa. Pengurus pelaksana operasional mempunyai tugas menata, melaksanakan dan mengembangkan usaha-usaha perekonomian yang dijalankan oleh BUMDes. Pengurus pelaksana operasional atau direksi bertanggungjawab kepada pemerintah desa atas segala kegiatan

yang dijalankan oleh BUMDes dan mewakili BUMDes di dalam dan diluar pengadilan.

f. Jenis usaha, permodalan dan bagi hasil usaha

Bab ini mengatur tentang jenis usaha, permodalan dan bagi hasil usaha yang dapat dilaksanakan melalui BUMDes.

g. Mekanisme pengelolaan, pelaporan, dan pertanggungjawab Bab ini menjelaskan mekanisme pengelolaan, pelaporan dan pertanggungjaawaban pengelolaan BUMDes. Diantaranya bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara transparan, akuntabel, partisipatif, berkelanjutan dan akseptabel. Laporan pertanggungjawaban BUMDes disampaikan oleh ketua pengurus pelaksana operasional kepada pemerintah desa dan BPD dalam forum musyawarah desa dan disaksikan oleh camat sebagai wakil pemerintah kabupaten.

h. Pembina, pengawas dan audit

Pelaksana pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pelatihan teknis terhadap manajemen BUMDes adalah Bupati.

Inspektorat Kabupaten melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BUMDes.

e. Definisi Badan Usaha Milik Desa/Nagari

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 dan PP Nomor 72 tahun 2005 diamanatkan bahwa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, pemerintah desa dapat mendirikan BUMDes/BUMNag sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa/nagari. Dalam hal perencanaan dan pembentukannya, BUMDes/BUMNag dibangun atas prakarsa (inisiasi masyarakat), serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif, dan emansipatif, dengan dua prinsip yang mendasari, yaitu member base dan self help. Hal ini penting mengingat bahwa profesionalisme pengelolaan BUMDes/BUMNag benar-benar didasarkan pada kemauan (kesepakatan) masyarakat banyak (member

base), serta kemampuan setiap anggota untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya (self help), baik untuk kepentingan produksi (sebagai produsen) maupun konsumsi (sebagai konsumen) harus dilakukan secara professional dan mandiri.

Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa berdirinya BUMDes/BUMNag ini karena sudah diamanatkan bahwa dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa/nagari, pemerintah desa/nagari dapat mendirikan BUMDes/BUMNag. Pilar lembaga BUMDes/BUMNag ini meruakan institusi social ekonomi desa/nagari yang betul-betul mampu sebagai lembaga komersial yang mampu berkompetisi keluar desa/nagari. BUMDes/BUMNag sebagai intitusi lembaga komersial, pertama-tama berpuhak kepada pemenuhan kebutuhan (produktif maupun konsumtif) masyarakat adalah melalui pelayanan distribusi penyediaan barang atau jasa. Hal ini dieujudkan dalam pengadaan kebutuhan masyarakat yang tidak memberatkan (seperti: harga lebih murah dan mudah mendapatkannya) dan menguntungkan. Dalam hal ini, BUMDes/BUMNag sebagai institusi komersil, tetap memperhatikan sector riil dan lembaga keuangan (Coristya Berlian Ramadana, 2013).

f. Ciri-ciri BUMDes/BUMNag

Ada bebarapa ciri BUMDes/BUMNag yang membedakannya dengan organisasi bisnis yang lain yaitu (Hidayat, 2018: 17):

1. Kekuasaan penuh di tangan desa, dan dikelola bersama masyarakat desa/nagari.

2. Modal bersama yakni bersumber dari desa/nagari dan masyarakat, dilakukan dengan cara penyertaan modal.

3. Menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya local untuk melakukan kegiatan operasional. Proses operasional ini di control bersama oleh BPD, Pemerintah Desa/Nagari dan anggota masyarakat.

4. Untuk bidang yang dipilih bagi badan usaha desa/nagari disesuaikan dengan potensi dan informasi pasar.

5. Keuntungan yang diperoleh dari produksi dan penjualan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat desa melalui kebijakn desa/nagari.

6. Pemberiaan fasilitas dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Desa/Nagari.

g. Tujuan Pendirian BUMDes/BUMNag

Tujuan didirikannya BUMDes/BUMNag oeleh pemerintah adalah (Hidayat, 2018: 17):

1. Meningkatkan perekonomi masyarakat desa/nagari.

2. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa/nagari.

3. Mengoptimalkan potensi sumber daya alam untuk kebutuhan masyarakat.

4. Menjadi alat pemerataan dan pertumbuhan ekonomi desa/nagari Melihat dari ciri dan tujuan pendirian BUMDes/BUMNag sebagaimana dijelaskan diatas, maka disimpulkan bahwa BUMDes/BUMNag adalah sebuah wujud dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable. Karena itu, dalam pengelolaannya BUMDes/BUMNag tidak bias dikelola secara asal-asalan namun diperlukan pengelolaan yang serius dan professional, agar bias berjalan secara mandiri, efektif dan professional.

h. Jenis Usaha BUMDes/BUMNag

Jenis-jenis usaha yang ada di BUMDes/BUMNag, antara lain (Hidayat, 2018: 18):

1. Serving, yaitu salah satu jenis BUMDes/BUMNag yang berfokus menjalankan bisnis social yang melayani warga biasa disebut dengan pelayanan public yang ditujukan pada seluruh masyarakat.

2. Banking, yaitu jenis usaha yang berfokus pada bisnis keuangan yakni dengan memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat desa/nagari.

3. Renting, yaitu jenis usaha yang berfokus pada bidang penyewaan yakni dengan melayani semua masyarakat desa/nagari yang membutuhkan persewaan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Brokering, yaitu jadi brokering adalah perantara, jadi jenis BUMDEs/BUMNag ini bias disebut dengan lembaga perantara yang menghubungkan antara satu puhak dan pihak lainnya yang memiliki tujuan sama.

5. Trading, yaitu slah satu jenis usaha di BUMDes/BUMNag yang memfokuskan usahanya dalam produksi dan berdagang barang-barang tertentu dalam sebuah pasar dengan skala yang luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

6. Holding, yaitu salah satu jenis badan usaha yang sering disebut dengan usaha bersama atau adalah sebuah unit dari unit-unit usaha yang ada di desa/nagari, dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-sendiri, yang diatur dan ditata sinerginya oleh BUMDes/BUMNag agar tumbuh dan berkembang bersama.

Dokumen terkait