• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGAIMANA KITA MELIHAT, MENDENGAR, DAN MERASAKAN?

Dalam dokumen MEMAHAMI ALLAH MELALUI AKAL (Halaman 87-89)

Tindakan melihat disadari secara progresif. Gugus-gugus sinar (foton-foton) berjalan dari obyek ke mata dan melewati lensa di depan mata yang membiaskan foton dan membalikkannya pada retina di belakang mata. Di sini, cahaya yang menimpa diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dikirim oleh neuron ke suatu titik yang sangat kecil yang disebut pusat penglihatan di belakang otak. Sinyal listrik ini diterima sebagai suatu kesan di bagian tengah dalam otak setelah adanya serangkaian proses. Tindakan melihat sebenarnya terjadi di titik yang sangat kecil ini di bagian belakang otak, yang gelap gulita dan sepenuhnya tersekat dari cahaya.

Sekarang, mari kita perhatikan lagi proses yang tampaknya biasa-biasa saja. Ketika kita mengatakan, "kita melihat", sebenarnya kita sedang melihat pengaruh rangsangan yang sampai pada mata kita dan dilanjutkan sampai pada otak kita, setelah pengaruh rangsangan itu diubah bentuknya ke dalam sinyal-sinyal listrik. Dengan kata lain, ketika kita mengatakan, "kita melihat", kita sebenarnya mengamati sinyal- sinyal listrik di benak kita.

Semua kesan yang kita lihat dalam kehidupan kita terbentuk di pusat penglihatan kita, yang volumenya hanya beberapa sentimeter kubik di otak. Baik buku yang sedang anda baca maupun bentang tiada batas yang anda lihat ketika menatap cakrawala disesuaikan ke dalam ruang yang sangat kecil ini. Hal lain yang harus diingat, seperti yang telah kita catat sebelumnya, otak itu tersekat dari cahaya; bagian dalamnya sepenuhnya gelap. Otak tidak berhubungan dengan cahaya itu sendiri.

R. L. Gregory memberikan penjelasan berikut tentang aspek melihat yang menakjubkan, sesuatu yang seringkali kita alami begitu saja:

Kita amat mengenal penglihatan, sehingga diperlukan suatu lompatan imajinasi untuk menyadari bahwa ada masalah yang harus diselesaikan. Namun perhatikanlah. Kita diberi kesan-kesan sangat kecil yang terbalik di mata, dan kita melihat obyek kuat yang terpisah di ruang sekitarnya. Dari pola simulasi pada retina, kita mencerap dunia obyek, dan ini tidak aneh sama sekali.27

KETERANGAN HALAMAN 160

Bahkan pada saat kita merasakan cahaya dan panas api, bagian-dalam otak kita gelap-gulita dan suhunya tak pernah berubah.

Bundel-bundel cahaya yang datang dari suatu obyek menimpa retina secara terbalik. Di sini, kesannya diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan dipindahkan ke pusat penglihatan di belakang otak. Karena otak tersekat dari cahaya, mustahil cahaya mencapai pusat penglihatan. Ini berarti bahwa kita memandang dunia luas yang terang dan dalam di suatu titik kecil yang tersekat dari cahaya.

Situasi yang sama dengan itu terdapat juga pada semua indera kita yang lain. Suara, sentuhan, rasa, dan bau dikirim semuanya ke otak sebagai sinyal-sinyal listrik dan dicerap di pusat-pusat indera yang sesuai di otak.

Indera pendengaran berfungsi dengan cara yang serupa dengan indera penglihatan. Telinga-luar memilih suara-suara melalui daun telinga dan mengarahkan suara-suara itu ke telinga-tengah. Telinga- tengah mengirimkan getaran suara ke telinga-dalam dan menguatkan suara-suara itu. Telinga-dalam menyalin getaran-getaran itu menjadi sinyal-sinyal listrik, yang kemudian mengirimkannya ke otak. Seperti halnya mata, tindakan mendengar akhirnya terjadi di pusat pendengaran dalam otak. Otak tersekat dari suara sebagaimana tersekat dari cahaya. Karena itu, betapapun berisiknya keadaan luar, bagian-dalam otak sepenuhnya hening.

KETERANGAN HALAMAN 161

Segala yang kita lihat dalam kehidupan kita terbentuk di suatu bagian dari otak kita

yang disebut ―pusat penglihatan‖ yang terletak di belakang otak kita, dan yang volumenya hanya beberapa sentimeter kubik. Baik buku yang sedang anda baca maupun bentang tiada batas yang anda lihat ketika menatap cakrawala disesuaikan ke dalam ruang yang sangat kecil ini. Karena itu, kita melihat obyek-obyek tidak dalam ukuran mereka yang sebenarnya ada di luar, tetapi dalam ukuran yang dicerap oleh otak kita.

Namun demikian, suara-suara yang paling halus pun dicerap oleh otak. Sangatlah tepat bahwa telinga orang yang sehat mendengar apa saja tanpa suara berisik sekeliling. Dalam otak anda, yang tersekat dari suara, anda mendengar simfoni dari sebuah orkestra, mendengar suara-suara bising dari tempat yang ramai, dan menerima semua suara dalam rentang frekuensi yang lebar, dari desiran daun sampai deru pesawat jet. Akan tetapi, jika tingkat suara di otak anda diukur dengan alat sensitif pada saat itu, maka akan terlihat bahwa keheningan total berlaku di sana.

Persepsi kita tentang bau terbentuk dengan cara yang sama. Molekul yang mudah menguap dipancarkan oleh benda-benda sepeti panili atau bunga mawar sampai ke reseptor dalam rambutnya yang lembut di bagian epitelium hidung dan terjadilah interaksi. Interaksi ini dikirimkan ke otak sebagai sinyal listrik dan diterima sebagai bau. Segala benda yang kita baui, disukai atau pun tidak disukai, hanyalah persepsi otak tentang interaksi molekul-molekul yang mudah menguap setelah diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Anda mendapatkan bau dari parfum, bunga, makanan yang anda sukai, laut, atau bau-bau lain yang anda sukai atau tidak anda sukai, di otak anda. Molekul-molekul itu sendiri tak pernah mencapai otak. Sebagaimana dengan suara dan pemandangan, yang mencapai otak anda hanyalah sinyal listrik. Dengan kata lain, semua bau yang telah anda anggap—sejak anda lahir—terdapat pada obyek-obyek luar ternyata hanya sinyal-sinyal listrik yang anda rasakan melalui organ indera anda.

Begitu pula, ada empat jenis reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Hal ini ada hubungannya dengan empat rasa: asin, manis, asam, dan pahit. Reseptor-rasa kita mengubah persepsi ini ke dalam sinyal listrik melalui serangkaian proses kimiawi dan mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini diterima sebagai rasa oleh otak. Rasa yang anda alami ketika anda makan buah-buahan atau sebatang coklat yang anda sukai ialah penafsiran sinyal-sinyal ini oleh otak. Anda tidak pernah mencapai obyek di alam luar; anda tidak pernah melihat, mencicipi atau merasakan coklat sendiri. Contohnya, jika syaraf rasa yang bergerak ke otak dipotong, maka rasa dari sesuatu yang anda makan tidak akan sampai ke otak anda; anda akan sepenuhnya kehilangan cita rasa anda.

Dalam hal ini, kita sampai pada fakta lain: kita tidak pernah pasti bahwa yang kita alami ketika kita merasakan makanan dan yang dialami oleh orang lain ketika ia merasakan makanan yang sama, atau yang kita cerap ketika kita mendengar suara dan yang dicerap oleh orang lain ketika ia mendengar suara yang

sama adalah sama. Lincoln Barnett berpendapat bahwa tiada seorang pun dapat mengetahui apakah orang lain mencerap warna merah atau mendengar not C dengan cara sama seperti dirinya sendiri.28

Indera sentuh kita tidak berbeda dengan indera lainnya. Ketika kita menyentuh suatu obyek, semua informasi yang akan membantu kita dalam mengenali alam luar dan obyek-obyek itu dikirim ke otak oleh syaraf indera di kulit. Merasakan sentuhan itu terbentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, tempat pencerapan indera sentuh kita tidak di ujung jari kita atau di kulit kita, tetapi di pusat persepsi-sentuh di otak kita. Dengan adanya penafsiran otak terhadap rangsangan elektris yang sampai ke otak dari obyek-obyek, kita mengalami obyek-obyek itu berbeda seperti keras atau lembut, panas atau dingin. Kami menguraikan semua rincian yang membantu kita mengenali obyek dari rangsangan- rangsangan ini. Berkenaan dengan hal ini, pemikiran dua filsuf terkenal, B. Russell dan L. Wittgenstein, adalah sebagai berikut:

Contohnya, apakah jeruk benar-benar ada ataukah tidak dan bagaimana jeruk itu menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Jeruk hanya terdiri dari cita rasa yang dirasakan oleh lidah, bau yang dibaui oleh hidung, warna dan bentuk yang dilihat oleh mata; dan hanya sifat-sifat inilah yang dapat diuji dan dinilai. Ilmu pengetahuan tidak akan bisa mengetahui dunia fisik.29

Mustahil bagi kita untuk menjangkau dunia fisik. Semua obyek di sekitar kita merupakan kumpulan persepsi seperti penglihatan, pendengaran, dan penyentuhan. Dengan memproses data di pusat penglihatan dan di pusat sensorik lainnya, otak kita, sepanjang hidup kita, tidak bertentangan dengan “asal-usul” zat yang ada di luar kita, tetapi merupakan salinan yang terbentuk di dalam otak kita. Dalam hal ini kita tersesat bila menganggap salinan-salinan ini sebagai contoh zat-nyata di luar kita.

Dalam dokumen MEMAHAMI ALLAH MELALUI AKAL (Halaman 87-89)