• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

HASIL WAWANCARA

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Pandangan masyarakat biasa-biasa saja, tidak ada yang berbeda atau aneh ketika saya menikah, ya karna setahu saya perkawinan saya sah-sah saja seperti perkawinan lainnya, bedanya hanya tidak dicatatkan saja.

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Untuk dampak yang saya rasakan yaitu tidak bisa membuat akta kelahiran untuk anak saya dan tidak bisa membuat kartu keluarga (KK)

HASIL WAWANCARA

Nama : Sapitri

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Sapitri

Waktu : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 10:30 WIB

……….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 17 tahun. Karena saya tidak sekolah sampai SMA, dan bekerja membantu orang tua saya di lio, jadi saya di jodohkan dengan kampung sebelah.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Saya menikah kurang lebih sudah 15 tahun.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Saya menikah dirumah saya sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Yang menjadi saksi pak RT dan sodara saya, dan yang hadir ketika pernikahan saya banyak dari tokoh masyarakat.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

Iya saya tahu KUA itu tempat untuk mendaftarkan calon pengantin, atau orang yang mau menikah, harus ke KUA. Untuk fungsi KUA selain tempat untuk calon pengantin saya kurang tahu.

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Perkawinan saya tidak mempunyai akta nikah, ketika saya menikah tidak di catatkan oleh orang dari pihak KUA.

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan?

Karena biayanya mahal, sebenarnya saya sebelum menikah sudah datang ke KUA, tapi setelah saya menanyakan biaya administrasinya ternyata sangat mahal, akhirnya saya dan suami saya memutuskan untuk tidak mencatatkan perkawinan, dari pada saya harus membayar hanya untuk akta nikah, leih baik saya gunakan uang nya untuk hal lain.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?

Saya kurang tahu untuk diakui atau tidak nya perkawinan saya. Yang tepenting perkawinan saya sah menurut agama.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Belum pernah sama sekali ada penyuluhan di desa ini, kalau misalnya ada penyuluhan tentang pentingnya pencatatan perkawinan, mungkin saya juga mencatatkan perkawinan saya dan akan menanyakan mengapa biaya pencatatan perkawinannya itu mahal.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut

undang-undang?

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Lingkungan sekitar mengenai perkawinan saya biasa-biasa saja tidak ada hal yang berbeda atau aneh dimata masyarakat, karna menurut saya perkawinan yang saya lakukan juga sudah sah dan memenuhi rukun dan syarat sesuai ketentuan agama.

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Untuk dampak yang saya rasakan, awalnya si saya agak kesulitan membuat akta kelahiran untuk anak saya dan membuat kartu keluarga. Tetapi, ada pihak dari desa yang menawarkan saya membuat akta kelahiran dankartu keluarga dengan cara lain, ya walaupun ujung-ujungnya duit yang bicara dan lumayan mahal untuk membayarnya, jadi saya mempunyai akta kelahiran anak saya.

HASIL WAWANCARA

Nama : Enap Napsiah

Pekerjaan : Karyawan

Tempat : Di Depan Rumah Ibu Enap

Waktu : Kamis, 27 Maret 2014

Pukul : 16:00 WIB

……….

1. Pada usia berapakah ibu menikah?

Saya menikah pada usia 20 tahun.

2. Sudah berapa lama ibu menikah?

Sekitar sembilan tahun lamanya saya menikah.

3. Dimana ibu melakukan pernikahan?

Saya melakukan perkawinan di rumah saya sendiri.

4. Siapa saja saksi yang menghadiri pernikahan ibu?

Yang menjadi saksi ketika pernikahan saya yaitu mamang saya dan pak RT, dan dari tokoh masyarakat lainnnya juga datang.

5. Apakah ibu tahu mengenai Kantor Urusan Agama, dan apa fungsingnya?

Kantor Urusan Agama setahu saya tempat buat orang yang mau menikah.

6. Apakah perkawinan ibu tercatat dan mempunyai akta nikah?

Tidak, perkawinan saya tidak di catatkan oleh pihak KUA dan saya tidak mempunyai akta nikah.

7. Apa yang menyebabkan ibu melakukan perkawinan di bawah tangan?

Ketika saya mau melangsungkan perkawinan, saya tidak datang ke KUA, karena biaya pencatatannya mahal, memakan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.

8. Apakah ibu tahu perkawinan yang ibu lakukan itu tidak diakui oleh negara?

Saya tidak tahu diakui atau tidak nya oleh negara, kalau saya tahu biaya menurut undang-undang pasti saya juga protes kepada pihak KUA, kenapa biaya penatatan perkawinan bisa semahal itu.

9. Setahu ibu apakah KUA dan pihak desa pernah mengadakan

sosialisasi/penyuluhan tentang perkawinan atau tentang pentingnya

pencatatan perkawinan di daerah sini?

Dari pihak desa atau pun dari pihak KUA belum pernah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sinih. Jadi saya tidak tahu tentang pentingnya pencatatan perkawinan.

10. Apakah ibu tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut

undang-undang?

Saya tidak tahu berapa biaya pencatatan perkawinan menurut undang-undang. ka

11. Bagaimana pandangan lingkungan sekitar mengenai perkawinan yang

ibu lakukan?

Biaasa saja, tidak ada hal yang aneh ketika perkawinan saya berlangsung. Ya mungkin karena emang perkawinan saya sah, sah menurut agama, jadi masyarakat juga terlihatnya biasa aja layaknya perkawinan lain.

12. Apa dampak yang ibu rasakan dari perkawinan ibu?

Untuk dampak yang saya rasakan untuk sekarang ini saya tidak bisa membaut akta kelahiran untuk anak saya, dan tidak punya kartu keluarga. Bisa sebenarnya saya membuat kata kelahiran anak saya dan membuat kartu keluarga, tetapi lagi-lagi uang yang berbisara, karena kondisi ekonomi saya tidak seberapa jadi saya malas untuk membuat dengan uang yang tidak sedikit.

Dokumen terkait