• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 8. Bagan struktur organisasi PDD

Aktivitas PDD meliputi:

1. Membuat formulasi obat baru (Membuat formula obat baru yang belum pernah di produksi oleh Darya Varia Grup sebelumnya).

2. Reformulasi (mengembangkan formulasi produk yang sudah diproduksi). Pengembangan formula oleh PDD hanya sampai pada proses pengemasan primer.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Aktifitas PDD dimulai dari dikeluarkannya PDRF (Product Development

Request Form) dari marketing. PDRF berisi spesifikasi produk yang akan

dikembangkan seperti nama produk, komposisi, packing size, dosage form dan

launching date. Setelah PDRF diterima, PDD melakukan studi literatur dari buku,

internet, produk innovator dan kompetitor. Selanjutnya PDD melakukan trial skala laboratorium untuk mencari beberapa formula yang sesuai, minimal 2 formula. Pengujian pada skala lab ini diharapkan reproducible sebelum dilanjutkan dengan Pilot scale. Pilot scale dilakukan sebanyak 3 kali terhadap satu formula yang dipilih dan yang terakhir dilakukan di ruang produksi. Produk yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pengujian stabilitas oleh departemen QA/QC. Hasil dari pilot scale harus sesuai dengan spesifikasi pada PDRF dan uji stabilitas terpenuhi. Setelah QA/QC mereleased produk tersebut maka produk siap untuk diregistrasi dengan melampirkan data formula produk, spesifikasi dan data uji stabilitas yang telah dilakukan. Data-data ini dikirim ke bagian HRA

(Health Regullatory Affair) yang bertugas menangani registrasi obat di Darya

Varia Grup. Setelah nomor registrasi keluar maka dilakukan Scale Up dimana obat diproduksi dalam skala besar sesuai dengan batch size yang direncanakan pada produksi commercial bets.

3.2.6 Penanganan Limbah

Penanganan limbah di PT.Prafa dibawah tanggung jawab Departemen PGA, QA/QC dan Technical Service. Limbah Prafa terdiri dari limbah padat dan limbah cair.

Limbah padat berasal dari debu hasil proses produksi, sampah sisa

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

dan obat yang telah kadaluarsa. Limbah padat yang masih dapat dimanfaatkan serta memiliki nilai jual seperti sisa kemasan (kaleng, drum, aluminium foil, plastik, botol, kardus) dikumpulkan di gudang khusus, kemudian dijual agar barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan atau digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle). Pembakaran produk reject dan obat yang telah kadaluarsa dilakukan dengan incinerator pada suhu 550-1200°C selama 45-60 menit. Sisa bahan padat yang menempel pada wadah / peralatan dibersihkan dengan mesin penyedot debu / vacuum sebelum dicuci dengan air. Bila tidak tersedia vacuum, sisa-sisa serbuk yang menempel diambil dengan lap yang dibasahi alkohol 70% dan lap tersebut dicuci tersendiri. Kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor dilakukan untuk pengangkutan sampah keluar pabrik yang dilakukan secara teratur dan terkontrol.

Limbah cair diolah dalam Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Departemen QA/QC bertugas membuat metoda pengelolaan limbah, membuat metoda analisa air limbah, mengawasi pelaksanaan pengelolaan limbah cair. Departemen QA/QC bekerjasama dengan Departemen Technical Service mencari dan menentukan metoda IPAL, Departemen Technical Service bertugas

mengawasi IPAL dan mengawasi alat-alat pengelolaan air limbah cair. Departemen PGA bertugas menjaga kebersihan lingkungan di sekitar IPAL, pelaksana regenerasi saringan dan pencucian bak serta mengawasi pelaksanaan pengelolaan limbah cair.

Limbah Prafa yang masuk ke IPAL antara lain limbah proses NBL bersama logam berat, cephalosphorin, betalaktam dan aquadem (purified water). Limbah ini masuk ke bak ekualisasi setelah sebelumnya mengalami pretreatment

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

kecuali limbah aquadem yang langsung dialirkan ke IPAL. Masing-masing limbah memiliki bak penampungan awal tersendiri. Pada bak penampungan awal

dilakukan pengecekan pH. Air limbah tersebut ditambahkan larutan NaOH hingga pH basa (pH antara 10-11) kemudian disirkulasi selama 120 menit untuk limbah betalaktam dan cephalosporin sedangkan limbah proses NBL disirkulasi selama 10 atau 15 menit. Selanjutnya pada bak ditambahkan dengan larutan HCl hingga larutan menjadi netral (pH 7) dan siap dialirkan ke bak ekualisasi.

Dari bak ekualisasi air limbah akan dialirkan ke bak separasi setelah sebelumnya dinetralisasi di bak reaksi. Apabila diketahui bahwa pH pada bak ekualisasi bersifat asam (pH 1-4) maka dinetralkan dengan penambahan NaOH 40% hingga pH 7 sebaliknya jika pH pada bak ekualisasi bersifat basa (pH 11-14) maka dinetralkan dengan penambahan HCl 32% hingga pH 7. Setelah proses netralisasi maka dilakukan sirkulasi selama 2 menit.

Air limbah dialirkan dari bak separasi ke bak koagulasi flokulasi melewati

Fish Bone Wier. Pada bak koagulasi flokulasi ditambahkan PAC (Poly

Aluminium Chloride) sebanyak 3 liter dosis 6% atau 12%. Air limbah ini

kemudian diaduk dengan mixer selama 15 menit lalu didiamkan selama 30 menit atau lebih maka gumpalan akan turun secara gravitasi. Pada tahap ini akan

menghasilkan lumpur dan proses selanjutnya lumpur ini akan dipindahkan ke bak lumpur dengan pompa khusus.

Setelah mengalami koagulasi flokulasi limbah akan disaring melalui bak filtrasi menuju ke bak aerasi. Pada bak aerasi dilakukan pengadukan dengan diffuser

selama 120 menit dengan jangka waktu 10 menit ON dan 5 menit OFF. Di dalam bak aerasi terdapat SGB 104 yang bersifat aerob yang perlu diberi urea sebanyak

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

300 gram/hari dan SP36 (P) sebanyak 50 gram/hari dan penambahan sebanyak 0,5 liter selama 1 bulan sekali. Dari bak aerasi air limbah akan disaring pada bak filtrasi II kemudian menuju bak settle. Dari bak settle akan menuju bak stabilizing pond yang berfungsi untuk nenangkap oksigen bebas dari udara. Dari bak

stabilizing pond air limbah yang telah diolah ini dialirkan ke bak penampungan

akhir. Bagan alur proses pengolahan IPAL dapat dilihat pada Lampiran 17. Pemeriksaan IPAL dilakukan setiap hari oleh QC dengan mengambil sampel pada bak stabilizing pond. Pemeriksaan limbah juga dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak eksternal yang terstandarisasi seperti IPB untuk memperoleh sertifikat. Paraneter pemeriksaan IPAL antara lain parameter fisika meliputi suhu, warna, bau dan kekeruhan serta parameter kimia seperti pH, kandungan fenol, N-total, Total Dissolved Solid (TDS), Biologycal Oxygen

Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Dissolved Oxygen

(DO).

BAB IV PEMBAHASAN

PT. Pradja Pharin (PT. Prafa) adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing yang memproduksi obat jadi. PT. Prafa bersama dengan Darya Varia Laboratories membentuk Darya Varia Group bernaung di bawah Unilab Indonesia bersama dengan Medifarma Laboratories Indonesia. Unilab Indonesia merupakan

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

bagian dari Unilab Philliphine-Manila. Masing-masing perusahaan ini memiliki fokus tersendiri dalam produksi obat. PT. Prafa terfokus pada produksi obat sediaan solid, obat Ethical dan pelaksanaan Toll manufacturing.

PT. Prafa dipimpin oleh seorang Plant Manager yang merupakan apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk menjamin produk obat yang aman, efektif dan bermutu serta memiliki tanggung jawab internal untuk mengkoordinasi seluruh kegiatan di pabrik. Struktur organisasi PT. Prafa berbentuk horizontal dimana kedudukan masing-masing dari 5 manager setara sehingga pendelegasian tugas semakin jelas dan efektif, praktis serta dapat menonjolkan jiwa kepemimpinan dari masing-masing manager. Pada industri farmasi ini terdapat 12 orang apoteker yang terdistribusi pada semua departemen.

Secara Umum PT. Prafa telah memenuhi Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) yang merupakan pedoman bagi industri farmasi di Indonesia dalam membuat obat yang bermutu, aman dan efektif dan juga merupakan pedoman bagi pemerintah untuk mengendalikan dan mengawasi industri farmasi dalam menjalankan tanggung jawab profesional dan sosialnya. CPOB menyangkut berbagai aspek antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan sampai penarikan obat jadi dan dokumentasi. Dari mapping berdasarkan pemenuhan CPOB yang dilakukan oleh badan POM, Prafa memperoleh peringkat A yang berarti bahwa Prafa merupakan industri farmasi yang telah memiliki fasilitas telah memenuhi CPOB dan telah sesuai dengan ASEAN Harmonization, sehingga industri farmasi tersebut boleh memproduksi dan mengekspor produk ke luar negeri serta dapat melakukan Toll Manufacturing. Saat ini PT. Prafa telah

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

memiliki 36 sertifikat GMP/CPOB yang diperoleh sejak tahun 1991 sampai tahun 2009.

Berdasarkan konsep CPOB, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan oleh hasil akhirnya saja, tetapi dibangun dari keseluruhan tahap dalam proses produksi (Built in Quality). Oleh karena itu perlu adanya suatu manajemen mutu yang dilaksanakan oleh departemen QA/QC yang melakukan pengawasan mutu dan pemastian mutu. Pengawasan mutu dilakukan melalui pemeriksaan di laboratorium kimia, mikrobiologi dan pemeriksaan IPC (In Process Control) di area produksi. Produk jadi yang akan diluluskan oleh bagian pengawasan mutu harus memenuhi persyaratan mutu sesuai spesifikasi, penandaan, kemasan serta kelengkapan dokumen produksi. Selain itu juga dilakukan pengujian stabilitas secara berkala terhadap retained sample setiap batch obat hingga satu tahun setelah habis masa edarnya untuk mengetahui dan memperkirakan kestabilan produk yang ada dipasaran. Pemastian mutu dilakukan oleh departemen QA/QC dengan melakukan pengawasan dan membuat program-program pemenuhan CPOB seperti BOS (Behavior Observation System), Validasi, Pengendalian Pengubahan (Change Control), CAPA (Corective Action Preventive Action) dan sistem dokumentasi.

Karyawan PT. Prafa memiliki keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai mengenai CPOB serta bekerja sesuai dengan keahliannya. Hal tersebut didukung dengan pelakasanaan training karyawan secara berkesinambungan sesuai dengan keperluan dan perkembangan CPOB yang diselenggarakan oleh PT. Prafa. Setiap pelatihan (training) yang dilakukan didokumentasikan sebagai training record karyawan. Kesejahteraan karyawan

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

sangat diperhatikan dan selalu ditingkatkan. Keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan menjadi perhatian penting karena pada tahun 2010, PT. Prafa ingin meraih sertifikat golden flag, yaitu penghargaan yang diberikan oleh instansi K3 bagi perusahaan yang menghasilkan jam kerja diatas 1 juta tanpa adanya kecelakaan.

Bangunan PT. Prafa telah memenuhi persyaratan bangunan dalam ketentuan CPOB. Rancang bangunan di PT. Prafa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan produksi dengan baik. Permukaan bangunan di ruang produksi dibuat licin (menggunakan epoksi) agar mudah dibersihkan. Selain itu, sudut-sudut dibuat melengkung yang bertujuan untuk mengurangi debu yang terjebak dan memudahkan pembersihan. Bangunan gedung produksi betalaktam-cephalosforin diletakkan terpisah dari gedung produksi non betalaktam dan gedung lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dan shock anafilaksis bagi individu yang alergi dan hipersensitif terhadap obat-obat golongan betalaktam-cephalosporin. Tata letak ruangan di bagian produksi dibuat berurutan sesuai urutan proses kegiatan sehingga arus kerja lebih teratur, memudahkan pengawasan, mencegah resiko kekeliruan dan menghindari terjadinya kontaminasi silang. Adanya koridor di ruang produksi bertujuan untuk memudahkan mobilitas karyawan tanpa mengganggu proses produksi.

Peralatan yang dimiliki PT. Prafa dirancang untuk menunjang kebutuhan produksi. Setiap alat didesain agar mudah dioperasikan dan disanitasi serta tidak mengkontaminasi produk. Kualifikasi alat dilakukan secara rutin setiap satu tahun sekali dan kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kualifikasi bertujuan untuk

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

membuktikan bahwa alat yang digunakan telah sesuai dengan desainnya, terinstalasi dengan baik, dapat beroperasi dan menunjukkan kinerja yang baik. Selain itu juga dilakukan verifikasi setiap harinya terhadap peralatan terutama alat ukur. Setiap peralatan yang telah dikalibrasi diberi tanda pengenal sehingga kemampuan setiap alat dapat dikontrol dengan baik. Peralatan yang berkontak langsung dengan produk terbuat dari Stainless Steel 316 L.

Sanitasi dan higiene di PT. Prafa telah diterapkan secara keseluruhan mencakup personalia, bangunan/ruang, peralatan dan perlengkapan produksi, serta segala hal yang dapat menjadi sumber pencemar. Higiene perorangan diterapkan dengan cara melarang personel untuk merokok, makan, minum atau menyimpan makanan dan minuman di dalam ruang produksi dan laboratorium atau ruangan lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi atau menurunkan kualitas produk. Setiap personel yang akan memasuki ruang produksi diharuskan mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkan tangan sebelum memasuki ruang produksi serta memakai pakaian khusus lengkap dengan penutup kepala, masker dan sepatu atau alas kaki khusus. Baju untuk karyawan dirancang sesuai dengan tingkat kebersihan ruangan dimana karyawan itu akan bekerja. Baju karyawan dibuat sedemikian rupa dimana seluruh permukaan tubuh tertutup rapat, sehingga tidak terjadi kontaminasi produk akibat dari partikel yang berasal dari . Karyawan yang melakukan proses produksi menggunakan sarung tangan untuk menghindari sentuhan langsung antara tangan dengan bahan baku maupun dengan produk yang dihasilkan. Khusus untuk produksi betalaktam-cephalosporin, setiap personel yang akan meninggalkan gedung diwajibkan mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan partikel-partikel bahan aktif betalaktam-cephalosporin yang

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

menempel. Bagi tamu yang berkunjung ke ruang produksi disediakan juga pakaian khusus, masker dan penutup sepatu (shoes cover).

Untuk menjaga sanitasi dan higiene peralatan, setiap selesai memproduksi satu jenis obat peralatan harus selalu dibersihkan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk selanjutnya yang akan dibuat. Prosedur pembersihan harus tervalidasi. Peralatan yang digunakan setelah produksi segera dibersihkan, yaitu dengan cara menggunakan air kemudian didesinfeksi dengan Anios EAS 1,5 – 2 % dan alkohol 70%. Bahan sanitasi yang digunakan tidak boleh mencemari peralatan. Sanitasi ruangan produksi dilakukan dengan menggunakan HEPA filter dan kemudian dilakukan fumigasi menggunakan Anios 2R. Setiap proses sanitasi ruangan harus terdokumentasi dengan baik.

Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara ruangan yang tingkat kebersihannya lebih rendah dengan ruangan yang lebih bersih. Alur barang yang akan masuk ke ruang produksi juga harus melalui ruang penyangga produksi, yang jalurnya terpisah antara ruang penyangga personel (buffer room) dan ruang penyangga barang (pass box).

Proses produksi di PT. Prafa dapat berjalan dengan baik karena adanya kerja sama antar departemen. Proses produksi dimulai dari perencanaan produksi yang dilakukan oleh bagian PPIC. Perencanaan ini berdasarkan permintaan bagian

marketing yang berada di kantor pusat. Kemudian pelaksanaan produksi

diputuskan dalam rapat bersama bagian pengembangan produk, bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian teknik, dan manager pabrik. Perencanaan tersebut bersifat fleksibel mengikuti perkembangan dan kondisi yang ada di

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

lapangan serta dengan memperhitungkan seluruh sumber daya yang ada sehingga proses produksi dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Setiap tahapan produksi, mulai dari penerimaan bahan baku dan bahan kemas, hingga dikirimkan ke distributor, dilaksanakan dengan mengikuti SOP yang telah ditetapkan. Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, pada setiap tahap dalam proses produksi dilakukan pengawasan mutu In Process Control

(IPC), misalnya pada waktu pencetakan tablet dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot, diameter tablet, waktu hancur, keregasan, ketebalan, kekerasan dan uji kebocoran. Personel produksi juga melakukan pemeriksaan terhadap LOD pada setelah proses pengeringan dan uji kebocoran kemasan primer satu jam sekali. Proses produksi dilakukan dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB serta menggunakan sistem yang telah tervalidasi dan peralatan yang senantiasa terkualifikasi. Validasi metode analisis bahan baku dan validasi proses produksi senantiasa dilakukan untuk mendapatkan kepastian mutu. Validasi proses produksi dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan dan memastikan bahwa proses produksi senantiasa dilaksanakan dengan konsisten sehingga menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan ketentuan mutu yang ditetapkan.

Audit terhadap mutu dilakukan untuk dapat mengidentifikasi masalah GMP dan penyimpangan dari standar serta segala sesuatu atau masalah potensial yang mengakibatkan timbulnya masalah mutu. Audit yang dilakukan di PT. Prafa dilakukan dalam 3 bentuk yaitu Internal Quality Audit dan External Quality.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Perencanaan dan penanganan audit dibawah tanggung jawab DCC dan GMP

Compliance pada Departemen QA/QC.

Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau keseluruhan obat jadi dari seluruh mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan. Penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian telah diatur dalam prosedur baku yang telah ditetapkan. Penangan keluhan sampai penarikan obat jadi dari peredaran dilakukan oleh bagian QA/QC. Jika ada mutu produk yang tidak sesuai berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium QC, maka bagian QA/QC akan menginformasikan ke bagian marketing yang kemudian diteruskan ke distributor untuk dilakukan penarikan produk dari pasaran. Produk tersebut kemudian dikarantina dan diperiksa lagi dengan membandingkannya dengan sampel pertinggal, dan jika memang mutunya tidak sesuai maka dilakukan reposisi (penggantian).

Dokumentasi merupakan bagian penting dalam suatu sistem informasi untuk menunjukkan bahwa seluruh prosedur dan persyaratan telah dilaksanakan dengan baik. Sistem dokumentasi harus menggambarkan secara lengkap dan terperinci riwayat suatu produk sehingga dapat memudahkan dalam proses penelusuran produk tersebut. Setiap proses dan kegiatan yang dilakukan di PT. Prafa sesuai prosedur tetap (Standard Operating Prosedures, SOP), dan semua SOP yang berlaku atau pernah berlaku pengelolaannya dilakukan oleh bagian

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

DCC. Seluruh dokumen dalam rangkaian tahap produksi baik itu manufacturing

documents maupun laboratorium documents mulai dari bahan baku dan bahan

kemas, penimbangan, proses produksi dan hasil laboratorium serta pelaksananya, dan hal-hal yang menyimpang dikumpulkan dalam Batch Record yang disimpan oleh bagian DCC. Kegiatan kalibrasi, kualifikasi dan validasi yang dilakukan juga didokumentasikan. Selain itu perubahan-perubahan yang terjadi yang dapat mempengaruhi proses produksi maupun produk yang dihasilkan juga didokumentasikan sebagai dokumen pengendalian perubahan (change control

document). Dokumen-dokumen tersebut akan disimpan hingga waktu tertentu

sesuai dengan keperluan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

• Profesi apoteker di industri farmasi memiliki tugas dan ruang lingkup yang cukup luas mulai dari bagian pengembangan produk, manajemen material, bagian produksi sampai bagian jaminan dan pengawasan mutu (QA / QC).

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

• PT. Pradja Pharin ( Prafa ) merupakan industri farmasi yang memproduksi sediaan–sediaan farmasi dengan menerapkan CPOB pada seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga dihasilkan produk yang aman, bermutu dan berkhasiat.

• Kegiatan dilakukan di bagian produksi solid non-betalaktam berupa kualifikasi sebanyak 6 mesin untuk Project Specialization.

5.2 Saran

• Disarankan untuk melaksanakan validasi secara berkala dan continue

untuk menjamin produksi menghasilkan produk yang aman, berkualitas dan berkhasiat secara terus menerus (konsisten).

• Disarankan untuk melakukan perbaikan terhadap penanganan limbah khususnya pada IPAL.

• Disarankan terus melaksanakan kerjasama dengan dunia pendidikan, terutama kefarmasian dalam rangka peningkatan sumber daya manusia industri farmasi maupun dalam rangka pengembangan produk.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2001). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245/Menkes/SK/V1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan dan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Depkes RI. Jakarta.

BPOM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta.

Priyambodo, B.(2007). Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama. Yogyakarta.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009. F FGGWWaarreehhoouussee S SeeccuurriittyyGGuuaarrdd F FllaammmmaabblleeWWaarreehhoouussee C CeennttrraallLLaauunnddrryy T TeecchhnniiccaallSSeerrvviicceess W WaasstteeWWaatteerrTTrreeaattmmeenntt P Pllaanntt B BeettaallaaccttaammBBuuiillddiinngg R RMM//PPMMWWaarreehhoouussee N Noonn--BBLLBBuuiillddiinngg T ToollllJJkktt--BBggrr

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Rima Elfitra Rambe : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri Di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor, 2009.

Dokumen terkait