• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

Bagan 4.2 Bagan triangulasi teknik pengumpulan data

Berdasarkan bagan triangulasi teknik pengumpulan data pada bagan 4.2, terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu wawancara, observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari observasi yaitu siswa mengalami kesulitan pada materi bagian-bagian tubuh hewan. Hal tersebut dapat diketahui dari ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Dalam

Wawancara

SD Kanisius Eksperimental Mangunan

sudah memiliki media pembelajaran, namun masih sangat terbatas. Guru juga mengalami

kesulitan saat menyampaikan materi tentang bagian-bagian

tubuh hewan.

Observasi

Materi yang menjadi kesulitan adalah bagian- bagian tubuh hewan. Hal tersebut dapat diketahui dari

ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan

guru. Pada saat pembelajaran, guru tidak

menggunakan media pembelajaran. Ketersediaan

media pembelajaran IPA masih terbatas.

Kuesioner

Guru dan siswa memiliki penilaian yang baik

mengenai media pembelajaran dengan lima

ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil analisis

maupun saran dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam

pembuatan media pembelajaran.

Materi yang menjadi kesulitan kelas II SDKE Mangunan adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya.

Meskipun sulit, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih terbatas dalam bentuk gambar atau bentuk

dua dimensi. Peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori berdasarkan kebutuhan guru dan

103 menyampaikan materi, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Hal ini dikarenakan ketersediaan media pembelajaran IPA materi bagian-bagian tubuh hewan belum ada di sekolah tersebut. Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara yaitu SD Kanisius Eksperimental Mangunan sudah memiliki media pembelajaran, namun belum memiliki media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan. Materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunannya. Guru juga mengalami kesulitan saat menyampaikan materi tentang bagian-bagian tubuh hewan. Dalam menyampaikan materi guru belum menggunakan media pembelajaran.

Data yang selanjutnya diperoleh oleh peneliti yaitu kuesioner. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai media pembelajaran dengan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil analisis maupun saran dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pembuatan media pembelajaran.

Berdasarkan triangulasi teknik pengumpulan data, dapat disimpulkan bahwa materi yang menjadi kesulitan kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Meskipun sulit, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori berdasarkan kebutuhan guru dan siswa. Pengembangan media pembelajaran juga mempertimbangkan kelima ciri media pemeblajaran berbasis metode Montessori yang telah ditawarkan kepada guru dan siswa melalui kuesioner.

104 Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data analisis kebutuhan mengenai media pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan guru. Data tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam pembuatan desain media pembelajaran dan album media pembelajaran. Dengan demikian peneliti dapat melanjutkan pada tahap kedua.

4.1.2 Penyusunan Rencana

Tahapan kedua dalam penelitian adalah penyusunan rencara. Pada tahap ini, peneliti merancang desain media pembelajaran dan menyusun instrumen yang dibutuhkan.

4.1.2.1Desain Media Pembelajaran

Konsep pembuatan media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan merupakan pengembangan dari media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu parts of a frog puzzle. Parts of a frog puzzle merupakan material yang fokus pada bagian eksternal bagian-bagian tubuh katak. Media pembelajaran ini meliputi puzzle pada kelas bawah, serangkaian kartu rahasia yang meliputi gambar, label (untuk pembaca awal), dan definisi (untuk pembaca yang sudah mahir). Setelah guru memperkenalkan nama-nama bagian luar, siswa mecoba menyusun puzzle sendiri, dengan prinsip pengkoreksian diri menggunakan buku kontrol (yang berisi semua informasi yang tepat sesuai dengan gambar yang sesuai). Gambar 4.1 adalah gambar media pembelajaran parts of a frog puzzle.

105 Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle

Berdasarkan media pembelajaran parts of a frog puzzle, peneliti mengembangkan sebuah media pembelajaran yang tidak hanya mempelajari bagian-bagian luar tubuh katak, namun juga bagian-bagain dalam tubuh katak. Nama media pembelajaran yang dikembangkan adalah media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah replika bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak, puzzle berlapis bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak, serta kartu bagian-bagian tubuh katak beserta kegunaannya.

Papan puzzle bagian-bagian tubuh katak dikembangkan menjadi dua lapisan, yaitu bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam katak yang disusun secara bertingkat (atas dan bawah). Peneliti juga mengembangkan replika bagian- bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak dengan bentuk timbul. Pengembangan media pembelajaran berupa puzzle dan replika bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa, dimana siswa kesulitan mengingat materi dan lebih suka belajar dengan menggunakan media pembelajaran berbentuk tiga dimensi. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa

106 puzzle dan replika untuk memudahkan siswa dalam memahami materi menggunakan media yang lebih konkret. Selain itu, peneliti juga menambahkan kartu materi bagian-bagian tubuh katak sebagai kartu yang digunakan untuk mempelajari kegunaan dari bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak. Pengembangan juga dilakukan pada kotak penyimpanan kartu materi bagian- bagian tubuh katak. Kotak penyimpanan kartu materi bagian-bagian tubuh katak dikembangkan dengan 4 ruang, yang dibuat berdasarkan tiga pengelompokan kartu materi, yaitu kartu nama bagian, gambar bagian, dan kegunaan bagian serta ruang untuk meletakkan kartu pengendali kesalahan.

4.1.2.2Desain Media Pembelajaran

Pengembangan desain pada penelitian ini mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian katak. Media pembelajaran bagian-bagian katak terdiri dari enam komponen. Komponen tersebut adalah papan replika bagian- bagian tubuh katak, papan puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian- bagian tubuh katak beserta pengendali kesalahan, kotak penyimpanan kartu bagian-bagian tubuh katak, serta kotak penyimpanan replika dan puzzle.

Komponen yang pertama adalah replika bagian-bagian luar dan bagian- bagian dalam tubuh katak. Replika bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan warna yang menyerupai wujud katak, yaitu warna hijau. Pada bagian-bagian dalam katak terdapat beberapa warna yang berbeda dan berbentuk timbul, yang menunjukkan bagian-bagian organ dalam katak yang saling terhubung. Pada pengembangan replika bagian-bagian katak peneliti memberikan warna cerah dan gelap. Pemberian warna tersebut berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa

107 maupun guru. Sebanyak 86,67% siswa dan 100% guru menyukai warna cerah, sedangkan sebanyak 13,33% siswa menyukai warna gelap.

Komponen yang kedua adalah papan puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak. Papan puzzle berukuran 30cm x 40cm dengan ketebalan 1,5cm. Papan puzzle tersebut menampung dua bagian, yaitu bagian- bagian dalam tubuh katak yang terletak pada bagian bawah dan bagian-bagian luar tubuh katak yang terletak pada bagian atas. Pada puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak terdapat 7 warna yang berbeda yang menunjukkan 7 bagian organ dalam katak. Setiap bagian organ dalam katak terdapat unpin untuk memudahkan siswa dalam memasang dan mengambil puzzle. Pada puzzle bagian-bagian luar tubuh katak terdapat lubang sebagai tempat meletakkan unpin puzzle bagian-bagian dalam supaya kedua bagian tersebut menyatu. Puzzle bagian-bagian luar katak memiliki warna dasar hijau dengan sedikit warna kuning. Bentuk puzzle dibuat timbul dan memiliki 4 bagian yaitu kepala, kaki depan, kaki belakang, dan badan.

Komponen yang ketiga adalah kartu materi bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya. Terdapat tiga macam kartu materi, yaitu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 7cm x 9,5 cm, kartu nama bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 2,5cm x 9,5cm, dan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 2,5cm x 9,5cm. Tiga macam kartu materi tersebut memiliki warna yang berbeda, yaitu hijau pada kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, merah pada kartu nama bagian- bagian tubuh katak, dan kuning pada kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak.

108 Berdasarkan pembedaan warna tersebut, siswa diharapkan mampu menyusun tiga macam kartu bagian-bagian tubuh katak secara lengkap. Setelah menyusun, siswa dapat memastikan jawaban yang tepat menggunakan kartu materi pengendali kesalahan, yang berukuran 18cm x 10cm.

Komponen yang keempat adalah kotak penyimpanan kartu materi. Kotak penyimpanan materi berukuran 28cm x 20 cm dengan tinggi 10 cm dan penutup di atasnya. Kotak tersebut terbagi menjadi 4 bagian, masing-masing berukuran 12cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu gambar bagian-bagian katak, 3cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu nama bagian-bagian katak, 3cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu kegunaan bagian-bagian katak, dan 18cm x 10cm sebagai tempat menyusun kartu gambar, nama, dan kegunaan bagian-bagian katak.

Komponen yang ke 5 dan ke 6 adalah kotak penyimpanan replika dan puzzle. Kotak penyimpanan replika berukuran 1 4 c m x 3 8 c m dengan tinggi 27cm. Sedangkan kotak penyimpanan puzzle berukuran 33cm x 42cm dengan tinggi 7,5cm. Kotak penyimpanan berfungsi sebagai tempat untuk melindungi media pembelajaran replika dan puzzle dari benturan benda keras.

4.1.2.1Desain Album Media Pembelajaran

Album media pembelajaran merupakan buku panduan dalam penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Album media pembelajaran dibuat untuk para pembimbing atau direktris (istilah dalam pembelajaran Montessori). Album berisi langkah-langkah dalam menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Dalam setiap langkah pembelajaran,

109 terdapat gambar yang semakin memudahkan para direktris untuk memahami langkah pembelajaran.

4.1.2.3Instrumen Tes dan Validasi Produk

Sebagai persiapan dalam melakukan pengujian media pembelajaran, dibutuhkan suatu instrumen. Instrumen tersebut adalah tes untuk uji coba lapangan terbatas dan kuesioner validasi produk. Berikut ini penjelasannya masing-masing.

a. Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengukur keberhasilan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dalam uji coba lapangan terbatas. Instrumen tes dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada tabel 3.8 halaman 63. Sebelum digunakan, instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli. Selain itu, instrumen tes juga diuji secara empiris dan diuji keterbacaannya.

Instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli yaitu guru SD setara. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi dan validitas konstruk. Aspek yang dinilai pada uji validitas isi dapat dilihat pada tabel 3.9 halaman 64. Hasil uji validitas isi oleh ahli adalah pada tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli

Ahli Guru No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 4 4 4 3 4 4 23 3,8

Berdasarkan hasil validasi isi instrumen tes oleh ahli pada tabel 4.20, didapatkan skor sebesar 3,8. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen

110 dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi instrumen tes oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 3.1 halaman 200.

Selain validitas isi, ahli juga melakukan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan untuk mengetahui konstruksi soal yang dibuat terkait dengan kesesuaian materi, bahasa dan penulisan soal. Berikut adalah hasil validasi konstruk oleh ahli yang tersaji pada tabel 4.20.

Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli

No. Item Skor Kategori

1. 4 Sangat Baik 2. 4 Sangat Baik 3. 4 Sangat Baik 4. 4 Sangat Baik 5. 4 Sangat Baik 6. 4 Sangat Baik 7. 4 Sangat Baik 8. 4 Sangat Baik 9. 4 Sangat Baik 10. 4 Sangat Baik 11. 4 Sangat Baik 12. 4 Sangat Baik 13. 4 Sangat Baik 14. 4 Sangat Baik 15. 4 Sangat Baik 16. 4 Sangat Baik 17. 4 Sangat Baik 18. 4 Sangat Baik 19. 4 Sangat Baik 20. 4 Sangat Baik 21. 4 Sangat Baik 22. 4 Sangat Baik 23. 4 Sangat Baik 24. 4 Sangat Baik 25. 4 Sangat Baik

Rerata 4 Sangat Baik

Berdasarkan hasil validasi konstruk instrumen tes oleh ahli pada tabel 4.21, didapatkan skor sebesar 4. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata uji keterbacaan kuesioner termasuk dalam kategori sangat baik. Rerata yang diperoleh memiliki nilai lebih dari 2,50. Selain itu, ahli tidak memberikan

111 komentar tambahan mengenai instrumen. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi instrumen tes oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 3.2 halaman203.

Setelah instrumen tes divalidasi, selanjutnya instrumen diujikan secara empiris. Uji empiris dilakukan kepada 24 siswa kelas II B SD Kanisius Eksperimental Mangunan. SD Kanisius Eksperimental Mangunan memiliki kelas paralel, sehingga dapat diasumsikan bahwa karakteristik siswa kelas IIA dan IIB hampir sama. Uji coba dilakukan pada tanggal 24 November 2016. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel 3.8 halaman 63 yang kemudian dikembangkan menjadi 25 soal. Setiap siswa mengerjakan 25 soal isian singkat materi bagian- bagian tubuh katak dan kegunaannya yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen. Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa dalam uji empiris dapat dilihat pada lampiran 3.3 halaman 208.

Uji empiris dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen pretest dan posttest sebelum digunakan. Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan dengan program SPSS (Satistics Package for Social Studies) 22 for Windows. Validitas dianalisis menggunakan rumus korelasi Product- Moment dari Pearson.

Output SPSS untuk perhitungan validitas instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.4 halaman 210. Dalam perhitungan tersebut, item yang valid memiliki harga sig.(2-tailed) lebih dari 0,05 (Widoyoko, 2009: 137). Tabel 4.21 merupakan hasil perhitungan validitas dengan SPSS.

112 Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS No. Item Sig. (2 tailed) Keputusan No. Item Sig. (2 tailed) Keputusan 1. 0,617 Valid 14. 0,654 Valid

2. 0,613 Valid 15. 0,182 Tidak Valid

3. - Tidak Valid 16. 0,151 Tidak Valid

4. 0,360 Tidak Valid 17. 0,613 Valid

5. 0,738 Valid 18. 0,457 Valid

6. 0,654 Valid 19. 0,493 Valid

7. 0,613 Valid 20. 0,184 Tidak Valid

8. 0,709 Valid 21. 0,284 Tidak Valid

9. 0,268 Tidak Valid 22. 0,588 Valid

10. 0,071 Tidak Valid 23. 0,087 Tidak Valid

11. - Tidak Valid 24. 0,528 Valid

12. -0,212 Tidak Valid 25. 0,337 Tidak Valid

13. -0.094 Tidak Valid

Berdasarkan tabel 4.21, didapatkan 12 soal valid dan 13 soal tidak valid. Keduabelas soal yang valid kemudian diuji reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas instrumen juga menggunakan program SPSS 22 dengan menghitung nilai koefisien Alpha. Berikut dalah hasil perhitungan nilai koefisien Alpha dengan SPSS 22 yang disajikan pada tabel 4.22.

Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items .714 .910 13

Berdasarkan tabel 4.22, diperoleh bahwa hasil perhitungan koefisien Alpha sebesar 0,714. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2015: 165). Dengan demikian, instrumen tes tersebut dikatakan reliabel dan layak digunakan.

113 Instrumen tes yang valid dan reliabel tersebut digunakan sebagai pretest dan posttest. Peneliti mengambil 10 soal yang digunakan sebagai pretest dan posttest dari 12 soal yang valid. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pretest dan posttest yang disajikan pada tabel 4.23.

Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest

Kompetensi Dasar Indikator Nomor Item

Pretest Posttest

1.1 Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan.

1.1.1 Menyebutkan bagian- bagian tubuh hewan.

1, 2, 5, 17, 19, 20 5, 6, 7, 17. 19, 20 1.1.2 Mengetahui kegunaan bagian-bagian tubuh hewan. 6, 7, 14, 18, 24 1, 2, 14, 18, 24

Setelah divalidasi oleh para ahli, instrumen tes perlu diuji keterbacaannya sebelum digunakan pada saat uji coba terbatas. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan pada soal. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD Kanisius Demangan Baru sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.24.

Tabel 4.24 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes

Siswa No. Item To-

tal Re- rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 95 3,8 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 95 3,8 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 95 3,8 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 95 3,8 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 95 3,8 Rerata 95 3,8

Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada tabel 4.24, rerata skor yang diperoleh adalah 3,8. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.

114 Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 212. b. Kuesioner Validasi Produk

Instrumen pengumpulan data yang digunakan selanjutnya adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk menilai kalayakan produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan yang telah dikembangkan. Kuesioner validasi produk dikembangkan berdasarkan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori dalam kisi-kisi validasi produk pada tabel 3.6 halaman 61. Kisi-kisi kuesioner validasi produk dikembangkan menjadi 11 pertanyaan. Validasi produk dilakukan oleh ahli dan siswa. Penggunaan bahasa disesuaikan dan urutan pertanyaan dibuat berbeda pada kuesioner validasi produk oleh ahli dan siswa, namun memiliki isi yang sama.

Sebelum digunakan, kuesioner divalidasi terlebih dahulu supaya layak untuk digunakan. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk. Validasi kuesioner dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA dan Montessori. Dalam validasi tersebut, ahli memberikan penilaian dan komentar yang digunakan sebagai pertimbangan untuk perbaikan kuesioner. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.25.

Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli

Ahli No. Item Total Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

I 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43 3,9

II 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9

115 Berdasarkan hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli pada tabel 4.26, rerata skor yang diperoleh adalah 3,9. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 219. Selain itu, validasi produk oleh ahli, kuesioner validasi produk juga digunakan sebagai kuesioner tanggapan guru mengenai media pembelajaran.

Selain validasi pada kuesioner validasi produk oleh ahli, validasi instrumen juga dilakukan pada keusioner tanggapan mengenai produk oleh siswa. Hasil validasi kuesioner tanggapan produk oleh siswa dituangkan dalam tabel 4.26.

Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa

Ahli No. Item Total Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

I 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43 3,9

II 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9

III 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9

43 3,9

Berdasarkan hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa pada tabel 4.26, rerata skor yang diperoleh adalah 3,9. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.2 halaman 224.

Selain validasi instrumen oleh ahli, kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa perlu diuji keterbacaannya. Hal tersebut dilakukan untuk

116 mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD Kanisius Demangan Baru sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.27.

Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa

Siswa No. Item Total Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3,8 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 3,8 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38 3,8 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37 3,7 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 37 3,7 Rerata 37,8 3,78

Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada tabel 4.27, rerata skor yang diperoleh adalah 3,78. Apabila dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.3 halaman 231.

Pada tahap ini peneliti telah memperoleh desain media pembelajaran dan desain album media pembelajaran. Peneliti juga telah membuat instrumen kuesioner untuk validasi produk dan tes yang digunakan dalam uji coba lapangan terbatas. Oleh karena itu, peneliti dapat melanjutkan ke tahapan yang ketiga. 4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk

Pada tahap sebelumnya, telah dirancang desain media pembelajaran dan album petunjuk penggunaannya. Selanjutnya, peneliti membuat media

117 pembelajaran dan album petunjuk berdasarkan desain yang telah dirancang. Media pembelajaran dan album petunjuk tersebut dibuat sekaligus agar dapat diterapkan pada proses pembelajaran IPA di kelas II maupun di kelas III SD. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan bahan dan membuat media pembelajaran. 4.1.3.1Pengumpulan Bahan

Berdasarkan analisis kebutuhan, beberapa bahan yang dipilih dan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah kayu dan kertas. Bahan tersebut digunakan oleh peneliti dalam membuat replika bagian-bagian tubuh katak, puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak, kotak penyimpanan kartu, kotak penyimpanan replika serta kotak penyimpanan puzzle. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu damar dan kayu teakwood. Kayu damar digunakan untuk membuat replika dan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. Kayu damar memiliki tekstur yang halus, ringan, tidak mudah terkena hama atau penyakit, dan mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kayu jenis teakwood digunakan untuk membuat kotak penyimpanan, papan untuk alas replika, dan puzzle bagian-bagian dalam katak. Kayu jenis teakwood merupakan kayu buatan pabrik yang menyerupai triplek namun dilapisi dengan serbuk kayu jati.

Bahan lain yang digunakan adalah kertas. Dalam penelitian ini, peneliti memilih dua jenis kertas yaitu Ivory 260. Kertas Ivory 260 digunakan sebagai bahan pembuatan kartu gambar bagian-bagian katak, kartu nama bagian-bagian katak, dan kartu kegunaan bagian-bagian katak. Kertas Ivory 260 memiliki ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak.

118 4.1.3.2Pembuatan Media Pembelajaran

Dalam pembuatan media pembelajaran, peneliti bekerjasama dengan tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan yang dimiliki tukang kayu sehingga dapat mendukung pembuatan media pembelajaran yang baik. Tempat pembuatan media pembelajaran berlokasi di MJ 1 No. 100 RT 54 RW 2 Gedongkiwo, Yogyakarta. Pembuatan media pembelajaran dilakukan selama tiga bulan. Sebelum dibuat oleh tukang kayu, peneliti memberikan desain media pembelajaran yang telah dibuat. Kemudian tukang kayu membuat media pembelajaran sesuai dengan desain. Gambar 4.2 adalah gambar puzzle bagian- bagian dalam katak yang telah dikembangkan oleh peneliti.

Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak

Langkah pembuatan puzzle bagian-bagian dalam katak diawali dengan membuat papan puzzle oleh tukang kayu. Papan dengan ketebalan 1,5 cm

Dokumen terkait