PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD
MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS
METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Margareta Aprilia Husadani
NIM: 131134137
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, menuntun, menolong, dan memberi kemudahan dalam setiap langkah hidupku ini.
2. Orang tuaku, Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik material, moral, maupun spiritual.
3. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan semangat untukku dalam melalui setiap proses ini.
4. Kekasihku, Danang Teleswara yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan penghibur di kala sedih.
5. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan dukungan sedari kecil.
6. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto, teman yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
7. Para sahabat dan teman terkasih atas segala tawa canda, kebahagiaan, kesedihan, dan kebersamaan dalam setiap langkah kehidupan ini
8. Teman-teman payung R&D Montessori IPA dan PGSD yang selalu memberikan semangat dan hiburan.
9. Para dosen di PGSD Sanata Dharma.
10.Almamater Universitas Sanata Dharma.
v MOTTO
“Setiap hari adalah kesempatanku untuk memperbaiki apa yang kurang,
melanjutkan apa yang sudah baik, dan melaksanakan apa yang menjadi
tanggungjawabku”
“Aku akan membuat sisa dari kehidupanku sebagai bagian terbaik dari sejarah perjalananku.”
“Berhentilah merendahkan dirimu. You are created to be different!”
vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti
vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margareta Aprilia Husadani
Nomor Mahasiswa : 131134137
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI
BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE
MONTESSORI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 21 Juli 2017 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE MONTESSORI
Margareta Aprilia Husadani Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian adalah belum adanya media pembelajaran yang konkret dalam proses pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori, (2) mengetahui kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah model yang dipaparkan oleh Sugiyono (2015) dan Borg dan Gall (2010) yang kemudian dimodifikasi menjadi lima langkah. Subjek penelitian ini adalah 10 orang siswa kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan tahun ajaran 2016/2017.Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner dan soal tes. Teknik analisis yang digunakan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) lima langkah pengembangan yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Media pembelajaran dikembangkan berdasarkan empat ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori: menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Peneliti juga menambahkan ciri kontekstual dalam pengembangan. (2) Hasil validasi media pembelajaran oleh ahli, menunjukkan kualitas media pembelajaran sangat baik, dengan rerata skor sebesar 3,86. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai posttest lebih tinggi dari pretest, dengan selisih rerata nilai sebesar 35. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan, memiliki kualitas sangat baik dan membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya. Kata kunci: media pembelajaran, metode Montessori, bagian-bagian tubuh
ix ABSTRACT
DEVELOPMENT OF ELEMENTARY SCHOOL’S SCIENCE LEARNING MEDIA FOR FROG’S BODY PARTS BASED ON MONTESSORI
METHOD
Margareta Aprilia Husadani Sanata Dharma University
2017
The background of this research was there is no a concrete media in the learning process of frog’s body parts and their functions yet. The aims of this research were (1) to developed the learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori method. (2) to known the quality of the learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori method.
The method that used in this research was research and development method (R&D). The type of this research was the development type that presented by Sugiyono (2015), and Borg and Gall (2010) which is modified into five steps. The subjects of this research were ten students of 2nd grade in the Academic Year 2016/2017 in Kanisius Experimental Elementary School Mangunan. The object of this research was learning media of animal’s parts of body based on Montessori method. The instruments that used in this research were the observation guide, the interview guide, the questionnare, and the guestion set. The data analysis techniques in this research were quatitative and qualitative technique.
The results of this research was (1) the five steps of development were potential problems, planning, design development, product validation, and limited field trial. That learning media was developed based on four characteristics of Montessori learning media: attractive, have gradation, auto-education, and auto-correction. The writer also added contextual in the development. (2) The results of expert’s validation on the learning media showed that the quality of the learning media was great, with the average score of 3.86. Limited field trials indicate that posttest values was higher than pretest score, with the difference in the average value of 35. Thus, it could be concluded that the frog’s body parts learning media based on Montessori method that has been developed, has an excellent quality and it helps the students to understand the inner and outer parts of frog’s body and their functions.
x KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis
Metode Montessori” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti., S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi. 6. Khatarina Supatmi, S.Pd. selaku Kepala SD Kanisius Eksperimental
Mangunan yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
7. Antonius Ifnu, S.Pd. selaku guru kelas II dan segenap guru serta karyawan SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu selama proses penelitian.
8. Siswa-siswi SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu dalam uji coba lapangan terbatas.
xi 10. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan
semangat.
11. Kekasihku, Danang Teleswara yang menjadi penyemangatku dan penghibur dikala sedih.
12. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan dukungan sedari kecil.
13. Teman-teman penelitian payung R&D Montessori IPA, Julius, Agnes, Agus, Sigit, Siska, Nunik, Joni, Achichi, Vera, Novi, Yossy, Tika, dan Dita atas kerja sama dari awal sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini.
14. Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan semangat, dukungan, dan doa bagi kelancaran penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti.
16. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto selaku teman-teman PPL SD Eksperimental Mangunan yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan selama proses penelitian.
17. Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan media pembelajaran.
18. Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotokopi.
19. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 21 Juli 2017 Peneliti
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
1.5 Definisi Operasional ... 9
1.6 Spesifikasi Produk ... 10
1.6.1 Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 10
1.6.2 Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 11
1.6.3 Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak ... 13
1.6.4 Kotak Penyimpanan ... 14
xiii
2.1 Kajian Pustaka ... 16
2.1.1 Perkembangan Anak ... 16
2.1.2 Media Pembelajaran ... 19
2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 25
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 28
2.2 Penelitian yang Relevan ... 32
Pertiwi (2015) ... 34
2.3 Kerangka Berpikir ... 34
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Setting Penelitian ... 39
3.2.1 Subjek Penelitian ... 39
3.2.2 Objek Penelitian ... 39
3.2.3 Lokasi Penelitian ... 40
3.2.4 Waktu Penelitian ... 40
3.3 Prosedur Pengembangan ... 41
3.4 Prosedur Penelitian ... 45
3.4.1 Potensi dan Masalah ... 47
3.4.2 Penyusunan Rencana ... 48
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 49
3.4.4 Validasi Produk ... 50
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 50
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51
xiv
3.5.2 Wawancara ... 52
3.5.3 Kuesioner ... 53
3.5.4 Tes ... 54
3.6 Instrumen Penelitian ... 55
3.6.1 Pedoman Observasi ... 55
3.6.2 Pedoman Wawancara ... 56
3.6.3 Kuesioner ... 59
3.6.4 Soal Tes ... 63
3.7 Triangulasi ... 66
3.8 Teknik Analisis Data ... 67
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 68
3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 75
4.1 Hasil Penelitian ... 75
4.1.1 Potensi dan Masalah ... 75
4.1.2 Penyusunan Rencana ... 104
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 116
4.1.4 Validasi Produk ... 123
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 126
4.2 Pembahasan ... 130
4.2.1 Pengembangan Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ... 130
4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori ... 136
BAB V PENUTUP ... 138
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas II ... 56
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 57
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas II ... 57
Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas II ... 58
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II ... 59
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan ... 61
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ... 61
Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes ... 63
Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ... 64
Tabel 3.10 Skala dan kriteria instrumen validasi pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk ... 69
Tabel 3.11 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes... 69
Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen tes ... 70
Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk instrumen soal tes ... 70
Tabel 3. 14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli ... 70
Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa ... 71
Tabel 3.16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 71
Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 72
Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ... 77
xvii
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 80
Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 80
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah... 81
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 82
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ... 82
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru... 83
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa... 84
Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli ... 84
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 85
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli 88 Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli 89 Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa .. 90
Tabel 4. 15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 91
Tabel 4.16 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 93
Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 96
Tabel 4.18 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 98
Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli ... 109
Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli ... 110
Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 112
Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ... 112
Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest ... 113
xviii
Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli... 114
Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa 115 Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ... 116
Tabel 4.28 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli ... 124
Tabel 4.29 Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran ... 124
Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh Ahli ... 125
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran ... 125
Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 127
Tabel 4.33 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Guru ... 129
xix DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam
tubuh katak. ... 11
Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak. ... 12
Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. ... 13
Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan ... 13
Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi. ... 15
Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle ... 105
Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak ... 118
Gambar 4.3 Papan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak ... 119
Gambar 4.4 Replika bagian-bagian tubuh katak ... 120
Gambar 4.5 Kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak ... 121
Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Kartu Materi... 122
xx DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan ... 34
Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2015: 409) ... 43
Bagan 3.2 Rancangan penelitian ... 45
Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan... 46
Bagan 3.4 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan ... 66
Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 67
Bagan 4.1 Triangulasi sumber data wawancara ... 85
xxi DAFTAR GRAFIK
xxii DAFTAR RUMUS
xxiii DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
2
panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan (4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-bendalangit lainnya.
3 tubuh katak dan kegunaannya agar siswa benar-benar paham dan mengerti bagian-bagian beserta kegunaannya bukan hanya menghafal materi.
Pada kenyataannya sering ditemui pembelajaran IPA dengan metode-metode yang kurang menggugah semangat siswa untuk belajar. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan dengan situasi baru dalam kehidupannya (Muclish dalam Trianto, 2012: 40). Observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2016 di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan menunjukkan bahwa guru belum menggunakan media pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran IPA. Pada saat mempelajari materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, siswa terlihat bingung saat diminta menyebutkan bagian-bagiannya. Selain itu, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab selama memberikan materi pembelajaran IPA. Pada saat menerima pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif dan semangat dalam belajar. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, ada yang sibuk menggambar sesuatu di kertas dan ada pula yang meletakkan kepala di atas meja. Saat mengerjakan tugas, banyak siswa yang masih bertanya dengan guru maupun melihat dan mencontoh pekerjaan milik teman. Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa belum paham dengan materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya yang disampaikan oleh guru.
4 2016, dari 24 siswa kelas II, sebanyak 65 % mendapatkan nilai harian di bawah 70 pada mata pelajaran IPA. Guru menyampaikan bahwa salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Pada saat melakukan wawancara dengan siswa, siswa juga mengatakan kesulitan dalam mengingat dan memahami materi. Hal ini dikarenakan siswa belum paham betul bentuk dari bagian hewan yang dimaksud. Guru menyadari bahwa dalam menyampaikan materi bagian-bagian tubuh hewan dibutuhkan media konkret yang dapat membantu siswa dalam mengenal bagian. Melalui analisis kebutuhan, baik guru maupun siswa menyadari bahwa hal yang dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi guru maupun siswa adalah penggunaan media pembelajaran yang konkret. Media pembelajaran dinilai dapat membantu siswa memperoleh pengalaman langsung, sehingga memudahkan siswa memahami materi dan menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari. Akan tetapi jumlah media pembelajaran yang dimiliki sekolah hanyalah satu, yaitu berupa gambar katak yang berukuran 22 cm x 30 cm dan terlihat sangat kecil apabila diperuntukkan untuk proses belajar mengajar di kelas. Maka, dibutuhkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang konkret yang dapat membantu siswa dalam memahami materi.
5 perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap
fanciulezza atau periode sensitif. Pada tahapan ini anak mampu berpikir secara menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan media pembelajaran berupa benda-benda konkret sangat diperlukan bagi siswa yang berada pada tahapan operasional konkret. Salah satu metode yang menggunakan media pembelajaran pada pembelajarannya adalah metode Montessori.
Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diterapkan untuk anak-anak usia SD yang menekankan pembelajaran dengan bermain (Sudono, 2010: 2). Pendidikan Montessori memiliki delapan prinsip yaitu 1) keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4) menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan siswa, 8) keteraturan lingkungan dan pikiran (Liliard, 2005: 29-33). Media pembelajaran dalam Montessori telah didesain sesuai dengan kebutuhan pada setiap jenjangnya dan memiliki ciri-ciri yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3)
6 berkaitan dengan media pembelajaran. Media pembelajaran Montessori dirancang sesuai dengan kebutuhan anak, baik secara kognitif maupun secara fisik. Secara kognitif media pembelajaran dikembangkan untuk membuat materi pembelajaran lebih nyata, sedangkan secara fisik sesuai dengan kondisi fisik anak usia SD (Magini, 2013: 46-50).
7 dan IPS. Berdasarkan ketiga penelitian dan pengembangan tersebut, menunjukkan adanya peningkatan pada hasil pretest ke posttest setelah menggunakan media pembelajaran Montessori.
Berdasarkan permasalahan mengenai metode pembelajaran pada mata pelajaran IPA, kebutuhan media pembelajaran dan hasil penelitian mengenai Metode Montessori yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development) pada mata pelajaran IPA yang sebelumnya penelitian ini belum pernah dilakukan. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, khususnya bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya untuk kelas II. Media pembelajaran tersebut dikembangkan berdasarkan media pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan lima ciri, yaitu menarik bergradasi,
auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan menghasilkan produk media pembelajaran IPA yang diujikan secara ilmiah kepada ahli dan melalui uji coba lapangan terbatas.
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
8 1.3Tujuan
1.3.1 Mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.
1.3.2 Mengetahui kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan untuk siswa kelas II.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Mendapatkan pengalaman belajar tentang bagian-bagian tubuh hewan menggunakan media pembelajaran berbasis Metode Montessori. Siswa juga dapat mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh hewan melalui pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media pembelajaran.
1.4.2 Bagi Guru
Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran tentang bagian-bagian tubuh hewan berbasis Metode Montessori, sehingga dapat membuat atau mengembangkan sendiri media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran yang inovatif.
1.4.3 Bagi Sekolah
9 mempertimbangkan untuk membuat atau mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis Metode Montessori.
1.4.4 Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD memiliki media pembelajaran berbasis metode Montessori untuk pelajaran IPA yang sudah dikembangkan melalui penelitian dengan metode research and development dengan melibatkan mahasiswa, dosen guru, dan siswa di SD mitra.
1.4.5 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis Metode Montessori yang dapat membantu siswa memahami materi IPA tentang bagian-bagian tubuh hewan serta memberikan wawasan bagaimana menciptakan pembelajaran yang inovatif melalui media pembelajaran.
1.5Definisi Operasional
1.5.1 Perkembangan anak usia 7-11 tahun adalah berada pada tahapan operasional konkret dimana anak belum mampu berpikir secara abstrak dan memerlukan benda-benda konkret untuk membantunya berpikir secara logis.
10 1.5.3 Media pembelajaran berbasis metode Montessori adalah alat yang merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa serta memiliki ciri menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education.
1.5.4 IPA adalah cara atau metode untuk memahami gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang penerapannya menekankan pada metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen.
1.6Spesifikasi Produk
Peneliti mengembangkan produk berupa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak beserta kegunaannya dan album petunjuk penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi membantu siswa memahami nama-nama bagian tubuh katak beserta kegunaan dari masing-masing bagian. Produk media pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari 6 komponen, yaitu replika katak, puzzle dua lapis yang terdiri dari bagian-bagian luar tubuh katak dan bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi yang terdiri dari kartu gambar bagian, nama bagian, kegunaan bagian dan kartu pengendali kesalahan, serta kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle dan kotak penyimpanan kartu materi.
1.6.1 Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak
11 warna asli katak yaitu warna hijau dengan sedikit bercak warna hitam dan kuning. Fungsi dari replika bagian-bagian tubuh katak ini adalah untuk menjelaskan dan memberi gambaran kepada siswa mengenai materi bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak. Replika bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.
a) b)
26 cm
13 cm
37 cm 37 cm
Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam tubuh katak.
1.6.2 Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak
Papan puzzle bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak berukuran 30cm x 40cm. Papan puzzle tersebut terbuat dari kayu. Pada satu papan, terdapat dua
12 besar, dan paru-paru. Bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut sebelumnya telah disederhanakan untuk mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Sedangkan
puzzle bagian-bagian luar tubuh katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian kepala, tubuh, kaki depan, dan kaki belakang. Pada setiap bagian dalam tubuh katak terdapat unpin untuk pegangan saat hendak menyusun puzzle atau hendak mengambil bagian-bagian puzzle. Puzzle bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-correction yaitu terdapat pengendali kesalahan pada masing-masing bentuk bagian puzzle yang dibuat dengan ukuran berbeda, auto-education
yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.
a) b)
30 cm 30 cm
40 cm 40 cm
Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle
13 1.6.3 Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak
a) b)
Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh
katak.
7 cm
10 cm
Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan
Kartu materi bagian-bagian tubuh katak dicetak secara terpisah. Terdapat empat jenis kartu, yaitu kartu gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan bagian, dan kartu pengendali kesalahan. Kartu gambar dicetak dengan ukuran 7cm
14 x 9,5cm. Kartu nama dan kartu kegunaan dicetak secara terpisah dengan ukuran 2,5cm x 7cm. Ketiga jenis kartu tersebut dibuat dengan warna yang berbeda pada bagian tepi, sehingga saat menyusun siswa harus memperhatikan kelengkapan kartu materi berdasarkan warna. Sedangkan kartu pengendali kesalahan berukuran 7cm x 10cm. Kartu pengendali kesalahan membantu siswa dalam menemukan jawaban maupun menemukan letak kesalahan saat menyusun ketiga kartu materi di atas. Kartu materi bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian warna kartu yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna pada kartu dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-correction yaitu terdapat pembedaan warna pada masing-masing kartu nama, kartu gambar, dan kartu kegunaan dan juga terdapat kartu pengendali kesalahan untuk mencocokkan hasil penyusunan kartu nama, kartu gambar, dan kartu kegunaan, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.
1.6.4 Kotak Penyimpanan
15
Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan
Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi.
Penggunaan media pembelajaran berbasis metode Montessori ini, pertama guru mengenalkan nama-nama bagian luar dan bagian dalam tubuh katak. Siswa mengamati dan meraba bentuk bagian-bagian tubuh katak dengan replika. Kedua, guru memperkenalkan kegunaan bagian-bagian tubuh katak menggunakan media pembelajaran puzzle dan memberikan contoh cara memasang
puzzle. Ketiga, siswa diberikan kesempatan untuk mencoba media pembelajaran puzzle. Keempat, guru memberikan penjelasan dan contoh cara menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Kelima, siswa mencoba menyusun kartu materi. Keenam, siswa mencocokkan komponen kartu materi yang telah disusun dengan kartu pengendali kesalahan.
33 cm 14 cm
16
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal diantaranya perkembangan anak, media pembelajaran, pembelajaran IPA, dan metode Montessori.
2.1.1 Perkembangan Anak
Perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis (Yusuf, 2011: 1). Setiap individu mengalami perkembangan intelektual. Perkembangan kognitif anak menurut Jean Piaget (dalam Sumantri, 2011: 14) menyatakan bahwa berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Maka pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kercerdasan peserta didik. Tahap-tahap perkembangan oleh Jean Piaget (dalam Suparno, 2001: 25-88) terbagi dalam masa-masa perkembangan sebagai berikut.
2.1.1.1Tahap Sensorimotorik (Lahir sampai 2 Tahun)
17 2.1.1.2Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 7 Tahun)
Pada tahap ini, anak sudah mulai meningkatkan kosa kata, membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan unik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya, tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak, mempunyai pandangan subyektif dan egosentrik.
2.1.1.3Tahap Operasional Konkret (Usia 7 sampai 11 Tahun)
18 berpikir konkret harus bekerja dengan benda-benda konkret dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak (Iskandar, 2001: 30). Berdasarkan pernyataan-pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahapan operasional konkret anak lebih bisa menerima informasi dari benda-benda yang konkret dan nyata.
2.1.1.4Tahap Operasional Formal (Usia 11 Tahun ke Atas)
Pada tahap ini, anak remaja bisa menata pikiran hanya di dalam pikiran mereka saja. Meskipun kebanyakan riset Piaget tentang masa remaja hanya dikaitkan dengan penalaran matematis dan ilmiah namun dia sungguh-sungguh berspekulasi tentang peranan operasi-operasi formal di dalam kehidupan remaja.
19 dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320).
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri anak baik secara fisik maupun psikis yang berlangsung secara berkesinambungan, sesuai dengan tahapan usia anak. Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret yaitu usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Jadi, anak dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak. Dengan demikian, menanamkan konsep menggunakan media pembelajaran berupa benda-benda konkret dalam pembelajaran untuk anak usia SD sangat diperlukan, karena sesuai dengan karakteristik tahap perkembangan anak.
2.1.2 Media Pembelajaran
2.1.2.1Pengertian Media Pembelajaran
Kata media pembelajaran berasal dari bahasa Latin, yang merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” atau sesuatu yang di tengah (Anitah, 2009: 4).
20 Adapun tujuan dari media pembelajaran adalah 1) untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas, 2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, 3) menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran, dan 4) membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Yusuf, 2011: 5). Berdasarkan beberapa pengertian media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Briggs (dalam Anitah, 2009: 4) mengemukakan bahwa media merupakan peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan pembelajaran. Gerlach dan Ely (dalam Anitah, 2009: 5) juga mengemukakan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan maupun visual. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat dan keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis bagi siswa (Arsyad, 2014: 19).
21 menghasilkan sebuah media pembelajaran yang mendukung berlangsungnya proses belajar siswa.
2.1.2.2Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran ada dua, yaitu bagi pengajar dan pembelajar (Sanaky, 2013: 6). Bagi pengajar, media pembelajaran dapat 1) memberikan pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran, 2) menjelaskan struktur dan urutan pengajaran dengan baik, 3) memberikan kerangka sistematis mengajar dengan baik, 4) memudahkan kendali pengajar terhadap materi pelajaran, 5) membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran,
22 Selain itu, penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran. Media pembelajaran membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik (Arsyad, 2010: 15-16). Kempt dan Dayton (dalam Arsyad, 2014: 25) mengemukakan dampak positif penggunaan media pembelajaran sebagai berikut.
a. Penyampaian pelajaran lebih baku. Melalui penggunaan media pembelajaran, setiap pelajar yang melihat atau mendengar akan menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media pembelajaran maka akan mengurangi tafsiran yang berbeda apabila diterima oleh pelajar.
b. Pembelajaran lebih menarik. Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik yang berubah-ubah dan efek khusus yang digunakan dalam media pembelajaran menimbulkan rasa keingintahuan yang menyebabkan siswa berpikir dan beranalisis yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori-teori belajar dan prinsip-prinsip psikologi dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.
23 Berdasarkan pendapat para ahli tentang manfaat media pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan beberapa manfaat media pembelajaran terhadap siswa, guru maupun proses pembelajaran yaitu 1) media pembelajaran mempermudah siswa dalam memahami materi yang abstrak, 2) pembelajaran menjadi lebih menarik, 3) media pembelajaran menarik minat dan keingintahuan siswa, serta 4) media pembelajaran membantu meningkatkan kreatifitas guru dalam menciptakan media pembelajaran dalam berbagai materi.
2.1.2.3Klasifikasi Media Pembelajaran
Prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio-visual dan media berbasis komputer (Arsyad 2010: 81-104). Macam-macam prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Media berbasis manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan guru adalah mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dalam pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya media manusia dapat mengarahkan mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan belajar.
b. Media berbasis cetakan
24 diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
c. Media berbasis visual
Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Media visual dapat menumbuhkan minat siswa dan memberikan hubungan antara isi mata pelajaran dengan dunia nyata.
Bentuk visual dapat berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda; (b)
25 suatu informasi. Sedangkan fungsi kompensatoris media visual berdasarkan penelitian dapat membantu siswa yang lemah atau lamban menerima isi pelajaran untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. d. Media berbasis audio-visual
Media audio-visual adalah media visual yang menggabungkan penggunaan suara dalam memproduksinya. Dalam media audio-visual hal yang penting adalah naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan dan penelitian.
e. Media berbasis komputer
Peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran secara umum mengikuti proses instruksional, yaitu 1) merencanakan, mengatur dan mengorganisasikan, dan menjadwalkan pengajaran, 2) mengevaluasi siswa (tes), 3) mengumpulkan data mengenai siswa, 4) melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran, serta 5) membuat catatan perkembangan pembelajaran (kelompok atau perseorangan).
2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
2.1.3.1Syarat Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
26 tambahan yaitu kontekstual. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing ciri media pembelajaran Montessori.
A. Menarik
Ciri yang pertama adalah menarik, dari segi warna maupun bentuk. Pewarnaan media yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak dalam menyentuh, meraba, bahkan mendengarkan bunyi yang ditumbulkan oleh media pembelajaran (Montessori, 2002: 174).
B. Bergradasi
Ciri yang kedua adalah bergradasi, hal tersebut dapat dilihat dari warna, bentuk, maupun usia anak dengan melibatkan pengoptimalan fungsi panca indra. Media pembelajaran berbasis metode Montessori tidak hanya bergradasi dalam arti dapat melibatkan sebanyak mungkin penggunaan panca indera, tetapi juga pada gradasi penggunaaan untuk berbagai usia perkembangan anak maupun materi yang dapat diperoleh dari media pembelajaran yang sama (Montessori, 2002: 174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki beberapa warna atau dengan gradasi ukuran tinggi ke rendah dapat diperkenalkan dalam penggunaan media pembelajaran Montessori (Montessori, 2002: 175).
C. Auto-correction
27 D. Auto-education
Ciri yang keempat adalah auto-education, artinya dirancang untuk menumbuhkan kemandirian anak yaitu pengembangan kemampuan secara mandiri, tanpa ada campur tangan dari orang dewasa (Montessori, 2002: 172). E. Kontekstual
Ciri yang kelima adalah kontekstual. Montessori meyakini bahwa belajar hendaknya juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005: 32). Oleh karena itu. Montessori menyediakan peralatan untuk belajar anak dengan memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar anak.
Media pembelajaran berbasis metode Montessori memberi kontrol pada siswa dalam menggunakannya, meningkatkan kemandirian, kehendak, serta bahasanya (Lillard, 1996: 80-85). Selain itu, siswa juga mampu melihat, menggunakan, menemukan konsep, dan berpikir kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Berdasarkan teori di atas, media pembelajaran berbasis metode Montessori membantu anak dalam meningkatkan keterampilan dan kemandirian. Maka, peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan memperhatikan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. 2.1.3.2Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
28 anak-anak normal, dapat mengembangkan dan membentuk kepribadian mental dan intelektual anak, yaitu membentuk anak memiliki minat yang spontan dalam belajar dan memiliki rasa disiplin pribadi secara spontan pula. Tujuan dari pendidikan indra adalah untuk menyempurnakan persepsi terhadap rangsang, melalui latihan-latihan yang berulang-ulang (Gutek, 2013: 238).
Lillard (1996: 80-85) menambahkan bahwa siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep dan berpikir kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Selain itu, media pembelajaran Montessori yang didesain memiliki unsur pengendali kesalahan (Magini, 2013: 54). Berdasarkan peryataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu mengajarkan keterampilan dan kemandirian anak dalam belajar melalui lima ciri khusus yang dimiliki oleh media pembelajaran tersebut. Maka, peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan adanya pengendali kesalahan yang terdapat pada media tersebut.
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1Hakikat IPA
29 pengetahuan. Sebagai prosedur diartikan metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (Bonoseopoetro dalam Trianto, 2012: 6).
Pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Prihantoro, dalam Trianto, 2012 ).
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Berdasarkan pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan kealaman yang tersusun secara sistematis berupa fakta disertai metode ilmiah dan sikap ilmiah. Kegiatan ilmiah pada pembelajaran IPA membantu menemukan sebuah konsep dari suatu materi IPA yang melahirkan produk maupun teknologi.
30 masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa dalam Trianto, 2012: 111).
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Selain itu, pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi di dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan (Laksmi dalam Trianto, 2012). Siswa juga diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12).
2.1.4.2Materi IPA Bagian-Bagian Tubuh Hewan dan Kegunaannya
Pada pembelajaran IPA kelas II, penggolongan hewan pada materi
bagian-bagian tubuh hewan sangat banyak dan beragam, seperti hewan berkaki dua,
31 bertanduk maupun hewan berbelalai (Purwanti, 2008: 4-6). Pada penelitian dan
pengembangan ini, dibatasi pada mempelajari tentang bagian-bagian dalam dan
bagian-bagian luar tubuh katak, sebagai hewan yang memiliki keunikan yaitu
dapat hidup di air dan di darat.
Tubuh hewan memiliki bagian-bagian. Terdapat tiga bagian utama pada
tubuh hewan, yaitu ada kepala, badan, dan alat gerak (Purwanti, 2008: 14). Pada
bagian kepala, terdapat mulut dan mata, terdapat juga telinga dan hidung. Pada
bagian badan, terdapat dada perut dan ekor. Selain itu, terdapat berbagai alat gerak
hewan, antara lain kaki, sayap, sirip, dan perut.
Banyak jenis hewan yang ada di lingkungan sekitar kita (Purwanti, 2008:
15-16). Setiap hewan memiliki tubuh yang berbeda. Pertama, hewan berkaki dua,
contohnya burung ayam dan itik. Hewan tersebut memiliki paruh dan sayap.
Kedua, terdapat berbagai jenis ikan contohnya ikan emas dan ikan lele yang
memiliki sirip dan ekor, dan juga memiliki insang yang terletak pada bagian
kepala. Ketiga, terdapat hewan berkaki empat, misalnya kucing, anjing, dan katak.
Setiap bagian tubuh hewan memiliki kegunaan yang berbeda-beda.
Katak alias bangkong adalah hewan amfibia yang dapat hidup di air
maupun di darat (Arzy, 2010: 9). Bagian-bagian tubuh katak terdiri dari
bagian-bagian luar dan bagian-bagian-bagian-bagian dalam. Bagian-bagian-bagian luar katak terdiri dari kepala,
badan, kaki depan, dan kaki belakang (Arzy, 2010: 9). Pertama, pada kepala katak
32 licin, berlendir, dan banyak mengandung darah. Pada badan terdapat dua pasang anggota badan, depan belakang. Kulitnya berwarna hijau kuning dengan bercak-bercak hitam, lembut dan berlendir. Badan katak berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian di dalamnya, selain itu kulit pada anak katak juga berfungsi sebagai alat untuk bernapas. Ketiga, kaki katak merupakan anggota gerak yang berjumlah dua pasang. Kaki katak digunakan untuk melompat dan berenang.
Bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri dari esofagus, lambung, hati, usus halus, usus besar, jantung, dan paru-paru (Meryandini, 2007). Esofagus bertugas membawa makanan ke perut. Lambung bertugas menerima makanan. Usus halus bertugas menyerap makanan. Hati berfungsi untuk membantu proses pencernaan makanan. Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan feses. Jantung berfungsi untuk membantu peredaran darah. Paru-paru berfungsi sebagai alat pernapasan katak saat hidup di darat.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang media pembelajaran berbasis metode Montessori dilakukan oleh Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan Hardiyanti (2016). Ananti (2014) mengembangkan alat peraga Matematika untuk penjumlahan dan pengurangan pecahan berbasis metode Montessori. Penelitian dilakukan di SD Kanisius Jomegatan Yogyakarta pada siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014. Hasil validasi produk menunjukkan rerata skor 3,7 dan masuk kategori sangat baik. Hasil tes siswa menunjukkan peningkatan sebesar 27% dari pretest ke
33 Pertiwi (2015) mengembangkan alat peraga pelajaran Matematika SD materi perkalian berbasis Montessori. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil validasi produk menunjukkan bahwa (1) alat peraga memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,
auto-education, dan kontekstual; (2) memiliki rerata skor 3,55 dan masuk kategori
“sangat baik”dengan demikian, alat peraga papan perkalian sudah layak
digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas.
Hardiyanti (2016) mengembangkan alat peraga IPS materi keragaman budaya Indonesia pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 tahun ajaran 2015/2016. Model yang digunakan adalah model pengembangan yang dipaparkan Ali dan Asrori (2014) dan Sugiyono (2015) yang dimodifikasi ke dalam lima langkah pengembangan, yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji lapangan terbatas. Hasil validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata penilaian sebesar 3,9. Pada uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada posttest lebih tinggi daripada pretest
dengan selisih rerata nilai sebesar 37,2.
34 materi keragaman budaya Indonesia. Pada penelitian sebelumnya media pembelajaran berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan adalah pada pembelajaran Matematika dan IPS. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang mengembangkan media pembelajaran berbasis metode Montessori pada pembelajaran IPA materi tentang bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang belum pernah dikembangkan pada penelitian terdahulu. Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pad bagan Gambar 2.1.
Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan 2.3 Kerangka Berpikir
Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak, serta mampu
35 menyelesaikan permasalahan secara konkret dan tidak abstrak. Bagian-bagian tubuh hewan merupakan salah satu materi pada mata pelajaran IPA kelas II SD. Pada materi tersebut memuat tentang bagian-bagian tubuh hewan dan juga kegunaannya. Apabila materi tersebut disajikan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas II, tentu saja siswa akan bingung karena mereka mampu menyelesaikan masalah yang konkret. Oleh karena itu, dibutuhkan hal-hal yang bersifat konkret dan dapat dilihat secara langsung oleh siswa, supaya tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
36 media pembelajaran tersebut pada materi yang difokuskan pada bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaannya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan tentang kebutuhan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan pada kompetensi dasar
“Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan
sekolah melalui pengamatan” dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
metode Montessori. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan, Berbah, Sleman tahun ajaran 2016/2017. Media pembelajaran berbasis metode Montessori yang dikembangkan dengan memperhatikan kelima ciri dasar diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaanya.
2.4 Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II?
2.4.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas II menurut ahli pembelajaran IPA dan ahli Montessori?
38 BAB III
METODE PENELITIAN
Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
39 3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas II tahun ajaran 2016/ 2017 di SD Kanisius Ekperimental Mangunan. Sekelompok siswa tersebut berjumlah sepuluh anak, yang terdiri dari tiga siswa putra dan tujuh siswa putri. Peneliti memilih sepuluh anak tersebut berdasarkan hasil diskusi dan rekomendasi dari wali kelas. Pertimbangan guru kelas memilih kesepuluh siswa tersebut berdasarkan nilai ulangan harian yang memiliki nilai tinggi, sedang dan rendah. Peneliti juga memilih berdasarkan hasil pengamatan dengan memperhatikan karakteristik siswa, seperti siswa yang memperhatikan tetapi pasif, siswa yang memperhatikan dan aktif, siswa yang tidak memperhatikan tetapi aktif, siswa yang tidak memperhatikan dan pasif. Aktif dan pasif yang dimaksudkan oleh peneliti adalah keterlibatan siswa dalam tanya-jawab dan diskusi di dalam pembelajaran IPA.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan berbasis metode Montessori. Media pembelajaran ini berupa replika dan
40 bagian-bagian tubuh hewan pada mata pelajaran IPA kelas II semester satu. Media pembelajaran tersebut terdiri dari replika katak, puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak (kartu gambar bagian, kartu nama bagian, dan kartu kegunaan bagian), kartu materi sebagai pengendali kesalahan, serta kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle, dan kotak penyimpanan kartu materi.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang terletak di Jalan Jogja-Solo km 12, Mangunan, Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta 55573. Peneliti memilih SD Kanisius Eksperimental Mangunan sebagai tempat uji coba terbatas dikarenakan berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat melaksanakan tugas PPL, yaitu baik siswa maupun guru mata pelajaran menunjukkan bahwa sekolah dalam penggunaan media pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA masih minim. Penggunaan media pembelajaran yang masih terbatas dengan jumlah yang terbatas pula berdampak pada nilai ulangan harian IPA pada salah satu kelas yang cukup rendah dan tidak memenuhi KKM dibandingkan kelas lainnya sehingga sering diadakan remidi. Selain itu, letak SD Kanisius Eksperimental Mangunan strategis dan memungkinkan untuk mencari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran.
3.2.4 Waktu Penelitian
41 12 bulan. Mulai dari penentuan judul penelitian, pembuatan proposal, pengambilan data, pengolahan data, ujian akhir tugas skripsi dan revisi setelah ujian akhir tugas skripsi.
3.3 Prosedur Pengembangan
Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model yang dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) dan Sugiyono (2015: 409-426). Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) memaparkan sepuluh langkah yaitu 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3) pengembangan draf produk, 4) uji coba lapangan awal, 5) merevisi hasil uji coba, 6) uji coba lapangan, 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, 8) uji pelaksanaan lapangan, 9) penyempurnaan produk akhir, dan 10) diseminasi dan implementasi. Borg & Gall memaparkan kesepuluh langkah sebagai berikut. a. mengumpulkan, melakukan penelitian dan pengumpulan informasi dengan
observasi kelas, studi literatur.
b. perencanaan yang meliputi perumusan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian dan produk yang dihasilkan, serta kemungkinan melakukan uji terbatas.
c. pengembangan produk awal yang meliputi persiapan bahan-bahan pelajaran, buku pegangan dan perangkat pembelajaran.
42 e. berdasarkan hasil analisis, produk awal tersebut direvisi berdasarkan hasil
dari uji coba produk awal sehingga dapat menhasilkan produk yang lebih baik.
f. uji lapangan. Data kuantitatif berupa pretest dan posttest untuk mengukur ketercapain dari tujuan pembelajaran.
g. perbaikan produk berdasarkan hasil uji produk yang dilakukan sebelum diujikan kembali pada tahapan selanjutnya.
h. uji coba lapangan pada skala yang lebih luas meliputi sepuluh hingga tiga puluh sekolah yang terdiri dari 40 sampai 200 subyek dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan kuesioner untuk dianalisis.
i. revisi produk akhir berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir. j. desiminasi (menyebarluaskan) produk dan melaporkan produk akhir hasil
penelitian dan pengembangan (dalam Arifin, 2011: 129-132).
43 Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono
(2015: 409)
Berdasarkan bagan di atas, suatu penelitian berangkat dari adanya potensi dan masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Data empirik tersebut berdasarkan penemuan sendiri, laporan penelitian atau berasal dari dokumentasi laporan kegiatan perorangan atau instansi yang belum lama ini dilaksanakan atau masih up to date. Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Data empirik tersebut kemudian dijadikan bahan untuk membuat desain produk. Produk kemudian di validasi oleh pakar atau tenaga ahli terkait untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya. Setelah diketahui kelemahan produk, peneliti kemudian melakukan perbaikan desain. Produk yang
Potensi dan Masalah Pengumpulan Data
Validasi Desain Desain Produk
44 telah direvisi tersebut selanjutnya diuji cobakan secara terbatas untuk mengetahui manfaat dari produk dan untuk mengatasi masalah yang dihadapi responden. Setelah diuji cobakan, dilakukan revisi kembali untuk memperbaiki kelemahan yang dialami responden saat menggunakan produk. Setelah pengujian terhadap produk berhasil, kemudian dilakukan uji coba pemakaian pada lingkup responden yang sebenarnya. Apabila dalam uji coba pemakaian tersebut terdapat kekurangan, maka selanjutnya diadakan revisi kembali. Setelah revisi hasil uji coba pemakaian pada lingkup responden yang sebenarnya berhasil dilakukan, maka produk dapat dinyatakan efektif dan layak sehingga dapat produk tersebut dapat diproduksi secara masal (Sugiyono, 2015: 409-426).
45 tahap uji coba terbatas. Setelah selesai divalidasi, kemudian peneliti melakukan uji coba produk pada tahap uji coba terbatas. Berikut adalah langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang disajikan dalam bagan 3.2.
Bagan 3.2 Rancangan penelitian 3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dan pengembangan mengadopsi model yang dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Arifin, 2011: 129-132) dan Sugiyono (Sugiyono, 2015: 407-408). Peneliti memodifikasi tahap penelitian menjadi lima langkah yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas. Berikut kelima tahapan penelitian yang disajikan dalam bagan 3.3.
Potensi dan masalah (Sugiyono, 2015: 409)
Penyusunan perencanaan (Arifin, 2014: 114)
Uji coba lapangan terbatas. Borg & Gall (Arifin, 2014: 115) Pengembangan bentuk awal produk (Borg & Gall (Arifin, 2014:
113) Sugiyono, 2015: 414)
46 Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan
TAHAP II Perencanan (Borg dan Gall, 1983)
Data analisis kebutuhan
empiris Uji keterbacaan soal oleh siswa Revisi
Validasi ahli IPA
TAHAP IV Validasi Produk (Sugiyono, 2015)
Media pembelajaran
Album media pembelajaran
Validasi oleh ahli IPA dan Montessori
Validasi oleh ahli IPA dan Montessori
Album dan media pembelajaran siap untuk diuji
cobakan
TAHAP III Pengembangan Bentuk Awal Produk (Borg dan Gall, 1983)
Desain media
pembelajaran
Desain album
Pengumpulan bahan Pembuatan media pembelajaran dan album
Media pembelajaran dan album siap
divalidasi
TAHAP V Uji Coba Terbatas (Borg dan Gall, 1983)
Pretest Uji coba terbatas Posttest Tanggapan guru
dan siswa
Produk media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis
metode Montessori
TAHAP I Potensi dan Masalah (Sugiyono, 2015)