• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD materi perkalian berbasis Metode Montessori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan alat peraga pembelajaran matematika SD materi perkalian berbasis Metode Montessori"

Copied!
321
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MATERI PERKALIAN BERBASIS METODE MONTESSORI SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh : Hadrianus Noi NIM : 111134181. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SKRIPSI. PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN. MATEMATIKA. SD. MATERI PERKALIAN. BERBASIS METODE MONTESSORI. €{ '!}. ::r.#r. . rrt s{. ... F !t. **. &'. .g*. 5 Januari 2015. Dra. Haniek Sri. Pembirnbing. II. Mayasari, S.Psi., M.A.. ii. Tanggal 5 Januari 2015.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. L. SKRIPSI. PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN. MATEMATIKA SD MATERI PERKALIAN BERBASIS METODE MONTESSORI. Dipersiapkan dan ditulis oleh:. Noi. Ketua Sekretaris. Anggota Anggota. : Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A.. Anggota. : Maria Agustina Ameli4 S.Si., M.Pd.. Yogyakart4 26 Januari 2015 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. ilt.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini dipersembahkan untuk :  Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasihNya yang menuntunku dalam segala proses hidup ini..  Kedua orangtuaku, Toto Lumaksono dan Iswantiningsih yang mendukung dalam doa dan semangat.  Sahabat dan teman-temanku yang selalu tertawa dalam suka maupun duka, kebahagiaan, kebersamaan, yang mengalir dan menjadi bagian dari hidupku.  Teman payung Montessori yang memberikan semangat padaku  Teman-teman kelas VII D yang tercinta, tawa kalian adalah bahagiaku. . Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN MOTTO “Satu-satunya kepastian adalah ketidakpastian hidup”. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 5 Januari 2015 Penulis. Hadrianus Noi. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Hadrianus Noi Nomor Mahasiswa : 111134181 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MATERI PERKALIAN BERBASIS METODE MONTESSORI” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 5 Januari 2015 Yang menyatakan,. Hadrianus Noi. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK Noi, Hadrianus. (2015). Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Kata kunci: penelitian dan pengembangan, Metode Montessori, alat peraga perkalian, Matematika Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dalam bidang matematika tercemin pada buruknya prestasi siswa. Pembelajaran yang seharusnya memperhatikan tingkat perkembangan siswa justru menyimpang. Siswa usia sekolah dasar seharusnya perlu menggunakan alat bantu berupa alat peraga untuk membantu memahami konsep abstrak dalam matematika. Metode Montessori merupakan salah satu metode yang menekankan pada penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Melihat kenyataan yang ada di lapangan alat peraga Montessori hanya terdapat di sekolah Montessori dengan biaya yang mahal. Penelitian ini mengembangkan alat peraga perkalian berbasis metode Montessori yang bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri dan kualitas alat peraga yang layak digunakan. Penelitian dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu terhadap siswa kelas III tahun ajaran 2014/2015 selama tujuh bulan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian dan pengembangan ini terdiri dari lima tahapan antara lain (1) potensi masalah, (2) perencanaan, (3) pengembangan desain alat peraga, (4) validasi produk, dan (5) uji coba terbatas. Hasil dari penelitian dan pengembangan ini berupa prototipe alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alat peraga papan perkalian memiliki lima ciri, antara lain, menarik bagi siswa, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan dan dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Kualitas alat peraga papan perkalian ditunjukkan dengan perolehan skor validasi 3,73 dalam kategori “sangat baik”. Terdapat perbedaan nilai ketika uji coba terbatas, skor pretest menunjukkan rerata 58,21 sedangkan posttest menunjukkan rerata 97,82. Oleh sebab, itu dapat disimpulkan bahwa alat peraga papan perkalian sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas.. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT Noi, Hadrianus. (2015). Development of Elementary School Mathematic Learning Aid for Multiplication Based on Montessori Method. A thesis. Yogyakarta: Elementary Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University. Keywords: research and development method, Montessori method, material, multiplication, Mathematic The poor quality of Indonesian education system in the field of Mathematics is indicated by student achievement. Education system which should pay much attention to students’ development deviates from what it is supposed to do. Elementary school students are supposed to be taught using learning aid in to help students understand the abstract concept of Mathematics. Montessori Method is a method which emphasizes on the use of learning aid in a learning process. Considering the fact that Montessori learning aid is expensive and can only be found in Montessori school, this research aims to develop a learning aid for multiplication lesson based on Montessori Method and to identify characteristics and quality of the learning aid to know whether it is worth using. The research is conducted in BOPKRI Gondolayu Elementary School with the subject of the third grade Elementary School students year 2014 / 2015 for seven month. The research method employed in this study is research and development ( R&D). It consists of five steps namely (1) identifying research problems, ( 2) planning, ( 3) product development, ( 4) product validation, and ( 5) limited field testing. The result of this research is in a form of a prototype of a learning aid in a form of multiplication board which is developed based on Montessori Method. The results of this research show that this learning aid in the form of multiplication board possesses five characteristics. Those characteristics are drawing students attractive, having gradation, having an error controller feature and the quality of being able to be operated independently by students. This learning aid is proven to obtain validation score of 3.73 which makes it be categorized in ‘very good’ scoring category. There is a difference between pretest and post-test score. The average of pre-test score is 58.21 while the average of post-test score is 97.82. Therefore, it can be concluded that this learning aid is worth using and it is very possible to be tested further.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PRAKATA. Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang membantu Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih tersebut disampaikan kepada : 1.. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan rahmat kesehatan dan kelancaran selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.. 2.. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3.. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD yang menginspirasi saya. 4.. Christyanti Aprinastuti, M.Pd. selaku Wakaprodi dan Dosen Pembimbing Akademik yang mendamping saya selama beberapa semester yang lalu.. 5.. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan laporan.. 6.. Ester Markis S.R., S.Pd. dan selaku kepala SD BOPKRI Gondolayu yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.. 7.. Elysabeth Dian Lestari, S.Pd. selaku wali dan guru Matematika kelas II.1 beserta keluarga besar SD BOPKRI Gondolayu yang telah membantu selama proses penelitian. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8.. Ig. Widiyatmoko, S.Pd. selaku kepala SDK Wirobrajan yang telah memberikan ijin sebagai tempat uji empiris SD setara.. 9.. Pak Wisnu selaku guru kelas III SDK Wirobrajan. 10. Siswa kelas II SD BOPKRI Gondolayu dan SDK Wirobrajan yang telah bersedia membantu selama proses penelitian 11. Kedua orangtuaku, Toto Lumaksono dan Iswantiningsih yang mendukung dalam doa dan semangat 12. Adikku Monic yang telah memberikan semangat 13. Teman-teman kelas VIID yang mendukung, menyemati, dan mendoakan. 14. Teman-teman payung Montessori, Brigitta, Fetra, Bowo, Charla, Rindi, Dita, dan Mia yang membantu dan bekerjasama selama penyusunan sampai selesainya skripsi ini 15. Teman-teman PPL SD BOPKRI Gondolayu dan SDK Wirobrajan yang membantu selama proses penelitian berlangsung 16. Segenap pihak, sahabat, teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini ada beberapa kendala baik dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak menjadi hambatan dalam diri kami melainkan menjadi semangat untuk terus maju dan menyelesaikannya tepat waktu. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca baik dalam hal isi maupun inspirasi untuk lebih baik. Peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ada beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian, xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. isi, dan sebagainya, dan peneliti berharap meminta kritik dan saran sebagai perkembangan dan kemajuan pendidikan di Indonesia. Yogyakarta, 5 Januari 2015 Peneliti. Hadrianus Noi. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. ii. HALAMAN PENGESAHAN. iii. HALAMAN PERSEMBAHAN. iv. HALAMAN MOTTO. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. vii. ABSTRAK. viii. ABSTRACT. ix. PRAKATA. x. DAFTAR ISI. xiii. DAFTAR TABEL. xviii. DAFTAR GAMBAR. xxii. DAFTAR LAMPIRAN. xxiii. BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Latar Belakang Penelitian. 1. B. Rumusan Masalah Penelitian. 6. C. Tujuan Penelitian. 7. D. Manfaat Penelitian. 7. E. Spesifikasi Produk. 9. F. Definisi Operasional. 12. BAB II LANDASAN TEORI. 13. A. Kajian Pustaka. 13. 1.. Belajar dan Pembelajaran. 13. a.. Hakikat Belajar. 13. b.. Pengertian Pembelajaran. 15. 2.. Metode Montessori. 16. a.. Sejarah Montessori. 16. b.. Krakteristik Pembelajaran dengan Metode Montessori. 19. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3.. Tahap-tahap Perkembangan Anak. 20. 4.. Alat Peraga Matematika Montessori. 23. a.. Hakikat Alat Peraga. 23. b.. Syarat dan Kriteria Alat Peraga. 24. c.. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori. 25. 5.. Pembelajaran Matematika. 27. a.. Hakikat Matematika. 27. b.. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. 27. c.. Perkalian dalam Matematika SD. 28. B. Penelitian yang Relevan. 29. 1.. Penelitian tentang Metode Montessori. 29. 2.. Penelitian tentang Materi Perkalian. 30. C. Kerangka Berpikir. 33. BAB III METODE PENELITIAN. 35. A. Jenis Penelitian. 35. B. Setting Penelitian. 35. 1.. Objek Penelitian. 36. 2.. Subjek Penelitian. 36. 3.. Lokasi Penelitian. 36. 4.. Waktu Penelitian. 36. C. Rancangan Penelitian. 36. D. Prosedur Pengembangan. 39. E. Instrumen Penelitian. 42. 1.. Pedoman Wawancara. 43. 2.. Pedoman Observasi. 44. 3.. Kuesioner. 46. a.. Kuesioner Analisis Kebutuhan. 46. b.. Kuesioner Validasi Produk. 47. c.. Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Terbatas. 49. 4.. Tes. 50. F. Teknik Pengumpulan Data. 54 xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1.. Jenis Data. 54. 2.. Wawancara. 54. 3.. Observasi. 55. 4.. Kuesioner. 55. a.. Kuesioner Analisis Kebutuhan. 55. b.. Kuesioner Uji Validasi Produk untuk Ahli. 56. c.. Kuesioner Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Terbatas. 56. 5.. Tes. 57. 6.. Triangulasi. 57. G. Teknik Analisis Data. 59. 1.. Analisis Data Kualitatif. 59. 2.. Analisis Data Kuantitatif. 61. H. Jadwal Penelitian. 64. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 65. A. Hasil. 65. 1.. Potensi Masalah. 65. a.. Identifikasi Masalah. 65. b.. Wawancara. 65. 1) Wawancara Kepala Sekolah. 67. 2) Wawancara Guru. 68. 3) Wawancara Siswa. 69. c.. Observasi. 70. d.. Analisis Kebutuhan. 72. 1) Pembuatan Instrumen Analisis Kebutuhan. 72. 2) Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan. 73. a). 74. Ahli Pembelajaran Matematika. b) Ahli Bahasa. 77. c). 81. Guru. d) Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa. 83. 3) Data Hasil Analisis Kebutuhan. 86. a). 86. Data Hasil Analisis Kebutuhan oleh Guru xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. b) Data Hasil Analisis Kebutuhan oleh Siswa. 94. 2.. Perencanaan. 110. a.. Validitas Instrumen Tes. 110. 1) Ahli Pembelajaran Matematika. 111. 2) Uji Validasi Guru. 112. 3) Uji Keterbacaan Instrumen Tes oleh Siswa. 113. 4) Uji Empiris. 116. a). 116. Uji Validitas. b) Uji Reliabilitas. 118. b.. 119. Kuesioner Validasi Produk. 1) Uji Validitas Konstruk Ahli Bahasa. 119. 2) Uji Validitas Konstruk Guru. 121. 3) Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk oleh Siswa. 122. 3.. Pengembangan desain. 124. a.. Konsep Pembuatan Alat Peraga. 124. b.. Desain Alat Peraga. 125. 1) Alat Peraga Papan Perkalian. 125. 2) Album Alat Peraga. 127. c.. Pengumpulan Bahan. 128. d.. Pembuatan Alat Peraga Papan Perkalian. 129. 4.. Validasi Produk. 133. a.. Validasi Produk Alat Peraga Papan Perkalian. 133. 1) Ahli Pembelajaran Matematika. 133. 2) Ahli Pembelajaran Montessori. 134. 3) Ahli Pembelajaran Matematika Montessori. 135. 4) Guru Kelas. 136. b.. 137. Validasi Album Alat Peraga. 1) Ahli Bahasa. 138. 2) Ahli Pembelajaran Matematika Montessori. 138. 5.. Uji Coba Lapangan Terbatas. 139. a.. Data dan Analisis Tes. 140 xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. b.. Data dan Analisis Kuesioner. 141. c.. Analisis II. 142. B. Pembahasan. 144. BAB V PENUTUP. 149. A. Kesimpulan. 149. B. Keterbatasan Penelitian. 150. C. Saran. 150. DAFTAR REFERENSI. 151. LAMPIRAN. 156. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara Kepala Sekolah. 43. Tabel 3.2 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Terhadap Guru Kelas. 43. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Terhadap Siswa Kelas III. 43. Tabel 3.4 Pengkategorian Skor berdasarkan Hasil Validasi Ahli. 44. Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pertanyaan Observasi Pembelajaran Matematika. 45. Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Guru dan Siswa Kelas III. 46. Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli. 48. Tabel 3.8 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk melalui Uji Coba Terbatas. 49. Tabel 3.9 Kisi-Kisi Instrumen Tes Uji Empiris. 51. Tabel 3.10 Kisi-Kisi Instrumen Pretest dan Posttest. 53. Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif. 63. Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Wawancara. 66. Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara oleh Ahli. 66. Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah SD BOPKRI Gondolayu dan SDN Ngemplak 4. 67. Tabel 4.4 Hasil Wawancara Guru Kelas III SD BOPKRI Gondolayu dan SDN Ngemplak 4. 69. Tabel 4.5 Hasil Wawancara Siswa Kelas III SD BOPKRI Gondolayu. 69. Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Observasi. 71. Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Observasi oleh Ahli. 71. Tabel 4.8 Hasil Observasi Pembelajaran di Kelas III.1 SD BOPKRI Gondolayu. 72. Tabel 4.9 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Pembelajaran Matematika. 74. Tabel 4.10 Komentar Keterbacaan Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Pembelajaran Matematika. 75. Tabel 4.11 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Ahli Pembelajaran Matematika. 76. Tabel 4.12 Komentar Validitas Konstruk Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Pembelajaran Matematika. 76. Tabel 4.13 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa. 78. Tabel 4.14 Komentar Validitas Konstruk Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Bahasa. 78. Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Bahasa. 79. Tabel 4.16 Komentar Validitas Konstruk Analisis Kebutuhan Siswa oleh Ahli Bahasa. 80. Tabel 4.17 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru Kelas SD Kanisius Wirobrajan. 81. Tabel 4.18 Komentar Validitas Konstruk Analisis Kebutuhan Guru oleh Guru Kelas SD Kanisius Wirobrajan. 82. Tabel 4.19 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru Kelas SD Kanisius Wirobrajan. 82. Tabel 4.20 Komentar Validitas Konstruk Analisis Kebutuhan Siswa oleh Guru Kelas SD Kanisius Wirobrajan. 83. Tabel 4.21 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa oleh Siswa SD Kanisius Wirobrajan. 84. Tabel 4.22 Rekapitulasi Penilaian Keseluruhan Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru. 84. Tabel 4.23 Rekapitulasi Penilaian Keseluruhan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa. 85. Tabel 4.24 Rekapitulasi Hasil Presentase Analisis Kebutuhan oleh Guru. 86. Tabel 4.25 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Hasil Analisis Kebutuhan oleh Guru. 89. Tabel 4.26 Rekapitulasi Hasil Presentase Analisis Kebutuhan oleh Siswa. 94. Tabel 4.27 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Hasil Analisis Kebutuhan oleh Siswa. 98 xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tabel 4.28 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli Pembelajaran Matematika. 111. Tabel 4.29 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Guru Kelas. 112. Tabel 4.30 Komentar Uji Validitas Isi Instrumen Tes Oleh Guru Kelas. 112. Tabel 4.31 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Tes oleh Ahli. 113. Tabel 4.32 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes oleh Siswa. 115. Tabel 4.33 Rekapitulasi Hasil Validitas Uji Empiris Instrumen Tes. 117. Tabel 4.34 Kisi-kisi Instrumen Pretes dan Posttest. 118. Tabel 4.35 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Tes. 119. Tabel 4.36 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk Ahli oleh Ahli Bahasa. 120. Tabel 4.37 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk Siswa oleh Ahli Bahasa. 120. Tabel 4.38 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk Ahli oleh Guru. 121. Tabel 4.39 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk Siswa oleh Guru. 122. Tabel 4.40 Rekapitulasi Penilaian Kuesioner Validasi Produk Siswa oleh Siswa SD Kanisius Wirobrajan Tabel 4.41 Rekapitulasi Penilaian Keseluruhan Validasi Produk Ahli. 123 123. Tabel 4.42 Rekapitulasi Penilaian Keseluruhan Kuesioner Validasi Produk Siswa. 124. Tabel 4.43 Rekapitulasi Penilaian Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika. 134. Tabel 4.44 Rekapitulasi Penilaian Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Montessori. 134. Tabel 4.45 Komentar Validasi Produk Alat Peraga Oleh Ahli Pembelajaran Montessori. 135. Tabel 4.46 Rekapitulasi Penilaian Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika Montessori. 136 xx.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tabel 4.47 Komentar Validasi Produk Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika Montessori. 136. Tabel 4.48 Rekapitulasi Penilaian Produk Alat Peraga Guru Kelas. 137. Tabel 4.49 Rekapitulasi Penilaian Keseluruhan Validasi Produk Ahli. 137. Tabel 4.50 Rekapitulasi Penilaian Album Alat Peraga oleh Ahli Bahasa. 138. Tabel 4.51 Rekapitulasi Penilaian Album Alat Peraga oleh Ahli Pembelajaran Matematika Montessori. 139. Tabel 4.52 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest Siswa. 140. Tabel 4.53 Rekapitulasi Hasil Penilaian Produk oleh Siswa. 142. Tabel 4.54 Rekapitulasi Penilaian Produk Alat Peraga Papan Perkalian. 142. Tabel 4.55 Revisi Produk. 143. Tabel 4.56 Analisis Ciri-ciri Alat Peraga yang Dikembangkan. 146. Tabel 4.57 Rekapitulasi Analisis Pengembangan berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori oleh Ahli dan Siswa. xxi. 148.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Desain Papan Perkalian. 9. Gambar 1.2 Kartu Angka. 10. Gambar 1.3 Manik-manik. 10. Gambar 1.4 Kartu Operasi Hitung. 10. Gambar 1.5 Kotak Manik-Manik dan Kartu Angka. 11. Gambar 1.6 Kotak Kartu Soal. 11. Bagan 2.1. Literature map dari penelitian-penelitian yang relevan. 32. Bagan 3.1. Langkah-langkah R&D. 37. Bagan 3.2. Prosedur Penngembangan. 40. Bagan 3.3. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan. 58. Bagan 3.4. Triangulasi Sumber Data Analisis Kebutuhan. 58. Rumus 3.1 Persentase Jawaban pada Kuesioner. 61. Rumus 3.2 Penentuan Jarak Interval. 62. Rumus 3.3 Mendapatkan Nilai Pretest dan Posttest. 64. Rumus 3.4 Mendapatkan Nilai Rata-rata Akhir. 64. Rumus 3.5 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest. 64. Rumus 3.6 Rata-rata Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest. 64. Bagan 4.1. Triangulasi Data Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data. 77. Bagan 4.2. Triangulasi Data Berdasarkan 3 Teknik Pengumpulan Data. 107. Gambar 4.1 Checker Board. 125. Gambar 4.2 Bentuk Awal Papan Perkalian. 129. Gambar 4.3 Kartu Angka, Manik-manik Rangkaian dan Kartu Operasi Hitung. 131. Gambar 4.4 Tempat Kartu Soal beserta Soal. 132. Grafik 4.1. 141. Perbedaan Nilai Siswa Saat Pretest dan Posttest. xxii.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH. [1]. 1.1. Transkrip Wawancara Kepala SD BOPKRI Gondolayu. [1]. 1.2. Transkrip Wawancara Guru SD BOPKRI Gondolayu. [7]. 1.3. Transkrip Wawancara Siswa SD BOPKRI Gondolayu. [10]. LAMPIRAN 2. INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHAN. [11]. 2.1. Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru. [11]. 2.2. Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli. [15]. 2.3. Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli. [21]. 2.4. Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa. [25]. 2.5. Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli. [28]. 2.6. Rekapitulasi Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli. [34]. 2.7. Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan oleh Siswa SD Setara. [38]. 2.8. Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Guru SD Penelitian. [44]. 2.9. Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Guru. [47]. 2.10. Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh Siswa SD Penelitian. [52]. 2.11. Pengkategorian Deskripsi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa. [54]. LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK. [65]. 3.1. TES. [65]. 3.1.1 Instrumen Soal Tes. [65]. 3.1.2 Instrumen Hasil Validasi Soal oleh Ahli. [68]. 3.1.3 Uji Keterbacaan Soal oleh Siswa. [78]. 3.1.4 Uji Empiris. [87]. 3.1.5 Hasil Uji Validitas. [90]. xxiii.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3.1.6 Hasil Uji Reliabilitas. [91]. 3.2. KUESIONER. [92]. 3.2.1 Kuesioner Validasi Produk untuk Ahli. [92]. 3.2.2 Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa. [95]. 3.2.3 Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli. [97]. 3.2.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli. [100]. 3.2.5 Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa. [101]. 3.2.6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Konstruk Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa ................................................................................ [104] 3.2.7 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Validasi Produk oleh Siswa SD Setara ................................................................................................ [106] LAMPIRAN 4. VALIDASI PRODUK .......................................................... [108] 4.1. Hasil Validasi Produk oleh Ahli ............................................................. [108] LAMPIRAN 5. UJI COBA LAPANGAN TERBATAS .............................. [111] 5.1. Hasil Pretest ............................................................................................ [111] 5.2. Hasil Posttest .......................................................................................... [113] 5.3. Hasil Validasi Produk oleh Siswa ........................................................... [115] LAMPIRAN 6. SURAT .................................................................................. [117] 6.1. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ........................................................ [117] 6.2. Surat Telah Melaksanakan Penelitian ..................................................... [118] LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI ................................................................ [119] LAMPIRAN 8. ALBUM ................................................................................ [120] CURRICULUM VITAE ................................................................................ [140]. xxiv.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, definisi operasional.. A. Latar Belakang Penelitian “Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia” (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:147). Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu mathema yang berarti pengkajian. Matematika selalu berkembang seiring berjalannya waktu mulai dari bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit melalui penggunaan logika dan abstraksi (BSNP, 2006:147). Oleh karena itu, matematika digunakan di berbagai belahan dunia sebagai ilmu penting dalam berbagai bidang untuk memecahkan masalah. Pentingnya matematika yang digunakan untuk pemecahan masalah dalam berbagai bidang, membuat matematika dimasukkan dalam kurikulum pendidikan termasuk di Indonesia. Matematika perlu diajarkan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai pendidikan tingkat tinggi untuk memberikan bekal kepada mereka kemampuan berpikir logis, analitis, dan sistematis (BSNP, 2006:147). Akan tetapi, dari beberapa pengalaman, matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi siswa sekolah dasar maupun jenjang pendidikan di. 1.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. atasnya. Siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dikarenakan dasar dari pembelajaran matematika yang lemah. Akhirnya siswa merasa bahwa tidak bisa matematika dan bahkan menjadi tidak menyukai matematika (Soesilowati, 2011:17). Hal tersebut menjadi salah satu faktor rendahnya prestasi belajar siswa Indonesia. Berdasarkan hasil survei lembaga survei dibidang pendidikan, prestasi Indonesia dibidang matematika sangat lemah. PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012 melakukan survei yang diikuti oleh 65 negara dengan hasil Indonesia menempati peringkat 64 dengan perolehan skor matematika 375 (Kompas, 5 Desember 2013). Hasil yang tidak berbeda jauh dapat dilihat dari hasil survei TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study) pada tahun 2011 dalam bidang Matematika menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 42 negara peserta (Kompas 14 Desember 2012). Melihat hasil survei kedua lembaga tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Kualitas pendidikan yang tergolong rendah dapat disebabkan dari beberapa faktor, diantaranya faktor guru, proses pembelajaran, sarana pendukung, dll. Hasil observasi pembelajaran yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 dan 25 September 2014, menunjukkan bahwa guru menyampaikan materi dengan penjelasan verbal dengan bantuan papan tulis. Kondisi ini menyebabkan siswa cenderung pasif dan informasi yang disampaikan kepada siswa bersifat abstrak. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan pakar pendidikan yang menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar (7-11 tahun) dapat melakukan berpikir sistematis dengan bantuan objek-objek dan aktivitas-aktivitas konkret (Piaget dalam Susanto, 2013:77)..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. Pakar lain yang sejalan dengan Piaget adalah Rousseau (dalam Ahmadi 2005:32) yang mengatakan bahwa anak usia 2 hingga 12 tahun adalah masa pendidikan yang menekankan aktivitas jasmani dan panca indera. Aktivitas fisik yang memanfaatkan panca indera membuat siswa mampu meningkatkan dan memperdalam pemahamannya (Holt, 2008:250). Oleh sebab itu, siswa sekolah dasar membutuhkan alat bantu berupa media dan alat peraga untuk memperjelas materi yang disampaikan agar dapat dengan mudah dipahami (Heruman, 2008:12). Pengalaman observasi oleh peneliti saat program pengakraban lingkungan (PROBALING 1 dan 2) serta program pengalaman lapangan (PPL), menemukan bahwa ketersediaan alat peraga di beberapa Sekolah Dasar di Yogyakarta masih sangat rendah. Beberapa Sekolah bahkan tidak ada alat peraga, sedangkan di sekolah lain alat peraga masih terbungkus dengan rapi. Alat peraga yang ada mayoritas tidak bersangkutan dengan mata pelajaran matematika. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 Juli dan 3 Agustus 2014 yang ditujukan kepada guru kelas III menunjukkan bahwa ketersediaan alat peraga matematika sangat kurang. Beberapa guru yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa akan sangat terbantu jika nantinya ada pengadaan alat peraga matematika untuk membantu pemahaman siswa. Oleh sebab itu, pengadaan alat peraga sangat diperlukan sekolah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain kebutuhan alat peraga yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, peneliti juga menemukan kesulitan belajar siswa saat kegiatan wawancara berlangsung. Beberapa guru menyebutkan salah satu kesulitan belajar.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. yang dialami siswa yaitu pada materi perkalian. Sekitar 30% siswa kesulitan dalam menghafalkan dan memahami konsep perkalian. Perkalian termasuk materi yang sulit untuk dipahami. Jika dilihat, masih banyak siswa kelas atas yang belum menguasai materi perkalian, sehingga kesulitan untuk mempelajari materi yang lebih kompleks (Heruman, 2008:22). Menurut Soesilowati (2011:17) aplikasi pembelajaran matematika yang semakin meluas dan mendalam di jenjang berikutnya membutuhkan kemampuan dasar perkalian. Oleh sebab itu, akan berdampak buruk jika siswa tidak memiliki kemampuan dasar perkalian. Beberapa upaya telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya untuk mengatasi persoalan di atas. Penelitian yang dilakukan oleh Latifa (2013) mengatakan bahwa penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi perkalian. Penelitian lain mengatakan bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Kuslinda, Halidjah, Margiati, 2013). Penelitian selanjutnya mengatakan bahwa penggunaan kartu posinega dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan perkalian dan pembagian bilangan bulat (Setiawan, Akina, Sudarman, 2014). Ketiga penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan alat peraga antara lain soal keamanan alat peraga yang dipakai oleh siswa dan dapat memberikan dampak yang baik bagi siswa dalam proses belajarnya. Salah satu metode yang menjelaskan secara detail dalam perumusannya adalah Metode Montessori..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Montessori (dalam Gutek, 2013:240) mengatakan. bahwa. 5. pembelajaran. matematika dengan alat peraga sebaiknya mengandung nilai keindahan (menarik), unsur gradasi, nilai pengendali kesalahan (auto correction), dan nilai kemandirian (auto education). Alat peraga yang dirancang dengan menggunakan keempat ciri yang dipaparkan Montessori, diharapkan mampu memaksimalkan fungsi panca indera siswa. Menurut Montessori, jika alat peraga disiapkan untuk proses pembelajaran berarti bahwa lingkungan telah dipersiapkan untuk mencapai kemandirian siswa (Gutek, 2013:76). Oleh sebab itu, untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika diperlukan alat peraga yang kontekstual dengan kehidupan seharihari siswa (Rohiat, 2010:66). Berbicara mengenai alat peraga Montessori yang secara umum sudah dipaparkan, tidak diragukan lagi bahwa alat tersebut sudah disiapkan secara matang untuk membantu siswa memahami materi pelajaran. Hambatan yang cukup besar dalam pengadaan alat peraga Montessori adalah soal harga yang relatif mahal. Dilihat dalam implementasi di sekolah-sekolah yang menggunakan metode Montessori, biaya operasional sekolah sangat mahal dan hanya orangorang tertentu saja yang menyekolahkan anaknya di sekolah Montessori. Biaya yang sangat mahal disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah alat peraga yang mahal. Jika dilihat dari harganya, satu set alat peraga untuk materi perkalian (checker board) senilai Rp 4.212.300 . Melihat latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti terdorong untuk mengembangkan alat peraga materi perkalian yang cenderung murah dan dibuat.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. dengan bahan yang mudah didapatkan. Meskipun pengembangan alat peraga ini disesuaikan dengan harga yang murah, peneliti tetap memperhatikan keempat ciri alat peraga berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto correction, auto education. Selain itu, peneliti menambahkan satu ciri lagi yaitu kontekstual karena bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapatkan. Peneliti berharap, alat peraga ini dapat membantu kesulitan belajar siswa seperti yang telah dipaparkan. Proses pengembangan alat peraga matematika berbasis metode Montessori ini dilakukan selama penelitian, dengan subyek tujuh siswa kelas III SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta sebagai sampel penelitian. Pemilihan sekolah tersebut didasarkan pada kebutuhan alat peraga yang diperlukan oleh sekolah maupun guru kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 yang terfokus pada mata pelajaran matematika materi perkalian susun pendek. Produk yang dihasilkan adalah prototype yang diujicobakan secara terbatas kepada subyek penelitian.. B. Rumusan Masalah Penelitian 1.. Bagaimana ciri-ciri spesifik alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas III?. 2.. Bagaimana kualitas alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas III?.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. C. Tujuan Penelitian 1.. Mengembangkan alat peraga papan perkalian sesuai dengan ciri-ciri alat peraga berbasis metode Montessori untuk siswa kelas III.. 2.. Mengembangkan alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori yang berkualitas untuk siswa kelas III.. D. Manfaat Penelitian 1.. Manfaat teoritis Alat peraga ini dapat membantu siswa dalam mempelajari materi perkalian. dengan mudah dan menyenangkan. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri dengan menggunakan alat peraga papan perkalian. Siswa dapat mengetahui kesalahan sendiri ketika bekerja dengan menggunakan alat peraga papan perkalian. 2.. Manfaat praktis. Untuk mahasiswa a.. Penelitian ini memberikan pemikiran baru bagi mahasiswa bahwa alat peraga pembelajaran matematika untuk siswa sekolah dasar berbasis metode Montessori dapat dibuat dan dikembangkan di Indonesia dengan biaya yang lebih murah.. b.. Penelitian ini akan memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa dalam mengembangkan alat peraga pembelajaran matematika berbasis metode Montessori untuk siswa sekolah dasar..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. Untuk guru c.. Guru dapat mengaplikasikan langsung alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori kepada siswa.. d.. Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai alat peraga yang lain dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis metode Montessori.. Untuk siswa e.. Siswa memperoleh materi sesuai dengan tingkat perkembangannya.. f.. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang melatih panca indera secara maksimal, dan sesuai dengan kemampuan belajar setiap siswa.. g.. Siswa mendapatkan pengalaman langsung dengan menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.. Untuk sekolah h.. Sekolah memiliki pengetahuan baru mengenai pengembangan alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang murah dan bisa dibuat oleh sekolah.. i.. Sekolah dapat mempertimbangkan peningkatan mutu pendidikan dengan mengembangkan alat peraga matematika berbasis metode Montessori..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. E. Spesifikasi Produk. Gambar 1.1 Desain Papan Perkalian. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah alat peraga papan perkalian yang berbasis pada metode Montessori dan dilengkapi dengan album penggunaannya. Alat peraga papan perkalian diharapkan mampu membantu anak dalam melakukan operasi hitung perkalian. Adapun beberapa komponen yang dikembangkan dalam penelitian ini, diantaranya papan perkalian, manik-manik rangkaian dari 1-10, kartu angka, tempat manik-manik dan kartu angka, kartu operasi hitung dan kartu soal beserta tempatnya. Papan perkalian ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran 70cm x 35cm x 1,2cm. Papan perkalian ini terdiri dari kotak-kotak warna menyerupai papan catur, tempat untuk kartu angka, tempat untuk kartu operasi hitung dan bilangan untuk menentukan nilai tempat. Warna dari kotak-kotak tersebut sudah disesuaikan.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. dengan prinsip metode Montessori, hijau untuk nilai tempat satuan, ribuan dan jutaan, sedangkan warna biru untuk nilai tempat puluhan, puluh ribuan dan puluh jutaan, yang terakhir warna merah untuk nilai tempat ratusan, ratus ribuan dan ratus jutaan. Fungsi kotak warna pada papan perkalian selain untuk menentukan nilai tempat, juga untuk meletakkan manik-manik rangkaian saat melakukan operasi hitung perkalian. Selain itu, alat ini dilengkapi dengan tempat kartu angka yang berbentuk lubang persegi panjang berukuran 2,2cm × 2cm di sisi bawah dan samping kanan. Kemudian tempat kartu operasi hitung yang dibuat di pojok kanan bawah dengan ukuran 2,5cm × 2,3cm.. Gambar 1.2 Kartu Angka. Gambar 1.3 Manik-manik. Gambar 1.4 Kartu Operasi Hitung. Komponen lain yang terpisah dari alat peraga ini adalah manik-manik rangkaian 1-10 yang memiliki diameter 6mm dengan ketentuan manik 1 berwarna merah, manik 2 berwarna hijau, manik 3 berwarna merah muda, manik 4.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. berwarna kuning, manik 5 berwarna biru muda, manik 6 berwarna ungu, manik 7 berwarna putih, manik 8 berwarna cokelat, manik 9 berwarna biru tua dan manik 10 berwarna emas. Kemudian kartu angka 0-9 berukuran 2cm x 3cm yang dibedakan menjadi 2 warna yaitu warna putih dan abu-abu dengan warna bilangan yang sudah diberi warna sesuai ketentuan. Komponen lain yaitu kartu operasi hitung yang berukuran 2,3cm x 3,5cm dengan warna dasar putih sedangkan operasi hitungnya berwarna hitam.. Gambar 1.5 Kotak Manik-manik. Gambar 1.6 Kotak Kartu Soal. dan Kartu Angka. Komponen-komponen tersebut mempunyai tempat, manik-manik dan kartu angka bergabung dalam satu kotak yang diberi sekat disertai dengan tutupnya. Ukuran kotak manik-manik 7, 8, 9 memiliki lebar 8cm, untuk kotak manik-manik 4, 5, 6 memiliki lebar 6cm, untuk kotak manik-manik 1, 2, 3 memiliki lebar 4cm, khusus untuk kotak manik-manik 10 terpisah dibagian bawah kartu angka dengan ukuran 6cm x 16cm, sedangkan tempat kartu angka memiliki lebar masingmasing 6cm. Selain itu, tempat kartu soal dengan alas berbentuk persegi panjang.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. dengan ukuran 11cm x 13cm dan untuk sisi samping berbentuk trapesium sikusiku dengan ukuran depan 3,8cm dan belakang 7,2cm.. F. Definisi Operasional 1.. Belajar merupakan pengalaman dari interaksi lingkungan yang menghasilkan perubahan. secara. psikis. seperti,. perilaku,. pengetahuan,. kebiasaan,. keterampilan, dll. 2.. Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa secara terstruktur untuk membantu siswa belajar dengan baik.. 3.. Metode Montessori merupakan metode yang mengedepankan kebebasan dengan kesiapan lingkungan yang tertata dan terstruktur untuk mendukung perkembangan siswa.. 4. Perkembangan anak merupakan proses perubahan baik fisik maupun psikis yang terjadi selama hidupnya.. 5. Alat peraga merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran dalam proses belajar. 6.. Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang pola dan urutan dengan objek abstrak yang bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.. 7.. Perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan berulang..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini, pembahasan tentang landasan teori dibagi menjadi tiga bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.. A. Kajian Pustaka Kajian pustaka, pembahasan dibagi menjadi lima bagian yaitu belajar dan pembelajaran, metode Montessori, tahap-tahap perkembangan anak, alat peraga matematika Montessori, pembelajaran matematika. 1.. Belajar dan Pembelajaran. a.. Hakikat Belajar Setiap kehidupan, manusia tidak lepas dari kata “belajar”. Beberapa ahli. mengartikan belajar dengan keyakinannya masing-masing. Trianto (2010:16) mengatakan bahwa belajar adalah adanya perubahan pada diri seseorang yang bersumber dari pengalaman, perubahan yang dimaksud bukan secara fisik melainkan perilaku, pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, dll. Selaras dengan Trianto, Siregar (2011:4) memaparkan belajar adalah aktivitas psikis yang terjadi karena adanya interaksi dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat tetap. Ahli lain juga mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan memperkuat kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011:9). Definisi lain tentang belajar adalah serangkaian proses yang menyebabkan adanya. 13.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. perubahan perilaku karena adanya pengalaman (Sundayana, 2014:19). Melihat beberapa definisi dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan pengalaman dari interaksi lingkungan yang menghasilkan perubahan secara psikis seperti, perilaku, pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, dll. Pengalaman dalam belajar didapatkan seseorang saat berinteraksi dengan lingkungan. Melalui panca indera seseorang, lingkungan menjadi sumber seluruh informasi yang diterimanya (Yusuf, 2009:35). Menurut Piaget, semakin banyak seseorang memiliki pengalaman mengenai permasalahan, lingkungan, atau objek yang. diamati,. pengetahuannya.. maka Tanpa. ia. akan memiliki. semakin. mengembangkan. pengalaman. seseorang. pikiran sulit. dan untuk. mengembangkan pikirannya. Piaget mengelompokkan pengalaman menjadi dua macam. Pertama adalah pengalaman fisis, tindakan seseorang untuk menjelaskan sifat-sifat makhluk hidup atau benda yang ia temui. Misalnya, ketika seseorang akan menjelaskan tentang sifat-sifat ayam, maka lebih mudah jika melihat ayam secara langsung. Kedua yaitu pengalaman matematis-logis, tindakan seseorang untuk mempelajari objek-objek dalam pemecahan masalahnya. Misalnya, ada tiga orang yang sedang memancing ikan, ketiga orang tersebut mendapatkan lima ekor ikan, berarti jumlah ikan yang didapatkan oleh ketiga orang tersebut sebanyak 15 ekor. Dalam contoh kasus tersebut, seseorang dapat mempelajari cara untuk memecahkan masalah (Piaget dalam Suparno, 2001:106-107). Setelah seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, selanjutnya belajar mencapai pada sebuah hasil. Hasil belajar tersebut antara lain keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik, sikap.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. (Gagne dalam Siregar dan Nara, 2011:8). Senada dengan Gagne, Jihad (2012:14) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang mengarah pada keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik. Melihat tahap perkembangannya, anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yang memerlukan benda-benda konkret untuk membantu proses belajarnya, sedangkan dalam konsep matematika ilmu yang dipelajari bersifat abstrak (Sundayana, 2014:26). Berdasarkan paparan di atas siswa akan lebih mudah mengembangkan pikiran dan pengetahuannya dengan objek-objek yang bisa ditangkap oleh panca indera. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa untuk membantu proses belajarnya, anak membutuhkan alat bantu berupa alat peraga karena alat peraga merupakan benda konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan interaksi dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswa secara intens dan terarah menuju pada suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2010:17). Sejalan dengan Trianto, Siregar (2011:13) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja terarah dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran merupakan proses yang membantu siswa agar dapat belajar dengan baik (Susanto, 2013:19). Melihat beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa secara terstruktur untuk membantu siswa belajar dengan baik..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. Aplikasi pembelajaran sebaiknya memperhatikan lingkungan belajar yang konstruktif. Lingkungan belajar yang konstruktif diungkapkan oleh Hudojo (dalam Trianto, 2010:19), (1) menyediakan pengalaman belajar yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, (2) menyediakan beberapa variasi pengalaman belajar, (3) menggabungkan pembelajaran realistik dengan. pengalaman. konkret,. (4). mengintegrasikan. pembelajaran. yang. memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi satu sama lain, (5) memanfaatkan berbagai macam alat peraga agar pembelajaran lebih menarik, (6) melibatkan siswa secara emosional dan sosial agar matematika lebih menarik untuk dipelajari. Pandangan tersebut sejalan dengan pemikiran Montessori yang mengatakan bahwa lingkungan belajar disiapkan untuk memberikan siswa kebebasan dalam mengekspresikan diri. Jika lingkungan sekolah disiapkan dengan benda-benda pembelajaran yang bersifat mengoreksi diri, maka siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing (Gutek, 2013:75-76). 2.. Metode Montessori Metode Montessori membahas mengenai sejarah Montessori dan tahap-tahap. perkembangan anak yang akan dijabarkan sebagai berikut. a.. Sejarah Montessori Maria Montessori adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori dan. Renilde Stoppani yang lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, Ancona, Italia. Montessori lahir dari keluarga yang terpandang, ayahnya bekerja di perusahaan garam dan tembakau milik negara sebagai pengawas. Sedangkan ibu Montessori.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. adalah wanita berpendidikan tinggi dengan latar belakang keluarga yang kaya dan terpandang (Gutek, 2013:1). Seperti halnya anak-anak pada umumnya, Montessori menempuh pendidikan mulai dari sekolah dasar di San Nicolo dari Tolentino. Sekolah dasar tersebut merupakan sekolah paling modern dan terbaik pada masa itu. Kemudian pada tahun 1883, Montessori diterima sebagai murid di sekolah teknik negeri yang terletak di Regia Secuola Technica Michelangelo Buonarroti. Setelah itu, Montessori meneruskan pendidikannya di akademi kejuruan teknik Regio Istituto Tecnico Leonardo da Vinci dengan fokus di bidang ilmu fisika dan matematika. Setelah menyelesaikan studinya, Montessori tertarik ingin kuliah di bidang kedokteran, namun usahanya untuk meraih keinginannya tidaklah mudah. Pihak universitas menolak, karena ilmu-ilmu dalam bidang kedokteran hanya boleh dipelajari oleh kaum laki-laki. Keinginan Montessori yang sangat besar tidak membuatnya putus asa. Montessori untuk sementara masuk fakultas IPA yang kemudian masuk ke falkutas kedokteran setelah mendapatkan diploma. Montessori adalah wanita satu-satunya di fakultas kedokteran saat itu (Magini, 2013:14-17) . Setelah mendapatkan gelar Doktornya, Montessori bekerja di Rumah Sakit San Giovani milik universitasnya, bahkan Montessori sudah melakukan praktik pribadi. Montessori ingin dirinya tidak sekedar hanya menjadi praktisi kesehatan saja. Montessori juga mempunyai keinginan untuk menyembuhkan penyakit gangguan pikiran, diantaranya adalah penyakit-penyakit mental dan gangguan kejiwaan. Untuk mewujudkan keinginannya, Montessori melakukan penelitian.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. yang membawanya pada penelitian dari Jean Marc Gaspard Itard (1774-1838) dan Edouard Seguin (1812-1880). Montessori sangat terkesan dengan penelitianpenelitian dari Itard dan Seguin terhadap anak-anak yang mengalami gangguan mental. Penelitian yang dilakukan kedua tokoh tersebut mendorong Montessori untuk terjun ke dunia pendidikan (Gutek, 2013:7-12). Berawal dari Casa dei Bambini yang diresmikan pada tahun 1907, Montessori mulai menjajaki dunia pendidikan. Pada awalnya, anak-anak masih terlihat kaku dan cenderung liar di kelas. Akan tetapi anak-anak memiliki ketertarikan besar terhadap alat-alat peraga didaktis yang dibawa Montessori. Anak-anak yang tadinya liar menjadi antusias bermain dengan alat peraga tersebut. Montessori melihat ada yang berubah dari mereka, anak-anak menjadi lebih komunikatif, lebih dapat bersosialisasi, tampak lebih sehat dan bahagia. Seiring berjalannya waktu, sekolah tersebut menjadi sekolah percontohan dan semakin banyak tokoh-tokoh yang berkunjung untuk melihat pembelajaran di Casa dei Bambini (Magini, 2013:48-56). Pada tahun 1910, Montessori mendapatkan pengakuan sebagai seorang pendidik yang inovatif di Italia. Nama Montessori dengan prestasinya di bidang pendidikan menarik perhatian negara-negara di Eropa dan Amerika. Kesempatan yang besar itu tidak disia-siakan, Montessori semakin mudah untuk menyebarkan pemikirannya. Akan tetapi Montessori tetap memberikan pengawasan yang ketat agar tidak terjadi penyimpangan dari pemikirannya. Oleh sebab itu Montessori mulai berkeliling dunia untuk berdialog dan menulis beberapa buku. Sejak saat itu perkembangan metode Montessori di negara-negara Eropa dan Amerika sangat.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. pesat, terutama di Eropa. Hingga saat ini metode Montessori masih terus berkembang di dunia pendidikan (Gutek, 2013:33-34). b. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Montessori Montessori mengatakan bahwa proses pendidikan yang ideal dilakukan dalam kondisi lingkungan yang tertata dan terstruktur (Montessori dalam Gutek, 2013:25). Semua peralatan yang ada di kelas Montessori disesuaikan dengan perkembangan anak, mulai dari meja, kursi, tempat cuci tangan, dll. Kelas Montessori dibatasi dengan lemari-lemari pendek yang digunakan untuk menyimpan alat peraga dengan rapih dan mudah dijangkau oleh anak. Sekolah Montessori dibuat sedemikian rupa untuk melatih indera anak dan melatih keterampilan-keterampilan (Gutek, 2013:26). Tugas guru di sekolah Montessori adalah sebagai pengawas kegiatan anak dan menyajikan cara penggunaan alat-alat pelajaran yang tersedia secara terstruktur (Holt, 2008:477). Biasanya guru mencatat perkembangan anak dalam setiap aktivitasnya. Berbeda dengan sekolah tradisional, anak-anak di sekolah Montessori dapat memilih kegiatan dan alat-alat pembelajaran yang bersifat mengoreksi ketika anak melakukan kesalahan. Montessori percaya bahwa anak akan menjadi disiplin dan mandiri ketika mengetahui kesalahannya sendiri kemudian mengulangi hingga anak menguasai tugasnya (Gutek, 2013:27). Ada beberapa area dalam kelas Montessori yaitu practical life (keterampilan hidup), sensorial (pelatihan indera), bahasa dan matematika (Hainstock, 1997:21-88). Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode Montessori merupakan metode yang mengedepankan.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. kebebasan dengan kesiapan lingkungan yang tertata dan terstruktur untuk mendukung perkembangan siswa. 3.. Tahap-tahap Perkembangan Anak Perkembangan merupakan proses perubahan baik fisik maupun psikis yang. terjadi dalam diri manusia mulai dari embrio, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa (Yusuf dan Sugandhi, 2011:1). Sebutan “Perkembangan Anak” terfokus pada proses pertumbuhan dan perubahan dalam diri manusia seumur hidupnya (Meggitt, 2013:1). Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak merupakan proses perubahan baik fisik maupun psikis yang terjadi selama hidupnya. Beberapa tokoh memaparkan teorinya mengenai tahap-tahap perkembangan anak yang masih dipercaya hingga saat ini. Tokoh pertama adalah Jean Piaget yang mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak berkembang melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget dirumuskan menjadi empat tahapan, antara lain (Piaget dalam Suparno, 2001:26-101): Tahap sensorimotor (0-usia 2 tahun). Pada tahap ini anak melakukan tindakan-tindakan dengan menggunakan panca indera seperti meraba, melihat, mendengar, membau,dll. Pada tahap ini anak belum dapat berbicara, anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengatakan suatu benda. Gagasan anak terus berkembang mulai dari belum mempunyai gagasan menjadi mempunyai gagasan. Gagasan ini berkaitan dengan ruang dan waktu yang belum terkoordinir dengan baik. Perkembangan tersebut terjadi terus-menerus dan menjadi tumpuan periode perkembangan berikutnya..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. Tahap berikutnya yaitu pra-operasional (usia 2-7 tahun). Tahap ini merupakan jembatan tahap sensori ke tahap operasional konkret. Dalam tahap perkembangan pra-operasional, anak sudah mampu menggunakan bahasa dengan simbol-simbol yang membuat anak bisa berkomunikasi dengan orang dewasa. Bahasa yang digunakan ini dapat membantu meningkatkan inteligensi anak. Pada tahap ini kemampuan kognitif anak sudah pada taraf yang lebih tinggi. Namun pada tahap ini anak belum berpikir secara sistematis dan logis. Tahap selanjutnya yaitu operasional konkret (usia 7-11 tahun). Pada tahap ini pemikiran anak sudah terarah dengan berdasarkan logika. Konsep bilangan, waktu dan ruang sudah semakin berkembang. Akan tetapi pemikiran yang logis dan konsep yang sudah semakin berkembang, masih terbatas pada benda-benda konkret sebagai bantuannya. Anak masih belum bisa memecahkan masalah yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu, ilmu matematika yang bersifat abstrak masih terlalu sulit untuk anak sekolah dasar. Tahap yang terakhir yaitu operasional formal (usia 11-ke atas). Pada tahap ini pikiran anak sudah tidak lagi berfokus pada objek-objek yang dapat dilihat, dengan kata lain anak sudah mampu berpikir abstrak untuk memahami suatu konsep. Penalaran anak sudah jauh meningkat, sehingga anak dapat berpikir lebih dari satu dimensi yang bersifat abstrak. Tokoh yang kedua yaitu Maria Montessori, baginya perkembangan manusia merupakan “kelahiran kembali” yang artinya setiap tahap berkembang secara alami mengalir berjalan ke tahap berikutnya (Gutek, 2013:78-79). Montessori memaparkan tahap perkembangan anak menjadi 3 bagian (Holt, 2008:30). Tahap.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. pertama dimulai dari bayi lahir hingga usia enam tahun. Tahap ini dibagi menjadi dua subtahap, dari bayi lahir sampai usia tiga tahun dan usia tiga tahun sampai usia enam tahun. Subtahap yang pertama, anak tidak terpengaruh langsung dengan adanya orang dewasa di sekitarnya. Oleh sebab itu, anak belum siap untuk bersekolah. Pada subtahap kedua, anak sudah mulai peka terhadap orang dewasa. Selama masa ini, anak mengalami perubahan-perubahan kepribadian yang signifikan. Pada akhir subtahap ini, anak sudah cukup cerdas untuk bersekolah. Tahap kedua dimulai dari usia enam tahun hingga usia dua belas tahun. Pada tahap ini anak menjadi tenang dan bahagia, kondisi mentalnya dalam keadaan sehat, kuat dan stabil. Anak mulai mengerti istilah benar dan salah dalam aktivitasnya sendiri maupun aktivitas orang lain. Tahap ketiga dimulai dari usia dua belas hingga delapan belas tahun. Pada masa ini juga terjadi beberapa perubahan menuju kedewasaan sepenuhnya. Setelah usia delapan belas tahun, tidak ada lagi perubahan nyata, yang bertambah hanyalah umurnya. Melihat tahap-tahap perkembangan dari beberapa tokoh pendidikan, anak sekolah dasar berada pada rentang usia 6-12 tahun. Sesuai dengan tahap perkembanganya, anak mampu menguasai keterampilan-keterampilan dasar secara cepat dan sistematis. Guru perlu menciptakan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa, salah satunya dengan menggunakan alat peraga. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti disesuaikan dengan tahap perkembangan menurut Piaget dan Montessori. dalam paparan di atas, Piaget mengatakan bahwa matematika masih sulit untuk dipelajari oleh siswa sekolah.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. dasar karena bersifat abstrak. Siswa sekolah dasar masih memerlukan alat peraga sebagai alat bantu memahami konsep matematika. Maka dari itu, peneliti mengembangkan alat peraga matematika untuk membantu siswa memahami konsep matematika yang abstrak. 4.. Alat Peraga Matematika Montessori Alat peraga matematika Montessori membahas mengenai hakikat alat peraga,. syarat dan kriteria alat peraga, alat peraga berbasis metode Montessori yang akan dijabarkan sebagai berikut. a.. Hakikat Alat Peraga Alat peraga terdiri dari kata “alat” dan “peraga”. Pengertian alat menurut. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu suatu barang yang digunakan dalam mengerjakan sesuatu untuk mencapai suatu maksud tertentu. Kemudian peraga merupakan alat untuk memperagakan materi pelajaran (KBBI, 2012). Dari pengertian di atas dapat didefinisikan alat peraga adalah alat untuk memperagakan materi pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ali (dalam Sundayana, 2014:7) mengatakan alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga menunjang proses belajarnya. Definisi lain yaitu alat peraga adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menerangkan atau memperagakan materi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar (Sudono, 2010:14). Alat peraga digunakan pendidik untuk menjembatani konsep abstrak matematika dengan tahap kognitif siswa yang berada. pada. tahap. operasional. konkret.. Proses. pembelajaran. dengan. menggunakan alat peraga membuat kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. Alat peraga memiliki beberapa fungsi, antara lain membantu pembelajar dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pembelajar, mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan informasi, menghilangkan ketegangan dan hambatan serta rasa malas siswa (Asyhar, 2012:11). Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran dalam proses belajar. b. Syarat dan Kriteria Alat Peraga Menurut Rusefendi (dalam Sundayana, 2014:18-19) beberapa persyaratan alat peraga antara lain: 1) Tahan lama 2) Bentuk dan warnanya menarik 3) Sederhana dan mudah dikelola 4) Ukurannya sesuai dengan karakteristik siswa 5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau diagram. 6) Sesuai dengan konsep matematika 7) Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya. 8) Peragaan dapat digunakan sebagai dasar tumbuhnya konsep berpikir abstrak untuk siswa. 9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan menggunakan alat peraga. 10) Alat peraga dapat bermanfaat banyak..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. c.. 25. Alat Peraga Berbasis Metode Montessori Alat peraga Montessori mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda,. unik dan tidak dimiliki oleh alat peraga pada umumnya. Karakteristik tersebut adalah memiliki ciri menarik, bergradasi, mempunyai pengendali kesalahan, dan dapat digunakan secara mandiri. Maria Montessori merumuskan empat ciri utama alat peraga yang baik sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Montessori, 2002:171-175). Ciri-ciri yang pertama yaitu menarik. Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan keindahan di dalamnya, sehingga dapat menarik minat siswa dalam belajar. Warna-warna yang digunakan dalam alat peraga Montessori disesuaikan dengan ketertarikan anak pada warna tersebut. Untuk menentukan warna yang digunakan, Montessori melakukan penelitian dan warna-warna yang digunakan sekarang, merupakan hasil dari penelitiannya terhadap anak. Ciri-ciri yang kedua yaitu bergradasi. Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan gradasi. Montessori menyebutkan bahwa ada dua jenis gradasi yaitu gradasi umur dan gradasi rangsangan rasional. Gradasi umur dapat dilihat dari penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun untuk jenjang kelas selanjutnya. Gradasi rangsangan rasional dapat terlihat pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indera. Ciri-ciri yang ketiga yaitu memiliki pengendali kesalahan (auto correction). Alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan pengendali kesalahan, sehingga siswa tahu ketika melakukan kesalahan dalam menggunakan alat peraga tanpa ada interupsi dari guru. misalnya pada alat peraga pink tower, jika siswa.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. melakukan kesalahan pada saat menyusun pink tower dari bawah ke atas maka bentuknya tidak teratur. Ciri-ciri yang keempat yaitu kemandirian (auto education). Alat peraga Montessori dibuat juga dengan memperhatikan kemandirian yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dalam menggunakan alat tersebut. Alat peraga disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak yang membuat siswa tidak kesulitan untuk membawa dan menggunakannya. Ciri-ciri yang kelima yaitu kontekstual. Montessori mengisi kelas dengan bahan-bahan pembelajaran yang dekat dengan lingkungan siswa. Menurut Lillard (2005:32) proses belajar seharusnya disesuaikan dengan konteks yang ada. Konteks berarti pola hubungan dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010:34). Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang lingkungan sekitar (Hainstock, 1997:83). Menanggapi ciri-ciri alat peraga Montessori, peneliti mengembangkan alat peraga dengan mengacu pada ciri-ciri alat peraga yang telah dipaparkan. Pertama, alat peraga yang dikembangkan memiliki ciri menarik yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Kedua bergradasi, yang melibatkan berbagai indera antara lain indera peraba dan indera penglihatan. Ketiga memiliki ciri pengendali kesalahan, sehingga anak tahu ketika melakukan kesalahan saat menggunakan alat peraga tersebut tanpa ada koreksi dari guru. Keempat memiliki ciri kemandirian, anak dapat menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru dan bahkan anak bisa mengembangkan materi yang dipelajari tanpa adanya batasan dari guru. Kemudian ciri yang terakhir yaitu kontekstual. Ciri kontekstual yang dimaksud.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. yaitu dalam pembuatan alat peraga papan perkalian, menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan. 5.. Pembelajaran Matematika. a.. Hakikat Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia” (BSNP, 2006:147). Matematika mempelajari ilmu tentang pola dan urutan (Mathematical Sciences Education Board dalam Walle, 2008:12). Menurut soedjadi (dalam Heruman, 2008:1) Matematika memiliki objek abstrak yang bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. Objek abstrak tersebut merupakan kesulitan yang harus dihadapi oleh siswa dalam mempelajari Matematika (Marti dalam Sundayana, 2014:3). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang pola dan urutan dengan objek abstrak yang bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Heruman (2008:2-3) memaparkan ada tiga langkah pembelajaran matematika yaitu, penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan. Langkah pertama yaitu penanaman konsep, kegiatan ini ditandai dengan mengajarkan konsep baru matematika yang belum pernah dipelajari oleh siswa. Penanaman konsep merupakan jalan yang harus dilalui untuk menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru yang abstrak..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. Penggunaan alat peraga dalam kegiatan ini berperan penting untuk membantu kemampuan pola pikir siswa. Langkah kedua yaitu pemahaman konsep, langkah ini merupakan lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Kegiatan ini dapat dilakukan pada satu pertemuan langsung setelah penanaman konsep. Kegiatan ini dapat pula dilakukan pada pertemuan berikutnya. Langkah ketiga yaitu pembinaan keterampilan yang merupakan pembelajaran lanjutan setelah pemahaman konsep. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lebih mahir menggunakan berbagai konsep matematika. Kegiatan ini sama seperti dalam pemahaman konsep, dapat dilakukan satu pertemuan bersamaan dengan kedua langkah sebelumnya atau dilakukan saat pertemuan berikutnya. Tujuan akhirnya adalah untuk membekali siswa agar dapat terampil menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. c.. Perkalian dalam Matematika SD Operasi hitung perkalian merupakan penjumlahan berulang suatu bilangan. (Fajariyah, 2008:70). Sejalan dengan teori tersebut, Soesilowati menyebutkan bahwa perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan bilangan yang dilakukan secara berulang (Soesilowati, 2011:35). Prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang (Heruman, 2008:22). Bab yang membahas tentang operasi hitung perkalian dan pembagian kelas III, operasi hitung perkalian dapat dilakukan dengan cara bersusun pendek dan cara susun panjang. Berikut penjelasan lebih lengkapnya..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. 1. Perkalian dengan cara susun panjang Contoh soal: 24 × 3 24 3 × 12 60 72 +. 3 × 4 satuan × satuan 3 × 20 satuan × puluhan. 2. Perkalian dengan cara susun pendek 24 3 × 72 Dari 4 × 3 = 12, ditulis 2, simpan 1 Dari (2 × 3) + 1 (yang disimpan), ditulis 7. B. Penelitian yang Relevan Kajian penelitian yang relevan membahas mengenai penelitian tentang metode Montessori dan penelitian tentang materi perkalian yang dijabarkan sebagai berikut. 1.. Penelitian tentang Metode Montessori Penelitian tentang metode Montessori dilakukan oleh Manner (2006),. Rithaudin (2007), Susanti (2012). Manner (2006) membandingkan pencapaian akademis sekolah Montessori dengan sekolah tradisional. Dia menguji hubungan antara pendidikan berbasis metode Montessori yang ditunjukkan dengan pencapaian skor tes Stanford dalam aspek membaca dan matematika. Jika dibandingkan dengan skor yang sama di sekolah tradisional. perbedaan yang signifikan muncul pada tahun kedua dan ketiga. Perbedaan ini menunjukkan bahwa program Montessori memberikan hasil yang unggul untuk aspek membaca. Pada aspek matematika rata-rata kelompok.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. Montessori jauh mengungguli rata-rata kelompok tradisional pada tahun kedua dan ketiga dengan kesenjangan yang meningkat. Rithaudin (2007) meneliti tentang adaptasi metode Montessori dalam pendidikan jasmani di TK dan SD. Hasil dari penelitian ini adalah guru/pendamping. perlu. mengusahakan. bentuk-bentuk. bermain/permainan.. Permainan dibuat sedemikian rupa agar dapat mengakomodir kepentingan ataupun kebutuhan anak, yaitu bermain sebagai media untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang ada pada diri mereka. Bentuk-bentuk bermain ini disesuai dengan muatan kurikulum yang berlaku. Adaptasi metode Montessori merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi kekurangan yang dialami oleh guru selama melakukan proses pendampingan terhadap siswa. Susanti (2012) meneliti tentang penerapan metode Montessori untuk meningkatkan kemampuan motorik halus. Hasil dari penelitian ini metode Montessori merupakan metode yang menarik dan dapat diterapkan. Metode Montessori memiliki dampak yang positif dalam hal perkembangan anak terutama dalam hal memberikan stimulus atau meningkatkan keterampilan motorik halus. 2.. Penelitian tentang Materi Perkalian Penelitian tentang materi perkalian dilakukan oleh Latifa (2013), Setiawan,. Akina, Sudarman (2014), Kuslinda, Halidjah, Margiati (2013). Latifa (2013) meneliti tentang pengaruh penggunaan alat peraga dalam meningkatkan hasil belajar materi perkalian. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Subyek yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berjumlah 2 siswa berkesulitan.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. belajar terdiri atas 1 laki-laki dan 1 perempuan. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa berkesulitan belajar matematika kelas III. Setiawan, Akina, Sudarman (2014) meneliti tentang penerapan alat peraga kartu posinega dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan perkalian dan pembagian bilangan bulat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek 21 siswa kelas V. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan kartu posinega dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN Oloboju dalam menyelesaikan perkalian dan pembagian bilangan bulat. Kuslinda, Siti Halidjah, K.Y Margiati (2013) meneliti tentang peningkatan keterampilan berhitung perkalian menggunakan media realia dalam pembelajaran matematika.. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek guru dan 14 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media realia dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian bilangan efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN 05 Manis Mata. Berdasarkan studi literatur dari penelitian-penelitian yang relevan tentang metode Montessori dan materi perkalian, peneliti mengembangkan produk berupa alat peraga untuk pembelajaran SD materi perkalian berbasis metode Montessori. Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang telah dijabarkan sebagai berikut..

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. Metode Montessori. Materi Perkalian. Manner (2006) Pada aspek matematika rata-rata kelompok Montessori jauh mengungguli rata-rata kelompok tradisional pada tahun kedua dan ketiga dengan kesenjangan yang meningkat. Latifa (2013) Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan alat peraga meteran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi perkalian siswa berkesulitan belajar matematika kelas III. Rithaudin (2007) Adaptasi metode Montessori merupakan salah satu pilihan untuk mengatasi kekurangan yang dialami oleh guru selama melakukan proses pendampingan terhadap siswanya Susanti (2012) Metode Montessori memiliki dampak yang positif dalam hal perkembangan anak terutama dalam hal memberikan stimulus atau meningkatkan keterampilan motorik halus. Setiawan,dkk (2014) Penggunaan kartu posinega dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V dalam menyelesaikan perkalian dan pembagian bilangan bulat. Kuslinda, dkk (2013) Penggunaan media Realia dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian bilangan efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas II. Yang diteliti: Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. C. Kerangka Berpikir Metode Montessori sangat menekankan pada kebebasan siswa dalam mengembangkan kemampuannya. Kebebasan yang diberikan, dapat membuat siswa menjadi pribadi yang mandiri dan mempunyai sikap disiplin aktif. Untuk tercapainya hal tersebut, maka guru perlu membuat alat peraga yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Alat peraga Montessori mengandung lima ciri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa yaitu menarik sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Mempunyai ciri bergradasi yang melibatkan berbagai indera antara lain indera peraba dan indera penglihatan. Mempunyai ciri pengendali kesalahan, sehingga dengan sendirinya siswa tahu ketika melakukan kesalahan saat menggunakan alat peraga tersebut tanpa ada koreksi dari guru. Mempunyai ciri kemandirian, siswa dapat menggunakan alat peraga ini tanpa didampingi oleh guru dan bahkan siswa dapat mengembangkan materi yang dipelajari tanpa adanya batasan dari guru. Mempunyai ciri kontekstual dengan bahan-bahan alat peraga yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh peneliti, terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa metode Montessori sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika. Selain itu, metode Montessori juga dapat membantu guru dalam mengatasi kekurangan saat mendampingi siswa ketika belajar. Metode Montessori memiliki dampak yang positif terhadap kemampuan motorik halus anak. Penelitian lain mengenai alat peraga ditemukan bahwa alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar materi perkalian,.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. meningkatkan aktivitas belajar dan membuat suasana belajar yang lebih menyenangkan. Alat peraga yang dikembangkan oleh peneliti disesuaikan dengan ciri-ciri alat peraga Montessori dengan memanfaatkan potensi lokal, alat ini dapat membantu siswa memahami konsep perkalian..

Gambar

Tabel 3.4 Pengkategorian Skor Berdasarkan Hasil Validasi Ahli
Tabel 3.6  Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Terhadap Guru dan Siswa Kelas III
Tabel 3.8  Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk  melalui Uji Coba Terbatas
Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kepala SD BOPKRI Gondolayu dan SDN  Ngemplak 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

0 Sistem Informasi Penggajian 1 Pemeliharaan File Master 2 Pemeliharaan File Transaksi 3 Cetak Laporan 1.1 File Master Karyawan 1.2 File Master Absensi 2.1 File Transaksi Penggajian

Kebijakan pemerintah untuk menjadikan unggas khususnya ayam broiler sebagai penyedia daging dalam usaha pemenuhan target konsumsi protein hewani sebesar 10 gram

• Mencari informasi melalui studi pustaka untuk menemukan teori tentang hubungan antara besar gaya listrik, besar muatan listrik, dan jarak antara benda bermuatan listrik..

Keterkaitan ergonomi organisasi dengan motivasi kerja yaitu organisasi sebagai wadah bagi para pegawai melakukan aktivitas pekerjaan dapat menjadi pendorong atau penarik bagi

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

Simulasi sistem antar modem konfigurasi yang ditunjukkan pada jika dikondisikan pada kondisi ad hoc , jika node 1 akan menghubungi node 3 yang tidak dalam

Konsep yang digunakan pada perancangan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing di Kabupaten Bandung Barat ini dengan menerapkan Arsitektur Tropis, yang bertujuan untuk

Menyusun rencana dan program kerja Seksi Analisa dan Pelaporan, sesuai dengan kebijakan dan arahan dari kepala bidang perencanaan meliputi : Perkembangan Target, Evaluasi