• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan alat peraga montessori materi perkalian untuk siswa kelas II SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan alat peraga montessori materi perkalian untuk siswa kelas II SD."

Copied!
299
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.

Sebagian besar guru SD di Indonesia masih kurang dalam memanfaatkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Selain itu banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah. Metode tersebut dirasa kurang sesuai dengan karakteristik anak SD. Metode Montessori menjadi salah satu pilihan metode yang sesuai karena dapat memanfaatkan benda di lingkungan menjadi alat peraga guna menjadi pendukung dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan alat peraga berbasis Montessori khususnya untuk materi perkalian dengan hasil 2 angka.

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo terhadap siswa kelas II tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Peneliti mengadopsi model Borg dan Gall serta Sugiono yang dimodifikasi menjadi 7 langkah yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) pengujian lapangan awal, (5) revisi desain, (6) pembuatan produk, (7) uji coba terbatas.

Penelitian ini menghasilkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dengan ciri: (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga tegolong dalam kategori “sangat baik” berdasarkan hasil validasi dari ahli. Dapat dikatakan dengan menggunakan alat ini, ada peningkatan kualitas belajar siswa dari rata-rata nilai 70,7 menjadi 98. Sehingga alat peraga ini dapat dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat dikembangkan pada tahap yang lebih luas.

(2)

ABSTRACT

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Development of Montessori Teaching Aid for Multiplication for Grade II Students of Elementary School. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Program, Sanata Dharma University.

Most elementary school teachers in Indonesia have yet to accommodate visual aid in the learning process. In addition, many teachers are still using the lecture method. This method is considered as not fully appropriate with the characteristics of elementary school children. Montessori method has become one of the appropriate method which can be used because it utilizes objects in the surrounding to be used as teaching aids. This research was conducted with the aim of developing Montessori based teaching aid, particularly for 2 digits multiplication material.

The research was conducted in Kanisius Tegalmulyo Elementary School on second grade students in the 2016/2017 academic year and adopted Research and Development (R&D) study type. The researcher adopted Borg and Gall model and Sugiono model that were modified into 7 steps, namely, (1) research and data collection, (2) planning, (3) early product development, (4) initial field testing, (5) design revision, (6) product manufacturing, (7) limited testing.

This study produces Montessori based multiplication teaching aid with: (1) interesting, (2) graded, (3) auto correction, (4) auto education, (5) contextual features. The quality of the teaching aid is categorized as "excellent" based on the validation results of the experts. It can be said that by using this teaching aid, there is improvement of the quality of student learning from the average value of 70,7 to 98. Thus, this teaching aid can be declared as adequate to be used in the learning process and may be developed at a broader stage.

(3)

i

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI

PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Theodora Dian Widyaningrum NIM : 131414011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITA SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Oleh:

Theodora Dian Widyaningrum NIM: 131414011

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

(5)

iii SKRIPSI

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Theodora Dian Widyaningrum

NIM: 131414011

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal .. ... ....

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : ...

Sekretaris : ...

Anggota : ...

Anggota : ...

Anggota : ...

Yogyakarta, .. ... ....

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasih, karunia,

dan limpahan berkat yang diberikan sehingga tugas akhir ini

dapat terselesaikan.

Alm. Papa Bartolomeus Aryadi, teerima kasih atas kasih

sayang, perhatian dan cinta tulus seorang Papa yang telah

engkau berikan. Anakmu sangat bangga pernah memiliki

seorang Papa sepertimu.

Mama Dra. Regina Maria Wiwik Budi Wuryantini, terima

kasih Mama tersayang atas kebaikan. kasih sayang,

mendidik, dan membesarkan dengan penuh perjuangan dan

kesabaran sampai saat ini. Terima kasih selalu mendoakan

agar terselesaikannya studi, kini studi saya telah saya

selesaikan sebagai bukti tanggung jawab saya kepada Mama.

Adikku tertampan Lorentius Widi Krisyutiasto atas setiap

semangat yang pernah terucap dan doa yang tak terdengar.

Segenap keluarga besar Sayutiman atas segala doa,

semangat, dan dukungan yang telah diberikan.

Para sahabatku Secundina Kusuma Wisangnuari, Maria

Sherly Anita, Ajeng Anggraeni Putri, Rosalima Astaliani,

(7)

v

Putra, Yosep Hari Susanto, Triastuti Sanda, Rosa Dina

Putranti, Agustina Dhevin Merinda, Yosep Cahyo Ardi,

Fransiska Vitriyanti, Emiliana, dan Gerardus Wibisono yang

selalu mendukung dan menghibur saya, berkumpul bersama,

tertawa bersama, terima kasih atas rasa bahagia yang boleh

saya terima karena memiliki kawan-kawan seperti kalian.

Untuk Richardus Tungky Satria yang mau mendengarkan

segala keluh kesah, selalu memberi semangat, dukungan,

waktu, dan perhatiannya dalam segala hal. Terima kasih

Keluarga besar Pendidikan Matematika 2013 yang telah

mengalami pahit dan senangnya kuliah bersama, bercanda

bersama, hingga kini kita berusaha maksimal untuk dapat

lulus satu demi satu.

Almameterku: Universitas Sanata Dharma

Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik

secara langsung dan tidak langsung setiap proses penelitian

dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu

(8)

vi

HALAMAN MOTTO

“God doesn't require us to succeed, He only requires that you try”.

(Bunda Teresa)

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang

tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh

tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat

kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan

sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak

menjadi lelah”

(Yesaya 40:29-31)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.

(Aristoteles)

“Learn from yesterday,

Live for today,

And hope for tomorrow”

(9)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang sudah tertulis di dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2017

Penulis

(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Theodora Dian Widyaningrum

Nomor Mahasiswa : 131414011

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI

PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 8 Juni 2017

(11)

ix ABSTRAK

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.

Sebagian besar guru SD di Indonesia masih kurang dalam memanfaatkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Selain itu banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah. Metode tersebut dirasa kurang sesuai dengan karakteristik anak SD. Metode Montessori menjadi salah satu pilihan metode yang sesuai karena dapat memanfaatkan benda di lingkungan menjadi alat peraga guna menjadi pendukung dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan alat peraga berbasis Montessori khususnya untuk materi perkalian dengan hasil 2 angka.

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo terhadap siswa kelas II tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Peneliti mengadopsi model Borg dan Gall serta Sugiono yang dimodifikasi menjadi 7 langkah yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) pengujian lapangan awal, (5) revisi desain, (6) pembuatan produk, (7) uji coba terbatas.

Penelitian ini menghasilkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dengan ciri: (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga tegolong dalam kategori “sangat baik” berdasarkan hasil validasi dari ahli. Dapat dikatakan dengan menggunakan alat ini, ada peningkatan kualitas belajar siswa dari rata-rata nilai 70,7 menjadi 98. Sehingga alat peraga ini dapat dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat dikembangkan pada tahap yang lebih luas.

(12)

x ABSTRACT

Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Development of Montessori Teaching Aid for Multiplication for Grade II Students of Elementary School. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Program, Sanata Dharma University.

Most elementary school teachers in Indonesia have yet to accommodate visual aid in the learning process. In addition, many teachers are still using the lecture method. This method is considered as not fully appropriate with the characteristics of elementary school children. Montessori method has become one of the appropriate method which can be used because it utilizes objects in the surrounding to be used as teaching aids. This research was conducted with the aim of developing Montessori based teaching aid, particularly for 2 digits multiplication material.

The research was conducted in Kanisius Tegalmulyo Elementary School on second grade students in the 2016/2017 academic year and adopted Research and Development (R&D) study type. The researcher adopted Borg and Gall model and Sugiono model that were modified into 7 steps, namely, (1) research and data collection, (2) planning, (3) early product development, (4) initial field testing, (5) design revision, (6) product manufacturing, (7) limited testing.

This study produces Montessori based multiplication teaching aid with: (1) interesting, (2) graded, (3) auto correction, (4) auto education, (5) contextual features. The quality of the teaching aid is categorized as "excellent" based on the validation results of the experts. It can be said that by using this teaching aid, there is improvement of the quality of student learning from the average value of 70,7 to 98. Thus, this teaching aid can be declared as adequate to be used in the learning process and may be developed at a broader stage.

(13)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul

“PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI

PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD” ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan, perhatian, semangat, kritik dan saran yang sangat penulis butuhkan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada:

1. Rohandi, Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr.Hongki Julie M.Si., Kepala Program Studi Pendidikan Matematika

3. Beni Utomo M.Sc.,Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Matematika yang menginspirasi saya.

4. Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing, terima kasih atas perhatian yang diberikan selama ini, yang tak pernah lelah mendampingi, terima kasih juga untuk semangat dan dukungannya hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dra. Haniek Sri Pratini M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran, serta membantu mendampingi, membimbing, dan memotivasi agar selalu giat belajar dan tak lelah untuk mengingatkan anak-anak didiknya agar cepat selesai.

6. E. Elvie Chrisna Pancadewi, S.Pd., PLH SD Kanisius Tegalmulyo yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

(14)

xii

9. Sahabat dan teman-temanku, Cundi, Sherly, Mas Hari, Biwa, Tri, Dina, Epin, Cahyo, Ipo yang telah mendukung, membantu, dan menyemangati selama proses penyusunan tugas akhir ini.

10. Bapak Muhibad dan Mas Doni yang telah membantu peneliti dalam pembuatan alat peraga berbasis Montessori.

11. Mirota Batik yang telah menjadi solusi bagi peneliti dalam memperoleh mangkuk kayu yang sesuai dengan karakteristik Montessori.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung dan tidak langsung setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan yang akan datang. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pendidikan dan pengetahuan.di Indonesia.

Yogyakarta, 8 Juni 2017

Peneliti

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... viii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

KATA PENGANTAR... xi

DAFTAR ISI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan Penelitian... 8

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Spesifikasi Produk...9

G. Definisi Operasional... 12

H. Sistematika Penulisan... 13

BAB II LANDASAN TEORI... 15

(16)

xiv

1. Perkembangan Anak... 15

2. Matematika...16

a. Pengertian Matematika... 17

b. Pembelajaran Matematika... 18

c. Perkalian...20

d. Kesulitan Belajar Matematika... 24

e. Alat Peraga Pembelajaran Matematika... 27

f. Sejarah Montessori... 30

g. Alat Peraga Montessori... 32

B. Penelitian yang Relevan... 35

C. Kerangka Berpikir... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian... 42

B. Setting Penelitian... 43

1. Objek Penelitian... 44

2. Subjek Penelitian...44

3. Lokasi Penelitian... 44

4. Waktu Penelitian... 44

C. Rancangan Penelitian... 45

D. Prosedur Pengembangan... 48

E. Instrumen Penelitian... 55

1. Pedoman Wawancara... 55

(17)

xv

b. Wawancara Guru Kelas II... 56

c. Wawancara Siswa Kelas II... 57

2. Kuesioner... 61

a. Kuesioner Analisis Kebutuhan...61

b. Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika...64

c. Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 67

3. Pedoman Observasi... 72

F. Teknik Pengumpulan Data... 73

1. Wawancara... 74

2. Observasi... 75

3. Penyebaran Kuesioner...76

a. Kuesioner Analisis Kebutuhan...77

b. Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika...77

c. Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 79

4. Tes... 79

5. Triangulasi... 80

G. Teknik Analisis Data... 82

1. Analisis Data Kuantitatif... 82

(18)

xvi

b. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Kuesioner... 83

c. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Tes... 83

2. Analisis Data Kualitatif... 84

a. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Wawancara dan Observasi... 85

b. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Kuesioner... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 87

A. Hasil Penelitian... 87

1. Pengumpulan Data... 87

a. Wawancara... 87

1) Hasil Validasi Instrumen Wawancara...88

a) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah... 88

b) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II... 91

c) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa... 93

2) Hasil Wawancara... 96

a) Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 96

b) Hasil Wawancara Guru Kelas II... 100

c) Hasil Wawancara Siswa Kelas II... 102

b. Observasi... 112

c. Analisis Kebutuhan... 113

1) Analisis Karakteristik Siswa... 114

2) Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori... 114

3) Uji Validitas Instrumen... 115

(19)

xvii

2. Perencanaan... 126

a. Tes... 126

1) Validitas Instrumen Tes... 127

2) Uji keterbacaan Instrumen Tes... 128

3) Uji Empiris... 130

a) Uji Validitas Instrumen Tes... 130

b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 132

b. Kuesioner... 133

1) Kuesioner Penilaian Produk Alat peraga... 133

3. Revisi Produk... 138

4. Pengembangan Desain... 139

a. Konsep Pembuatan Alat Peraga... 139

b. Desain Alat Peraga... 141

1) Papan Perkalian Montessori...141

2) Kotak Perlengkapan... 142

3) Pedoman Penggunaan... 143

c. Pengumpulan Bahan... 143

d. Pembuatan Alat Peraga... 144

5. Uji Coba Terbatas... 149

1) Data dan Analisis Tes... 150

2) Data dan Analisis Kuesioner... 153

(20)

xviii

BAB V PENUTUP... 161

A. Kesimpulan... 161

B. Keterbatasan Penelitian... 162

C. Saran...163

(21)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara kepada Kepala Sekolah... 56

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara kepada Guru Kelas II... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara kepada Siswa Kelas II... 57

Tabel 3.4 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Instrumen Wawancara Berdasarkan Hasil Validasi... 59

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II... 61

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II... 62

Tabel 3.7 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Kuesioner Berdasarkan Hasil Validasi... 63

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika... 65

Tabel 3.9 Kisis-kisi Soal Tes... 68

Tabel 3.10 Koefisien Korelasi...71

Tabel 3.11 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Matematika... 72

Tabel 3.12 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif... 83

Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah... 89

Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli... 89

Tabel 4.3 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo... 90

(22)

xx

Tabel 4.5 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara

Guru oleh Ahli... 91

Tabel 4.6 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Guru Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 92

Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II... 94

Tabel 4.8 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara

Siswa oleh Ahli... 94

Tabel 4.9 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Siswa Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 95

Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan PLH SD Kanisius Tegalmulyo... 98

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II SD Kanisius

Tegalmulyo. ... 100

Tabel 4.12 Hasil Wawancara Hari Pertama dengan Siswa Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 102

Tabel 4.13 Hasil Wawancara Hari Kedua dengan Siswa Kelas II

SD Kanisius Tegalmulyo... 106

Tabel 4.14 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli

Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran... 117

Tabel 4.15 Rekapitulasi Presentase Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan

Guru... 119

Tabel 4.16 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa... 123

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa

(23)

xxi

Tabel 4.18 Hasil Validasi Instrumen Tes... 128

Tabel 4.19 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes... 129

Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes... 131

Tabel 4.21 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes... 132

Tabel 4.22 Validasi Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli... 134

Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli... 135

Tabel 4.24 Validasi Kuesioner Produk untuk Siswa... 137

Tabel 4.25 Revisi Produk... 138

Tabel 4.26 Rincian Kartu Soal... 147

Tabel 4.27 Hasil Penilaian Produk... 148

Tabel 4.28 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest... 151

Tabel 4.29 Hasil Validasi dan Analisis Pengembangan Berdasarkan

(24)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian... 10

Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion,

Mangkuk, dan Manik-Manik...11

Gambar 1.3 Pion...11

Gambar 1.4 Mangkuk...11

Gambar 1.5 Manik-manik... 11

Gambar 1.6 (a) Contoh kartu soal tampak depan berisikan soal...11

Gambar 1.6 (b) Contoh kartu soal tampak belakang berisikan jawaban...11

Gambar 1.7 Contoh kartu angka yang akan dikalikan... 12

Gambar 2.1 Kelompok Objek yang Sama...21

Gambar 2.2 Penjumlahan Berulang... 21

Gambar 2.3 Respon Verbal... 22

Gambar 2.4 Garis Bilangan... 22

Gambar 2.5 Barisan Objek dalam Kolom... 23

Gambar 2.6 Literature Map dari Penelitian yang Relevan... 39

Gambar 2.7 Alur Pengembangan Alat Peraga... 41

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Menurut Borg & Gall... 45

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Research and Development yang

Bersifat Mengembangkan Produk yang Telah Ada... 46

Gambar 3.3 Langkah-langkah Penelitian... 49

(25)

xxiii

Gambar 3.5 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Wawancara... 81

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara... 111

Gambar 4.2 Triangulasi Data berdasarkan Teknik Pengumpulan Data... 126

Gambar 4.3 Triangulasi Aksi Terhadap Instrumen Tes... 133

Gambar 4.4 Mulitiplication Board... 140

Gambar 4.5 Papan Perkalian... 146

Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Manik-Manik, Pion, Mangkuk,

Kartu Soal, dan Kartu Angka... 147

Gambar 4.7 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Siswa... 152

(26)

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH 1.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli... [1]

1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II oleh Ahli... [3]

1.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Ahli...[5]

1.4 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Senior... [7]

1.5 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II.... [9]

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Guru Kelas II oleh Ahli... [11]

2.2 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Siswa Kelas II oleh Ahli... [16]

2.3 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Siswa Kelas II oleh Guru Senior... [19]

2.4 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk

Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II... [22]

2.5 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Senior... [25]

2.6 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II... [31]

2.7 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II... [37]

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN VALIDASI PRODUK

3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Pakar Montessori... [43]

3.2 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Senior... [45]

(27)

xxv

3.4 Hasil Validasi Soal Tes oleh Ahli... [49]

3.5 Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Senior... [53]

3.6 Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Senior... [58]

3.7 Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Kelas II... [63]

3.8 Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Kelas II... [68]

3.9 Hasil Uji Empiris... [73]

3.10 Hasil Uji Reliabilitas... [77]

3.11 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas II... [78]

LAMPIRAN 4 HASIL UJI COBA LAPANGAN TERBATAS

4.1 Hasil Pretest... [82]

4.2 Hasil Posttest... [86]

4.3 Hasil Validasi Produk oleh Siswa... [90]

LAMPIRAN 5 ALBUM ALAT PERAGA... [94] LAMPIRAN 6 SURAT

6.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian... [105]

6.2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian... [106]

(28)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan

tinggi (Susanto, 2013:183). Pada tingkat SD mata pelajaran Matematika

diberikan untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika

dalam membantu menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan

menjadi bekal dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya.

Matematika sendiri berfungsi utuk mengembangkan kemampuan bernalar

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat

pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat

komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dan menjelaskan gagasan

(Depdiknas, 2003).Selain itu pada bangku SD, Matematika berfungsi sebagai

pengembang logika berpikir dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk

aljabar, aritmatika, geometri, dan analitik. Matematika juga berfungsi dalam

mengembangkan kemampuan menghitung, membandingkan, mengukur, dan

menaksir yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan kognitif pada

siswa.

Menurut Susanto (dalam Febrianty 2014:3) berhitung adalah

kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan dan

karakteristiknya. Karakteristik perkembangan setiap anak dimulai dari

(29)

kemampuan anak dan meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah dan

pengurangan. Semakin meningkatnya jenjang pendidikan yang ditempuh maka

semakin berkembang juga potensi yang dimiliki siswa. Sehingga dengan

berkembangnya kemampuan tersebut, siswa semakin mampu dalam

menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah dari yang sederhana

hingga masalah yang kompleks. Dalam kegiatan berhitung bilangan, kita

mengenal beberapa operasi. Operasi Matematika merupakan proses

perhitungan dalam Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan,

perkalian, pembagian, penarikan akar, dan pemangkatan. Bagi siswa tingkat

SD perhitungan yang mulai dirasa sulit salah satunya adalah operasi perkalian.

Perkalian adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang (Soesilowati,

2011:35). Perkalian merupakan proses aritmatika dasar di mana satu bilangan

dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Materi perkalian pada

kelas II merupakan lanjutan dari materi penjumlahan. Di mana materi perkalian

merupakan bentuk lain dari penjumlahan berulang. Sekarang ini kemampuan

dalam menggunakan operasi hitung perkalian menjadi perhatian bagi pendidik

dan orang tua karena manfaatnya dapat digunakan dalam kehidupan

sehari-hari. Namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

menggunakan operasi hitung perkalian, baik dalam memahami konsep

perkalian maupun dalam menentukan hasil perkalian.

Berdasarkan pengalaman mengajar Matematika di beberapa sekolah,

banyak siswa yang pada awalnya menganggap Matematika merupakan

(30)

kesulitan materi Matematika, siswa menjadi malas dalam mempelajari

Matematika. Kemalasan siswa tersebut bisa jadi disebabkan karena proses

belajar mengajar yang tidak efektif, guru kurang tepat dalam menentukan

model pembelajaran, tidak dimanfaatkannya alat peraga sebagai media belajar,

siswa tidak mengetahui cara dalam menyelesaikan persoalan Matematika,

ataupun karena siswa takut salah dalam menentukan hasil persoalan tersebut.

Akibatnya siswa menjadi tidak tertarik dengan Matematika, bahkan menjadi

tidak menyukai pelajaran Matematika. Permasalahan ini juga terjadi di SD

Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta.

Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 18

November 2016 dengan guru SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, diperoleh

informasi bahwa siswa masih cenderung menghafal dalam menentukan hasil

dari perkalian namun belum menguasai konsep perkalian. Hal tersebut

menyebabkan siswa seringkali salah dalam menentukan hasil perkalian.

Dari kegiatan wawancara lanjutan pada 7 Desember 2016 dengan guru

kelas I, II, dan III SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta diperoleh hasil bahwa

guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

materi belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru masih belum maksimal

dalam menggunakan alat peraga, terutama alat peraga perkalian dikarenakan

kurang tersedianya alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran.

Kecenderungan guru dalam menggunakan metode ceramah ketika mengajar

dan kurangnya pemanfaatan alat peraga menjadi salah satu faktor pemicu

(31)

merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan

sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru

(Susanto, 2013:4).

SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta memiliki alat peraga berupa

sebuah papan yang menyerupai tabel perkalian namun bilangan pada tabel

perkalian tersebut disusun menggunakan satuan bangun. Penggunaannya pun

menyerupai tabel perkalian sehingga ketika siswa diminta untuk menentukan

hasil perkalian menggunakan alat tersebut siswa mampu menjawab dengan

baik. Tetapi ketika siswa diminta menentukan hasil perkalian tanpa

menggunakan bantuan alat peraga, siswa masih merasa kesulitan.

Siswa pada bangku SD (7-11 tahun) mampu berpikir sistematis mengenai

benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret (Susanto, 2013:77). Oleh

sebab itu dibutuhkanlah alat peraga yang dapat membantu dalam pemahaman

siswa, terutama sebagai alat bantu hitung pada materi perkalian. Pernyataan

tersebut dikuatkan oleh Djamarah (dalam Sundayana, 2015:24) bahwa di

dalam kegiatan belajar mengajar ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat

dibantu dengan menghadirkan alat peraga sebagai perantara. Menurut Ali

(dalam Sundayana 2015:7) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan

perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

Manfaat dari alat peraga sendiri terbukti mampu meningkatkan pemahaman

siswa. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh

(32)

peraga Montessori terhadap kemampuan berhitung anak di KB-TK Arisska.

Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Linda

(2010) yang menyatakan adanya peningkatan kemampuan berhitung perkalian

melalui metode jarimatika.

Dari beberapa penelitian tersebut dan berdasarkan analisis kebutuhan

guru kelas II, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan

pengembangan (research and development) alat peraga Montessori materi

perkalian untuk siswa kelas II SD. Peneliti memilih alat peraga Montessori

sebagai alat bantu agar mempermudah siswa untuk mempelajari perkalian dan

membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu siswa akan lebih

memperoleh kesempatan untuk mengembangkan semua potensi yang ada.

Siswa akan menemukan dalam dirinya sendiri kekuatan, kelemahan,

kemampuan, dan minatnya bahkan kebutuhannya sendiri sehingga memberi

peluang bagi siswa untuk berkembang seutuhnya baik fisik, intelektual, bahasa,

dan perilaku. Siswa akan terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya

sehingga terlatih dengan baik, dan secara alamiah memotivasi siswa untuk

mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi. Alat peraga Montessori adalah alat

peraga yang digunakan dalam pendidikan Montessori hasil rancangan dokter

dari Italia bernama Maria Montessori. Alat peraga Montessori materi perkalian

yang akan dikembangkan yaitu Multiplication Board (papan perkalian). Alat

peraga tersebut berupa sebuah papan yang dapat digunakan untuk menentukan

(33)

Pada alat peraga papan perkalian terdapat bilangan 1-10 yang dituliskan

secara menyamping pada sisi atas papan dan terdapat lubang pada sisi kiri

papan untuk meletakkan kartu bilangan. Secara vertikal tepat di bawah

masing-masing bilangan terdapat lubang-lubang kecil berjumlah 10 lubang tiap

kolomnya. Sehingga terdapat 100 lubang yang nantinya akan diisi dengan

manik-manik. Namun alat peraga ini tidak dapat digunakan untuk

menyelesaikan soal perkalian yang membutuhkan lebih dari 10 manik-manik

untuk merepresentasikan bilangan yang akan dikali. Kemudian peneliti

mengembangkan alat peraga papan perkalian menjadi 20 lubang secara

menyamping (horisontal) dan 20 lubang secara menurun (vertikal) pada setiap

kolomnya, sehingga seluruhnya terdapat 400 lubang. Kemudian lubang yang

digunakan untuk memasukkan kartu bilangan dipindah ke bagian atas papan.

Karena apabila lubang tersebut tetap berada pada sisi kiri papan, maka alat

peraga ini tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan soal perkalian dengan

bilangan lebih dari 20. Sehingga pada alat peraga ini, angka 1-20 akan

dituliskan secara menurun atau vertikal pada sisi kiri papan. Bentuk alat peraga

ini menyerupai bentuk tabel perkalian, di mana nantinya hasil perkalian yang

berupa bilangan akan direpresentasikan menggunakan manik-manik.

Manik-manik yang digunakan terdiri dari 3 warna yaitu hijau, biru, dan merah di mana

setiap warna memiliki arti dan perannya masing-masing. Peneliti

mengembangkan alat tersebut guna mempermudah siswa dalam memahami

(34)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggandaan alat

peraga Montessori yang telah dijelaskan oleh Maria Montessori sendiri dalam

Metode Montessori. Menurut Montessori (dalam Gutek, 2013:240) alat peraga

Montessori memiliki ciri menarik (memiliki keindahan), bergradasi, memiliki

pengendali kesalahan (auto correction), kemandirian (auto education), dan

kontekstual. Peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian dengan

tujuan membantu siswa dalam memahami materi konsep perkalian dan

membantu siswa dalam menentukan hasil perkalian tidak lebih dari 2 digit.

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo

Yogyakarta pada siswa kelas II dengan jumlah 10 siswa pada semester genap

2016/2017. Peneliti memilih SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta sebagai

tempat penelitian dikarenakan SD tersebut memiliki kebutuhan dalam hal alat

peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Produk yang

dihasilkan berupa alat peraga berbasis Montessori menyerupai Multiplication

Board yang diuji cobakan secara terbatas pada siswa kelas II SD Kanisius

Tegalmulyo Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis

mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai

berikut.

(35)

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan perkalian

terutama bagi siswa kelas II SD.

3. Kurangnya alat peraga perkalian sebagai media pembelajaran guna

membantu meningkatkan pemahaman siswa.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan dalam

menentukan konsep dan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius

Tegalmulyo Yogyakarta?

2. Bagaimana pengembangan alat peraga Montessori dalam menentukan

konsep dan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo

Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

1. Alat peraga Montessori yang dikembangkan sesuai dengan ciri-ciri yang

sudah ditentukan dalam Metode Montessori.

2. Mengembangkan alat peraga Montessori guna menentukan hasil perkalian

pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan sumbangan

(36)

kajian bagi para pembaca, khususnya mengenai penggunaan alat peraga

Montessori sebagai alat bantu hitung.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan dapat

mengembangkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan.

b. Bagi guru SD, dapat menambah ilmu pengetahuan untuk mengajarkan

berhitung pada siswa SD khususnya kelas II dengan menggunakan

alat peraga Montessori.

c. Bagi siswa, dapat membantu dalam menentukan hasil perkalian

dengan cara yang menarik dan memperoleh pengalaman dalam

menggunakan alat peraga Montessori.

d. Bagi sekolah, dapat mendorong dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran melalui pemanfaatan alat perga dalam kegiatan belajar

mengajar.

e. Bagi pengembang, perencanaan, penyelenggara dan pelaksana

lembaga pendidikan agar penelitian ini dapat dijadikan masukan

dalam pengembangan, perencanaan, dan penyelengaraan program

pendidikan siswa SD khususnya kelas II.

F. Spesifikasi Produk

Produk dari pengembangan ini adalah alat peraga papan perkalian

berbasis Montessori dan buku panduan cara penggunaan alat tersebut. Alat

(37)

mangkuk, kartu soal beserta jawabannya, dan manik-manik. Berikut desain alat

peraga papan perkalian berbasis Montessori:

Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian

Gambar 1.1 merupakan desain dari alat peraga papan perkalian

Montessori. Pada papan perkalian terdapat tanda operasi perkalian pada sisi

pojok kiri atas, angka 1-20 yang disusun secara menurun (vertikal) pada sisi kiri

papan, lubang-lubang kecil tepat di sisi kanan angka. Pada setiap sisi kanan

angka terdapat 20 lubang sehingga secara keseluruhan terdapat 400 lubang.

Selain itu juga terdapat satu lubang lainnya pada bagian tengah atas papan.

Lubang ini digunakan untuk menaruh kartu yang bertulis bilangan yang akan

dikalikan. Sedangkan lubang-lubang pada tengah papan berguna untuk

menaruh manik-manik yang nantinya akan digunakan dalam menyelesaikan

persoalan perkalian dan menunjukkan hasil perkalian. Pada sisi kanan atas juga

terdapat tulisan Multiplication Board yang menunjukkan nama dari alat

(38)

Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion, Mangkuk, Dan Manik-Manik

Gambar 1.2 merupakan desain dari kotak soal dan manik-manik. Kotak

tersebut berisikan pion, mangkuk, manik-manik, kartu soal beserta jawabannya,

dan kartu bilangan yang akan dikalikan.

Gambar 1.3 Pion Gambar 1.4 Mangkuk Gambar 1.5 Manik-manik

Gambar 1.3 merupakan pion yang akan digunakan sebagai penunjuk

faktor pengali dan batas bilangan yang akan dikalikan.Gambar 1.4 merupakan

mangkuk yang akan digunakan sebagai tempat manik-manik ketika sedang

dilakukan penghitungan. Gambar 1.5 merupakan manik-manik yang akan

digunakan. Berikut adalah desain kartu soal:

Gambar 1.6 (a) Contoh kartu soal tampak depan

berisikan soal

× = ⋯

(39)

Gambar 1.6 (a dan b) merupakan gambar kartu soal beserta jawaban.

Kedua sisi pada kartu soal akan digunakan untuk menuliskan soal dan jawaban.

Pada tampak depan kartu terdapat sebuah soal perkalian yang nantinya akan

diselesaikan dengan bantuan alat peraga papan perkalian. Sedangkan pada sisi

sebaliknya akan terdapat sebuah bilangan yang merupakan hasil perkalian dari

soal yang ada di sisi depannya.

Gambar 1.7 merupakan gambar kartu angka yang akan dikalikan Untuk

kartu angka digunakan sebagai penunjuk bilangan yang akan dikalikan, yang

nantinya akan dimasukkan ke dalam slot yang berada pada bagian tengah atas

papan perkalian.

G. Definisi Operasional

1. Perkalian adalah penjumlahan berganda dengan suku-suku yang sama.

2. Alat Peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan

pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa

sehingga dapat mendorong proses belajar

3

(40)

3. Pengembangan alat peraga adalah memvalidasi alat peraga yang sudah ada,

kemudian ilanjutkan memperbarui alat peraga yang sudah ada, sehingga

nantinya akan menciptakan alat peraga yang baru.

4. Alat Peraga Multiplication Board adalah benda nyata berupa alat yang

dugunakan untuk membantu dalam menyelesaikan dan menentukan hasil

dari persoalan perkalian sederhana Matematika

5. Metode Montessori adalah metode yang dirancang untuk menumbuhkan

kepekaan indra anak-anak dan ketrampilan manual, memberi mereka

sejumlah pilihan di dalam lingkungan yang terstruktur, membangun iklim

ketertiban, dan menumbuhkan kemandirian dan keyakinan diri dalam

mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan.

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, skripsi ini terdiri dai 5 bab denan beberapa sub bab.

Agar lebih mudah dalam memahami serta mendapat arah dan gambaran yang

jelas mengenai hal yang tertulis, berikut sistematika penulisan secara lengkap.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang; identifikasi masalah;

rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian yang meliputi manfaat

teoritis dan manfaat praktis; spesifikasi produk; definisi operasional; dan

(41)

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang kajian pustaka yang meliputi

perkembangan anak dan Matematika. Dalam Matematika kembali dijabarkan

mengenai pengertian Matematika, pembelajaran Matematika, perkalian,

kesulitan belajar Matematika, alat peraga pembelajaran, alat peraga

Matematika, sejarah Montessori, dan alat peraga Montessori. Selain itu peneliti

juga menjelaskan mengenai penelitian yang relevan dan kerangka berfikir

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang jenis penelitian; setting penelitian yang

meliputi objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan waktu

penelitian; rancangan penelitian; prosedur pengembangan; instrumen

penelitian yang meliputi pedoman wawancara, kuesioner, pedoman observasi;

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi

pengumpulan data, perencanaan, dan pengembangan desain. Selain itu juga

diuraikan pembahasan dari hasil penelitian

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil

penelitian, keterbatasan penelitian, dan berisi saran-saran yang sesuai dengan

(42)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan,

dan kerangka berpikir.

A.KAJIAN PUSTAKA

Pada kajian pustaka akan dijelaskan mengenai teori-teori perkembangan anak

dan Matematika yang akan dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut:

1.Perkembangan Anak

Hendaknya seorang guru terutama di Sekolah Dasar (SD) memahami

karakteristik siswa yang diajarnya. Karena anak usia dini terutama di kelas

awal berada pada masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat

penting pada kehidupan seseorang. Oleh karena itu seluruh potensi yang

dimiliki oleh siswa SD perlu didorong agar mampu berkembang secara

optimal. Perkembangan yang dimaksud adalah perubahan yang berfungsi

untuk mencapai penyempurnaan dalam menunjukkan cara peserta didik

bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan (Agustina, 2014:4).

Sebagaimana dikemukakan oleh Piaget (dalam Hosnan, 2016:146) yang

mengamukakan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak secara garis

besar dikelompokkan menjadi 4 tahap yaitu:

a) sensori motor (usia 0-2 tahun)

b) pra-operasional (usia 2-7 tahun)

c) operasional konkret (usia 7-11 tahun)

(43)

Dengan mengacu teori Piaget tersebut, maka dapat diketahui bahwa

anak usia SD berada pada tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) di mana

anak mulai menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Anak mulai memandang dunia secara objektif dan memandang

unsur-unsur secara serentak.

b) Anak mulai mampu memahami aspek-aspek kumulatif seperti: volume,

jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek.

c) Anak dapat mengklasifikasikan benda-benda yang bervariasi beserta

tingkatannya.

d) Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan

aturan-aturan, prinsip lmiah seerhana, dan menggunakan hubungan sebab

akibat.

e) Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang,

pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat (dalam Gunarsa,

1981:156-158).

Berdasarkan teori perkembangan anak tersebut dapat disimpulkan

bahwa secara bertahap anak mampu membangun pengetahuannya melalui

interaksi dengan lingkungan. Selain itu perilaku belajar anak sangat

dipengaruhi oleh aspek-aspek dalam diri dan lingkungannya.

2. Matematika

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian Matematika,

(44)

peraga pembelajaran, alat peraga Matematika, sejarah Montessori, dan alat

peraga Montessori yang akan dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut:

a.Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran. Selain itu Matematika merupakan salah satu bidang studi yang

mempunyai peranan penting dalam pendidikan, terutama dalam

mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut

Depdiknas (dalam Susanto, 2013:184) kata Matematika berasal dari

bahasa Latin, mathanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan dalam bahasa Belanda, Matematika disebut

wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran.

Menurut Susanto (2013:183) pengertian Matematika yaitu salah satu

disiplin ilmu berupa ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol.

Matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan

berargumentasi, berkontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan

dalam dunia kerja, sehingga konsep-konsep Matematika harus dipahami

terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol tersebut. Selain itu

Matematika juga dapat memberikan dukungan dalam pengembangan lmu

pengetahuan dan teknologi.

Sejalan dengan pendapat Beth dan Piaget (dalam Runtukahu,

2014:28) mengatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang

berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan berhubungan antar struktur

(45)

dikuatkan oleh Marshall Walker (dalam Sundayana, 2015:3) yang

menyatakan bahwa Matematika dapat didefinisikan sebagai studi tentang

struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya. Sementara Kline

mengatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri

sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan

memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (dalam Runtukahu,

2014:28). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu

dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan

permasalahan dalam berbagai bidang ilmu.

b. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan kontribusi dua arah, mengajar dilakukan

oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa

sebagai peserta didik (Susanto, 2013:185). Menurut Corey (dalam

Susanto, 2013:186) pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Adapun menurut Dimyati

(dalam Susanto, 2013:186) pembelajaran adalah kegiatan guru secara

terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Susanto (2013:186) menyatakan pembelajaran Matematika adalah

(46)

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa

yang baik terhadap materi Matematika.

Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar

yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai

tujuan secara optimal. Selain itu guru harus mampu menempatkan dirinya

secara dinamis dan fleksibel sebagai informan, transformator, organizer,

serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar siswa yang dinamis dan

inovatif. Sehingga dalam memperoleh pengetahuan yang dibangunnya

sendiri, siswa tidak menerimanya secara pasif melainkan secara aktif.

Sejalan dengan pendapat Piaget bahwa pengetahuan bukan hanya

kematangan siswa, bukan pengaruh guru dan lingkungan saja, melainkan

interaksi antara keduanya (Gunarsa, 1981:134-135).

Dalam proses pembelajaran Matematika, baik guru maupun siswa

bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila

pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Menurut

Wragg (dalam Susanto, 2013:188) pembelajaran efektif adalah

pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang

(47)

Dengan demikian, proses pembelajaran Matematika bukan sekedar

transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan adanya interaksi antara guru

dengan siswa, siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan

lingkungannya. Pada hakikatnya Matematika tidak terlepas dari kehidupan

sehari-hari dan memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Perkalian

Perkalian sebenarnya adalah bentuk lain dari penjumlahan yang

berulang (Soesilowati, 2011:35). Menurut Runtukahu (2014:117)

perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata,

sehingga pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi

dalam kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan contoh soal dalam memperkenalkan perkalian: “Ada tiga orang memancing ikan, masing

-masing mendapat 4 ekor, berapa ekor jumlah seluruh ikan?”. Untuk

menyelesaikan soal tersebut diperlukan pengalaman awal dalam mengenal

perkalian bagi siswa berkesulitan belajar dengan visualisasi dan

(48)

1) Kelompok objek yang sama

# # # #

# # # #

# # # #

Gambar 2.1 Kelompok objek yang sama

Pada gambar 2.1 simbol pagar (#) menunjukkan kelompok objek

yang sama, dalam hal ini objek yang dimaksud yaitu ikan yang diperoleh dari hasil memancing. “Ada tiga orang memancing ikan”,

sehingga pada gambar 2.1 terdapat 3 baris simbol pagar (#), di mana setiap baris terdapat 4 pagar karena “masing-masing mendapat 4 ekor”.

Sehingga dapat diartikan pada baris pertama ada 4 ekor ikan yang

berhasil dipancing oleh orang pertama, baris kedua menunjukkan ada 4

ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang kedua, dan baris ketiga

menunjukkan ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang

ketiga. Apabila dihitung, ketiga orang tersebut berhasil memancing

ikan sebanyak 12 ekor.

2) Penjumlahan berulang

4

4

4

(49)

Pada gambar 2.2 terdapat 3 baris angka 4, hal ini menunjukkan

bahwa ketiga orang tersebut berhasil memancing 4 ekor ikan. Sehingga

dapat dihitung 4 ekor ikan ditambah 4 ekor ikan ditambah 4 ekor ikan

hasilnya adalah 12 ekor ikan.

3) Respon verbal

3 kelompok 4-an

Gambar 2.3 Respon verbal

Gambar 2.3 menunjukkan adanya 3 kelompok 4-an yang artinya

ada 4 ekor ikan sebanyak 3 kelompok. Dalam hal ini kelompok yang

dimaksud adalah 3 orang yang memancing ikan. Dapat dituliskan dalam

bentuk Matematika × = + + . Sehingga diperoleh 12 ekor ikan

sebagai hasil memancing.

4) Garis bilangan

0

4

8

12

Gambar 2.4 Garis bilangan

Pada gambar 2.4 menunjukkan adanya garis bilangan dengan

kelipatan 4 sebanyak 3 kali yang dimulai dari angka 0 dan berakhir pada

angka 12. Hal ini ini menunjukkan bahwa tiga orang pemancing berhasil

(50)

5) Barisan objek dalam kolom

Gambar 2.5 Barisan objek dalam kolom

Pada gambar 2.5 terdapat objek kotak (฀) yang disusun menjadi 3 baris 4 kolom, sehingga jika dihitung akan ada 12 kotak (฀). Hal ini ini menunjukkan bahwa terdapat tiga orang pemancing, di mana setiap

pemancing berhasil memancing 4 ekor ikan. Sehingga jumlah seluruh

ikan yang berhasil dipancing ada 12 ekor.

Diketahui bahwa perkalian merupakan bentuk lain dari

penjumlahan berulang. Perkalian dapat diselesaikan menggunakan 2 cara

penyelesaian, yaitu cara bersusun pendek dan cara bersusun panjang.

Misalkan kita akan menentukan hasil perkalian dari “ × ” dengan

cara:

1) Bersusun panjang

× = �

× =

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari × adalah 36. ×

(51)

2) Bersusun pendek

× = �

× =

Sehingga dapat dituliskan hasil dari × adalah 36.

d. Kesulitan Belajar Matematika

Menurut Lerner, salah satu karakteristik anak berkesulitan belajar

adalah ia mengalami kesulitan belajar. Heward & Orlansky menyatakan,

anak-anak berkesulitan belajar agak sukar dibedakan dari anak-anak yang

berprestasi akademik kurang, tunagrahita ringan, atau tunalaras ringan (dalam

Runtukahu, 2014:19). Berkesulitan belajar artinya ketidakmampuan belajar.

Terdapat sekitar 12 definisi kesulitan belajar, walaupun berbeda-beda namun

definisi kesulitan belajar memiliki kesamaan yaitu: 1) Kesulitan belajar

menyangkut kesulitan dalam pencapaian dan pengembangan akademik, 2)

Kesulitan belajar menyangkut kekurangan dalam pola perkembangan bahasa,

pengembangan fisik, pengembangan akademik seperti Matematika dan/atau

pengembangan perseptual, dan 3) Tidak termasuk dalam lingkungan yang

tidak mendukung (Runtukahu, 2014:20).

Dipandang dari segi sindrom psikologis, menurut Lerner berkesulitan

belajar dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu ketidakmampuan dalam

membaca atau disleksia (dyslexia), ketidakmampuan dalam menulis atau

(52)

diskalkulia (dyscalculia). Abulrahman menyatakan bahwa pada umumnya

guru memandang anak dengan prestasi belajar rendah adalah anak

berkesulitan belajar (dalam Runtukahu, 2014:21). Sedangkan kesulitan

belajar sendiri sering tidak teridentifikasi pada usia muda, tetapi nanti pada

usia sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Lerner, faktor penyebab kesulitan belajar sebenarnya tidak

diketahui dengan pasti, tetapi dapat dikemukakan beberapa penyebabnya

yaitu:

1) Keturunan

Keturunan dapat menyebabkan kesulitan belajar, tetapi tidak

semua pakar Pendidikan Luar Biasa (PLB) menyetujuinya dikarenakan

laporan-laporan hasil penelitian yang berbeda.

2) Otak tidak berfungsi

Tidak berfungsinya otak dapat menyebabkan anak berkesulitan

belajar karena otak tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu anak

berkesulitan belajar sering disebut anak yang mengalami kerusakan otak

ringan. Walaupun tidak semua anak berkesulitan belajar mengalami

kerusakan otak, namun dalam bidang kedokteran istilah ini masih sering

digunakan.

3) Lingkungan dan kurang gizi (malnutrisi)

Lingkungan yang dimaksud yaitu tekanan atau sikap negatif

masyarakat terhadap anak penyandang cacat dan keluarganya.

(53)

pusat sistem saraf yang selanjutnya akan mempengaruhi belajar dan

perkembangan anak.

4) Ketidakseimbangan biokimia

Ketidakseimbangan biokimia dikhususkan pada darah anak yang

tidak dapat mempertahankan jumlah vitamin dalam tubuhnya. Pemberian

vitamin diupayakan untuk mengatasi kesulitan belajar, namun ada yang

berhasil dan ada yang tidak.

Penyebab kesulitan belajar kadang tidak dapat ditemukan atau

diperbaiki. Oleh sebab itu Kirk dan Gallagher mengemukakan 4 faktor

penyebab kesulitan belajar yaitu:

1) Faktor kondisi fisik

Kurangnya penglihatan dan pendengaran menjadi faktor tidak

menunjangnya anak dalam belajar.

2) Faktor lingkungan

Keadaan keluarga, masyarakat, pengajaran di sekolah, dan kurangnya

perhatian dalam belajar menyebabkan anak sulit dalam belajar.

3) Faktor motivasi dan sikap

Kurangnya motivasi belajar dapat menyebabkan anak kurang percaya

diri dan menimbulkan perasaan negatif terhadap sekolah.

4) Faktor psikologis

Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan lamban dalam bahasa

dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik (dalam

(54)

e. Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Alat peraga merupakan media yang dapat dipergunakan sebagai

pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud

adalah materi pelajaran, di mana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar

pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Menurut

Ruseffendi (dalam Sundayan, 2015:7) alat peraga adalah alat yang

menerangkan atau mewujudkan konsep Matematika. Sedangkan alat peraga

Matematika adalah benda konkret yang dibuat atau disusun secara sengaja

digunakan untuk membantu menanamkan konsep Matematika (Pramudjono

dalam Sundayana, 2015:7).

Fungsi alat peraga secara umum menurut Sudjana dan Rivai (dalam

Sundayana, 2015:8) dan Sastradiradja (1971:1) yaitu:

1) Sebagai alat bantu untuk menstimulus siswa dalam mewujudkan situasi

belajar mengajar yang efektif.

2) Alat peraga bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini dijadikan untuk

membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga proses belajar

mengajar lebih menarik perhatian siswa.

3) Diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar serta dapat

membantu siswa dalam menangkap pengertian yang disampaikan oleh guru

dan mengingatnya lebih lama.

4) Menghadirkan situasi belajar yang lebih konkret (nyata), sehingga konsep

Matematika yang abstrak, menjadi dapat lebih mudah dipahami dan

(55)

Sedangkan fungsi alat peraga bagi guru yaitu:

1) Mempermudah pencapaian tujuan belajar.

2) Menciptakan suasana pembelajran kondusif.

3) Menciptakan pembelajaran efektif dan efisien.

4) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang bersifat

abstrak.

5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran.

6) Menghindari pembelajaran verbalisme. (Sundayana, 2015:10).

Adapun fungsi alat peraga bagi siswa menurut Sanaky (dalam Sundayana,

2015:11) yaitu:

1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajaran.

2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajaran.

3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan siswa untuk

belajar.

4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga

memudahkan siswa untuk belajar.

5) Merangsang siswa untuk berfokus dan beranalisis.

6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

7) Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan

guru lewat alat peraga.

Kriteria alat peraga yang baik yaitu:

1) Memperhatikan kondisi guru dan siswa.

(56)

3) Langsung mengemukakan isi dan arti.

4) Jelas dan bentuk yang benar.

5) Tidak membingungkan. (Sastradiradja, 1971:6)

Menurut Rusefendi (dalam Sundayana, 2015:18) beberapa persyaratan alat

peraga Matematika antara lain:

1) Tahan lama.

2) Bentuk dan warnanya menarik.

3) Sederhana dan mudah dikelola.

4) Ukurannya sesuai.

5) Dapat menyajikan konsep Matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau

diagram.

6) Sesuai dengan konsep Matematika.

7) Dapat memperjelas konsep Matematika dan bukan sebaliknya.

8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak

bagi siswa.

9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat

peraga.

10) Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak).

Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru agar alat peraga dapat

efektif dalam penggunaannya:

1) Menentukan tujuan dan memilih materi yang diteliti

2) Persiapan guru

(57)

4) Penyajian bahan

5) Keaktifan dan pemakaian

6) Evaluasi pelajaran dan metode penggunaan (Sastradiradja, 1971:9).

f. Sejarah Montessori

Sejarah Montessori ini disarikan dari buku Metode Montessori

(Gutek:2013) dan Sejarah Pendekatan Montessori (Magini:2013)

Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, Provinsi

Ancona, Italia. Dia diakui sebagai salah satu pendidik besar. Kisah hidupnya

merupakan sebuah kisah seorang perempuan yang berdedikasi menggunakan

kemampuan ilmiah, pengalaman, dan wawasannya untuk mengembangkan

sebuah metode pendidikan yang melawan pola-pola konvensional.

Saat berusia enam tahun, Maria memasuki SD di Roma. Sejak SD, Maria

sudah memiliki ketertarikan yang besar terhadap ilmu Matematika. Sewaktu

SMA, ia lebih memilih jurusan teknik. Maria Montessori diterima di Regia

Scuola Technica Michelangelo Buonarroti, sebuah sekolah teknik negeri.

Setelah menyelesaikan studinya, Maria kemudian masuk ke Regio

Instituto Technico Leonardo da Vinci, di mana dari 1886-1890-an mengikuti

pelajaran-pelajaran di bidang teknik. Ayah Maria lebih berharap agar anaknya

memilih sekolah keguruan karena sekolah teknik didomonasi oleh laki-laki.

Pada 1890, Maria memutuskan untuk meninggalkan studi teknik dan

berpindah ke bidang kedokteran. Selama dua tahun terakhir di sekolah

(58)

anak-anak. Dia juga menjadi asisten dokter di rumah sakit perempuan di San

Salvator al Laterano dan di Ospedale Santo Spirito untuk pria. Pada 1896,

Maria Montessori mencapai prestasi istimewa yaitu menjadi perempuan Italia

pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Pencapaian

Montessori di bidang pendidikan dan kedokteran menjadikannya perempuan

istimewa di Italia pada peralihan abad tersebut. Dia menjadi anggota delegasi

Italia pada Kongres Perempuan Internasional di Berlin pada September 1896.

Pada Februari 1899, Montessori melakukan safari kuliah, berbicara

tentang “perempuan baru”. Dalam rangka memperjuangkan tercapainya

perempuan baru, Montessori menentang sejarawan Prancis Jules Michelet

(1798-1874) yang berpendapat bahwa kaum perempuan secara alami bersifat

lemah dan memerlukan pengawasan dan pelatihan dari kaum pria yang lebih

kuat dan lebih cerdas. Montessori menolak argumen dari teoritikus sindikalis

radikal Pierre Joseph Proudhon (1809-1865) yang berpendapat bahwa

kapitalisme menurunkan derajat kaum perempuan menjadi ibu rumah tangga

atau pelacur. Menurut Montessori: “Pada akhirnya, kaum perempuan di masa

depan akan memperoleh hak-hak yang setara dan sekaligus

kewajiban-kewajiban. Perempuan baru tersebut akan menikah dan memiliki anak-anak

dengan pilihannya sendiri, bukan karena paksaan, dan dia akan melakukan

kontrol atas kesehatan dan kesejahteraan generasi berikutnya dan membangun

sebuah kerajaan perdamaian, karena ketika dia dapat berbicara dengan jelas

Gambar

Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian
Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion, Mangkuk, Dan Manik-Manik
Gambar 2.1 Kelompok objek yang sama
Gambar 2.6 Literature Map dari Penelitian yang relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR BERBASIS METODE MONTESSORI Skripsi.. Yogyakarta: Program Dtudi Pendidikan Guru

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Metode ini digunakan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas pengembangan alat peraga

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan alat peraga Montessori untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan Standar Kompetensi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Metode ini digunakan untuk mengetahui prosedur pengembangan dan kualitas pengembangan alat peraga

1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai adalah: 1.3.1 Mengembangkan alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa

Mengetahui kualitas alat peraga berbasis metode Montessori yang digunakan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan bilangan pada siswa kelas I SD... Bagi Guru Guru kelas I

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pembelajaran, yakni permainan (menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori berupa manik-manik),

Berdasarkan potensi dan masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan alat peraga papan positif negatif berbasis metode montessori pada siswa dengan ADHD