PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD
MATERI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA BERBASIS
METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Fransisca Any Tri Astuti NIM: 131134095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD
MATERI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA BERBASIS
METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Fransisca Any Tri Astuti NIM: 131134095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, menuntun, menolong, dan memberi kemudahan dalam setiap langkah hidupku ini.
2. Orang tuaku, Fransiskus Hironimus Sudimin dan Yustina Ngatilah yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan baik material, moral, maupun spiritual.
3. Kakak-kakakku, Aloysius Suryo Pujianto, Maria Arum Wahyu Dewi, Alexander Tri Amboro, Sani Nuryani yang selalu memberikan semangat untukku dalam melalui setiap proses ini.
4. Teman istimewaku, Fransiscus Caraccioli Joni Tri Wibowo yang selalu memberikan kesabaran, dukungan, semangat, dan penghibur di kala sedih.
5. Para sahabat dan teman terkasih atas segala tawa canda, kebahagiaan, kesedihan, dan kebersamaan dalam setiap langkah kehidupan ini.
6. Teman-teman payung R&D Montessori IPA dan PGSD yang selalu memberikan semangat dan hiburan.
7. Para dosen di PGSD Sanata Dharma.
8. Almamater Universitas Sanata Dharma.
v
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat,
ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Mat 7:7-11)
“Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan
dan bertekunlah dalam doa”
(Roma 12:12)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Februari 2017
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fransisca Any Tri Astuti
Nomor Mahasiswa : 131134095
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI
ORGAN PENCERNAAN MANUSIA BERBASIS METODE
MONTESSORI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 10 Februari 2017
Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI ORGAN PENCERNAAN MANUSIA BERBASIS METODE MONTESSORI
Fransisca Any Tri Astuti Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap materi organ pencernaan manusia tetapi ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran organ pencernaan manusia berbasis metode Montessori; (2) mengetahui kualitas media pembelajaran organ pencernaan manusia berbasis metode Montessori.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Subjek penelitian ini adalah 10 siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian ini adalah media pembelajaran IPA berbasis metode Montessori. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner, dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) prosedur penelitian dan pengembangan media pembelajaran organ pencernaan manusia berbasis metode Montessori untuk siswa kelas V SD dimodifikasi ke dalam lima tahap, yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas; (2) kualitas media pembelajaran organ pencernaan manusia berbasis metode Montessori untuk siswa kelas V adalah sangat baik dengan perolehan rerata skor validasi produk sebesar 3,92. Nilai yang diperoleh siswa pada uji coba lapangan terbatas menunjukkan nilai posttest lebih tinggi daripada nilai pretest dengan selisih rerata skor sebesar 29,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran organ pencernaan manusia memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa dalam memahami materi organ pencernaan manusia.
Kata kunci: penelitian dan pengembangan, media pembelajaran, IPA, organ
ix
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING MEDIA OF ELEMENTARY SCHOOL ON HUMAN DIGESTIVE ORGAN MATERIAL BASED ON
MONTESSORI METHOD
Fransisca Any Tri Astuti Sanata Dharma University
2017
The background of the research were the lack of students’ understanding toward human digestive organ material meanwhile the availability and usage of the learning media are still limited. This research aims to (1) describe the procedure of the learning media development on human digestive organ based on Montessori method; (2) find out the quality of the learning media on human digestive organ material based on Montessori method.
The type of this research is the research and development (R&D). The subjects of the research are the ten students from the fifth grade of SD Kanisius Jetisdepok on 2016/2017. The objects of this research are the science learning media based on Montessori method. The instruments used are the observation guide, the interview guide, the questionnaire, and the questions set. The technique of data analysis uses the quantitative and qualitative techniques.
The result of the research showed that (1) the procedure of the research and development for the learning media on human digestive organ based on Montessori method for the fifth graders were modified into five steps; namely the potential and problem, the planning, the development of the product’s initial shape, the product validation, and the limited field test-drive; (2) the quality of the learning media for human digestive organ material was excellent seen from the average score of the product validation which is 3,92. The score gained by students on the limited field test-drive showed that the posttest score was higher than the pretest score seen from the score average difference which is 29,5. Therefore, it can be concluded that the learning media for human digestive organ has an excellent quality and can help students understanding the materials on human digestive organ.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Organ Pencernaan Manusia Berbasis Metode
Montessori” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat
kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti., S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana
Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang mendampingi
dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
6. Florentina Rusmini, S.Pd. selaku Kepala SD Kanisius Jetisdepok yang telah
memberkan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.
7. Christina Kusumastuti, S.Pd. selaku Kepala SD Kanisius Minggir yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian.
8. Valentina Vitri Endaryati. S.Pd.SD. selaku guru kelas V dan segenap guru
serta karyawan SD Kanisius Jetisdepok yang telah membantu selama proses
penelitian.
9. M.G. Parinem selaku guru kelas V yang telah membantu untuk melakukan
validasi instrumen dan telah memberikan ijin untuk melakukan uji
keterbacaan instrumen kepada siswanya serta segenap guru SD Kanisius
xi 10. Siswa-siswi SD Kanisius Jetisdepok yang telah membantu dalam uji coba
lapangan terbatas.
11. Siswa-siswi SD Kanisius Minggir yang telah membantu dalam uji empiris
dan uji keterbacaan instrumen.
12. Kedua orang tuaku, Bapak Fransiskus Hironimus Sudimin dan Ibu Yustina
Ngatilah yang senantiasa mendoakanku, memberikan semangat, dan
dukungan baik secara material maupun spiritual.
13. Kakak-kakakku, Aloysius Suryo Pujianto, Maria Arum Wahyu Dewi,
Alexander Tri Amboro, Sani Nuryani yang selalu memberikan semangat.
14. Teman istimewaku, Fransiscus Caraccioli Joni Tri Wibowo yang menjadi
penyemangatku.
15. Teman-teman penelitian payung R&D Montessori IPA, Nunik, Agnes, Dita,
Lia, Sigit, Agus, Julius atas kerja sama dari awal sampai akhir dalam
penyusunan skripsi ini.
16. Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan semangat,
dukungan, dan doa bagi kelancaran penyusunan skripsi ini.
17. Teman-teman PGSD angkatan 2013 kelas A dan B yang telah memberikan
bantuan dan dukungan bagi peneliti.
18. Teman-teman PPL SD Kanisius Jetisdepok yang telah memberikan
semangat, dukungan dan bantuan selama proses penelitian.
19. Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan media
pembelajaran.
20. Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotokopi.
21. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat
peneliti sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Definisi Operasional... 8
1.6 Spesifikasi Produk ... 9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 13
2.1.1 Perkembangan Anak ... 13
xiii
2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 16
2.1.2.2 Manfaat Media Pembelajaran ... 17
2.1.2.3 Klasifikasi Media Pembelajaran ... 18
2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 20
2.1.3.1 Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori... 20
2.1.3.2 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 23
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 24
2.1.4.1 Hakikat IPA ... 24
2.1.4.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 27
2.1.4.3 Materi Organ Pencernaan Manusia ... 28
2.2 Penelitian yang Relevan ... 33
2.2.1 Penelitian tentang Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 33
2.3 Kerangka Berpikir ... 35
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Setting Penelitian ... 39
3.2.1 Subjek Penelitian ... 39
3.2.2 Objek Penelitian ... 40
3.2.3 Lokasi Penelitian ... 40
3.2.4 Waktu Penelitian ... 40
3.3 Rancangan Penelitian ... 41
3.4 Prosedur Penelitian... 45
3.4.1 Potensi dan Masalah ... 47
3.4.2 Perencanaan... 48
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 50
3.4.4 Validasi Produk ... 50
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51
3.5.1 Observasi ... 52
3.5.2 Wawancara ... 52
xiv
3.5.4 Tes ... 54
3.6 Instrumen Penelitian... 55
3.6.1 Pedoman Observasi ... 55
3.6.2 Pedoman Wawancara ... 56
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 57
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas V ... 57
3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas V ... 58
3.6.3 Kuesioner ... 59
3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 59
3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk ... 60
3.6.4 Soal Tes ... 62
3.7 Triangulasi... 65
3.8 Teknik Analisis Data ... 67
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 68
3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 74
4.1.1 Potensi dan Masalah ... 74
4.1.1.1 Identifikasi Masalah ... 75
1) Observasi ... 75
2) Wawancara... 78
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan ... 86
1) Analisis Karakteristik Siswa ... 86
2) Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Montessori ... 87
3) Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan ... 87
4) Data Analisis Kebutuhan ... 90
4.1.2 Perencanaan... 106
4.1.2.1 Desain Media Pembelajaran ... 106
4.1.2.2 Desain Album Media Pembelajaran... 110
4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk ... 110
1) Tes ... 110
xv
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk... 119
4.1.3.1 Pengumpulan Bahan... 120
4.1.3.2 Pembuatan Media Pembelajaran ... 121
4.1.3.3 Pembuatan Album Media Pembelajaran ... 124
4.1.4 Validasi Produk ... 125
4.1.4.1 Validasi Produk Media Pembelajaran ... 125
4.1.4.2 Validasi Produk Album Media Pembelajaran ... 126
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ... 128
4.1.5.1 Data dan Analisis Tes... 129
4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Media Pembelajaran ... 131
4.2 Pembahasan ... 132
4.2.1 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Organ Pencernaan Manusia Berbasis Metode Montessori... 132
4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Organ Pencernaan Manusia Berbasis Metode Montessori ... 137
4.2.2.1 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran Organ Pencernaan Manusia Berbasis Metode Montessori ... 137
4.2.2.2 Hasil Pretest dan Posttest dalam Uji Coba Lapangan Terbatas ... 138
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 140
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 141
5.3 Saran ... 142
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA Kelas V ... 56
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 57
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas V ... 58
Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa ... 58
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa ... 59
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan Tanggapan Produk oleh Siswa ... 60
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ... 61
Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes ... 63
Tabel 3.9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ... 64
Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 71
Tabel 3.11 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 71
Tabel 4.1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ... 76
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA ... 76
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 78
Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 79
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 79
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 80
Tabel 4.7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru... 81
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru ... 81
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 82
Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 83
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 83
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ... 88
Tabel 4.13 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru... 89
xvii Tabel 4.15 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan
untuk Siswa ... 90
Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 91
Tabel 4.17 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 93
Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 96
Tabel 4.19 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 98
Tabel 4.20 Hasil Uji Validitas Isi ... 111
Tabel 4.21 Hasil Uji Validitas Konstruk ... 111
Tabel 4.22 Rekapitulasi Komentar Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli ...112
Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS...114
Tabel 4.24 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ...115
Tabel 4.25 Kisi-kisi Instrumen Pretest dan Posttest ...115
Tabel 4.26 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ...116
Tabel 4.27 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ...117
Tabel 4.28 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ...118
Tabel 4.29 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ...119
Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli...125
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Media Pembelajaran ...126
Tabel 4.32 Hasil Validasi Produk Album Media Pembelajaran oleh Ahli ...126.
Tabel 4.33 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran ...127
Tabel 4.34 Revisi Album Media Pembelajaran...127.
Tabel 4.35 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ...129
Tabel 4.36 Tanggapan mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Siswa...132.
Tabel 4.37 Hasil Penilaian Media Pembelajaran Organ Pencernaan Manusia ..137
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain Papan Organ Pencernaan Manusia dan Penutupnya ... 10
Gambar 1.2 Desain Kartu Gambar, Nama, Kartu Fungsi Organ Pencernaan, dan Kartu Control of Error ... 11
Gambar 1.3 Desain Kotak Penyimpanan Kartu dan Penutupnya ... 12
Gambar 2.1 Organ Pencernaan pada Manusia ... 29
Gambar 2.2 Mulut ... 29
Gambar 2.3 Kerongkongan ... 30
Gambar 2.4 Lambung ... 31
Gambar 2.5 Usus Halus ... 32
Gambar 2.6 Usus Besar ... 32
Gambar 4.1 Papan Organ Pencernaan Manusia ... 121
Gambar 4.2 Kotak Penyimpanan Kartu ... 122
Gambar 4.3 Tutup Kotak Penyimpanan Kartu ... 123
Gambar 4.4 Kartu Gambar, Nama, dan Fungsi Organ Pencernaan ... 123
xix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian-penelitian yang Relevan ... 35
Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono... 43
Bagan 3.2 Langkah penelitian dan pengembangan yang telah dimodifikasi menjadi lima tahap ... 45
Bagan 3.3 Prosedur Penelitian ... 46
Bagan 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ... 66
Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 67
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 84
xx
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest pada Masing-masing Siswa ..130
xxi
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Rumus Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert ...70
Rumus 3.2 Rumus Perhitungan Persentase Jawaban pada Kuesioner ...72
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah
Lampiran 1.1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi ...146
Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA ...150
Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
oleh Ahli ...151
Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ...157.
Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ....161
Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru ...165
Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli...170
Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa ...176
Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan
Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru...180
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ....188
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis
Kebutuhan Guru ...200
Lampiran 2.4 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis
Kebutuhan Siswa ...204
Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ...208
Lampiran 2.6 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ..214
Lampiran 3 Instrumen Tes
Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh Ahli ...217
Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli ...219
Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa dalam
Uji Empiris ...223
Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Tes ...224
Lampiran 3.5 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ...225
Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest ...229
xxiii
Lampiran 4 Validasi Produk
Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli...231
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Media
Pembelajaran oleh Siswa ...235
Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai
Media Pembelajaran oleh Siswa ...241
Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli ..243
Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media
Pembelajaran oleh Ahli ...249
Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan mengenai Media Pembelajaran
oleh Siswa ...253
Lampiran 5 Surat Penelitian
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ...254
Lampiran 5.2 Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ...255
Lampiran 6 Dokumentasi ...256 Lampiran 7 Album Media Pembelajaran Organ Pencernaan Manusia ...257 Lampiran 8 Gambar Produk Media Pembelajaran Organ Pencernaan
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan spesifikasi produk.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam
bahasa Inggris yaitu natural science. Natural artinya berhubungan dengan alam
atau bersangkut paut dengan alam sedangkan science artinya ilmu pengetahuan.
Jadi, IPA dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2011: 3). Senada dengan
pengertian di atas, Trianto (2012: 136) memaparkan bahwa IPA mempelajari alam
semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di
luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati
dengan indera. Kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa IPA merupakan ilmu
yang berkaitan dengan alam. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar
(Susanto, 2013: 165).
Ruang lingkup IPA yang diajarkan pada jenjang SD meliputi aspek-aspek
berikut 1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, 2) benda/materi, sifat-sifat
dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, 3) energi dan perubahannya
2 bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya (BSNP, 2006: 162). Salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus
dikuasai adalah mengenal organ tubuh manusia dan hewan serta mendeskripsikan
fungsinya (Kemendikbud, 2013: 103). Salah satu materi yang diajarkan kepada
siswa berdasarkan KD tersebut adalah organ pencernaan manusia dan fungsinya.
Materi dalam pembelajaran IPA khususnya mengenai organ pencernaan
manusia merupakan materi yang abstrak karena organ-organ dan proses
pencernaan terjadi di dalam tubuh sehingga tidak dapat dilihat secara langsung
dan prosesnya sulit dibayangkan oleh siswa. Hal ini menyebabkan materi tersebut
sulit dipahami. Media pembelajaran dibutuhkan untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi yang abstrak. Pada kenyataannya, guru jarang menggunakan
media pada saat proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi
pembelajaran IPA yang dilakukan peneliti pada tanggal 12 Agustus 2016 di SD
Kanisius Jetisdepok. Berdasarkan hasil observasi, guru tidak menggunakan media
pada saat proses pembelajaran dan hanya menggunakan buku cetak sebagai
satu-satunya sumber belajar. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dari
awal sampai akhir pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru
lebih banyak duduk di kursi dan meminta satu persatu siswa untuk membaca
materi pada buku cetak secara bergantian. Selanjutnya, guru menjelaskan dan
mendiktekan materi sementara siswa mencatatnya di buku tulis. Siswa menjadi
cenderung bersifat pasif, terlihat kurang bersemangat, mengantuk dan bosan
selama mengikuti pembelajaran. Selain itu, ketika guru bertanya kepada siswa
mengenai pembelajaran yang telah disampaikan, sebagian besar siswa hanya diam
3 dengan guru dan lima orang siswa kelas V. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru yang dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2016, guru mengatakan jika jarang
menggunakan media dalam pembelajaran IPA. Demikian juga berdasarkan hasil
wawancara dengan lima orang siswa kelas V yang dilakukan pada tanggal 18
Agustus 2016, sebagian besar siswa mengatakan bahwa pembelajaran IPA yang
dilakukan selama ini biasa-biasa saja dan dirasa kurang menarik karena guru
jarang menggunakan media dalam pembelajaran IPA.
Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan juga
masih rendah. Rendahnya pemahaman siswa dapat dilihat dari hasil ulangan
harian. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, sebanyak 13 dari 19
siswa (68,42%) mendapatkan nilai ulangan harian di bawah KKM yaitu 75 untuk
materi organ pencernaan manusia. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara
yang dilakukan kepada lima orang siswa kelas V di SD Kanisius Jetisdepok.
Berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang siswa kelas V, sebagian besar
siswa mengatakan bahwa materi pelajaran IPA sulit karena banyak hafalannya
khususnya pada materi yang berhubungan dengan organ dalam tubuh yaitu organ
pencernaan manusia. Kebanyakan siswa merasa masih bingung dengan materi
organ pencernaan manusia karena bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami.
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang mengatakan
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA yaitu pada materi
organ pencernaan manusia karena materinya sulit dan siswa juga tidak dapat
melihatnya secara langsung. Oleh karena itu, dibutuhkan media pembelajaran
yang dapat membantu siswa agar mudah dalam memahami materi dan membuat
4 Penggunaan media pembelajaran yang konkret dapat membantu siswa
dalam memahami materi pembelajaran yang bersifat abstrak. Hal ini sesuai
dengan teori perkembangan kognitif Piaget yang menyatakan bahwa anak usia
Sekolah Dasar (SD) berada pada tahapan operasional konkret yaitu usia 7-11
tahun (Susanto, 2013: 78). Siswa SD sudah dapat berpikir logis mengenai segala
sesuatu. Sistem pemikiran yang logis tersebut dapat diterapkan dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang konkret. Meskipun demikian, cara
berpikir anak tetap terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang kelihatan
nyata/konkret bukan yang bersifat abstrak (Suparno, 2011: 69-70). Oleh karena
itu, penggunaan media yang konkret sangat diperlukan dalam pembelajaran
sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari.
Media pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan
Montessori. Pendidikan Montessori diciptakan oleh dokter Maria Montessori
(1870-1952). Montessori menekankan akan pentingnya penggunaan benda-benda
konkret yang dapat membantu siswa selama proses belajar. Media pembelajaran
yang berdasarkan pada metode Montessori memiliki ciri-ciri yaitu: 1) menarik, 2)
bergradasi, 3) auto-correction, dan 4) auto-education (Montessori, 2002:
170-174). Peneliti juga menambahkan unsur kontekstual sebagai ciri tambahan agar
media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar
siswa. Gutek (2013: 240) mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan media
pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu: 1) bahan pembelajaran
Montessori memungkinkan terjadinya pembelajaran sendiri, 2) material yang
digunakan dalam pembelajaran Montessori dapat menghasilkan sebuah
5 spontan dari anak, dan 4) mengandung gradasi rangsangan-rangsangan yang
rasional. Selain itu, Gutek (2013: 236) juga menambahkan bahwa pembelajaran
Montessori dapat mengontrol kesalahan yang akan membuat anak berproses dan
fokus untuk memperbaiki kesalahannya dan melakukan perbaikan dengan
berbagai cara.
Media pembelajaran berbasis metode Montessori terbukti dapat membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh
Widyaningrum (2015) mengembangkan alat peraga matematika materi
penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori untuk kelas II. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa alat peraga yang dikembangkan dapat
mengatasi kesulitan belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan dengan
perbedaan rerata nilai siswa yang diperoleh pada saat pretest dan posttest sebesar
53,74. Penelitian lain dilakukan oleh Hardiyanti (2016). Hardiyanti (2016)
mengembangkan alat peraga IPS untuk materi keragaman budaya Indonesia
berbasis metode Montessori untuk kelas IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi selisih rerata nilai pretest dan posttest sebesar 37,2. Selain itu, Wulandari
(2016) juga mengembangkan alat peraga membaca dan menulis permulaan
berbasis metode Montessori untuk kelas I. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa terjadi perbedaan rerata nilai pretest dan posttest membaca dan menulis
yaitu sebesar 26,2 dan 10.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
dan pengembangan (Research and Development) mengenai media pembelajaran
IPA materi organ pencernaan manusia pada siswa kelas V SD Kanisius Jetisdepok
6 media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi,
auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada tahapan
menghasilkan prototipe atau bentuk dasar dari produk media pembelajaran IPA
yang telah diuji secara ilmiah oleh beberapa ahli dan melalui uji coba lapangan
terbatas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran organ
pencernaan manusia berbasis metode Montessori yang dikembangkan
untuk siswa kelas V?
1.2.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran organ pencernaan manusia
berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas V?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran organ
pencernaan manusia berbasis metode Montessori yang dikembangkan
untuk siswa kelas V.
1.3.2 Mengetahui kualitas media pembelajaran organ pencernaan manusia
berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas V.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam mengembangkan media
7 metode Montessori. Media pembelajaran yang dikembangkan dapat
memberikan wawasan dan pemikiran baru bagi mahasiswa akan
pentingnya pengembangan media pembelajaran SD yang inovatif sehingga
dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan.
1.4.2 Untuk Guru
Guru memiliki pemahaman akan pentingnya penggunaan media dalam
proses pembelajaran. Guru juga dapat memperoleh pengalaman tentang
cara mengembangkan media pembelajaran IPA SD yang inovatif berbasis
metode Montessori sehingga nantinya guru dapat mengembangkan sendiri
berbagai media pembelajaran inovatif lainnya yang dapat membantu siswa
dalam memahami materi yang diberikan.
1.4.3 Untuk Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan dengan menggunakan media pembelajaran IPA berbasis
metode Montessori. Selain itu, media pembelajaran yang dikembangkan
dapat memudahkan siswa dalam memahami materi IPA khususnya materi
organ pencernaan manusia.
1.4.4 Untuk Sekolah
Sekolah memperoleh wawasan baru tentang pengembangan media
pembelajaran IPA SD yang berbasis metode Montessori sehingga sekolah
memiliki pertimbangan untuk melakukan pengembangan media
8 1.4.5 Untuk Prodi PGSD
Prodi PGSD memiliki pengalaman dalam penelitian kolaboratif dengan
menggunakan metode research and development yang melibatkan dosen,
mahasiswa, guru, dan siswa di SD mitra. Melalui media pembelajaran
yang dikembangkan, prodi PGSD juga memiliki berbagai media
pembelajaran IPA berbasis metode Montessori yang telah teruji
kelayakannya.
1.4.6 Untuk penelitian lain
Penelitian dan pengembangan mengenai media pembelajaran IPA berbasis
metode Montessori ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian yang
selanjutnya.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik
maupun psikis yang ditentukan secara genetik maupun oleh faktor
lingkungan dan berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan.
1.5.2 Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru
untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa dalam proses
belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa
untuk belajar agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif.
1.5.3 Media pembelajaran berbasis metode Montessori adalah media
pembelajaran yang memiliki ciri-ciri menarik, bergradasi, auto-correction,
9 1.5.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, yang berhubungan dengan gejala-gejala alam,
perkembangannya ditandai oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah
serta didasarkan pada hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan
manusia.
1.5.5 Organ pencernaan manusia adalah bagian-bagian dalam tubuh manusia
yang bertugas untuk mencerna makanan menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil.
1.6 Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran organ pencernaan
manusia beserta album penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran ini
berfungsi untuk membantu siswa mengenal dan mempelajari organ-organ
pencernaan pada manusia beserta fungsinya masing-masing. Media pembelajaran
organ pencernaan manusia terdiri dari enam komponen. Komponen tersebut
terdiri dari papan organ pencernaan manusia serta penutupnya, kartu gambar
organ pencernaan, kartu nama organ pencernaan, kartu fungsi organ pencernaan,
kartu control of error, dan tempat penyimpanan kartu serta penutupnya. Berikut
ini merupakan penjelasan dari masing-masing komponen.
1.6.1 Papan Organ Pencernaan Manusia dan Penutupnya
Papan organ pencernaan manusia terbuat dari kayu berbentuk balok dengan
ukuran 70 cm x 50 cm x 3,5 cm. Alas papan memiliki ketebalan 0,5 cm sedangkan
sisinya memiliki ketebalan 1 cm. Pada bagian dalam balok, terdapat organ-organ
10 organ pencernaan juga dilengkapi dengan tutup yang berukuran 71,5 cm x 52 cm
x 4 cm dan sisi-sisinya memiliki ketebalan 1 cm. Berikut ini merupakan desain
papan organ pencernaan manusia dan penutupnya.
Gambar 1.1 Desain Papan Organ Pencernaan Manusia dan Penutupnya
1.6.2 Kartu Gambar, Nama, Fungsi Organ Pencernaan, dan Kartu Control
of Error
Kartu gambar, nama, fungsi organ pencernaan, dan kartu control of error
dibuat dengan menggunakan jenis kertas Ivory 260 yang memiliki ketebalan 1,5
mm tetapi dengan ukuran yang berbeda-beda. Kartu gambar, kartu fungsi organ
pencernaan, dan kartu control of error dibuat dengan ukuran 8,5 cm x 6,5 cm
sedangkan kartu nama organ pencernaan dibuat dengan ukuran 8,5 cm x 4 cm.
Berikut adalah desain kartu gambar, nama, fungsi organ pencernaan, dan kartu
control of error.
50 cm
70 cm 71,5 cm
11
Gambar 1.2 Desain Kartu Gambar (a), Nama (b), Fungsi Organ Pencernaan (c), dan Kartu Control of Error (d)
1.6.3 Kotak Penyimpanan Kartu dan Penutupnya
Kartu gambar organ pencernaan, kartu nama organ pencernaan, kartu fungsi
organ pencernaan, dan kartu control of error disimpan pada kotak penyimpanan.
Kotak penyimpanan terbuat dari kayu dan berbentuk balok dengan ukuran 37,5
cm x 6 cm x 7,5 cm. Sisi samping kotak memiliki ketebalan kayu 0,5 cm. Pada
bagian dalam terdapat 4 kolom yang dipisahkan oleh sekat dengan ketebalan 0,5
12 Sementara itu, tutup kotak penyimpanan terbuat dari kayu dan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 37,5 cm x 6 cm. Tutup ini memiliki ketebalan 1 cm.
Berikut ini adalah desain dari kotak penyimpanan kartu dan penutupnya.
Gambar 1.3 Desain Kotak Penyimpanan Kartu dan Penutupnya 37,5 cm
7,5 cm cm
6 cm
37,5 cm
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian.
Peneliti membahas beberapa hal diantaranya adalah perkembangan anak, media
pembelajaran, media pembelajaran berbasis metode Montessori, dan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
2.1.1 Perkembangan Anak
Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri
individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju
tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan (Yusuf & Sugandhi, 2011: 1-2). Perkembangan
mengacu pada proses di mana seorang anak tumbuh dan mengalami berbagai
perubahan sepanjang hidupnya baik ditentukan secara genetik maupun yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Meggitt, 2012: 1). Berdasarkan paparan
kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses
perubahan dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang ditentukan secara
genetik maupun oleh faktor lingkungan dan berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan. Piaget (dalam Susanto, 2013: 77) mengatakan
14 berbeda-beda. Tahap-tahap perkembangan tersebut saling berkaitan dan urutan
tahap-tahap tidak dapat ditukar atau dibalik tetapi tahun terbentuknya tahap
tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi seseorang (Suparno, 2011: 25).
Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak
menjadi empat tahap yaitu tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi
konkret, dan tahap operasi formal (Suparno, 2011: 24). Keempat tahap tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pada tahap ini pemikiran anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak
terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar,
membau, dan lain-lain. Pada tahap ini, anak belum dapat berbicara dengan bahasa
dan belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda
yang tidak berada di dekatnya (Suparno, 2011: 26). Tahap perkembangan awal
sensorimotor sangat penting karena menjadi dasar perkembangan persepsi dan
intelegensi anak pada tahap-tahap berikutnya (Suparno, 2011: 27).
2. Tahap Praoperasi (umur 2-7 tahun)
Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya penggunaan simbol
atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Cara berpikir
simbolik tersebut diungkapkan dengan penggunaan bahasa. Dengan adanya
penggunaan simbol tersebut, seorang anak dapat mengungkapkan dan
membicarakan suatu hal yang sudah terjadi tanpa terikat ruang dan waktu. Selain
itu, tahap ini juga dicirikan dengan pemikiran intuitif yang tidak logis (Suparno,
15 3. Tahap Operasi Konkret (umur 7-11 tahun)
Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis dengan sifat reversibilitas
dan kekekalan. Sistem pemikiran yang logis tersebut dapat diterapkan dalam
memecahkan persoalan-persoalan konkret yang dihadapi. Pada tahap ini anak juga
sudah mampu untuk mengurutkan dan mengklasifikasikan objek. Meskipun
demikian, cara berpikir anak tetap terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang
kelihatan nyata/konkret. Maka, anak pada tahap ini masih tetap kesulitan untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat abstrak (Suparno, 2011: 69-70).
4. Tahap Operasi Formal (umur 11 tahun ke atas)
Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah dapat berpikir logis
dan pemikirannya teoretis formal berdasarkan proposisi dan hipotesis, dan dapat
mengambil kesimpulan tanpa mengamati terlebih dahulu (Piaget dalam Suparno,
2011: 88).
Piaget (dalam Suparno, 2011: 69) menyatakan bahwa siswa usia 7 sampai
11 tahun atau kelas V SD masuk pada tahap operasional konkret yang dicirikan
dengan sistem pemikiran logis dengan bersifat reversibel dan kekekalan.
Pemikirannya lebih decentering daripada tahap sebelumnya, yaitu dapat
menganalisis masalah dari berbagai segi. Sementara itu, Piaget (dalam Susanto,
2013: 170) mengatakan bahwa siswa usia sekolah dasar berkisar antara 6 atau 7
tahun sampai 11 atau 12 tahun dan masuk pada fase operasional konkret. Pada
fase ini siswa menunjukkan keingintahuannya yang cukup tinggi untuk mengenali
16
2.1.2 Media Pembelajaran
Subbab ini membahas mengenai pengertian, manfaat, dan klasifikasi media
pembelajaran. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.
2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang artinya merupakan perantara atau pengantar untuk menyampaikan
pesan (Karwati, 2014: 223). Pengertian media pembelajaran dikemukakan oleh
banyak ahli. Gagne (dalam Sadiman dkk, 2008: 6) mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Arsyad (2014: 10) menyatakan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga
dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Senada dengan
pendapat Arsyad, Karwati (2014: 224) berpendapat bahwa media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru
ke peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, minat, serta perhatian peserta didik agar proses pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif. Berdasarkan paparan pendapat beberapa ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada siswa
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat
17
2.1.2.2 Manfaat Media Pembelajaran
Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2014: 28) mengemukakan manfaat
penggunaan media dalam pembelajaran. Beberapa manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar siswa yaitu: 1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) bahan pembelajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, 3) metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh
guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, dan 4) siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru tetapi dapat melakukan aktivitas seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Sementara itu, Encyclopedia of
Educational Research (dalam Arsyad, 2014: 28-29) juga merincikan manfaat
media pembelajaran yaitu sebagai berikut: 1) meletakkan dasar-dasar yang
konkret untuk berpikir sehingga mengurangi verbalisme, 2) memperbesar
perhatian siswa, 3) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan
belajar, (4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada siswa, 5) menumbuhkan pemikiran yang teratur, 6)
membantu perkembangan kemampuan berbahasa, dan 7) memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi
18
2.1.2.3 Klasifikasi Media Pembelajaran
Terdapat banyak sekali media pembelajaran, untuk memudahkannya
dibuatlah klasifikasi yang menyederhanakan pengelompokan media pembelajaran.
Karwati (2014, 235-242) mengklasifikasikan media pembelajaran sebagai berikut:
1. Media visual
Media visual adalah media yang penyampaian pesannya terfokus melalui
indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan dan
media yang tidak dapat diproyeksikan. Contoh media visual diproyeksikan yaitu
Overhead Projection (OHP) sementara contoh media visual tidak diproyeksikan
yaitu gambar, grafik, bagan, poster, dan peta datar.
2. Media audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif
(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan peserta didik. Contoh media audio adalah program kaset suara dan
program radio.
3. Media audio-visual
Media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau
biasa disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audiovisual ini
diantaranya program televisi/video pendidikan, program slide suara, dan
sebagainya.
4. Media cetak
Jenis-jenis media cetak antara lain buku pelajaran, surat kabar, majalah, dan
19 5. Media model
Media model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari
beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, kecil, jarang ditemukan
dan sulit dipelajari wujud aslinya.
6. Media realita
Media realita merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang
berfungsi memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Realita ini
merupakan benda yang sesungguhnya seperti mata uang, tumbuhan, binatang
yang tidak berbahaya, dan sebagainya.
7. Belajar benda sebenarnya melalui specimen
Specimen adalah benda-benda asli atau sebagian benda asli yang digunakan
sebagai contoh. Contoh specimen benda yang masih hidup adalah akuarium,
kebun binatang, dan insectarium. Contoh specimen yang sudah mati adalah
herbarium dan awetan dalam botol. Contoh specimen yang tak hidup adalah
berbagai benda yang berasal dari batuan dan mineral.
8. Komputer
Komputer merupakan produk yang dihasilkan pada perkembangan jaman
modern. Beberapa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pembelajaran
berbasis komputer antara lain CAI (Computer Assisted Instruction) dan CMI
(Computer Managed Instruction). CAI memanfaatkan komputer bagi peserta
didik untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan pelatihan dan mengetes
kemajuan belajar peserta didik. CAI berbentuk permainan dan animasi dalam
20 pengajar menjalankan fungsi administratif, seperti rekapitulasi data prestasi
peserta didik, kuitansi, dan lain-lain.
9. Multimedia
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan
media baik yang bersifat visual, audio, dan audio-visual bisa dilakukan secara
bersama-sama atau serempak melalui satu alat yang disebut multimedia.
10. Internet
Konsep pembelajaran dengan memanfaatkan internet dikenal dengan istilah
e-learning. E-learning merupakan jenis kegiatan belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya materi pembelajaran ke peserta didik dengan
memanfaatkan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lainnya.
2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Subbab ini membahas mengenai syarat dan keunggulan media pembelajaran
berbasis metode Montessori. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.
2.1.3.1 Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki empat ciri yaitu
menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan satu ciri tambahan yaitu
kontekstual. Ciri-ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Menarik
Media pembelajaran dibuat menarik dengan memperhatikan warna dan
bentuknya sehingga anak tertarik untuk menyentuh, meraba, memegang, dan
21 dicat warna yang cerah dan terang sehingga dapat menarik perhatian anak untuk
belajar (Lillard, 2005: 21).
2. Bergradasi
Media pembelajaran Montessori memiliki gradasi bentuk, warna, dan usia
anak. Gradasi tersebut tampak pada penggunaannya yang melibatkan beberapa
indera. Selain itu, juga dapat digunakan untuk berbagai usia perkembangan anak.
Gradasi bentuk dapat dilihat dari permainan pink tower yang terdiri dari 10 kubus.
Kubus paling besar memiliki ukuran sisi 10 centimeter, sedangkan kubus yang
paling kecil memiliki ukuran sisi 1 centimeter. Kubus yang paling besar
diletakkan paling bawah kemudian kubus yang paling kecil diletakkan paling atas
(Montessori, 2002: 174).
3. Auto-correction
Media pembelajaran yang dibuat memiliki pengendali kesalahan. Hal
tersebut bertujuan agar anak mengetahui sendiri kesalahan yang dilakukannya
dalam menggunakan media pembelajaran tanpa meminta bantuan dari orang lain.
Ciri auto-correction dapat dilihat dari penggunaan inkastri silinder. Pengendali
kesalahan pada alat tersebut adalah ukuran lubang dan inkastri yang berbeda-beda.
Anak akan mengetahui kesalahannya ketika memasangkan inkastri pada lubang
yang tidak tepat, kemudian anak akan mencoba mengulanginya kembali sampai
dapat memasukkan inkastri pada lubang yang tepat (Montessori, 2002: 170-171).
4. Auto-education
Anak akan menggunakan media pembelajaran melalui usahanya sendiri. Hal
ini berarti bahwa media pembelajaran yang digunakan dapat melatih anak untuk
22 fokus pada apa yang dikerjakannya tanpa menghiraukan gangguan dari sekitarnya.
Peran guru dalam kelas Montessori adalah mengamati dan mengarahkan aktivitas
psikis anak dan perkembangan fisiologisnya. Oleh karena itu, istilah guru dalam
Montessori diubah menjadi direktris (Montessori, 2002: 172-173).
5. Kontekstual
Kontekstual merupakan ciri tambahan dalam pembuatan media
pembelajaran berbasis metode Montessori. Liliard (2005: 32) mengemukakan
bahwa dalam prinsip pendidikan Montessori, belajar hendaknya disesuaikan
dengan konteks. Kontekstual yang dimaksud adalah pembelajarannya disesuaikan
dengan keadaan yang ada di lingkungan sekitar anak. Material yang dibuat pun
juga dengan menggunakan bahan-bahan di lingkungan sekitar yang sudah dikenal
dan mudah ditemui oleh anak.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti mengembangkan media pembelajaran
dengan memperhatikan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode
Montessori. Media pembelajaran dikembangkan dengan memberikan warna yang
menarik dan bergradasi yaitu gradasi dari warna merah tua sampai merah muda.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar lebih bersifat kontekstual yaitu
dengan menggunakan warna yang menyerupai warna asli dari organ pencernaan
sehingga tidak menimbulkan pemahaman konsep warna yang salah pada anak.
Gradasi tersebut juga dapat dilihat dari bentuk media pembelajaran yang
mempunyai tekstur dan berbentuk tiga dimensi. Selain itu, media pembelajaran
tersebut juga memiliki auto-education yang membuat siswa dapat belajar secara
mandiri dan auto-correction sehingga siswa dapat mengetahui kesalahannya
23 berupa kartu gambar organ pencernaan, kartu nama organ pencernaan, dan kartu
fungsi organ pencernaan. Siswa dapat belajar secara mandiri dengan cara
memasangkan kartu-kartu tersebut sesuai dengan pasangannya. Selain itu, kartu
control of error yang memuat penjelasan singkat mengenai masing-masing organ
pencernaan juga memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. Selanjutnya,
ciri auto-correction dapat ditunjukkan dengan adanya kartu control of error yang
berisi mengenai gambar, nama, fungsi, dan penjelasan singkat mengenai
masing-masing organ pencernaan pada manusia. Kartu control of error digunakan untuk
memeriksa kebenaran antara kartu gambar, nama, dan fungsi organ pencernaan
yang dipasangkan. Pembuatan media pembelajaran tersebut juga menambahkan
ciri kontekstual yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan
sekitar, misalnya kayu dan kertas.
2.1.3.2 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Media pembelajaran berbasis metode Montessori merupakan media
pembelajaran yang berbeda dengan media lainnya karena mempunyai kelima ciri
khusus yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction dan
kontekstual. Gutek (2013: 240) mengemukakan bahwa ada beberapa keunggulan
media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu: 1) bahan pembelajaran
dari Montessori memungkinkan terjadinya pembelajaran sendiri sehingga dapat
melatih anak untuk belajar secara mandiri, 2) material yang digunakan dalam
pembelajaran Montessori dapat menghasilkan sebuah pendidikan indra, 3)
menyajikan benda-benda yang dapat menarik perhatian spontan dari anak, dan 4)
mengandung gradasi rangsangan-rangsangan yang rasional. Gutek (2013: 236)
24 setiap kesalahan yang akan membuat anak berproses dan fokus untuk
memperbaiki kesalahannya dan melakukan perbaikan dengan berbagai cara.
Berdasarkan paparan di atas, pendidikan indra merupakan suatu hal yang
penting dalam pembelajaran Montessori. Hal ini juga dikemukakan oleh Arsyad
(2014: 11) yang mengatakan bahwa agar proses belajar mengajar dapat berhasil
dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat indranya
karena semakin banyak alat indra yang digunakan untuk menerima dan mengolah
informasi, semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat
dipertahankan dalam ingatan.
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Subbab ini membahas mengenai hakikat IPA, pembelajaran IPA di sekolah
dasar, dan materi organ pencernaan manusia.
2.1.4.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan kata-kata dalam
bahasa Inggris yaitu “natural science”. Natural artinya berhubungan atau
bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi,
IPA atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2011: 3).
Banyak definisi tentang IPA akan tetapi dalam mendefinisikannya tidaklah mudah
karena pengertian IPA sering kurang dapat digambarkan secara lengkap. H.W
Fowler (dalam Trianto, 2012: 136) mengemukakan bahwa IPA adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan
25 (2011: 3) berpendapat bahwa IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun secara sistematis dan didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan
yang dilakukan manusia. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wahyana (dalam
Trianto, 2012: 136) yang mendefinisikan IPA sebagai suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya terbatas
pada gejala-gejala alam, perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya
kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan
pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang berhubungan dengan
gejala-gejala alam, perkembangannya ditandai oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah serta didasarkan pada hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan
manusia.
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat
langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian
hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan
konsep. Selain itu, dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan
proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud
sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2012: 141).
IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan
lakukan dan sudah membentuk konsep yang sudah dikaji sebagai kegiatan empiris
dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta, prinsip,
26 IPA sebagai proses, adalah untuk menggali dan memahami pengetahuan
tentang alam. Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan keterampilan
proses IPA. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh
para ilmuwan, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasikan dan
menyimpulkan (Susanto, 2013: 168-169).
IPA sebagai sikap, sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran
IPA. Menurut Sulistyorini (dalam Susanto, 2013: 169) ada sembilan aspek yang
dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA yaitu: sikap ingin tahu,
ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak putus asa, tidak
berprasangka, mawas diri, bertanggungjawab, berpikir bebas dan kedisplinan diri.
Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam
pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi dan kegiatan
proyek di lapangan.
Berdasarkan uraian hakikat IPA di atas, dapat diketahui bahwa
pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip dan proses
yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep IPA. Oleh karena
itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana
dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Pembelajaran IPA harus
memberikan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan
sederhana (Susanto, 2013: 170-171). Hal serupa juga dikemukakan oleh Trianto
(2010: 143) bahwa pembelajaran IPA hendaknya disampaikan dengan
menekankan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses belajar yang aktif.
Selain itu, pembelajaran IPA di kelas sebaiknya tidak hanya sekedar membaca
27 harus memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih
keterampilan-keterampilan proses IPA.
2.1.4.2 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto, 2013:
165). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena
belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan
fisika (Susanto, 2013: 171). Menurut Marjono (dalam Susanto, 2013: 167), hal
yang harus diutamakan untuk anak jenjang sekolah dasar adalah bagaimana
mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu
masalah. Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan IPA, maka siswa sekolah
dasar harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam sehingga dapat mengetahui
gejala-gejala yang terjadi di alam (Susanto, 2013: 170). Adapun tujuan
pembelajaran IPA di sekolah dasar menurut BSNP (2006: 162) adalah sebagai
berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
28 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/Mts.
Mata pelajaran IPA yang diajarkan di SD memiliki empat ruang lingkup.
Ruang lingkup tersebut meliputi 1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu
manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan,
2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas, 3)
energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana, 4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata
surya, dan benda-benda langit lainnya (BSNP, 2006: 152). Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil ruang lingkup yang pertama yaitu makhluk hidup dan proses
kehidupan, khususnya pada materi organ pencernaan manusia untuk kelas V SD
yang diajarkan pada semester 1.
2.1.4.3 Materi Organ Pencernaan Manusia
Organ pencernaan manusia berarti bagian-bagian tubuh yang bertugas
memecah makanan di dalam tubuh kita. Karbohidrat diubah menjadi zat gula
(glukosa), protein diubah menjadi pepton atau asam amino, serta lemak menjadi
asam lemak dan gliserol. Organ-organ pencernaan pada manusia terdiri dari
29 (Sumber: Sulistyanto & Wiyono, 2008: 12)
Gambar 2.1 Organ Pencernaan pada Manusia
1. Mulut
Pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam rongga mulut. Di
dalam rongga mulut terdapat gigi, lidah, dan air liur. Pada rongga mulut terjadi
proses pencernaan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis makanan
dikunyah dan dihancurkan oleh gigi dengan bantuan lidah. Secara kimiawi
makanan tercampur dengan air liur yang mengandung enzim amilase (ptyalin).
Enzim ini dihasilkan kelenjar air liur dan berfungsi untuk mengubah karbohidrat
atau zat tepung menjadi zat gula (Yousnelly, Oky, & Zuneldi, 2010: 10).