• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan media pembelajaran IPA SD materi panca indera berbasis metode Montessori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan media pembelajaran IPA SD materi panca indera berbasis metode Montessori"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN

MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI

PANCA INDERA BERBASIS METODE MONTESSORI

Naskah Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Achichi Ola Adillita

131134130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

I believe in being strong when everything seems to be going wrong.

(Audrey Hepburn)

Be yourself , everyone else is taken.

(5)

v Halaman Persembahan

Skripsi ini saya persembahakan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberi kemudahan dan

kelancaran.

2. Kedua orang tuaku bapak David dan ibu Lilis .

3. Adikku Dila dan Noel.

4. Irwan yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

5. Sahabat-sahabatku Vera, Achun, Vero, Nindi, Cicil, Lola, Listy yang

selalu memberikan semangat dan menemani di setiap keadaan.

6. PGSD Universitas Sanata Dharma sebagai tempat menuntut ilmu.

7. SDN V Gunungan.

dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan tugas akhir yang tidak bisa penulis

(6)

vi

(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI PANCA INDERA BERBASIS METODE MONTESSORI

Achichi Ola Adillita Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah siswa yang sulit memahami materi IPA yang diberikan oleh guru. Penggunaan media pembelajaran dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran panca indera berbasis Montessori, dan mengetahui kualitas media pembelajaran IPA materi panca indera berbasis Montessori.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Subjek penelitian adalah 5 siswa kelas I SD N V Gunungan tahun pelajaran 2016/2017. Objek peneliitian ini adalah media pembelajaran IPA materi panca indera berbasis Montessori. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner, dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pengembangan media pembelajaran pembelajaran IPA materi panca indera berbasis Montessori dimodifikasi menjadi lima tahapan yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, desain awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Validasi produk menunjukkan skor yang sangat baik yaitu 3,84. Uji coba terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh pada saat postets lebih tinggi daripada nilai yang diperoleh pada saat pretest dengan selisih sebesar 22. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran IPA materi panca indera berbasis Montessori memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi panca indera.

(9)

ix

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING MEDIA OF ELEMENTARY SCHOOL ON FIVE SENSE MATERIALS BASED ON MONTESSORI

METHOD development of instructional media procedures sensory-based Montessori, and knowing the quality of science teaching media sensory-based Montessori materials.

The methodology of this research is R and D (Research and development). The subjects of this research are five students in grade in SD N V Gunungan year 2016/2017. The object of this research is a learning media of Five Sense based of Montessori method. The research instrument used in this research is the guidelines for observation, interview, questionnaire, and test. The data analysis techniques used in this research are qualitative and quantitative analysis.

The results of the research showed that the development of Five Sense learning media used five steps procedure. The first step is the potential and problems, the preparation of plans, the initial product design, product validation, and limited field trial. Validation of the product showed 3.84, it is a very good score. Limited testing indicates that the posttest’s value higher than the values during the pretest with a difference of 22. Therefore it could be concluded that the material science learning media sensory-based Montessori method had a very good quality and can help students understanding the material on five senses.

(10)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala berkat dan karunia-nya yang

begitu melimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD M ATERI PANCA

INDERA BERBASIS METODE MONTESSORI”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

program studi PGSD Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

bantuan dari berbagai pihak, karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan semangat, arahan dan sumbangan pikiran yang peneliti

butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan semangat, arahan dan sumbangan pikiran yang

peneliti butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu Dosen serta karyawan Universitas Sanata Dharma yang

telah memberikan ilmu kepada peneliti.

7. Kepala sekolah SD N V Gunungan yang telah memberikan izin kepada

peneliti dalam melaksanakan penelitian.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... viii

2.1.2 Pengertian Media Pembelajaran ... 17

2.1.3 Fungsi Media pembelajaran ... 17

2.1.5 Media Pembelajaran Montessori ... 18

2.1.6 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 21

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 25

(12)

xii

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Setting Penelitian ... 31

3.2.1 Objek Penelitian ... 31

3.2.2 Subjek Penelitian ... 32

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 32

3.2.4 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Rancangan Penelitian ... 33

3.4 Prosedur Penelitian ... 39

3.4.1 Potensi dan masalah ... 41

3.4.2 Perencanaan ... 42

3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk...44

3.4.4 Validasi Produk...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Hasil... 67

4.1.1 Potensi dan Masalah...66

4.1.2 Penyusunan Rencana ... 89

(13)

xiii

4.1.4 Validasi Produk...102

4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas...110

4.2 Pembahasan ... 116

BAB V PENUTUP... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 122

5.3 Saran ... 122

(14)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Desain media pembelajaran The Pentagon Of Five Sense. ... 9

Gambar 1. 2 Pentagon Puzzle ... 9

Gambar 1. 3 3D Card of Five sense ... 10

Gambar 1. 4 Rectangle Box ... 11

Gambar 1. 5 Puzzle Places ... 11

Gambar 1.6 Tempat Penyimpanan Pentagon Puzzle....12

Gambar 1.7 Tempat Penyimpanan 3D Card...13

Gambar 4. 1 Rectangle box ... 102

Gambar 4. 2 PentagonPuzzle ... 103

Gambar 4. 3 3D CardofFive sense ... 103

Gambar 4. 4 Hasil Validasi Instrumen ... 99

Gambar 4. 5 Hasil Reabilitas Instrumen ... 100

Grafik 4.1 Perbandingan pretest dan posttest...112

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi observasi ... 51

Tabel 3. 2 Garis besar wawancara dengan kepala sekolah. ... 52

Tabel 3. 3 Garis besar wawancara dengan guru kelas I…...51

Tabel 3. 4 Garis besar wawancara dengan siswa kelas I... 53

Tabel 3. 5 Kisi-kisi kuesioner Analisis Kebutuhan untuk siswa dan guru kelas I. 54 Tabel 3. 6 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Berdasarkan Hasil Validasi Ahli. ... 55

Tabel 3. 8 Kisi-kisi soal... 59

Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validasi Isi Instrumen Test. ... 59

Tabel 3.10 Skala dan Kriteria Pedoman Wawancara...61

Tabel 3.11 Skala dan Kriteria pada pedoman uji validitas isi...61

Tabel 3.12 Skala dan Kriteria pada pedoman uji validitas konstruk...62

Tabel 3.13 Skala dan Kriteria pedoman uji keterbacaan tes...62

Tabel 3.14 Skala dan kriteria pada pedoman penilaian validasi produk oleh ahli...62

Tabel 3.15 Skala dan kriteria pada pedoman penilaian kuesioner tanggapan...63

Tabel 3. 16 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen...65

Tabel 3. 17 Jadwal penelitian...664

Tabel 4. 1 Hasil validasi Instrumen Observasi... .68

Tabel 4. 2 Hasil Observasi di kelas ... 68

Tabel 4. 3 Hasil validasi instrumen pedoman wawancara. ... 70

Tabel 4. 4 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah. ... 72

Tabel 4. 5 Hasil Wawancara terhadap Guru. ... 73

Tabel 4. 6 Hasil wawancara dengan siswa ... 74

Tabel 4. 7 Hasil Validasi instrumen analisis kebutuhan guru ... 77

Tabel 4. 8 Validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 78

Tabel 4. 9 Hasil validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru. ... 79

Tabel 4. 10 Hasil validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. ... 79

(16)

xvi

Tabel 4. 12 Hasil rekapitulasi validasi kuesioner... 80

Tabel 4. 13 Hasil validitas uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa ... 81

Tabel 4. 14 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru ... 82

Tabel 4. 15 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru... 84

Tabel 4. 16 Rekapitulasi Jawaban Analisis Kebutuhan untuk Siswa... 87

Tabel 4. 17 Rekapitulasi Deskripsi jawaban siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 89

Tabel 4. 18 Hasil Validasi Isi Instrumen Test oleh Guru SD Penelitian. ... 95

Tabel 4. 19 Rekapitulasi komentar hasil validasi isi instrumen tes oleh guru SD setara... 95

Tabel 4. 20 Hasil validitas isi instrumen tes... 95

Tabel 4. 21 Hasil validitas konstruk instrumen tes ... 96

Tabel 4. 22 Rekapitulasi Validasi Isi Instrumen test... 96

Tabel 4. 23 Hasil Penilaian Uji Keterbacaan Instrumen Tes Oleh Siswa ... 97

Tabel 4. 24 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes ... 99

Tabel 4. 25 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Guru ... 105

Tabel 4. 26 Skor Uji Validasi Kuesioner Validasi Produk untuk Siswa... 106

Tabel 4. 27 Uji validasi kuesioner validasi produk untuk guru. ... 107

Tabel 4. 28 Hasil penilaian uji validasi kuesioner kelayakan produk ... 107

Tabel 4. 29 Hasil Validasi Produk Media pembelajaran oleh Ahli Pembelajaran IPA ... 109

Tabel 4. 30 Rekapitulasi Komentar dari ahli IPA ... 109

Tabel 4. 31 Hasil Validasi Produk Media pembelajaran oleh Ahli IPA ... 110

Tabel 4. 32 Validasi produk media pembelajaran oleh guru... 110

Tabel 4. 33 Hasil Valdiasi Album oleh Ahli IPA. ... 111

Tabel 4. 34 Hasil Validasi Album oleh Ahli Montessori. ... 111

Tabel 4. 35 Perbandingan Pretest dan posttest ... 113

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Penelitian yang relevan... 26

Bagan 3.1 Model penelitian dan pengembangan Borg & Gall... 32

Bagan 3.2 Model pengembangan Sugiyono... 35

Bagan 3.3 Prosedur yang digunakan dalam penelitian... 38

Bagan 3.4 Prosedur Penelitian... 39

Bagan 4.1 Triangulasi hasil wawancara terhadap narasumber... 73

(18)

xviii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah

Lampiran 1.1 Lembar hasil validasi pedoman observasi... 124

Lampiran 1.2 Lembar hasil observasi Pembelajaran IPA…... 125

Lampiran 1.3 Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli... 126

Lampiran 1.4 Transkip wawancara dengan Kepala Sekolah... 129

Lampiran 1.5 Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli... 132

Lampiran 1.6 Transkip wawancara dengan guru... 136

Lampiran 1.7 Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli... 141

Lampiran 1.8 Transkip wawancara dengan siswa... 143

Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan Lampiran 2.1 Lembar hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru... 147

Lampiran 2.2 Lembar hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa... 151

Lampiran 2.3 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan guru... 156

Lampiran 2.4 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan siswa... 160

Lampiran 2.5 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru.... 165

Lampiran 2.6 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan siswa... 168

Lampiran 3 Instrumen Tes Lampiran 4.1 Lembar hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli... 187

Lampiran 4.2 Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa... 188 Lampiran 4.3 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa... 189

Lampiran 4.4 Lembar hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli.. 192 Lampiran 4.5 Lembar hasil validasi album penggunaan media

pembelajaran oleh ahli... 198

(19)

xix

pembelajaran oleh siswa... 199

Lampiran 5 Surat Penelitian Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian... 200

Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian... 201

Lampiran 6 Dokumentasi... 202

(20)

1

(1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian,

faham yang benar atau mendalam (Surjani, 2010).

Adapun sistem pengetahuan alam ini dibangun dengan kesadaran

kognisi yang meliputi semua kegiatan pengamatan dan analisis serta

ditambah dengan serangkaian kegiatan percobaan di laboratorium untuk

memperkuat pemahaman yang lebih komprehensif. Selanjutnya makna sains

atau ilmu alam mengalami perluasan yaitu dalam perkembangannya ilmu

pengetahuan alam digunakan merujuk ke pengetahuan mengenai alam dan

mempunyai objek-objek alam. Alam merupakan alam material yang dapat

diberi perlakuan dan diamati sebab serta akibatnya. Ilmu alam sifatnya lebih

pasti karena gejala yang diamati relatif nyata dan terukur. Karenanya ilmu

pengetahuan alam disebut ilmu pasti atau eksata (Surjani, 2010).

IPA diartikan sebagai usaha manusia dalam memahami alam

semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran serta menggunakan

prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga memperoleh

kesimpulan. Pada pengertian IPA tersebut jelas dikatakan bahwa

pembelajaran IPA bukanlah semata-mata menghapal informasi atau

(21)

2

diperoleh dan dapat menghubungkan pada kehidupan sehari- hari

merupakan pengertian IPA yang sebenarnya (Susanto, 2013:166).

Berdasarkan teori dari para ahli yang telah disebutkan diatas,

pengamatan merupakan suatu elemen penting dalam pembelajaran IPA,

dalam artian lain, pembelajaran IPA tidak bisa lepas dari proses

pengamatan, serta analisis, oleh karena itu ilmu pengetahuan alam harus

diajarkan dengan cara yang tepat dan menarik serta memberikan

kesempatan berpikir kritis bagi siswa SD. Pembelajaran IPA harus diajarkan

dengan "menemukan sendiri" melalui pengamatan atau percobaan. Bila IPA

di sekolah dasar diajarkan melalui pengamatan dan percobaan yang

dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidak akan menjadi mata pelajaran

yang bersifat hafalan saja, sehingga materi yang abstrak dapat lebih mudah

untuk dimengerti oleh siswa.

Mengenal anggota tubuh manusia dan fungsinya merupakan salah

satu materi dalam pembelajaran IPA kelas I SD. Berdasarkan observasi

yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 sampai 4 November 2016,

siswa masih sulit memahami materi bagian tubuh manusia yaitu alat indera,

saat diminta menyebutkan panca indera, siswa masih mengalami kesulitan,

beberapa siswa menyebutkan mulut dan bibir sebagai bagian dari panca

indera manusia, padahal keduanya bukan merupakan bagian dari panca

indera manusia. Dalam pembelajaran IPA tersebut peneliti tidak

menemukan penggunaan media pembelajaran, guru menerangkan hanya

dengan teori dan memberikan soal-soal latihan. Peneliti melakukan

(22)

3

November 2016, pada saat melakukan wawancara dengan guru kelas 1,

guru tersebut mengatakan bahwa sebenarnya siswa sangat membutuhkan

media pembelajaran IPA karena materi IPA bersifat abstrak dan sulit

dibayangkan oleh siswa kelas I, guru juga mengatakan jika guru meminta

siswa melakukan pengamatan terhadap anggota tubuh secara langsung

dengan cara berpasangan, siswa cenderung saling mengolok-olok dan tidak

tertarik. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa yang

pertama tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan media pembelajaran,

setelah peneliti menunjukkan sebuah gambaran, siswa tersebut baru

mengerti, siswa kedua yang di wawancara mengatakan bahwa akan sangat

menyenangkan jika dapat menggunakan media pembelajaran dalam

kegiatan belajar di kelas, siswa tersebut juga mengatakan bahwa cara guru

menyampaikan materi di kelas caranya hampir sama setiap harinya,

sehingga siswa kurang tertarik dan justru asyik melakukan hal lain seperti

berbincang dengan teman ketika guru sedang menjelaskan atau menulis di

papan tulis. Setelah melakukan observasi dan wawancara, peneliti juga

menyebarkan kuesioner analisis kebutuhan pada sejumlah siswa dan guru,

data yang diperoleh dari kuesioner menyebutkan bahwa tidak terdapat

media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas, serta

guru dan siswa kelas I membutuhkan media pembelajaran IPA yang

menarik, hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada

guru dan siswa kelas I.

Proses pembelajaran IPA yang terjadi di kelas I SD N V Gunungan

(23)

4

dibangun dengan kesadaran kognisi seperti teori yang telah disebutkan

diatas. Dengan hanya mendengarkan penjelasan dari guru di kelas tentu saja

siswa kelas I tersebut belum melakukan kegiatan atau usaha memperoleh

pengetahuan atau mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.

Media pembelajaran konkret dapat membantu siswa memahami

materi IPA yang abstrak. Piaget memaparkan pendapatnya tentang teori

perkembangan kognitf. Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam

4 tahap yaitu (1) sensorimotorik, (2) pra-operasional, (3) operasional

konkret, dan (4) operasional formal. Perkembangan anak usia SD kelas I

umumnya terjadi pada fase kedua yaitu pra operasional (berusia 2-7 tahun).

Selain itu, siswa SD pun juga termasuk pada tahap operasional konkret (usia

7-11 tahun). Salah satu ciri pada tahap ini adalah anak menggunakan logika

berpikir dengan menggunakan benda konkret dan belum dapat

menggunakan logika berpikir abstrak (Prastisi, 2008).

Dengan praktik penggunaan media pembelajaran konkret, anak dapat

mengalami langsung proses pembelajaran, sehingga akan lebih mudah bagi

anak untuk menyatakan atau menjelaskannya kembali.

Metode Montessori adalah metode yang bersandar pada prinsipnya

bahwa pendidikan seorang anak harus muncul dari dan bertepatan dengan

tahap-tahap perkembangan anak itu sendiri. Maria Montessori meyakini

bahwa anak-anak mengalami kemajuan melalui serangkaian tahap

perkembangan, masing-masing tahap memerlukan jenis pembelajaran yang

(24)

5

Dengan berlandaskan teori dari Gutek tersebut, peneliti merasa bahwa

media pembelajaran IPA berbasis Montessori adalah sebuah solusi yang

tepat dari masalah yang telah ditemukan di lapangan, dimana ketika

pembelajaran IPA di SD Negeri V Gunungan, para siswa masih riuh dan

asyik melakukan aktifitasnya sendiri-sendiri, kondisi siswa kelas 1 SD

Negeri V Gunungan sebagian besar masih dalam masa transisi dari jenjang

taman kanak-kanak ke sekolah dasar, oleh sebab itu, suasana kelas

seringkali tidak kondusif karena anak mudah merasa bosan.

Media Pembelajaran menjadi salah satu hal yang penting dalam

penerapan metode Montessori. Berdasarkan observasi dan eksperimen yang

dilakukan oleh Maria Montessori menunjukkan bahwa penggunaan berbagai

material atau media pembelajaran yang diberikan pada anak mampu

mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan kreatif.

Montessori percaya bahwa kemampuan dasar dalam ilmu pengetahuan

dapat dipahami anak-anak Sekolah Dasar dengan mudah jika mereka

diperlihatkan alat-media pembelajaran yang nyata untuk membantu mereka

melakukan imajinasi (Lillard, 1997:80).

Montessori menekankan pentingnya penggunaan media pembelajaran

atau benda-benda konkret yang membantu siswa selama proses belajar.

Media pembelajaran menjadi bagian yang penting dalam lingkungan belajar

bagi siswa. Media pembelajaran yang ada di lingkungan Montessori

memiliki 4 ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan

auto-education (Montessori, 2002:171-174). Berkaitan dengan hal tersebut,

(25)

6

agar media pembelajaran yang digunakan dapat sesuai dengan lingkungan

siswa di Indonesia. Kontekstual berarti sesuai dengan konteks atau pola

hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010:34).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, kuesioner, serta teori dari

beberapa ahli, peneliti merasa bahwa menerapkan metode Montessori dalam

mendesain media pembelajaran IPA adalah sebuah ide yang menarik,

karena 5 karakteristik media pembelajaran Montessori yang menarik,

auto-education, bergradasi, auto-correction, dan kontekstual dirasa bisa

menjawab segala permasalahan yang terjadi di lapangan. Karakteristik

Montessori yang menarik serta bergradasi dapat menarik antusias serta

ketertarikan anak dalam belajar, dengan menggunakan media dalam

pembelajaran juga sudah sesuai dengan hakikat IPA yaitu kognisi dimana

anak dapat memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui

pengalaman sendiri. Selain itu, media pembelajaran IPA berbasis

Montessori belum pernah dikembangkan sebelumnya, sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian serta membuat desain yang sesuai

dengan 5 karakteristik Montessori yang telah disebutkan di atas.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur dalam mengembangkan media pembelajaran IPA

dengan metode Montessori yang sesuai dengan ciri-ciri Montessori untuk

siswa kelas I?

1.2.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran berbasis Montessori berupa The

(26)

7 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1 Mendeskripsikan prosedur dalam mengembangkan media pembelajaran

IPA dengan metode Montessori yang sesuai dengan ciri-ciri Montessori

untuk siswa kelas I.

1.3.2 Mengetahui kualitas media pembelajaran berbasis Montessori berupa The

Pentagon of five sense dalam pembelajaran IPA kelas I dengan materi

pembelajaran panca Indera.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1.3.3 Bagi Peneliti

a. Penelitian ini membuka wawasan mahasiswa bahwa adanya media

pembelajaran pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami

materi.

b. Penelitian ini memberikan pemikiran baru kepada mahasiswa akan

pentingnya pengembangan media pembelajaran pembelajaran SD yang

inovatif sehingga dapat membantu kelangsungan proses pembelajaran.

c. Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa

tentang pengembangan media pembelajaran pembelajaran SD untuk

materi panca indera manusia berbasis metode Montessori.

1.3.4 Bagi Guru

a. Guru dapat memiliki pemahaman akan pentingnya media pembelajaran

pembelajaran inovatif yang lain untuk mengatasi berbagai kesulitan yang

(27)

8 b. Guru dapat memiliki pengalaman tentang cara mengembangkan media

pembelajaran pembelajaran IPA SD yang inovatif berbasis metode

Montessori yang memanfaatkan potensi lokal atau sumber daya yang ada

di lingkungan sekitar.

c. Guru dapat mengembangkan sendiri berbagai media pembelajaran yang

lain dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis metode

Montessori.

1.3.5 Bagi siswa

a. Siswa memperoleh pengalaman langsung menggunakan media

pembelajaran yang menarik agar lebih fokus dalam pembelajaran.

b. Siswa memiliki pengalamanan langsung terhadap pembelajaran IPA

yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan adanya penggunakan

media pembelajaran IPA berbasis Montesssori.

1.5 Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah

sebuah alat dari kayu bernama “The Pentagon of Five sense” yaitu media

pembelajaran panca indera manusia yang salah satu bagiannya berupa

sebuah bangun ruang segilima yang masing-masing sisinya terdiri dari

bagian panca indera manusia yaitu mata, hidung, telinga, mulut, dan kulit.

Perangkat media tersebut terdiri dari 4 bagian yaitu pentagon puzzle,

(28)

9

Gambar 1. 1 Desain media pembelajaran The Pentagon Of Five Sense.

1.3.6 PentagonPuzzle

Puzzle ini terdiri dari 15 buah prisma segitiga berwarna-warni.

Gambar 1. 2 Pentagon Puzzle

Dalam puzzle ini, setiap prisma segitiga memiliki 15 gambar yang

berbeda dimana dalam masing masing prisma segitiga akan menampilkan

gambar yang berkaitan dengan fungsi panca indera manusia, seperti

gambar ikan yang berbau amis, sampah yang berbau busuk,

gambar-gambar tersebut berkaitan dengan fungsi panca indera manusia yaitu

hidung. Prisma segitiga tersebut juga memiliki gradasi warna, dalam setiap

susunannya, dalam setiap susunan terdiri dari 3 buah prisma segitiga,

kedua warna yang terletak di bagian atas dan bawah merupakan warna

yang dapat dicampurkan kemudian menghasilkan warna di tengah,

(29)

10

bawah merupakan warna kuning, maka percampuran dari kedua warna

tersebut akan menghasilkan warna merah, warna merah tersebut diberikan

simbol “t” kecil agar tetap di letakkan di tengah, karena warna di tengah

berfungsi sebagai kunci jawaban, warna prisma segitiga di tengah akan

sama dengan warna latar belakang panca indera yang ada di 3D card of

five sense.

1.3.7 3D Card of Five sense

Komponen serlanjutnya adalah 3D card of five sense, seperti

namanya, kartu 3D berbentuk persegi panjang ini memiliki sebuah

komponen 3D, dimana digambarkan alat indera manusia dalam bentuk 3D

sehingga siswa dapat merabanya. 3D card of five sense terdiri dari 5 kartu

yang terdiri dari kartu mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Kartu kartu

tersebut memiliki latar belakang warna yang sama dengan prisma segitiga

yang terdapat pada komponen pentagon puzzle yang memiliki kode “t”

atau susunannya terletak di tengah, selain sebagai sarana penyampaian

materi, media ini dapat berfungsi sebagai kartu soal yang berhubungan

dengan fungsi panca indera. komponen ini memiliki pengait magnet

sehingga dapat di letakkan di dalam rectangle box.

(30)

11

1.3.8 Rectangle Box

Sesuai dengan namanya, komponen ini berbentuk balok yang

berfungsi sebagai wadah untuk pentagon puzzle dan 3D card of five sense.

Komponen ini dapat dibuka tutup sehingga praktis untuk dibawa.

Gambar 1. 4 Rectangle Box

1.3.9 Pentagonpuzzle places.

Komponen yang terakhir adalah pentagon puzzle places.

Komponen ini berfungsi sebagai tempat atau wadah bagi prisma segitiga,

sehingga ketika prisma segitiga tersebut seluruhnya di letakkan di

pentagonpuzzle places, dapat membentuk suatu bangun ruang segilima.

(31)

12

1.3.10 Kotak penyimpanan

Terdapat dua buah kotak penyimpanan yaitu kotak penyimpanan

untuk pentagon puzzle dan kotak penyimpanan untuk 3D card. Kotak

penyimpanan untuk pentagon puzzle berbentuk kubus, dan kotak

penyimpanan 3D card berbentuk balok

Gambar 1.6 Kotak penyimpanan pentagon pentagon puzzle

Gambar 1.7 Kotak penyimpanan pentagon 3D card

1.4 Definisi Operasional

1.4.1 Perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik

maupun psikis yang terjadi secara sistematis, progresif, dan

berkesinambungan

1.4.2 Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan atau suatu hal dari pengirim ke penerima sehingga

(32)

13

1.4.3 Media pembelajaran Montessori adalah media pembelajaran yang

memiliki ciri bergradasi, menarik, auto-education, auto-correction, dan

kontekstual.

1.4.4 Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu wajib dan sangat penting

sehingga perlu diajarkan di sekolah dasar dan harus dibangun dengan

kesadaran kognisi.

1.4.5 Panca indera adalah alat-alat tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan

luar, alat indera manusia sering disebut panca indera karena terdiri dari 5

(33)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II akan membahas empat bagian, yaitu kajian pustaka, penelitian

yang relevan, kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Pada sub bab kajian pustaka ini memuat perkembangan anak,

media pembelajaran,media pembelajaran Montessori, fungsi media

pembelajaran dan pembelajaran IPA.

2.1.1 Perkembangan Anak

Perkembangan anak merupakan proses pematangan dan perubahan

hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah

proses perubahan dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang terjadi

secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan (Soemantri, 2007:3).

Piaget (dalam Suparno, 2001) memaparkan pendapatnya tentang

teori perkembangan kognitf. Piaget membagi perkembangan kognitif anak

dalam 4 tahap yaitu sensori motorik, pra-operasional, operasional konkret,

dan operasional formal. Berikut merupakan 4 tahap perkembangan kognitif

anak menurut piaget.

1) Tahap perkembangan sensori motorik, terjadi pada saat bayi berusia dua

tahun. Selama tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan

inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, menjamah,

mendengar, membau, dan sebagainya. Selain itu, pada tahap ini anak belajar

(34)

15

tahap ini pula, konsep anak mengenai kausalitas (sebab akibat) juga mulai

berkembang terlebih berkaitan dengan konsep ruang dan waktu. Beberapa

perkembangan mengenai benda, ruang, waktu, dan kausalitas membantu

anak membangun pengetahuan tentang lingkungannya (Suparno,

2001:26-27). Oleh karena itu, tahap ini menjadi dasar bagi perkembangan tahapan

selanjutnya.

2) Tahapan perkembangan kognitif pra-operasional. Tahapan ini terjadi

pada umur 2-7 tahun. Periode ini merupakan periode peralihan dari periode

sensorimotorik. Pada akhir periode sensorimotorik, anak mengembangkan

tindakan yang efisien dan terorganisasi dalam menghadapi lingkungan.

Selain itu, anak pun menggunakan kemampuan yang sudah diterima pada

periode sebelumnya walaupun sekarang berada pada periode

pra-operasional (Crain, 2007:182). Anak juga menggunakan simbol maupun

tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Berdasarkan cara

berpikir tersebut, anak mampu mengungkap dan membicarakan hal yang

sudah terjadi (Suparno, 2001:49). Oleh karena itu, perkembangan kognitif

anak semakin berkembang yang terorganisir dengan penggunaan simbol dan

bahasa dalam mengungkapkan objek maupun hal yang terjadi.

3) Tahap operasional konkret. Terjadi pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini,

anak sudah mulai mengembangkan pemikiran yang didasarkan pada aturan

dan operasi yang logis. Anak-anak mulai berpikir logis untuk menggantikan

cara berpikir sebelumnya yang masih bersifat intuitif primitif, namun

(35)

16

4) Tahap operasi formal, merupakan tahap terakhir dalam tahap

perkembangan kognitif menurut Piaget. Tahap ini terjadi pada umur sekitar

sebelas atau dua belas tahun ke atas. Dalam tahap ini, anak dapat berpikir

logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposi dan

hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan tanpa mengamati terlebih

dahulu (Suparno, 2001:88). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa cara

berpikir abstrak mulai berkembang dan digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perkembangan

anak usia SD kelas I umumnya terjadi pada fase kedua yaitu pra operasional

(berusia 2-7 tahun). Serta dapat masuk pada tahap ketiga yaitu operasional

konkret Selain itu, anak berada pada intellectual period atau periode belajar

secara mendalam pada rentang usia ini. Periode ini menuntut anak untuk

belajar secara lebih dari pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.

Selain itu, siswa SD pun juga termasuk pada tahap operasional konkret (usia

7-11 tahun). Salah satu ciri pada tahap ini adalah anak menggunakan logika

berpikir dengan menggunakan benda konkret dan belum dapat

menggunakan logika berpikir abstrak.

Hal ini berarti siswa SD memerlukan bantuan berupa benda konkret

atau media pembelajaran dalam memahami materi yang abstrak. Oleh

karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan pengembangan tentang

media pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan siswa SD

karena media pembelajaran mampu membantu siswa memahami materi

(36)

17 2.1.2 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dipahami segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana

sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya

dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Rosyada, 2010:7).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan atau suatu hal dari pengirim ke penerima sehingga

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik (Sukiman,

2012:29). Media adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar

mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan

pembelajaran di sekolah pada khususnya (Arsyad, 2010:3).

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran ialah segala sesuatu yang digunakan dalam

proses belajar mengajar untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa

sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya

dapat melakukan proses belajar dengan lebih antusias, dan penuh perhatian

sehingga tercipta proses belajar yang efektif dan efisien.

2.1.3 Fungsi Media pembelajaran

Media pembelajaran memiliki fungsi untuk mempermudah

pemahaman siswa tentang materi pembelajaran. Materi yang sifatnya

abstrak, pada umumnya sukar dipahami oleh siswa tanpa bantuan media

pembelajaran. Melalui media pembelajaran, siswa dapat memahami materi

yang abstrak dengan melihat, meraba, dan menggunakan media

(37)

18 2.1.4 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran menurut Montessori merupakan kesatuan

bahan-bahan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anak secara

individu dan mendukung pengembangan kemampuannya (Hainstock,

1997:80). Selain itu, media pembelajaran yang dibuat oleh Montessori

ditujukan untuk membantu siswa dalam mencapai pengetahuan yang

abstrak dan mengembangkan cara berpikir yang kreatif dengan

memvisualisasikan simbol-simbol nyata (Lillard, 1996:80-81). Oleh

sebab itu, media pembelajaran selalu tersedia di kelas-kelas Montessori

untuk mendukung perkembangan siswa dalam aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, peneliti menarik

sebuah kesimpulan secara umum tentang pengertian media pembelajaran

Montessori. Media pembelajaran merupakan alat bantu untuk

memperagakan suatu materi dalam pembelajaran dengan mengaktifkan

panca indera siswa agar dapat menerima materi dari apa yang mereka amati

dan apa yang mereka dengar serta apa yang mereka baca agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Media Pembelajaran Montessori mempunyai empat ciri khusus

(Montessori, 2002:171-175) dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Hal

tersebut akan dipaparkan dalam uraian berikut.

1) Menarik

Media pembelajaran Montessori dirancang sangat menarik bagi siswa

agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Media pembelajaran dibuat

(38)

19

warnanya, media pembelajaran yang menarik dapat mengaktifkan

sensorial anak pada saat anak menyentuh, meraba media pembelajaran

menggunakan indera perabanya, serta mendengarkan bunyi yang

ditimbulkan oleh media pembelajaran menggunakan indera pendengarnya.

Melalui media pembelajaran tersebut anak pun dapat menemukan

media pembelajaran yang sama (Montessori, 2002:174). Gradasi warna

dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak warna yang memiliki

beberapa warna, misalnya warna biru tua hingga biru muda. Gradasi

ukuran tinggi ke rendah dapat diperkenalkan dengan menggunakan

media pembelajaran.

3) Auto-correction

Media pembelajaran Montessori mempunyai pengendali kesalahan pada

setiap media pembelajaran itu sendiri. Hal tersebut bertujuan agar anak

dapat mengetahui secara mandiri benar atau salah aktivitas yang

dilakukannya tanpa ada orang lain yang mengoreksi. Ciri tersebut dapat

digambarkan dari penggunaan media pembelajaran inkastri silinder. Inkastri

(39)

20

gemuk-kurus, tinggi kurus-gemuk pendek, dan tinggi gemuk-pendek kurus.

Pengendali kesalahan dari alat tersebut adalah lubang pada inkastri. Oleh

karena itu, anak dapat mengetahui benar/salah dari ketidaksesuaian inkastri

yang diletakkan pada masing- masing lubang (Montessori, 2002:171).

4) Auto-education

Media pembelajaran Montessori dirancang untuk menumbuhkan

kemandirian anak serta pengembangan kemampuan secara mandiri tanpa

ada campur tangan dari orang dewasa. Lingkungan belajar dirancang

sedemikan rupa agar tidak ada orang dewasa yang mengintervensi hal-hal

yang dilakukan anak. Hal tersebut dikarenakan setiap alat sudah mempunyai

pengendali kesalahan (Montessori, 2002:172-173).

5) Kontekstual

Peneliti menambahkan ciri kontekstual, yaitu agar media pembelajaran

yang digunakan sesuai dengan konteks atau pola hubungan di dalam

lingkungan langsung seseorang (Johnson, 2010:34).

(40)

21

kontrol pada pergerakan siswa, mengembangkan kemandirian,

kehendak, serta mengembangkan kebahasaannya (Lillard, 1996:80-85).

2.1.4.1Keunggulan Media pembelajaran Berbasis Metode Montessori

Media pembelajaran Montessori dapat melatih keterampilan anak dan

mendorong perkembangan anak secara intelektual (Hainstock, 1997:82).

Siswa mampu melihat, menggunakan, dan menemukan konsep dan berpikir

kreatif melalui media pembelajaran Montessori. Selain itu, media

pembelajaran Montessori memberi kontrol berupa auto-correction pada

siswa dalam menggunakannya, meningkatkan kemandirian, kehendak, serta

bahasanya (Lillard, 1996:80-85). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki

keunggulan yaitu dapat meningkatkan kemandirian anak dalam belajar

melalui 5 ciri khusus yang dimiliki media tersebut.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Pengetahuan Alam yang harus dibangun dengan kesadaran kognisi

(Surjani, 2010). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Kognisi memiliki arti

yaitu (1) proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, (2)

kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui

pengalaman sendiri. Dengan hanya mendengarkan penjelasan dari guru di

kelas tentu saja siswa dan siswi kelas I tersebut belum melakukan kegiatan

atau usaha memperoleh pengetahuan atau mengenali sesuatu melalui

pengalaman sendiri.

IPA harus di pandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam,

(41)

22

pengetahuan. IPA harus dipandang sebagai suatu cara berpikir dalam

pencarian tentang pengertian rahasia alam dan sebagai batang tubuh

pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry. Dapat disimpulkan pada

Hakikatnya IPA merupakan kumpulan pengetahuan atau IPA sebagai

produk ilmiah, dan cara untuk penyelidikan atau IPA sebagai proses ilmiah

(Collete and Chippetta, 1994).

Dari berbagai teori tersebut, peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam

praktiknya, pembelajaran IPA yang ideal harus dilakukan dengan prosedur

pengamatan terhadap objek-objek yang bersifat konkret dan mengenali

suatu objek melalui pengalaman sendiri.

2.1.7.1Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan

kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga

merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta

gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA

tidak hanya verbal tetapi juga faktual.

Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan

untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat

IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang

(42)

23

Keterampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi

ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur,

mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan

waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan

melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan

variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis

dan mensintesis data (Asyari, Muslichah, 2006: 22).

Keterampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi,

menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran

IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua

ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan

masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta,

konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru (Poedjiati, 2005:78).

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap

positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan

ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

(43)

24

dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP atau MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua

aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah

meliputi kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan

kreativitas, pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah.

2.1.7.2Materi Panca Indera manusia

Indera merupakan alat tubuh yang memiliki fungsi untuk mengetahui

keadaan di luar. Manusia memiliki lima indera, sehingga sering disebut

Panca Indera (Depdiknas, 2014). Kelima indera manusia tersebut yaitu:

1) Mata, berfungsi sebagai indera penglihatan, mata dapat melihat

lingkungan sekitarnya dalam bentuk gambar, sehingga mata dapat

mengenali benda benda disekitarnya dengan cepat. Mata dapat berfungsi

jika mendapatkan rangsangan berupa cahaya.

2) Hidung, berfungsi sebagai indera pembau, hidung dapat

mengidentifikasi suatu objek berdasarkan aroma yang ditimbulkan.

Hidung dapat membedakan macam-macam bau.

3) Kulit, Kulit merupakan indera peraba, dengan kulit kita dapat

membedakan kasar, halus, dingin, dan panas. Telinga

4) Telinga merupakan indera pendengaran. Dengan telinga kita bisa

(44)

25

5) Lidah merupakan indera perasa, lidah dapat merespon berbagai rasa

seperti asam, manis, pahit, dan sebagainya.

2.2 Penelitian yang Relevan

Wulandari (2016) mengembangkan media pembelajaran membaca dan

menulis permulaan berbasis Metode Montessori. Dalam Skrispisnya Peneliti

mengembangkan kotak huruf sebagai media pembelajaran membaca dan

menulis. Media pembelajaran yang dikembangkan memiliki kualitas sangat

baik dilihat dari perolehan skor validasi ahli. Perolehan skor rerata yang

didapatkan yaitu sebesar 3,82. Yaitu masuk dalam kategori sangat baik.

Terjadi kenaikan hasil pretest dan posttest yaitu sebesar 26.

Widyaningrum (2015) mengembangkan media pembelajaran

pembelajaran IPA materi panca indera manusia berbasis metode Montessori.

Media pembelajaran papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode

Montessori yang dikembangkan memiliki kualitas sangat baik dilihat dari

perolehan skor validasi ahli. Perolehan skor rerata yang didapatkan yaitu

sebesar 3,73. Yaitu masuk dalam kategori sangat baik.

Agustin (2015) mengembangkan media pembelajaran Sands Paper

Letters materi menulis tegak bersambung berbasis Montessori. Dalam

skripsinya penulis mengembangkan media pembelajaran sands paper letters

untuk materi menulis tegak bersambung bagi siswa kelas I. Diperoleh hasil

validasi ahli sebesar 3,64 yang tergolong sangat baik, terjadi kenaikan dari

skor posttest ke pretest setelah implementasi media pembelajaran tersebut.

Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut. Peneliti tidak menemukan

(45)

26

pelajaran IPA. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengembangkan Media

Pembelajaran IPA berbasis Montessori. Penelitian yang relevan dapat dilihat

dari literature map berikut ini.

Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Ilmu pengetahuan Alam merupakan Ilmu wajib dan sangat penting

sehingga perlu diajarkan di sekolah dasar. Pengamatan merupakan suatu

elemen penting dalam pembelajaran IPA, dalam artian lain, pembelajaran

IPA tidak bisa lepas dari proses pengamatan, serta analisis, oleh karena itu

Ilmu pengetahuan alam harus diajarkan dengan cara yang tepat dan menarik

serta memberikan kesempatan berpikir kritis bagi siswa SD. misalnya

pembelajaran IPA diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan

sendiri" dan pengamatan, salah satunya adalah pengamatan terhadap suatu

Wulandari (2016) IPA Materi Penjumlah

an dan

(46)

27

objek kemudian melakukan eksperimen dengan media pembelajaran yang

diberikan oleh guru. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang

dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidak akan menjadi mata pelajaran

dan terorganisasi dalam menghadapi lingkungan. Anak juga menggunakan

simbol maupun tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek

(Crain, 2007). Berdasarkan cara berpikir tersebut, anak mampu mengungkap

dan membicarakan hal yang sudah terjadi. Oleh karena itu, perkembangan

kognitif anak semakin berkembang yang terorganisir dengan penggunaan

simbol dan bahasa dalam mengungkapkan objek maupun hal yang terjadi.

Hal ini berarti siswa SD memerlukan bantuan berupa benda konkret

atau media pembelajaran dalam memahami, menyatakan atau menjelaskan

sebuah objek atau materi berdasarkan hal yang telah terjadi. Dengan praktik

penggunaan media pembelajaran, anak dapat mengalami langsung proses

pembelajaran, sehingga akan lebih mudah bagi anak untuk menyatakan atau

menjelaskannya kembali. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran IPA untuk

kelas I SD.

Media Pembelajaran menjadi salah satu hal yang penting dalam

(47)

28

dilakukan oleh Maria Montessori menunjukkan bahwa penggunaan berbagai

material atau media pembelajaran yang diberikan pada anak mampu

mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan kreatif.

Montessori percaya bahwa kemampuan dasar dalam ilmu pengetahuan

dapat dipahami anak-anak Sekolah Dasar dengan mudah jika mereka

diperlihatkan media pembelajaran yang nyata untuk membantu mereka

melakukan imajinasi.

Berdasarkan paparan diatas peneliti menyadari betul bahwa media

pembelajaran merupakan komponen penting dalam proses belajar siswa.

Untuk itu, peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media

pembelajaran Montessori dengan materi panca Indera untuk pelajaran IPA

siswa kelas I SD. Jika media pembelajaran Panca Indera berbasis

Montessori di implementasikan dalam proses pembelajaran IPA di SD,

siswa akan lebih mudah dalam memahami materi tentang Panca Indera.

2.4 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana prosedur dalam mengembangkan media pembelajaran IPA

materi panca indera berbasis Montessori?

2. Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA materi panca indera

berbasis Montessori menurut guru?

3. Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA materi panca indera

berbasis Montessori menurut ahli Montessori?

4. Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA materi panca indera

(48)

29

5. Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA materi panca indera

(49)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini yang merupakan metode penelitian akan membahas tentang

jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur pengembangan,

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

dan pengembangan atau Research and Development (RnD). Research and

Development (RnD) adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,

2010:407).

Menurut Borg and Gall (dalam Nusa Putra, 2015:84) R&D dalam

pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis industri dimana

temuan penelitian digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru

yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan, di evaluasi dan

disempurnakan sampai mereka memenuhi kriteria tertentu, yaitu efektifitas

dan berkualitas.

Penelitian dan Pengembangan atau Research and development

(R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan

suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang

dapat dipertanggung jawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk

benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu

pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak

(50)

31

di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan,

pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll (Sujadi,

2003:164).

Dari teori-teori tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian

pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan

penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan

produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

Sesuai dengan namanya, Research & Development dipahami sebagai

kegiatan penelitian yang dimulai dengan research dan diteruskan dengan

development. Kegiatan research dilakukan untuk mendapatkan informasi

tentang kebutuhan pengguna, sedangkan kegiatan development dilakukan

untuk menghasilkan perangkat pembelajaran.

3.2Setting Penelitian 3.2.1 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran IPA berbasis

metode Montessori berupa the pentagon of five sense. Media Pembelajaran

ini di rancang untuk membantu siswa kelas 1 semester ganjil untuk belajar

tentang panca Indera. The pentagon of five sense terbuat dari kayu yang

dibuat menjadi beberapa bentuk, seperti 3D I dan pentagonpuzzle. Pada five

sense board terdapat 5 jenis panca indera yang dibuat dengan bentuk 3

Dimensi, serta pentagon puzzle adalah 15 buah segitiga yang dipergunakan

(51)

32 3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas I semester

ganjil tahun ajaran 2016/2017 di SD V Gunungan. Sekelompok siswa

tersebut berjumlah lima anak yang terdiri dari dua siswa putri dan 3 siswa

putra. Pemilihan sekelompok siswa tersebut berdasarkan hasil diskusi dan

rekomendasi dari wali kelas yang merekomendasikan untuk memilih

beberapa siswa yang sudah lancar menulis agar mempermudah dalam

penulisan kuisioner. Selain itu, peneliti juga memberikan beberapa

pertimbangan terkait dalam pemilihan subjek berdasarkan hasil

pengamatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran. Peneliti

mengambil 5 subjek karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh guru

kelas untuk peneltian dan siswa kelas I belum dapat mengisi kuesioner

dengan baik, mereka masih butuh bimbingan, sehingga 5 subjek akan lebih

mudah untuk dibimbing sehingga masalah keterbatasan waktu dapat

diatasi.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Uji coba instrumen penelitian dilakukan di SD N VI Manyaran.

Pengambilan data berupa observasi, wawancara, kuisioner serta uji coba

terbatas dilakukan di SD V Gunungan, Kabupaten Wonogiri. Pemilihan

SD N V Gunungan sebagai tempat uji coba lapangan terbatas dikarenakan

SD tersebut memiliki prestasi yang baik dalam bidang olahraga dan

kesenian, namun untuk prestasi akademik masih sangat kurang. Terhitung

(52)

33

dan olimpiade di tingkat kecamatan. Pemilihan SD N VI Manyaran

dikarenakan letaknya berdekatan dengan SD N V Gunungan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan Juni 2016

hingga April 2017. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama

kurang lebih 10 bulan.

3.3Rancangan Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi penelitian Research and

Development menurut Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2011:169) yang

dipadukan dengan Sugiyono (2014: 298). Borg dan Gall mengemukakan

sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan yaitu 1) Penelitian

dan pengumpulan Data 2) Perencanaan, 3) Pengembangan bentuk awal

produk, 4) Uji Coba lapangan awal, 5) revisi produk awal. 6) Uji Coba

lapangan 7) Revisi Produk,8) Uji Pelakasanaan lapangan 9)

Penyempurnaan produk akhir, 10) diseminasi dan implementasi. Berikut

adalah model pengembangan menurut Borg dan Gall (1989).

Bagan 3.1 Model Penelitian dan Pengembangan Borg dan Gall (1989).

(53)

34

Borg dan Gall menguraikan setiap langkah pengembangan sebagai berikut.

(1) Penelitian dan pengumpulan data, merupakan teknik pengumpulan data

yang dapat dilakukan melalui studi literatur, observasi, dan sebagainya. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui informasi terkait dengan kondisi nyata di

lapangan dan produk yang akan dikembangkan.

(2) Perencanaan, meliputi menentukan keterampilan yang akan

dikembangkan melalui perangkat yang dihasilkan dan tujuan penelitian

yang hendak dicapai dari perangkat yang dihasilkan. Selain itu, perencanaan

juga meliputi perkiraan biaya, tenaga kerja, dan waktu untuk menyelesaikan

penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan.

(3) Pengembangan bentuk awal produk, merupakan pengembangan bentuk

lengkap dari perangkat yang dikembangkan sebelum dilakukan serangkaian

pengujian dan perbaikan berdasarkan saran dari beberapa ahli. Apabila yang

dikembangkan merupakan perangkat pembelajaran, maka pada langkah ini

juga sudah dikembangkan bahan pembelajaran, buku pegangan, dan alat

evaluasinya.

(4) Uji coba lapangan awal, merupakan pengujian tahap awal yang

dilakukan untuk mengumpulkan data terhadap hasil pengembangan produk.

Hal ini dapat membantu peneliti melakukan analisis dan perbaikan

berdasarkan komentar dan masukan tentang kelemahan dari produk yang

dikembangkan.

(5) Revisi produk berdasarkan hasil uji coba lapangan, merupakan proses

(54)

35

lapangan awal. Revisi tersebut menjadi bentuk produk yang siap diujikan

lebih lanjut.

(6) Uji coba lapangan, dilakukan dengan perluasan jumlah sekolah, antara

5-10 sekolah atau dengan jumlah siswa sebanyak 30-100 anak. Pengujian ini

dilakukan dengan tujuan mengetahui peningkatan penggunaan perangkat

yang dikembangkan.

(7) Revisi produk, berdasarkan hasil uji coba lapangan menjadi bahan

untuk melakukan revisi pada tahap ini. Revisi tersebut bersifat

penyempurnaan yang selanjutnya diujicobakan kembali pada tahap

selanjutnya.

(8) Uji pelaksanaan lapangan, dalam uji coba lapangan melibatkan lebih

banyak sekolah antara 10-30 unit dengan jumlah siswa sebanyak 40-200

anak. Uji coba ini dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan data

yaitu tes, kuesioner, dan wawancara. Selanjutnya, ketiga data tersebut

dianalisis sebagai saran dalam penyempurnaan tahap akhir.

(9) Penyempurnaan produk akhir dilakukan berdasarkan saran dari hasil uji

coba pada langkah ke delapan. Penyempurnaan produk ini selanjutnya dapat

diproduksi secara massal yang menjadi prototipe produk akhir.

(10)Diseminasi dan implementasi dilakukan dengan tujuan untuk membuat

laporan hasil penelitian dari produk yang dikembangkan berdasarkan

tahapan pengembangan. Selain itu, peneliti juga membuat artikel yang

selanjutnya dapat dipublikasikan menjadi jurnal ilmiah. Peneliti juga dapat

bekerjasama dengan penerbit untuk memproduksi dan memasarkan secara

(55)

36

Menurut Sugiyono (2015:408-409) terdapat sepuluh langkah

pengembangan, antara lain potensi dan masalah, pengumpulan data, desain

produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji

coba pemakaian, revisi produk, dan produksi masal. Berikut ini merupakan

model pengembangan menurut Sugiyono (2015 : 408-409) disajikan dalam

bagan 3.2.

Bagan 3.2 Model pengembangan menurut Sugiyono (2015).

Berikut ini adalah penjabaran 10 langkah pengembangan menurut

Sugiyono:

(1) Potensi dan masalah, langkah research and development menurut

metode di atas dimulai dari adanya potensi atau masalah, potensi adalah

segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.

Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.

Potensi dan masalah dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data

empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri. Tetapi

bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan

(56)

37

(2) Pengumpulan informasi, setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan

secara faktual dan up to date. Maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai

informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk

tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Disini

diperlukan metode penelitian tersendiri. Metode apa yang akan digunakan

untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin

dicapai.

(3) Desain produk, hasil akhir dari penelitian dan pengembangan adalah

desain produk baru yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk

harus dihasilkan dalam gambar atau bagan sehingga dapat digunakan

sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya.

(4) Validasi desain, merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan

produk. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai

produk baru yang dirancang tersebut.

(5) Perbaikan desain, setelah desain produk divalidasi melalui diskusi

dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui

kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi

dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah

peneliti yang menghasilkan produk tersebut.

(6) Uji coba produk, dalam bidang pendidikan, desain produk seperti

metode mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah dilakukan validasi

Gambar

Gambar 1. 4 Rectangle Box
Gambar 1.6 Kotak penyimpanan pentagon pentagon puzzle
Tabel 3. 1 Kisi-kisi observasi
Tabel 3. 2 Garis besar wawancara dengan kepala sekolah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

TtrNTANC PANDAI BACA TULIS ALOUR'AN BACI!. (srdiRds P{qrp{

PendidikM koehaia adalah Sabun8d bcdrgai ke8iaim du kesenpdM !ug berlandaskM pinsip-prinsip bel4arunluk mencap.i suaru keadadr,

Terima kasih telah banyak meluangkan waktu untuk diskusi lintas keyakinan dengan penulis dan berjuang bersama dalam membangun kerukunan antar umat lintas iman di

Hasil yang didapat adalah Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Chalimatus dan Rekan menerapkan sistem perekrutan mulai dari memilah surat lamaran yang masuk, melakukan

Desain uji coba laporan owner bertujuan untuk menguji apakah fungsi menampilkan informasi siswa baru, siswa aktif, siswa tidak registrasi, siswa resign, nilai,

Manfaat dari Penelitian ini adalah Sebagai bahan evaluasi dan masukan terhadap system pencatatan manual yang ada saat ini, serta memberikan efisiensi kerja terhadap

Mathematical Programming Formulations For The Examinations Timetable Problem: The Case of The University Of Dar Es Salaam, African Journal of Science and Technology (AJST) Science

Perusahaan dapat menilai/assessment pemegang saham pada jumlah tambahan di atas nilai kontribusi sebenarnya, kemudian menetapkan apakah saham yang semula dijual