PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD
MATERI DAUR HIDUP HEWAN BERBASIS
METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Christina Nunik Puspitasari NIM: 131134003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD
MATERI DAUR HIDUP HEWAN BERBASIS
METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Christina Nunik Puspitasari NIM: 131134003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang sudah memberikan
kesehatan, kemudahan, kelancaran dan terang Roh Kudus selama
mengerjakan skripsi ini.
Bapakku Fransiskus Xaverius Parman dan Ibuku Paskalia Prihantini
yang selalu menyemangati, mendoakan dan memberikan yang terbaik
untukku sampai saat ini.
Kedua adikku, Filipus Dwi Prasetya Nugraha dan Maria Tri
Cahyaningtyas yang selalu memberikan semangat dan doa terbaik untuk
kakaknya.
Julius Bianto Sadewo, yang selalu menyemangatiku sampai saat ini.
v
MOTTO
Talk less, do more
Jangan takut, percaya saja! – Markus 5:36b
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu – 1 Petrus 5:7
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Februari 2017
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Christina Nunik Puspitasari
Nomor Mahasiswa : 131134003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI DAUR
HIDUP HEWAN BERBASIS METODE MONTESSORI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 Februari 2017
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI DAUR HIDUP HEWAN BERBASIS
METODE MONTESSORI
Christina Nunik Puspitasari Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian adalah siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi IPA karena materi IPA bersifat abstrak. Penggunaan media pembelajaran dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan tersebut tetapi ketersediaan media pembelajaran IPA di sekolah masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran daur hidup hewan berbasis metode Montessori dan mengetahui kualitas pengembangan media pembelajaran daur hidup hewan berbasis metode Montessori.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan. Subjek penelitian ini adalah 10 siswa kelas III SD Kanisius Jetisdepok tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian ini adalah media pembelajaran IPA berbasis metode Montessori. Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner, dan soal tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pengembangan media pembelajaran daur hidup hewan berbasis metode Montessori dimodifikasi dalam lima tahap yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Validasi produk menunjukkan kualitas sangat baik dengan rerata skor sebesar 3,86. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada saat
posttest lebih tinggi daripada nilai pretest. Selisih rerata nilai pretest dan posttest
sebesar 31. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran daur hidup hewan memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa dalam mempelajari materi daur hidup hewan.
ix
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING MEDIA OF ELEMENTARY SCHOOL ON LIFE CYCLE OF ANIMAL MATERIAL
BASED ON MONTESSORI METHOD
Christina Nunik Puspitasari Sanata Dharma University
2017
Background of this research was the students having difficulties in understanding the materials because the materials of IPA was abstract. The use of learning media was needed to overcome these problem but the availability of the science learning media in school was still limited. The purpose of this research was to described the procedures and the quality of elementary school science learning media on life cycle of animal material based on Montessori method.
Kind of research used was research and development. The subject of this research were 10 grade III students of Kanisius Jetisdepok elementary school 2016/2017. The object of this research was a science learning media based on Montessori method. Research instrument used were observation mannual, interview mannual, questionnaires, and question of test. Data analysis technique used were quantitative and qualitative data analysis.
The research results indicated that the procedures of the development of science learning media of elementary school on life cycle of animal material based on Montessori method was modified into 5 phases that were issues and potential, planned, the development of an early form of the product, product validation, and limited field trials. The validation of the product indicated that the quality was very good with an average score 3,86. The limited field trials indicated that the value which students got when posttest was higher than pretest. Difference between the average score of pretest and posttest amounted to 31. Therefore, it can be concluded that the learning media of animal life cycle has a very good quality and could helping students in learning the material of animal life cycle.
Keywords: research and development, learning media, IPA, life cycle of the
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan kasih karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD Materi Daur Hidup Hewan Berbasis Metode Montessori”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang sudah
membantu dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih peneliti sampaikan
kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria karena telah memberikan kesehatan,
kemudahan, kelancaran, dan terang Roh Kudus dalam proses
penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakaprodi PGSD.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth
Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. dosen pembimbing skripsi yang
mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan
penyusunan skripsi.
6. Florentina Rusmini, S.Pd. Kepala SD Kanisius Jetisdepok yang telah
memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.
7. Christina Kusumastuti, S.Pd.SD Kepala SD Kanisius Minggir yang
telah memberikan ijin untuk mengujicobakan instrumen penelitian.
8. Widiastuti, S.Pd wali kelas III, segenap guru dan karyawan SD
Kanisius Jetisdepok yang telah membantu selama proses penelitian.
9. A.Y. Sumiyem wali kelas III dan segenap guru SD Kanisius Minggir
yang telah membantu selama proses pengujian instrumen.
10.Siswa-siswi kelas III SD Kanisius Jetisdepok yang telah membantu
dalam uji coba terbatas.
11.Siswa-siswi kelas III SD Kanisius Minggir yang telah membantu
xi 12.Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang membantu
selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi.
13.Bapakku Fransiskus Xaverius Parman dan ibuku Paskalia Prihantini
yang selalu menyemangati, mendoakan, dan memberikan yang terbaik
untukku.
14.Kedua adikku, Filipus Dwi Prasetya Nugraha dan Maria Tri
Cahyaningtyas yang selalu menyemangati dam mendoakanku.
15.Keluarga besarku, bukwo, alm.pakwo, budhe, pakdhe, om, tante,
sepupuku yang senantiasa memberikan dukungan dan doa terbaik
untukku.
16.Julius Bianto Sadewo, yang selalu menyemangatiku sejak awal kuliah
hingga saat ini.
17.Saktyo Dwi Wicaksono, yang sudah membantu dalam pembuatan
desain.
18.Teman-teman PPL SD Kanisius Jetisdepok, Fransisca Any Tri Astuti,
Y. Johan Astuti, Septri Anggreani Timaria, Rosaliana W.S Dewi yang
membantu peneliti selama proses penelitian berlangsung.
19.Sahabat-sahabatku di kelas A, Y. Johan Astuti, Fransisca Vitha Dwi
Aryani, Chatarina Titin Mugilestari, Bernadeta Dwi Astuti, Natalia
Runi Astuti yang menyemangati, mendukung, dan memberikan
penghiburan selama proses penyusunan skripsi.
20.Teman-temanku, Adiktia Kurniawati, Adelia Surya Putri, Paulus Yuli
Suseno, Rahmawati Suharno yang membantu selama proses
penyusunan skripsi.
21.Teman-teman payung Pengembangan Media Pembelajaran IPA SD
Berbasis Metode Montessori yang mau membantu dan bekerja sama
selama penyusunan skripsi.
22.Pak Muhibat’s crew, yang membantu peneliti dalam menyelesaikan
pembuatan media pembelajaran.
xii 24.Segenap pihak, sahabat, teman yang telah membantu dan tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menemukan banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini.
Walaupun demikian, kendala tersebut tidak membuat peneliti menyerah dan putus
ada, melainkan menjadi semakin termotivasi dan semangat untuk terus
menyelesaikan skripsi tepat waktu.
Tidak ada gading yang retak, begitu pula dengan penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu, peneliti meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam
sistematika, isi, dan sebagainya dalam skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Peneliti
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 5
1.3.Tujuan Penelitian ... 5
1.4.Manfaat Penelitian ... 5
1.5.Definisi Operasional ... 7
1.6.Spesifikasi Produk ... 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kajian Pustaka ... 11
2.1.1. Perkembangan Anak ... 11
xiv
2.1.1.2. Tahap Pra-Operasional ... 12
2.1.1.3. Tahap Operasional Konkret ... 12
2.1.1.4. Tahap Operasional Formal ... 13
2.1.2. Media Pembelajaran ... 14
2.1.2.1. Pengertian Media Pembelajaran ... 14
2.1.2.2. Manfaat Media Pembelajaran ... 14
2.1.2.3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 15
2.1.3. Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 17
2.1.3.1. Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 17
2.1.3.2. Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 19
2.1.4. Ilmu Pengetahuan Alam ... 20
2.1.4.1. Hakikat IPA ... 20
2.1.4.2. Pembelajaran IPA di sekolah dasar ... 21
2.1.4.3. Materi Daur Hidup Hewan ... 22
2.2.Penelitian yang Relevan ... 28
2.2.1. Penelitian tentang Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ... 28
2.3.Kerangka Berpikir ... 31
2.4.Pertanyaan Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.4.3. Pengembangan Bentuk Awal Produk ... 43
xv
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 49
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas III ... 50
3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas III ... 50
3.6.3 Kuesioner ... 51
3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 51
3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk ... 52
3.6.4 Soal Tes ... 55
3.7Triangulasi ... 58
3.8Teknik Analisis Data ... 60
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 60
3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian ... 66
4.1.1. Potensi dan Masalah ... 66
4.1.1.1. Identifikasi Masalah ... 67
1) Observasi ... 67
2) Wawancara ... 69
4.1.1.2. Analisis Kebutuhan ... 77
1) Analisis Karakteristik Siswa ... 77
2) Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Montessori ... 78
3) Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan ... 78
4) Data Analisis Kebutuhan ... 81
xvi
4.1.2.1. Desain Media Pembelajaran ... 93
4.1.2.2. Desain Album Media Pembelajaran ... 102
4.1.2.3. Instrumen Tes dan Validasi Produk ... 102
4.1.2.3.1. Tes ... 102
4.1.2.3.2. Kuesioner Validasi Produk ... 108
4.1.3. Pengembangan Bentuk Awal Produk ... 110
4.1.3.1. Pengumpulan Bahan ... 111
4.1.3.2. Pembuatan Media Pembelajaran ... 111
4.1.3.3. Pembuatan Album Media Pembelajaran ... 116
4.1.4. Validasi Produk ... 117
4.1.4.1. Validasi Produk Media Pembelajaran ... 117
4.1.4.2. Validasi Produk Album Media Pembelajaran ... 118
4.1.5. Uji Coba Lapangan Terbatas ... 119
4.1.5.1. Data dan Analisis Tes ... 120
4.1.5.2. Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan mengenai Produk Media Pembelajaran ... 122
4.2.Pembahasan ... 123
4.2.1. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran DaurHidup Hewan Berbasis Metode Montessori ... 123
4.2.2. Kualitas Media Pembelajaran Daur Hidup Hewan Berbasis Metode Montessori ... 128
BAB V PENUTUP 5.5Kesimpulan ... 131
5.6Keterbatasan Penelitian ... 132
5.7Saran ... 133
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Pembelajaran IPA Kelas III ... 48
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 49
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas III ... 50
Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas III ... 50
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 52
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan Kuesioner Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Siswa ... 53
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ... 54
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Soal Tes ... 56
Tabel 3.9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ... 56
Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 63
Tabel 3.11 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 63
Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Pedoman Observasi oleh Ahli ... 68
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA ... 68
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 70
Tabel 4.4 Revisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah berdasarkan Komentar oleh Ahli ... 71
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 71
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 72
Tabel 4.7 Revisi Pedoman Wawancara Guru Berdasarkan Komentar oleh Ahli ... 73
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru ... 73
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 74
Tabel 4.10 Revisi Pedoman Wawancara Siswa Berdasarkan Komentar Oleh Ahli ... 75
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ... 75
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli ... 79
xviii Tabel 4.14 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
oleh Ahli ... 80
Tabel 4.15 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 81
Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 82
Tabel 4.17 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 84
Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 86
Tabel 4.19 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 88
Tabel 4.20 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli ... 103
Tabel 4.21 Hasil Uji Validitas Konstruk oleh Ahli ... 103
Tabel 4.22 Revisi Instrumen Tes Berdasarkan Komentar oleh Ahli ... 104
Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Tes dengan SPSS 20 for Windows ... 106
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS 20 for Windows ... 106
Tabel 4.25 Kisi-Kisi Instrumen Pretest dan Posttest ... 107
Tabel 4.26 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ... 107
Tabel 4.27 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ... 108
Tabel 4.28 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ... 109
Tabel 4.29 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa ... 110
Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli ... 117
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Media Pembelajaran ... 118
Tabel 4.32 Hasil Validasi Produk Album Media Pembelajaran oleh Ahli ... 119
xix Tabel 4.34 Revisi Media Pembelajaran Setelah Uji Coba Lapangan
Terbatas ... 122
Tabel 4.35 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran
oleh Siswa ... 123
Tabel 4.36 Hasil Penilaian Media Pembelajaran Daur Hidup Hewan
Berbasis Metode Montessori ... 128
xx
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan
skala Likert ... 63
Rumus 3.2 Rumus perhitungan persentase hasil kuesioner ... 64
xxi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature map dari penelitian-penelitian yang relevan ... 30 Bagan 3.1 Tahap-tahap penelitian menurut Sugiyono ... 36
Bagan 3.2 Modifikasi model penelitian dan pengembangan ... 39
Bagan 3.3 Prosedur Penelitian ... 40
Bagan 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ... 59
Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 59
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 76
xxii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest pada masing-masing
siswa ... 121
xxiii
Gambar 1.6 Kotak Penyimpanan Kartu dan Kotak Penyimpanan
Katak 3 Dimensi ... 10
Gambar 4.1 Desain Kotak Daur Hidup Katak Tampak Atas ... 94
Gambar 4.2 Desain Kotak Daur Hidup Katak Tampak Depan ... 94
Gambar 4.3 Desain Kotak Daur Hidup Katak Tampak Samping ... 94
Gambar 4.4 Desain Papan Puzzle Daur Hidup Katak Tampak Atas ... 96
Gambar 4.5 Desain Papan Puzzle Daur Hidup Katak Tampak Depan ... 96
Gambar 4.6 Desain Puzzle Gambar ... 96
Gambar 4.7 Desain Puzzle Huruf ... 97
Gambar 4.8 Desain Tutup Papan Puzzle Daur Hidup Katak ... 97
Gambar 4.9 Desain Papan Daur Hidup Katak Tampak Atas ... 98
Gambar 4.10 Desain Papan Daur Hidup Katak Tampak Depan ... 98
Gambar 4.11 Desain Kartu Gambar ... 99
Gambar 4.12 Desain Kartu Kata ... 99
Gambar 4.13 Desain Kartu Jawaban Tampak Depan dan Belakang ... 99
Gambar 4.14 Desain Kotak Penyimpanan Kartu Tampak Atas dan
Tutup Penyimpanan Kartu ... 100
Gambar 4.15 Desain Kotak Penyimpanan Kartu Tampak Depan ... 100
xxiv Gambar 4.17 Desain Kotak Penyimpanan Katak 3 Dimensi
Tampak Depan ... 101
Gambar 4.18 Tutup Kotak Penyimpanan Katak 3 Dimensi ... 102
Gambar 4.19 Gambar Media Pembelajaran Daur Hidup Hewan ... 112
Gambar 4.20 Papan Puzzle Daur Hidup Katak ... 113
Gambar 4.21 Papan Daur Hidup Katak ... 114
Gambar 4.22 Kotak Daur Hidup Katak ... 115
Gambar 4.23 Kartu Gambar ... 115
Gambar 4.24 Kartu Kata ... 115
Gambar 4.25 Kartu Jawaban ... 115
Gambar 4.26 Kotak Penyimpanan Kartu ... 116
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah
Lampiran 1.1 Lembar hasil validasi pedoman observasi ... 138
Lampiran 1.2 Lembar hasil observasi pembelajaran IPA ... 142
Lampiran 1.3 Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala
sekolah oleh ahli ... 143
Lampiran 1.4 Transkip wawancara dengan Kepala Sekolah ... 151
Lampiran 1.5 Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli ... 155
Lampiran 1.6 Transkip wawancara dengan guru ... 163
Lampiran 1.7 Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli ... 169
Lampiran 1.8 Transkip wawancara dengan siswa ... 178
Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan
Lampiran 2.1 Lembar hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru ... 182
Lampiran 2.2 Lembar hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 194
Lampiran 2.3 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis
kebutuhan guru ... 209
Lampiran 2.4 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis
kebutuhan siswa ... 215
Lampiran 2.5 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru ... 220
Lampiran 2.6 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 224
Lampiran 3 Instrumen Tes
Lampiran 3.1 Lembar hasil validasi isi instrumen tes oleh ahli ... 228
Lampiran 3.2 Lembar hasil validasi konstruk instrumen tes oleh ahli ... 230
Lampiran 3.3 Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa
dalam uji empiris ... 232
Lampiran 3.4 Output SPSS untuk perhitungan validitas dan
reliabilitas instrumen tes ... 233
Lampiran 3.5 Lembar hasil uji keterbacaan instrumen tes ... 234
xxvi
Lampiran 4 Validasi Produk
Lampiran 4.1 Lembar hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli ... 238
Lampiran 4.2 Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai
media pembelajaran oleh siswa ... 242
Lampiran 4.3 Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan
mengenai media pembelajaran oleh siswa ... 248
Lampiran 4.4 Lembar hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli ... 251
Lampiran 4.5 Lembar hasil validasi album penggunaan media
pembelajaran oleh ahli ... 257
Lampiran 4.6 Lembar hasil tanggapan mengenai produk media
pembelajaran oleh siswa ... 261
Lampiran 5 Surat Penelitian
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ... 262
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 263
1
BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi
operasional.
1.1.Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Alam atau sering disingkat menjadi IPA adalah ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa,
2011:3). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP,
2006:167). IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum
pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar (Susanto,
2013:165).
Mata pelajaran IPA yang diajarkan di SD memiliki empat ruang lingkup.
Ruang lingkup tersebut meliputi: (1) makhluk hidup dan proses kehidupan; (2)
benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya; (3) energi dan perubahannya; dan (4)
bumi dan alam semesta (BSNP, 2006:168). Pertumbuhan dan perkembangan pada
hewan khususnya tentang daur hidup hewan merupakan salah satu materi
pembelajaran IPA di kelas III semester I. Di dalam materi tersebut membahas
mengenai daur hidup beberapa hewan, baik yang mengalami metamorfosis atau
2 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 15
Agustus 2016 menunjukan bahwa guru cenderung menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab dalam menyampaikan materi pembelajaran. Guru menggunakan
buku LKS sebagai pedoman dalam menjelaskan materi. Guru mencatatkan
poin-poin penting mengenai materi yang dijelaskan di papan tulis dengan
menggunakan kapur. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari
guru. Disaat guru bertanya kepada siswa, hanya ada satu atau dua siswa yang
langsung menjawab secara spontan pertanyaan dari guru sedangkan siswa lainnya
memilih untuk diam. Setelah selesai menjelaskan materi, guru memberikan latihan
soal pada masing-masing siswa secara lisan. Ada beberapa siswa yang tidak bisa
menjawab pertanyaan dari guru. Apabila ada siswa yang tidak bisa menjawab,
guru memperbolehkan siswa lainnya untuk membantu menjawab. Beberapa siswa
kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru karena siswa lupa
tentang materi yang baru saja dijelaskan.
Siswa juga mengalami kesulitan dalam mempelajari materi pertumbuhan
dan perkembangan pada hewan khususnya tentang daur hidup hewan karena
banyak hapalan dan tidak dapat dilihat secara langsung sehingga materi tersebut
susah untuk dipahami (wawancara siswa, 19 Agustus 2016). Guru berpendapat
sama dengan siswa dimana guru juga mengalami kesulitan dalam menyampaikan
materi tersebut karena materinya yang bersifat abstrak (wawancara guru, 15
Agustus 2016). Materi IPA yang bersifat abstrak membuat siswa kesulitan
memahami konsep suatu materi pembelajaran. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
solusi yang dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi
3 Penggunaan media pembelajaran dapat dijadikan solusi untuk membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA. Di samping itu, guru dan siswa
juga membutuhkan media dalam pembelajaran IPA. Media pembelajaran cocok
diterapkan bagi siswa kelas III SD karena siswa kelas III berada pada tahap
operasional konkret dimana penggunaan benda-benda nyata pada media
pembelajaran sangat diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti dengan kepala sekolah pada tanggal 18 Agustus 2016 dapat
diketahui bahwa ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran IPA di
sekolah masih terbatas. Guru juga sependapat dengan pemikiran dari kepala
sekolah, dibuktikan saat guru jarang menggunakan media pembelajaran di kelas
karena keterbatasan waktu untuk mempersiapkannya (wawancara guru, 15
Agustus 2016). Padahal siswa merasa tertarik, senang, dan lebih paham apabila
menggunakan media dalam pembelajaran IPA (wawancara siswa, 19 Agustus
2016).
Media pembelajaran yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang
dihadapi adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori. Media
pembelajaran berbasis metode Montessori adalah media pembelajaran yang
memiliki ciri menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan satu ciri
tambahan yaitu kontekstual. Ada beberapa keunggulan media pembelajaran
berbasis metode Montessori, diantaranya sebagai berikut: (1) Material yang
digunakan dalam pembelajaran Montessori dapat menghasilkan sebuah
pendidikan indra; (2) Memperlihatkan benda-benda yang dapat menarik perhatian
anak; (3) Bahan pembelajaran dari Montessori melatih anak untuk belajar
4 Media pembelajaran berbasis metode Montessori terbukti dapat membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Noi
(2015) mengembangkan alat peraga matematika materi perkalian berbasis metode
Montessori untuk kelas III. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dari rerata 58,21 menjadi rerata 97,82. Penelitian lain dilakukan oleh
Wulandari (2016). Wulandari (2016) mengembangkan alat peraga membaca dan
menulis permulaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga membaca
dan menulis permulaan berbasis metode Montessori dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang terlihat dari nilai membaca dan menulis yang diperoleh siswa
pada posttest lebih tinggi daripada nilai pretest dengan selisih rerata nilai
membaca sebesar 26,2 dan selisih nilai menulis sebesar 10.
Berdasarkan permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa, kebutuhan
serta penggunaan media pembelajaran di sekolah masih terbatas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development).
Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media pembelajaran IPA materi
daur hidup hewan pada siswa kelas III SD Kanisius Jetisdepok tahun ajaran
2016/2017. Media pembelajaran yang dikembangkan mempertimbangkan ciri-ciri
media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu menarik, bergradasi,
auto-correction, auto-education, dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Penelitian
ini dibatasi pada prototipe atau bentuk dasar produk media pembelajaran IPA
yang sudah divalidasi oleh beberapa ahli dan digunakan pada saat uji coba
5
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimana prosedur pengembangan media pembelajaran daur hidup hewan
berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas III?
1.2.2.Bagaimana kualitas media pembelajaran daur hidup hewan berbasis metode
Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas III?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.Mendeskripsikan prosedur pengembangan media pembelajaran daur hidup
hewan berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas
III.
1.3.2.Mengetahui kualitas media pembelajaran daur hidup hewan berbasis metode
Montessori yang dikembangkan untuk siswa kelas III.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1.Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memiliki pengalaman dalam melakukan pengembangan media
pembelajaran berbasis metode Montessori materi daur hidup hewan pada
siswa. Media pembelajaran yang dikembangkan membantu mahasiswa
untuk menciptakan media pembelajaran inovatif yang dapat membantu
proses belajar mengajar di kelas.
1.4.2.Bagi Guru
Guru semakin paham mengenai pentingnya penggunaan media
6 mengembangkan media pembelajaran secara mandiri untuk membantu
kesulitan belajar yang dialami siswa.
1.4.3.Bagi Siswa
Siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran daur hidup hewan
ketika menggunakan media pembelajaran. Siswa juga mendapatkan
pengalaman baru saat menggunakan media pembelajaran daur hidup hewan
berbasis metode Montessori.
1.4.4.Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan pengetahuan baru mengenai media pembelajaran
berbasis metode Montessori. Sekolah juga dapat mengembangkan media
pembelajaran secara mandiri supaya dapat mengoptimalkan kegiatan belajar
mengajar.
1.4.5.Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD memiliki pengalaman penelitian kolaboratif dengan metode
Research and Development yang melibatkan dosen, mahasiswa, guru, siswa
di SD mitra. Melalui proses penelitian dan pengembangan ini prodi PGSD
memiliki media pembelajaran berbasis metode Montessori yang semakin
beragam.
1.4.6.Bagi peneliti lain
Peneliti lain dapat mengembangkan media pembelajaran berbasis metode
7
1.5.Definisi Operasional
1.5.1.Perkembangan anak adalah proses perubahan yang dialami oleh anak yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.
1.5.2.Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh guru untuk
membantu proses penyampaian materi pembelajaran ke siswa sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
1.5.3.Media pembelajaran berbasis metode Montessori adalah media
pembelajaran yang memiliki ciri menarik, bergradasi, auto-correction,
auto-education, dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual.
1.5.4.Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari peristiwa yang
terjadi di alam melalui proses ilmiah untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang alam sekitar.
1.5.5.Daur hidup hewan adalah seluruh tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami oleh hewan selama masa hidupnya.
1.6.Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran daur hidup hewan
beserta album penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi
untuk membantu siswa mengenal dan mempelajari materi daur hidup hewan,
khususnya tentang daur hidup katak. Media pembelajaran daur hidup hewan
terdiri dari kotak daur hidup katak, papan puzzle daur hidup katak, papan daur
hidup katak, kartu, kotak penyimpanan kartu dan kotak penyimpanan katak 3
8
1.6.1.Kotak Daur Hidup Katak
Kotak daur hidup katak berbentuk balok dengan ukuran 46,5 cm x 32,5 cm
x 5,5 cm. Kotak daur hidup katak juga dilengkapi dengan tutup yang berukuran
44,5 cm x 30,5 cm dan memiliki ketebalan 1 cm. Berikut adalah gambar mengenai
kotak daur hidup katak.
Gambar 1.1 Kotak Daur Hidup Katak
1.6.2.Papan Puzzle Daur Hidup Katak
Papan puzzle daur hidup katak diberi bingkai dengan ukuran 1 cm pada
masing-masing sisinya. Papan puzzle daur hidup katak berbentuk balok dengan
ukuran 44,5 cm x 30,5 cm x 2,5 cm. Selain itu, papan puzzle daur hidup katak
juga dilengkapi dengan tutup yang berukuran 44,5 cm x 30,5 cm dan memiliki
ketebalan 1 cm. Berikut adalah gambar mengenai papan puzzle daur hidup katak.
Gambar 1.2 Papan Puzzle Daur Hidup Katak
32,5 cm
46,5 cm
30,5 cm
9
1.6.3.Papan Daur Hidup Katak
Papan daur hidup katak diberi bingkai dengan ukuran 1 cm pada
masing-masing sisinya. Papan daur hidup katak berbentuk balok tanpa tutup dengan
ukuran 39,5 cm x 30,5 cm x 3 cm. dan papan daur hidup katak. Berikut adalah
gambar mengenai papan daur hidup katak.
Gambar 1.3 Papan Daur Hidup Katak
1.6.4.Kartu
Kartu terdiri dari kartu gambar, kartu kata, dan kartu jawaban yang
berbentuk persegi panjang. Kartu gambar dan kartu jawaban berukuran 8 cm x 5
cm sedangkan kartu kata berukuran 8 cm x 2,5 cm. Berikut adalah gambar
mengenai kartu gambar, kartu kata, dan kartu jawaban.
Gambar 1.4 (a) Kartu Gambar, (b) Kartu Jawaban
10 Gambar 1.5 Kartu Kata
1.6.5.Kotak Penyimpanan Kartu dan Kotak Penyimpanan Katak 3 Dimensi
Kotak penyimpanan kartu berbentuk balok dengan ukuran 27 cm x 3,5 cm
x 7 cm. Kotak penyimpanan katak 3 dimensi berbentuk balok dengan ukuran 19
cm x 12 cm x 5,5 cm. Berikut adalah gambar mengenai kotak penyimpanan kartu
dan kotak penyimpanan katak 3 dimensi.
Gambar 1.6 Kotak Penyimpanan Kartu dan Kotak Penyimpanan Katak 3 Dimensi
3,5 cm
27 cm 19 cm
12 cm
telur
8 cm
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.
2.1.Kajian Pustaka
Pada subbab ini akan membahas mengenai beberapa teori pendukung
penelitian. Peneliti membahas beberapa hal di antaranya adalah perkembangan
anak, media pembelajaran, media pembelajaran berbasis metode Montessori, dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
2.1.1.Perkembangan Anak
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa
bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa
(Yusuf&Sugandhi, 2013:1). Perkembangan yang dialami oleh seorang anak
ditentukan secara genetik dan dipengaruhi faktor lingkungan (Meggitt, 2013:1).
Tahap yang terjadi dalam perkembangan ini dicapai oleh anak pada waktu yang
tidak sama, tetapi urutannya selalu tetap, dan tidak bervariasi (Suparno, 2011:25).
Piaget mengatakan bahwa anak-anak mengalami perkembangan kognitif
melalui sebuah rangkaian tetap. Piaget membagi perkembangan kognitif anak
menjadi 4 tahap (Suparno, 2011:24). Keempat tahap perkembangan kognitif
12 tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal (lebih dari
11 tahun).
2.1.1.1Tahap Sensorimotor
Tahap sensorimotor dialami oleh anak saat lahir sampai berusia 2 tahun.
Pada tahap ini, intelegensi anak didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap
lingkungannya dan anak belum dapat berbicara dengan bahasa simbol untuk
mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada di dekatnya (Suparno,
2011:26). Tahap ini sangat penting karena menjadi dasar perkembangan persepsi
dan intelegensi anak pada tahap berikutnya (Suparno, 2011:27).
2.1.1.2Tahap Pra-Operasional
Tahap pra-operasional dialami oleh anak saat berusia 2 sampai 7 tahun.
Pada tahap ini, anak mulai menggunakan bahasa simbolis yang berupa gambaran
dan bahasa ucapan (Suparno, 2011:49). Penggunaan bahasa simbolis ini memacu
perkembangan pemikiran anak karena anak sudah dapat menggambarkan sesuatu
dengan bentuk yang lain (Suparno, 2011:67-68).
2.1.1.3Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret dialami oleh anak saat berusia 7 sampai 11
tahun. Tahap ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah berdasarkan logika
tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan (Suparno, 2011:86). Melalui
sistem pemikiran logis itu, anak dapat menerapkannya saat memecahkan
persoalan konkret yang dihadapi (Suparno, 2011:69). Pada tahap ini anak masih
13
2.1.1.4Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal dialami saat umur 11 tahun sampai dewasa.
Pada tahap operasional formal, remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi dan hipotesis serta dapat
mengambil kesimpulan dari apa yang diamati (Suparno, 2011:88). Pada tahap ini,
cara berpikir yang abstrak mulai dapat dipahami. Ia dapat berpikir fleksibel dan
efektif serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks.
Montessori membagi tahap perkembangan anak menjadi tiga periode,
yaitu usia 0-6 tahun (absorbent mind), usia 6-12 tahun dan 12-18 tahun (Gutek,
2013:79). Di periode pertama, anak mulai menyerap informasi, membangun
konsep tentang kenyataan, mulai menggunakan bahasa, dan memasuki dunia yang
lebih besar dalam kelompok budayanya melalui eksplorasi lingkungan. Di periode
kedua, keterampilan dan kemampuan yang sudah muncul di periode pertama
menjadi lebih berkembang. Di periode ketiga, adanya perubahan fisik diimbangi
dengan kematangan secara penuh.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
anak adalah proses perubahan yang dialami oleh anak yang berlangsung secara
sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Siswa kelas III (usia 8-9 tahun)
berada pada tahap operasional konkret karena pemikiran anak yang sudah
berdasarkan logika tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan (Suparno,
2011:86). Pada tahap ini anak masih kesulitan untuk memecahkan persoalan yang
abstrak sehingga anak-anak membutuhkan penggunaan benda-benda nyata. Oleh
14 anak SD sangat diperlukan karena sudah sesuai dengan karakteristik anak pada
tahap perkembangannya.
2.1.2.Media Pembelajaran
Pada subbab ini akan membahas mengenai pengertian media
pembelajaran, manfaat media pembelajaran, dan klasifikasi media pembelajaran.
Berikut adalah pembahasan dari subbab tersebut.
2.1.2.1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu kegiatan proses
belajar mengajar dan bertujuan supaya siswa dapat memahami makna dari
pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik
(Kustandi&Sutjipto, 2011:8). Media pembelajaran adalah alat yang memiliki
fungsi dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran (Sanaky,
2013:3). Menurut Martin dan Briggs (Kosasih, 2014:50), media pembelajaran
adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan si
pembelajar. Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan oleh guru untuk
membantu proses penyampaian materi pembelajaran ke siswa sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2.1.2.2. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran menurut Sudjana&Rivai (1992:2) dalam
proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut: (1) Pembelajaran akan lebih
menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
15 peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran; (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik
tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada
setiap jam pelajaran; (4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan
belajar sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga melakukan
aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan,
dll.
2.1.2.3. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
berdasarkan beberapa hal (Sanjaya, 2014:118-121), diantaranya:
1) Berdasarkan sifatnya, media pembelajaran dibagi menjadi tiga yaitu: (1)
Media auditif (media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya
memiliki unsur suara, contohnya radio, tape recorder, kaset, piringan hitam
dan rekaman suara); (2) Media visual (media yang hanya dapat dilihat saja,
tidak dapat didengar, contohnya film slide, foto, transparansi, lukisan,
gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis); (3)
Media audio visual (media yang mengandung unsur suara dan dapat dilihat,
contohnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara).
2) Berdasarkan kemampuan jangkauannya, media pembelajaran dibagi menjadi
dua yaitu: (1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak,
contohnya radio dan televisi; (2) Media yang mempunyai daya liput yang
16 3) Berdasarkan cara atau teknik pemakaiannya, media pembelajaran dibagi
menjadi dua yaitu: (1) Media yang diproyeksikan, contohnya film slide, film
stripe, transparansi, komputer; (2) Media yang tidak diproyeksikan,
contohnya gambar, foto, lukisan, radio.
4) Berdasarkan bentuk dan cara penyajiannya, media pembelajaran dibagi
menjadi tujuh yaitu: (1) Media grafis (media yang menyampaikan fakta, ide,
gagasan lewat kata-kata, kalimat, angka, simbol. Contohnya grafik, diagram,
bagan, sketsa, poster, papan flanel, bulletin board), bahan cetak (media visual
yang pembuatannya melalui proses pencetakan, printing atau offset.
Contohnya buku tes, modul, bahan pengajaran terporgram), gambar diam
(media visual yang berupa gambar dari hasil proses fotografi. Contohnya
foto); (2) Media proyeksi diam (media visual yang diproyeksikan atau media
yang memproyeksikan pesan, dimana hasil proyeksinya tidak bergerak
ataupun memiliki sedikit unsur gerakan. Contohnya OHP/OHT, opaque
projector); (3) Media audio (media yang penyampaian pesannya hanya
melalui cara didengarkan. Contohnya radio, kaset tape recorder); (4) Media
audio visual diam (media yang penyampaian pesannya diterima oleh
pendengaran dan penglihatan namun gambar yang dihasilkannya adalah
gambar diam. Contohnya media sound slide, film stripe bersuara); (5) Film
(serangakaian gambar diam yang ditayangkan secara cepat dan diproyeksikan
sehingga memberi kesan hidup dan bergerak. Contohnya film bisu, film
bersuara); (6) Media televisi (media yang menyampaikan pesan audiovisual
17 sistem penyampaian dengan menggunakan suatu unit atau paket. Contohnya
modul yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual).
2.1.3.Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Pada subbab ini akan membahas mengenai syarat media pembelajaran
berbasis metode Montessori dan keunggulan media pembelajaran berbasis metode
Montessori. Berikut adalah pembahasan dari subbab tersebut.
2.1.3.1. Syarat Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki empat ciri
(Montessori, 2002:171-175), yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,
auto-education, dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Ciri-ciri tersebut dijabarkan
sebagai berikut.
Ciri media pembelajaran Montessori yang pertama adalah menarik. Hal ini
memiliki tujuan bahwa media pembelajaran yang digunakan dirancang untuk
menarik minat siswa dalam belajar supaya anak memiliki keinginan untuk
memegang dan merasakan media tersebut. Media pembelajaran Montessori
memiliki keindahan warna dan bentuk. Montessori membuat desain alatnya
semenarik mungkin dengan ukuran yang tepat supaya siswa dapat menggunakan
alat ini secara mudah dengan dihiasi warna yang mencolok supaya bisa membuat
siswa merasa tertarik (Montessori, 2002:174).
Ciri media pembelajaran Montessori yang kedua adalah bergradasi. Media
pembelajaran Montessori memiliki gradasi dalam hal rangsangan warna, bentuk,
maupun usia anak. Media pembelajaran Montessori tidak hanya bergradasi dalam
18 gradasi dalam hal penggunaaan yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak
maupun materi yang dapat diperoleh dari media pembelajaran yang sama
(Montessori, 2002:174).
Ciri media pembelajaran Montessori yang ketiga adalah auto-correction.
Maksud dari auto-correction adalah media pembelajaran tersebut memiliki
pengendali kesalahan yang bertujuan supaya siswa dapat mengetahui secara
mandiri benar atau salah kegiatan yang dilakukannya tanpa membutuhkan orang
lain untuk menilai dirinya (Montessori, 2002:171).
Ciri media pembelajaran Montessori yang keempat adalah auto-education.
Maksud dari auto-education ini yaitu media pembelajaran Montessori dibuat
supaya dapat menumbuhkan sikap kemandirian siswa tanpa ada bantuan dari
pihak orang dewasa. Lingkungan pembelajaran dibuat sedemikian rupa supaya
tidak ada orang dewasa yang menilai aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Hal ini
dilakukan karena di masing-masing media sudah mempunyai pengendali
kesalahan (Montessori, 2002:172-173).
Selain keempat ciri di atas, ciri media pembelajaran Montessori yang dapat
ditambahkan yaitu kontekstual. Belajar hendaknya juga disesuaikan dengan
konteks (Lillard, 2005:32). Secara umum, kontekstual mengandung arti: yang
berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; yang
membawa maksud, makna, dan kepentingan (Hosnan, 2014:267). Definisi
mendasar tentang pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar di mana guru
menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
19 keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Hosnan, 2014:267). Pembelajaran
yang kontekstual mampu memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa.
Selain itu, ciri kontekstual dalam penelitian ini memiliki maksud untuk
menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengembangkan media
pembelajaran dengan memperhatikan ciri-ciri media pembelajaran berbasis
metode Montessori, yaitu : menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction,
dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Media pembelajaran yang dibuat juga
menggunakan bahan yang sering ditemukan oleh siswa dalam kehidupan
sehari-hari, seperti kayu. Peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode
Montessori untuk mata pelajaran IPA pada materi pertumbuhan dan
perkembangan pada hewan khususnya tentang daur hidup hewan.
2.1.3.2. Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Media pembelajaran berbasis metode Montessori memiliki ciri yang
membedakan dengan media lainnya, diantaranya menarik, bergradasi,
auto-correction, auto-education, dan satu ciri tambahan yaitu kontekstual. Ada
beberapa keunggulan media pembelajaran berbasis metode Montessori,
diantaranya sebagai berikut: (1) Material yang digunakan dalam pembelajaran
Montessori dapat menghasilkan sebuah pendidikan indra; (2) Memperlihatkan
benda-benda yang dapat menarik perhatian anak; (3) Bahan pembelajaran dari
Montessori melatih anak untuk belajar mandiri; (4) Memiliki gradasi rangsangan
20
2.1.4.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pada subbab ini akan membahas mengenai hakikat IPA, pembelajaran IPA
di sekolah dasar dan materi daur hidup hewan. Berikut adalah pembahasan dari
subbab tersebut.
2.1.4.1. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam atau sering disingkat menjadi IPA adalah ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa,
2011:3). Menurut Darmojo (Samatowa, 2011:2), IPA adalah pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Menurut Nash
(Samatowa, 2011:3), IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam
melalui proses ilmiah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang
alam sekitar.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berupaya membangkitkan minat manusia
agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya
yang penuh dengan rahasia yang tak ada habisnya (Samatowa, 2011:1). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya mempelajari tentang penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006:167). Pendidikan IPA
lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah (BSNP, 2006:167). Pendidikan IPA diarahkan supaya siswa dapat
21 untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP,
2006:167).
2.1.4.2. Pembelajaran IPA di sekolah dasar
Mata pelajaran IPA di SD memiliki tujuan supaya siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa; (2) Mengembangkan pemahaman konsep-konsep IPA
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran bahwa ada hubungan saling memengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan
membuat keputusan; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; (6) Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam ciptaan Tuhan; dan (7) Memperoleh bekal
pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP (BSNP, 2006:167).
Samatowa (2011:6) mengatakan bahwa ada empat alasan IPA perlu
diajarkan di Sekolah Dasar yaitu: (a) IPA sangat bermanfaat bagi suatu bangsa.
Seorang dokter atau insinyur tidak mungkin menjadi dokter atau insinyur yang
baik tanpa dasar yang cukup luas tentang gejala alam; (b) IPA melatih siswa untuk
berpikir kritis, apabila IPA diajarkan dengan metode yang tepat misalnya
‘’menemukan sendiri’’ saat siswa dihadapkan pada suatu masalah maka siswa
akan berusaha menyelidiki untuk memecahkan masalah tersebut; (c) Apabila IPA
diajarkan dengan percobaan maka siswa tidak sekedar menghafal akan tetapi
22 secara keseluruhan. Mata pelajaran IPA perlu diajarkan di sekolah dasar karena
dapat melatih siswa untuk berpikir kritis serta objektif. Pendidikan IPA di SD
akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari
jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah (Samatowa,
2011:2). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (BSNP,
2006:167).
Mata pelajaran IPA yang diajarkan di SD memiliki empat ruang lingkup.
Ruang lingkup tersebut meliputi: (1) makhluk hidup dan proses kehidupan; (2)
benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya; (3) energi dan perubahannya; dan (4)
bumi dan alam semesta (BSNP, 2011:168). Dalam penelitian ini, peneliti
mengambil ruang lingkup pertama yaitu makhluk hidup dan proses kehidupan,
khususnya pada materi pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dengan
Kompetensi Dasar “Mendekripsikan perubahan yang terjadi pada makhluk hidup
dan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (makanan,
kesehatan, rekreasi, istirahat dan olahraga)” untuk kelas III yang diajarkan pada
semester 1.
2.1.4.3. Materi Daur Hidup Hewan
Semua makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Makhluk hidup mengalami pertumbuhan diawali dengan lahir/menetas, kemudian
tumbuh menjadi lebih besar, bertambah tua, dan akhirnya akan mati (Zuneldi,
dkk, 2011:51). Pertumbuhan yang dialami oleh hewan dapat dilihat dengan
23 mengalami perubahan pada ukuran tubuhnya dan ada juga yang mengalami
keduanya. Seluruh tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh
hewan selama masa hidupnya disebut daur hidup (Haryanto, 2002:44).
Masing-masing hewan memiliki daur hidup yang berbeda-beda. Hewan
yang tidak mengalami perubahan bentuk termasuk dalam kelompok daur hidup
hewan yang tidak mengalami metamorfosis, sedangkan hewan yang mengalami
perubahan bentuk termasuk dalam kelompok daur hidup hewan yang mengalami
metamorfosis. Hewan dikatakan mengalami metamorfosis apabila hewan tersebut
mengalami perubahan bentuk yang berbeda yang dialami sejak lahir/menetas
sampai menjadi hewan dewasa (Haryanto, 2002:44). Berikut adalah
penjelasannya.
1) Daur hidup hewan yang tidak mengalami metamorfosis
Ada beberapa hewan yang mengalami daur hidup tanpa mengalami
metamorfosis, antara lain ayam, kucing, kambing (Amin&Priyono, 2009:32).
Sejak hewan tersebut dilahirkan hingga dewasa, hewan tersebut hanya mengalami
perubahan ukuran tubuh saja.
a) Daur Hidup Ayam
Ayam berkembang biak dengan cara bertelur. Telur ayam perlu dierami
kurang lebih selama 21 hari supaya dapat menetas menjadi anak ayam.
Anak ayam ini memiliki bulu-bulu halus. Semakin lama, anak ayam
tumbuh menjadi besar. Bulu-bulu halus yang dimiliki sejak lahir berubah
menjadi bulu-bulu seperti induknya. Ayam betina berubah menjadi seperti
induk betina sedangkan ayam jantan berubah menjadi seperti ayam jago
24 kembali. Lewat telur inilah, daur hidup ayam dimulai kembali (Haryanto,
2002:45).
(sumber: http://www.juraganles.com/2016/11/daur-hidup-hewan-metamorfosis-sempurna-dan-tidak-sempurna.html?m=1)
Gambar 2.1 Daur Hidup Ayam b) Daur Hidup Kucing
Kucing berkembang biak dengan cara beranak (melahirkan). Sebelum
anaknya lahir, kucing betina mengandung anaknya selama tiga bulan.
Anak kucing yang baru saja lahir belum bisa makan sendiri sehingga anak
kucing tersebut hanya menyusu pada induknya. Sejak lahir hingga dewasa
tubuh kucing tidak berubah bentuk. Perubahan yang dialami oleh kucing
dari masa anak-anak hingga menjadi dewasa hanya terletak pada ukuran
tubuhnya yang berubah menjadi lebih besar (Sumantoro&Hermana,
2009:63).
(sumber: http://www.juraganles.com/2016/11/daur-hidup-hewan-metamorfosis-sempurna-dan-tidak-sempurna.html?m=1)
25 2) Daur hidup hewan yang mengalami metamorfosis
Ada beberapa hewan yang mengalami daur hidup dengan metamorfosis,
antara lain kupu-kupu, nyamuk, katak, belalang, kecoa, jangkrik. Berdasarkan
perubahan bentuk tubuh hewan, metamorfosis dibagi menjadi dua yaitu
metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis
sempurna adalah pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dimana setiap fase
pada daur hidup mengalami perubahan bentuk yang mencolok. Metamorfosis
tidak sempurna adalah pertumbuhan dan perkembangan pada hewan dimana
setiap fase pada daur hidup mengalami perubahan ukuran tubuh dan perubahan
bentuk yang tidak mencolok (Wismono&Riyanto, 2004:44). Contoh hewan yang
mengalami metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu, nyamuk, katak. Contoh
hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah kecoa, jangkrik.
a) Daur Hidup Kupu-Kupu
Daur hidup kupu-kupu dimulai dari telur. Telur kupu-kupu biasanya
berada pada permukaan daun. Telur menetas menjadi ulat. Ulat
mempertahankan hidupnya dengan makan dedaunan. Selama berhari-hari
ulat makan tetapi makin lama ulat hanya makan daun makin sedikit.
Gerakan ulat semakin lambat, ulat berhenti makan dan tampak tidak
bergerak. Walaupun ulat tidak makan dan tidak bergerak, ulat itu tidak
mati. Ulat segera membuat sarang dari air liurnya. Air liurnya mengeras
membentuk bahan semacam benang sutera. Benang-benang itu melekat
pada daun atau batang. Benang-benang sutera itu menutup seluruh tubuh
ulat. Keadaan ulat yang terbungkus dalam sarang benang itu disebut
26 menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu hidup dengan memakan nektar (madu)
yang ada di bunga. Kupu-kupu dewasa berkembang biak dengan bertelur.
Lewat telur inilah, daur hidup kupu-kupu dimulai lagi (Haryanto,
2002:47-48).
(sumber: http://www.juraganles.com/2016/11/daur-hidup-hewan-metamorfosis-sempurna-dan-tidak-sempurna.html?m=1)
Gambar 2.3 Daur Hidup Kupu-Kupu
b) Daur Hidup Kecoa
Daur hidup kecoa (lipas) dimulai dari telur. Telur kecoa menetas menajdi
kecoa muda. Bentuk kecoa muda mirip dengan kecoa dewasa tetapi kecoa
muda tidak bersayap. Kecoa muda tumbuh dan berubah menjadi kecoa
dewasa tidak melalui tahap pupa (kepompong). Oleh sebab itu, perubahan
atau metamorfosis pada kecoa merupakan metamorfosis tidak sempurna.
Kecoa dewasa memiliki sayap sehingga dapat terbang. Kecoa dewasa
bertelur di air kotor. Lewat telur inilah, daur hidup kecoa dimulai lagi
27 (sumber:
http://www.juraganles.com/2016/11/daur-hidup-hewan-metamorfosis-sempurna-dan-tidak-sempurna.html?m=1) Gambar 2.4 Daur Hidup Kecoa
c) Daur Hidup Katak
Katak adalah satu-satunya hewan bukan serangga yang mengalami
metamorfosis. Kupu-kupu, nyamuk, lalat, dan kecoa termasuk golongan serangga.
Katak termasuk dalam hewan amfibi karena katak hidup di air dan di darat.
Sepanjang hidupnya katak hidup di dua alam. Katak tidak dapat bertahan hidup
jika tinggal di air saja atau di darat saja. Daur hidup katak dimulai dari telur. Telur
katak berada di air dan berbentuk bulat. Telur katak menetas menjadi kecebong
(berudu). Bentuk kecebong seperti ikan teri. Kecebong hidup dan tumbuh di
dalam air. Kecebong bernapas menggunakan insang.
Pada kecebong tumbuh sepasang kaki belakang dan sepasang kaki depan.
Kecebong berubah menjadi katak berekor. Semakin lama, ekor katak semakin
mengerut. Katak berekor tumbuh dan berubah menjadi katak muda. Lama
kelamaan ekor katak menghilang. Katak muda berubah menjadi katak dewasa
28 Katak dewasa hidup di air dan di darat. Katak dewasa bertelur di dalam air. Lewat
telur inilah, daur hidup katak dimulai. (Haryanto, 2002:51)
(sumber: http://shelaagris.blogspot.in/2011/06/bahan-ajar-ipa-kelas-iv.html?m=1)
Gambar 2.5 Daur Hidup Katak
2.2 Penelitian yang Relevan
Pada subbab ini terdiri dari penelitian mengenai pengembangan media
pembelajaran berbasis metode Montessori pada pembelajaran IPS, Bahasa, dan
Matematika yang akan dibahas sebagai berikut.
2.2.1 Penelitian tentang Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Hardiyanti (2016) melakukan penelitian tentang Pengembangan Alat
Peraga Pembelajaran IPS SD Materi Keragaman Budaya Indonesia Berbasis
Metode Montessori. Penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SD N Karangwuni
1 tahun ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian untuk mengembangkan alat peraga
keragaman budaya Indonesia dengan konsep alat peraga Montessori yang sudah
ada kemudian mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa alat peraga keragaman budaya Indonesia dikembangkan
dengan konsep alat peraga Montessori (flags of the world) dan memiliki
29 penyimpanan bendera dan kartu budaya. Kualitas alat peraga ditunjukkan dengan
perolehan nilai posttest lebih tinggi daripada pretest yang memiliki selisih nilai
sebesar 37,2. Oleh sebab itu, alat peraga keragaman budaya Indonesia telah
dikembangkan dari alat peraga Montessori yang sudah ada, memiliki kualitas
sangat baik dan membantu siswa dalam mempelajari keragaman budaya di
Indonesia.
Wulandari (2016) melakukan penelitian tentang Pengembangan Alat
Peraga Membaca dan Menulis Permulaan Berbasis Metode Montessori. Penelitian
dilakukan pada siswa kelas I SD N Karangwuni 1 tahun ajaran 2015/2016. Tujuan
penelitian untuk mengembangkan alat peraga membaca dan menulis berbasis
metode Montessori dan mengembangkan alat peraga dengan kualitas baik. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa alat peraga membaca dan menulis permulaan
berbasis metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang terlihat
dari nilai membaca dan menulis yang diperoleh siswa pada posttest lebih tinggi
daripada nilai pretest dengan selisih rerata nilai membaca sebesar 26,2 dan selisih
nilai menulis sebesar 10.
Noi (2015) melakukan penelitian tentang Pengembangan Alat Peraga
Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori.
Penelitian dilakukan pada siswa kelas III SD Bopkri Gondolayu tahun ajaran
2014/2015. Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan alat peraga berbasis
metode Montessori dengan ciri-ciri dan kualitas yang layak digunakan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil