• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi daur hidup jenis makhluk hidup.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi daur hidup jenis makhluk hidup."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD

MATERI DAUR HIDUP JENIS MAKHLUK HIDUP

Ama Eka Ananti Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya ketersediaan dan penggunaan LKS yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar pada matapelajaran IPA materi daur hidup jenis makhluk hidup.Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi daur hidup jenis makhluk hidup dengan berpedoman pada LKS yang sudah ada yang mengacu pada kurikulum 2013, kemudian mengembangkan LKS tesebut dengan kualitas baik.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model Dick & Carey (2003) dalam Setiyosari (2013). Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan langkah pengembangan yaitu, analisis kebutuhan, merumuskan tujuan, mengembangkan instrumen, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan efaluasi sumatif.

(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF SIXTH GRADE SCIENCE WORKSHEET ABOUT LIFE CYCLE OF ORGANISMS USING SCIENTIFIC APPROACH

Ama Eka Ananti Sanata Dharma University

2017

The background of this study is because the lack of availability and usage of worksheets that can help student in studying science about life cycle of organisms. The aim of this study is to develop science worksheets about life cycle of organisms using scientific approach which follows the corrent worksheets that uses curriculum 2013, and that worksheets to be better.

The method that is used in this study is research and development (R and D). Model that is used is Dick and Carey (2003) in Setiyosari (2013). That model is modified into eight development stages: requirements analysis,formulating objectives, developing instruments, developing strategy, developing the content of the worksheets, formative evaluation, revision, and evaluation summative.

(3)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI DAUR HIDUP JENIS

MAKHLUK HIDUP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ama Eka Ananti NIM: 131134018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI DAUR HIDUP JENIS

MAKHLUK HIDUP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Ama Eka Ananti NIM: 131134018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yang Maha Esa

Orang tuaku, Budiono dan Kanti Asih Teman satu payung R and D

Para sahabat yang tidak bisa kusebut satu-persatu

(8)

MOTTO

“Prestasi yang luar biasa selalu diawali dengan persiapan yang seksama”

(Roger Staubach)

“Anda dapat melakukannya jika Anda yakin Anda mampu”

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD

MATERI DAUR HIDUP JENIS MAKHLUK HIDUP

Ama Eka Ananti Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya ketersediaan dan penggunaan LKS yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar pada matapelajaran IPA materi daur hidup jenis makhluk hidup.Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi daur hidup jenis makhluk hidup dengan berpedoman pada LKS yang sudah ada yang mengacu pada kurikulum 2013, kemudian mengembangkan LKS tesebut dengan kualitas baik.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model Dick & Carey (2003) dalam Setiyosari (2013). Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan langkah pengembangan yaitu, analisis kebutuhan, merumuskan tujuan, mengembangkan instrumen, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan efaluasi sumatif.

(12)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF SIXTH GRADE SCIENCE WORKSHEET ABOUT LIFE CYCLE OF ORGANISMS USING SCIENTIFIC APPROACH

Ama Eka Ananti Sanata Dharma University

2017

The background of this study is because the lack of availability and usage of worksheets that can help student in studying science about life cycle of organisms. The aim of this study is to develop science worksheets about life cycle of organisms using scientific approach which follows the corrent worksheets that uses curriculum 2013, and that worksheets to be better.

The method that is used in this study is research and development (R and D). Model that is used is Dick and Carey (2003) in Setiyosari (2013). That model is modified into eight development stages: requirements analysis,formulating objectives, developing instruments, developing strategy, developing the content of the worksheets, formative evaluation, revision, and evaluation summative.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN

SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI DAUR HIDUP JENIS MAKHLUK HIDUP” ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan skripsi hingga selesai.

6. Mukija, S.Pd. Selaku Kepala SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan ijin sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. 7. Sartinah, S.Pd. selaku wali kelas IV A SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan bantuan dan dudukan selama melakukan penelitian di sekolah.

8. Para ahli yang telah melakukan uji keterbacaan dan uji validitas terhadap instrument penelitian peneliti yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Bagi Sekolah ... 6

1.4.2 Bagi Guru ... 6

1.4.3 Bagi Siswa ... 6

1.4.4 Bagi Peneliti ... 7

1.5 Spesifikasi Produk ... 7

1.6 Defenisi Operasional ... 8

(16)

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 10

2.1.1.1Teori Belajar ... 10

2.1.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme ... 11

2.1.1.3 Teori Belajar Piaget ... 11

2.1.1.4 Teori Belajar Vygotsky ... 12

2.2 Pembelajaran IPA di SD ... 13

2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 13

2.2.2 Hakikat IPA ... 14

2.3 Daur Hidup Makhluk Hidup ... 15

2.3.1 Pengertian Daur Hidup Makhluk Hidup ... 15

2.4 Hakikat Pendekatan Saintifik ... 16

2.4.1 Pengertian Pendekatan Saintifik ... 16

2.4.2 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 17

2.5 Lembar Kerja Siswa ... 23

2.5.1 Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 23

2.5.2 Karakteristik Lembar Kerja Siswa ... 23

2.5.3 Jenis-jenis LKS ... 24

2.5.4 Langkah-langkah Penyusunan LKS ... 25

2.5.5 Manfaat LKS ... 26

2.6 Penelitian yang Relevan ... 27

2.7 Kerangka Berpikir ... 31

2.8 Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Setting Penelitian ... 33

3.2.1 Objek Peneltian ... 33

3.2.2 Subjek Penelitian ... 34

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 34

(17)

3.3 Rancangan Penelitian ... 34

3.4 Prosedur Penelitian ... 39

3.4.1 Analisis Kebutuhan ... 41

3.4.1.1 Analisis Siswa ... 41

3.4.1.2 Analisis Pembelajaran ... 41

3.4.2 Merumuskan Tujuan Khusus ... 42

3.4.3 Mengembangkan Instrumen ... 42

3.4.4 Mengembangakan Strategi ... 43

3.4.5 Mengembangkan Isi LKS... 43

3.4.6 Evaluasi Formatif ... 43

3.4.7 Revisi ... 44

3.4.8 Evaluasi Sumatif ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5.1 Observasi ... 44

3.5.2 Wawancara ... 45

3.5.3 Kuesioner ... 45

3.5.4 Tes ... 45

3.6 Instrumen Penelitian ... 46

3.6.1 Pedoman Observasi ... 46

3.6.2 Pedoman Wawancara ... 47

3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 47

3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV ... 47

3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas IV ... 48

3.6.3 Kuesioner ... 49

3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan ... 49

3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk... 50

3.6.4 Soal Tes ... 51

3.7 Triangulasi ... 53

3.8 Teknik Analisis Data ... 54

(18)

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 58

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Deskripsi Potensi Masalah ... 60

4.1.1.1 Identifikasi Potensi ... 60

4.1.1.2 Identifikasi Masalah ... 60

4.1.2 Proses Pengembangan LKS ... 66

4.1.2.1 Analisis Kebutuhan ... 66

4.1.2.2. Merumuskan Tujuan Khusus ... 67

4.1.2.3 Mengembangkan Instrumen ... 68

4.1.2.4 Mengembangkan Strategi ... 70

4.1.2.5 Mengembangkan Isi LKS ... 71

4.1.2.6 Evaluasi Formatif ... 77

4.1.2.7 Revisi ... 78

4.1.2.8 Evaluasi Sumatif ... 78

4.1.3 Kualitas LKS ... 79

4.2 Pembahasan ... 82

BAB V PENUTUP ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 90

5.3 Saran ... 90

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kis observasi pembelajaran IPA kelas IV ... 46

Tabel 3.2 Kisi-kisi wawancara dengan kepala sekolah ... 47

Tabel 3.3. Pedoman wawancara dengan guru kelas IV ... 48

Tabel 3.4 Pedoman wawancara siswa kelas IV ... 48

Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioer terbuka untuk guru ... 50

Tabel 3.6 Kisi-kisi kuesioner tertutup untuk guru ... 50

Tabel 3.7 Kisi-kisi kuesioner terbuka untuk siswa ... 50

Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner tertutup untuk siswa ... 50

Tabel 3.9 Kisi-kisi validasi produk ... 51

Tabel 3.10 Kisi-kis instrumen soal tes pilihan ganda ... 52

Tabel 3.11 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ... 57

Tabel 3.12 Tabel kategorisasi skor rerata hasil penilaian instrumen ... 57

Tabel 4.1 Jenis dan tujuan instrumen ... 68

Tabel 4.2 hasil perhitungan validitas soal pilihan ganda ... 69

Tabel 4.3 Reliabilitas soal pilihan ganda ... 70

Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, dan Indikator serta tujuan ... 70

Tabel 4.5 Hasil revisi LKS berdasarkan komentar ahli dan siswa ... 78

Tabel 4.6 Hasil skor penilaian ahli ... 79

Tabel 4.7 Hasil komentar siswa setelah menggunakan LKS ... 80

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ... 35

Gambar 3.2 Prosedur pengembangan Dick & carey ... 40

Gambar 3.3 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan ... 54

Gambar 3.4 Triangulasi sumber data ... 54

Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert ... 57

Gambar 3.6 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner ... 58

Gambar 3.7 Rumus perhitungan nilai pretest dan posttest ... 58

Gambar 4.1 Triangulasi sumber data wawancara identifikasi masalah ... 62

Gambar 4.2 Triangulasi teknik pengumpulan data ... 65

Gambar 4.3 Kegiatan mengamati ... 72

Gambar 4.4 Kegiatan menanya ... 73

Gambar 4.5 Kegiatan menalar ... 74

Gambar 4.6 Kegiatan mencoba ... 74

Gambar 4.7 Kegiatan mengkomunikasikan ... 75

Gambar 4.8 Kegiatan Membuat Biografi ... 76

Gambar 4.9 Kegiatan membuat grafik ... 76

Gambar 4.10 Kegiatan membuat kliping ... 77

Gambar 4.11 Rumus perhitungan pretest dan posttest ... 79

(21)

DAFTAR LAMPIRAN ... 94

LAMPIRAN 1 Instrumen Identifikasi Masalah ... 95

Lampiran 1.1 Lembar hasil validasi pedoman observasi ... 95

Lampiran 1.2 Lembar hasil observasi pembelajaran IPA ... 96

Lampiran 1.3 Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli . 97 Lampiran 1.4 Transkrip wawancara dengan kepala sekolah ... 99

Lampiran 1.5 Lembar hasil validasi pedoman wawancara oleh ahli ... 100

Lampiran 1.6 Transkrip wawancara dengan guru ... 102

Lampiran 1.7 Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli ... 103

Lampiran 1.8 Transkrip wawancara dengan siswa ... 105

LAMPIRAN 2 Instrumen Analisis Kebutuhan ... 106

Lampiran 2.1 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan guru ... 106

Lampiran 2.2 Lembar hasil pengisian kuesioner analisis kebutuhan siswa ... 110

LAMPIRAN 3 Instrumen Tes ... 112

Lampiran 3.1 Lembar hasil pengisian soal tes oleh ahli dalam uji empiris ... 112

Lampiran 3.2 Output SPSS perhitungan instrumen tes ... 115

Lampiran 3.3 Lembar hasil pengerjaan Prettest ... 116

Lampiran 3.4 Lembar hasil pengerjaan Postest ... 119

LAMPIRAN 4 Validasi Produk ... 122

Lampiran 4.1 Lembar validasi kuesioner produk oleh ahli ... 122

Lampiran 4.2 Lembar hasil validasi LKS oleh ahli ... 126

LAMPIRAN 5 Surat Penelitian ... 136

Lampiran 5.1 Surat izin penelitian ... 136

Lampiran 5.2 Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 137

Lampiran 6 Foto Kegiatan Uji coba lapangan ... 138

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini berisi (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan, dan (6) definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam mencerdaskan bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi bangsa yang berkarakter. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan untuk optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat (Triwiyanto, 2014: 23). Dalam hal ini, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Melalui pendidikan, manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar diwariskan melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum.

Di Indonesia, perubahan kurikulum mengalami perjalanan yang sangat panjang dari rencana pembelajaran 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975/1976, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004 dan 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) hingga terakhir ini kurikulum 2013 (Hidayat, 2013: 10). Berdasarkan kurikulum yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat sejarah kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian, dengan tujuan untuk membentuk kualitas pendidikan yang bermutu yang dapat memenuhi kebutuhan siswa.

(23)

semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011: 1-3). Dalam kurikulum 2013, banyak sekali pendekatan yang dapat digunakan, salah satu diantaranya adalah pendekatan saintifik. Pendekatan Saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, melalui tahap-tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014: 34). Pembelajaran dalam pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan (Sani, 2014: 54). Model pembelajaran saintifik merupakan suatu pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pembelajaran siswa (Abidin, 2014: 127).

(24)

Salah satu cara guru untuk mengaktifkan siswa yaitu melalui Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan. LKS sendiri memuat pertanyaan atau langkah dalam melakukan eksperimen disesuaikan dalam langkah-langkah pendekatan saintifik (Trianto, 2011). Majid(2009: 176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa merepakan lembar-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terkait penggunaan LKS dan penggunaan pendekatain saintifik dalam pembelajaran IPA di SDN Perumnas Condongcatur, siswa sudah menggunakan LKS tetapi LKS yang digunakan oleh siswa berupa LKS yang biasa digunakan pada umumnya, LKS tersebut masih terdapat materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah siswa mengerjakannya, Selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif. Guru sudah menggunakan pendekatan saintifik tetapi belum menerapkan sesuai dengan lima tahapan saintifik karena hanya beberapa tahapan saja yang guru lakukan seperti kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba kegiatan mengkomunikasikan belum dilakukan. Guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Guru menjelaskan dengan menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Guru kurang menumbuhkan semangat dan keaktifan siswa dalam melakukan pembelajaran.

(25)

(2) LKS yang mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Dari empat karakteristik tersebut dikembangkan menjadi delapan karakteristik khusus yaitu (1) mengamati sendiri benda-benda yang ada di sekitar, (2) melakukan kegiatan praktikum dengan melakukan percobaan sendiri dalam pembelajaran IPA, (3) menggunakan majalah atau koran untuk mendapatkan informasi lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran IPA, (4) menggunakan buku-buku di perpustakaan untuk mendapatkan informasi lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran IPA, (5) menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas, (6) mewawancarai narasumber (guru, teman,orang tua dan sebagainya) untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran IPA, (7) menggunakan poster, gambar, foto, kliping, grafik, biografi untuk menunjukan hasil kerja, (8) melakukan kegiatan pembelajaran saintifik dengan lima tahapan secara utuh yaitu, mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

(26)

LKS berbasis pendekatan scientific. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2015) bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek penyajian, Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 87% dengan rata-rata skor 89,5% memiliki kriteria baik sekali.

Kualitas materi ditinjau dari aspek pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor 88,5% memiliki kriteria baik sekali. Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran, Hasil validasi LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”, hal ini menunjukkan bahwa LKS sudah layak digunakan untuk uji coba dalamkegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil penelitian menunjukkan dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.

(27)

dibatasi pada tahapan evaluasi sumatif atau pengolahan data berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas.

1.2Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Daur hidup jenis mahluk hidup?

1.2.2 Bagaimana kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Mendiskripsikan Daur hidup jenis mahluk hidup?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Daur hidup jenis mahluk hidup. 1.3.2 Mengetahui kualitas LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa

kelas IV materi Daur hidup jenis mahluk hidup.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan wawasan baru mengenai LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Dengan demikian, sekolah dapat mempertimbangkan pengembangan LKS IPA yang semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.

1.4.2 Bagi guru

(28)

1.4.3 Bagi siswa

Siswa dapat merasakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik.

1.4.4 Bagi peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian Research and Development (R & D) khususnya dalam upaya untuk mengembangkan LKS IPA menggunakan pendekatan saintifik untuk kelas IV SD materi daur hidup jenis makhluk hidup.

1.5Spesifikasi Produk

LKS IPA berbasis pendekatan saintifik memiliki ciri-ciri harus menarik, bergambar, berwarna, menuntun siswa dalam melakukan setiap tahapan kegiatan, dan mengaktifkan siswa dalam belajar. LKS yang akan dikembangkan untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep pembelajaran IPA khususnya pada materi “Daur Hidup Jenis Makhluk Hidup” dengan pendekatan saintifik. LKS IPA dengan pendekatan saintifik dirasa cukup menarik untuk mengaktifikan dan menumbuhkna motivasi siswa untuk belajar, khususnya belajar tentang materi daur hidup jenis makhluk hidup.LKS yang dirancang khusus untuk mempelajari materi satu kompetensi dasar yang memuat beberapa indikator. Siswa akan belajar secara mandiri dengan menggunakan LKS tersebut.

(29)

Produk LKS yang dihasilkan didesain berbentuk buku dengan menggunakan program Microsoft Word. LKS yang dikembangkan berdasarkan pemetaan KI dan KD serta indikator. Sampul luar LKS didesain dengan menggunakan program Corel Draw, pemberian warna pada sampul dibuat sesuai dengan hasil dari analisis kebutuhan siswa. Format yang digunakan adalah font Comic sans MS, spasi 1,5 dan ukuran huruf 12, dan dicetak dengan menggunakan kertas HVS A4 80gram.

Materi yang dibahas dalam LKS adalah daur hidup jenis makhluk hidup. Materi tersebut dibuat menjadi tujuh macam kegiatan sesuia dengan materi daur hidup jenis makhluk hidup. Pada setiap kegiatan, dibuat sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan). Setiap kegiatan dilengkapi dengan langkah-langkah yang menuntun siswa untuk melakukan kegiatan selanjutnya, selain itu, juga dilengkapi dengan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan ketika siswa melakukan percobaan. Pada setiap tahapan percobaan, telah diberi panduan berupa langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa ketikan melakukan sebuah kegiatan eksperimen baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain dilengkapi dengan panduan, LKS ini juga memiliki gambar-gambar untuk terlihat lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengerjakannya. Disetiap lembar kegiatan, siswa telah diberi tempat untuk menulis hasil pengamatan, pertanyaan-pertanyaan, dan percobaan yang telah mereka lakukan sehingga siswa tidak lagi memerlukan buku tulis yang lain untuk menuliskan hasil kegiata mereka.

1.6Definisi Operasional

(30)

kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat

1.6.2 Belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, memperbaiki sikap dan mengokohkan kepribadian.

1.6.3 Pembelajaran adalah proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal.

1.6.4 Pendekatan saintifik adalahproses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksiksi konsep, hukum atau prinsip, melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengomunikasikan.

1.6.5 LKS adalah panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan.

1.6.6 LKS berbasis pendekatan saintifik adalah LKS yang berisi dengan tahapan kegiatan yang menuntun dan mengaktifkan siswa dalam melakukan setiap aktifitas belajar sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.

1.6.7 Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

1.6.8 Daur hidup makhluk hidup adalah seluruh tahap perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya.

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang mendukung 2.1.1.1 Teori Belajar

Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi eksternal yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera. Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar (Gagne dalam Yao, 2015: 55)

Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya berubah dari sebelum pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor eksternal (lingkungan pembelajaran) yang keduanya saling berinteraksi (Yao, 2015: 55).

Kemampuan belajar dari Gagne dapat dijelaskan sebagai berikut:

(32)

b. Strategi kognisi. Ini adalah strategi pembelajaran yang menyebabkan murid terampil mengatur proses internal seperti perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran. Strategi kognisi meliputi strategi menghafal, strategi elaborasi, strategi pengaturan, strategi metakognisi, dan strategi afeksi.

c. Informasi verbal. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama, istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan.

d. Sikap. Ini adalah keadaan dalam diri murid yang memengaruhinya (bertindak sebagai moderatoratas pilihan untuk bertindak). Sikap ini meliputi komponen afeksi, kognisi, dan psikomotorik.

e. Keterampilan motorik. Ini adalah keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang lebih halus, mulus, teratur, dan tepat waktu.

2.1.1.2 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar bermanfaat untuk menjelaskan teori-teori tentang belajar.Teori yang dijelaskan pada bagian ini adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan persepektif psikologi dan filosofis yang memandan bahwa masing-masing individu membangun sebagian besar dari apa yangmereka pelajari dan pahami (Bruning, dkk dalam Schunk, 2012: 320).

2.1.1.3 Teori Belajar Piaget

Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap.Tingkat perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Susanto, 2013: 77)yaitu periode berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun. Periode berpikir praoperasional konkret dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7 tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun sampai dewasa.

(33)

konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkret, siswa sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya (Susanto, 2013: 77). Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret.

Pada tahap operasional konkret, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan (mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya), dan mengenai konsep angka.Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa (Hergenhahn & Matthew, 2008: 320). Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak.

2.1.1.4 Teori Belajar Vygotsky

Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vigotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan social sebgai fasilitator perkembangan dan pembelajaran (Tudge & Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337). Vigotsky menganggap bahwa lingkungan social sangat penting bagi pembelajaran.Interaksi-interaksisosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman belajar. Aktivitas social adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang manyatukan perilaku dan pikiran.

(34)

mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan menyediakan jawabn-jawaban dari pertnayaan-pertnyaan.

Inti teori Vigotsky yaitu bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi memiliki asal-usul dalam kehidupan sosial sejak anak berinteraksi dengan orang dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru, orang yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vigotsky, budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam perlengkapan diri mereka, yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan (Surya, 2015: 153). Perubahan kognitif terjadi dalam kawasan perkembangan terdekat melalui interaksi anak dengan orang dewasa melalui berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.

2.2Pembelajaran IPA di SD

2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Alasan tersebut untuk melatih anak berfikir kritis dan objektif, (Darmodjo, 1992: 3). Ilmu alamiah sering disebut ilmu pengetahuan alam atau ilmu kealaman, yang dalam bahasa Inggris disebut natural science atau secara singkat sering disebut

science. Ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta, termasuk bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Jadi Ilmu Pengerahuan Alam (IPA) atau science itu secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi dialam (Iskandar, 1997: 2).

(35)

yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaranmatematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

2.2.2 Hakikat IPA

Ilmu alamiah sering disebut ilmu pengetahuan alam atau ilmu kealaman, yang dalam bahasa Inggris disebut natural science atau science. Ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam semesta, termasuk bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip (Herabudin, 2010: 102). Ilmu alamiah dasar (basic natural science) hanya mengkaji konsep dan prinsip-prinsip dasar yang esensial. Ilmu pengerahuan alam adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam, cara ilmu pengetahuan alam mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keluhurannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya Nash (dalam Samatowo 2011: 3).

IPA sering disebut dengan singkatan sebagai sain. Sains (Inggris: Science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, (2)

(36)

Hakikat IPA yaitu (1) IPA sebagai produk merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Bentuk IPA sebagai produk berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. (2) IPA sebagai proses merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan masalah bukan hanya sekumpulan pengetahuan, fakta-fakta, pengetahuan tentang benda-benda, makhluk-makhluk. Proses belajar IPA lebih menekankan pada keterampilan proses. Aspek keterampilan proses IPA yaitu: mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, penelitian, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan, membuat difinisi operasional, melakukan eksperimen. (3) IPA sebagai sikap yaitu menumbuhkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan memalui prosedur yang benar, IPA sebagai pengembangan sikap ilmiah, maksudnya melalui IPA mampu membangun sikap ilmiah siswa (Iskandar, 1997: 1-2).

2.3 Materi Daur Hidup Makhluk Hidup 2.3.1 Pengertian Daur Hidup Makhluk Hidup

Daur Hidup adalah seluruh tahap perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya (Sumantoro, 2009: 72). Seiring dengan pertumbuhannya, tubuh hewan mengalami perubahan bentuk. Ada sebagian hewan yang mengalami sedikit perubahan bentuk, tetapi ada pula sebagian hewan yang mengalami banyak perubahan bentuk. Semua makhluk hidup mengalami siklus hidup atau daur hidup. Makhluk hidup terlahir atau menetas, kemudian tumbuh menjadi lebih besar, bertambah tua, dan akhirnya akan mati. Jika makhluk hidup berkembang biak, maka daur hidup akan berulang. Dengan cara ini makhluk hidup melangsungkan dan melestarikan jenisnya di muka bumi (Sumantoro, 2009: 72).

Daur hidup adalah tahapan perubahan bentuk tubuh hewan sepanjang

(37)

tidak sempurna, dan tidak mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah proses

perubahan bentuk dan fungsi tubuh dari suatu makhluk hidup. Metamorfosis

sempurna adalah pertumbuhan hewan yang melewati tahaptelur, larva, pupa, dan

dewasa. Metamorfosis tidak sempurna adalah pertumbuhan hewan yang

melewatitahap telur, nimfa, dan dewasa (Wahyono, 2008: 52).

Daur hidup adalah seluruh tahapan perubahan yang dialami makhluk hidup selama hidupnya. Daur hidup yang dialami hewan ada yang tanpa metamorfosis dan ada yang dengan metamorfosis. Metamorfosis adalah suatu proses perubahan bentuk dan fungsi tubuh dari suatu makhluk hidup. Ada dua jenis metamorfosis,

yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis

sempurna artinya bentuk tubuh hewan saat lahir sangat berbeda dengan bentuk

dewasanya. Hewan tersebut mengalami tahap pupa (kepompong). Metamorfosis

tidak sempurna artinya bentuk tubuh hewan saat lahir tidak terlalu berbeda

dengan bentuk dewasanya. Hewan tersebut tidak mengalami tahap pupa

(kepompong) (Haryanto, 2013: 49).

2.4 Hakikat Pendekatan Saintifik 2.4.1 Pengertian Pendekatan Saintifik

(38)

Saintifik adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh satu kesimpulan ilmiah. Jadi pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik mampu menemukan jawaban dari masalah yang sedang dihadapi melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan (Sumantoro dalam Putra, 2013 :40).

2.4.2 Langkah-langlah Pembelajaran Saintifik

Proses pembelajaran saintifik terdapat lima pengalaman belajar pokok antara lain sebagai berikut (Daryanto, 2014: 60-80).

2.4.2.1Mengamati

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan fokus perhatian siswa dalam memacu rasa ingin tahu siswa yang mendorong siswa untuk berpikir aktif serta memandu aktivitas bertanya baik siswa maupun guru. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar). Hal ini yang penting dari suatu benda atau objek. Kompetensi yang dikembangkan adalah: melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi. 2.4.2.2Menanya

Melakukan kegiatan menanya, guru dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa, melatih siswa untuk berpikir spontan dan melatih kemampuan siswa berbicara sistematis. Kegiatan ini bertujuan untuk memandu dan membimbing siswa agar dapat menemukan konsep dan membantu siswa untuk memperoleh penjelasan ilmiah atau pengetahuan dari rasa ingin tahu siswa. Kompetensi yang dikembangkan adalah: mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

2.4.2.3Mencoba

(39)

terutama untuk materi yang sesuai. Dengan melakukan percobaan, siswa akan lebih memahami variable terkait, menguasai penggunaan alat dan prosedur kerja, teliti dalam pengumpulan data (observasi dan pengukuran), melatih siswa berpikir kritis dalam menganalisis data dan mampu mengkomunikasikan hasil secara sistematis.

2.4.2.4Menalar

Kegiatan menalar merupakan proses berpikir logis dan sistematis atau fakta empiric yang dapat diobservasi untuk mendapatkan kesimpulan yang berupa pengetahuan ilmiah. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam kegiatan menalar, yaitu: menghubungkan atau mengkaitkan, dan menyimpulkan.

2.4.2.5Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.

Dyer (dalam Widoyoko, 2015: 53-72)mengembangkan pendekatan saintifik (scientificapproach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:

1. Mengamati (observing)

(40)

atau percobaan. Pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan lain, seperti melakukan pengelompokan dan membandingkan. Kegiatan mengamati sebuah fenomena alam atau fenomena sosial dapat ditugaskan pada siswa, misalnya mengamati tingkah laku hewan peliharaan, mengamati benda atau hewan apa saja yang ada di sekitar rumah. Ketika melakukan suatu penyelidikan, diperlukan kemampuan mengamati yang lebih teliti, bahkan mungkin menggunakan alat ukur. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhan untuk dapat menganaisis suatu permasalahan atau fenomena.

2. Menanya (questioning)

Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pernyataan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dn mengembangan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan salam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu cara untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode inkuiri. Pertanyaan yang diajukan dapat menggiring siswa untuk melakukan sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau fenomena alam atau fenomena sosial perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki keingintahuan dan minat untuk belajar secara mandiri.

(41)

3. Melakukan percobaan (experimenting)

Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomen dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada tahap persiapan pembelajaran, guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain:

a. Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik kajian

b. Mengajukan pertanyaan atau membantu siswa mengembangkan pertanyaan yang relevan dengan topik dan harus diselesaikan dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan

c. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau percobaan oleh siswa

d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan

e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapkan dengan pelaksanaan kegiatan penyelidikan/percobaan

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (associating)

(42)

Dasar pengolahan informasi berdasarkan metode ilmiah adalah melakukan penalaran secara empiris. Penalaran empiris didasarkan pada logika iduktif, yaitu menalar dari hal khusus seperti fakta, data, informasi, pendapat dari pakar. Kesimpulan dibuat berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut. Penalaran yang sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika maju berdasarkan observasi umum (premis mayor) ke observasi khusus atau pernyataan (premis minor) yang mengarah pada kesimpulan khusus.

Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan hubungan antar variabel, atau dapat menjelaskan tentang data berdasarkan teori yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan.

5. Mencipta serta membentuk jejaring (networking)

Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber, mengembangkan diri, dan memperoleh pekerjaan. Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi. Kompetensi penting dalam membangun jaringan adalah keterampilan intrapersonal, keterampilan interpersonal, dan keterampilan organisasional (sosial). Keterampilan intrapersonal terkait dengan kemampuan seseorang mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia. Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Sedangkan keterampilan organisasional (keterampilan sisial) adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.

Keterampilan intrapersonal, interpersonal, dan organisasional merupakan

(43)

menjalin kerja sama, mampu mengambil inisiatif, berani mengambi keputusan, dan gigih dalam belajar.

Hosnan (2014: 39) menjelaskan langkah-langkah pendekatan saintifik sebagai berikut:

1) Mengamati

Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. 2) Menanya

Kegiatan menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.

3) Mencoba/eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terisi dan direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab masalah atau menguji hipotesis.

4) Menalar

Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru.

5) Mengkomunikasikan

Pada tahapan ini, peserta didik diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

(44)

2.5Lembar Kerja Siswa

2.5.1Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempe

rmudah proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan. LKS sendiri memuat pertanyaan atau langkah-langkah dalam melakukan eksperimen disesuaikan dalam langkah-langkah pendekatan saintifik (Trianto, 2011).

Majid(2009: 176) mengungkapkan bahwa lembar kerja siswa merepakan lembar-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan atau tugas praktik.

Tim Penyusunan Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2004:23) menjelaskan bahwa lembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi, kedua pendapat ahli di atas, ditemukan kesamaan bahwalembar kerja siswa merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembar kerja siswa, yaitu lembar-lembaran kertas yang berisikan materi, isi tugas, petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang disusun secara terstruktur, dan disertai referensi yang mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai.

2.5.2 Karakteristik Lembar Kerja Siswa

(45)

siswa, ada beberapa karakteristik yang harus ditentukan yaitu 1) mengacu pada kurikulum, 2) mendorong siswa untuk belajar dan bekerja, 3) bahasa yang digunakan mudah diahami oleh peserta didik, dan 4) dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.

2.5.3 Jenis-jenis LKS

Prastowo (2014:208) mengemukakan ada 5 jenis LKS yaitu sebagai berikut.

1) LKS penemuan (Membuat Siswa Menemukan Suatu Konsep) sesuai dengan prinsip kontruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkontruksi pengetahuan di dalam otaknya. LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi: melakukan, mengamati, menganalisis.

2) LKSAplikatif-Integratif (Membuat Siswa Menerapkan dan Mengintregrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)

Di dalam suatu pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya di latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3) LKS Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)

LKS penuntun berisi pertanyaan atau jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.

4) LKS Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)

LKS penguatan diberikan setelah siswa mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.

5) LKS Praktikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum)

(46)

konten dari LKS. Lembar Kerja Siswa dibagi menjadi dua macam yaitu: (1) lembar kerja yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan, dan menemukan konsep dalam suatu tema atau yang bisa disebut dengan lembar kerja siswa tak berstruktur, (2) lembar kerja siswa yang dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses belajar mengajar tanpa bimbingan guru atau yang disebut lembar kerja siswa berstruktur.

2.5.4 Langkah-langkah penyusunan LKS

Langkah-langkah penyusunan LKS ada beberapa langkah yang harus diperhatikan menurut (Prastowo, 2014: 275) , antara lain.

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyususnan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan materi pokok dan pengalaman belajar yang memerlukan bahan ajar LKS.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus ditulis dalam LKS, serta melihat sekuensi atau urutan dari LKS.Sekuensi berguna untuk menentukan prioritas penulisan materi.

3) Menentukan Judul-judul LKS

Penentuan judul LKS dilakukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasanya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar atara mata pelajaran.

4) Penulisan LKS

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menulis LKS, sebagai berikut.

a. Merumuskan indikator dan pengalaman belajar antar mata pelajaran dari tema sentral yang telah ditemukan.

(47)

maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

c. Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti isi, materi LKS dan tugas yang diberikan. Pembuatan materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambar umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian. Sumber-sumber tersebut dapat ditulis di dalam LKS sebagai referensi agar peserta didik dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan oleh peserta didik.

d. Memperhatikan struktur LKS. Langkah terakhir dalam penyusunan dan pengembangan LKS adalah memperhatikan struktur LKS. LKS tersusun atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar , kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas / langkah-langkah kerja, serta penilaian. Oleh karena itu, dalam penyusunan LKS harus memuat keenam komponen inti agar menjadi sebuah LKS yang baik.

2.5.5 Manfaat LKS

LKS memiliki berbagai keunggulan (Lismawati, 2010: 40). Berikut ini akan diuraikan keunggulan dari LKS. Berikut ini akan diuraikan keunggulan dari LKS.

1) Keunggulan LKS

a. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus.

b. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis.

(48)

d. Secara ekonomis lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya.

2.6 Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016), Mustofa (2013), Pratiwi (2014), Ningtyas (2015), Bulan (2012) dan Edeltrudis (2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di rumahh teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD 2013 menunjukkan skor 3,87 (baik) dan 4,00 (baik), dua guru SD kelas II menghasilkan skor 3,44 (baik) dan 3,93 (baik). Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan kategori “baik”. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Pendekatan Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar.

Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Hasil penelitian ini menunjukan penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90% (sangat layak), pakar desain sebesar 96% (sangat layak), dan guru sebesar 93,18% (sangat layak). Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil (kelas IVB) menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 %, siswa tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang.

(49)

oleh hasil validasi ahli yang menunjukkan nilai 4,67, sedangkan keefektifan pembelajaran ditunjukkan dengan penghitungan normal yang menunjukkan 52,5% siswa memperoleh nilai yang cukup efektif, respon siswa terhadap pembelajaran adalah positif dengan 94,12% siswa menilai positif terhadap pelaksanaan pembelajaran, nilai kinerja dan produk ditunjukkan dari rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan produk siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.

(50)

diperoleh nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan.Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan nilai antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis metode percobaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran hasil penelitian menunjukkan bahawa LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik layak digunakan dengan validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1) kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/instruksi LKS, (3) rumusan kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indicator/tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan dalam LKS, (6) tampilan LKS, (7) penggunaan kata Tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya, (9) mengamati, (10) mencoba, (11) menganalisis, (12) menalar, (13) mengomunikasikan, (14) keterpaduan antar mata pelajaran, (15) suasana pembelajaran, dan (16) reflekasi. Hasil validasi dua ahli media LKS menghasilkan skor 3,93 (baik) dan 4,06 (baik). Validasi dari dua guru kelas menghasilkan skor 4,12 (baik) dan 3,93 (baik). LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini menunjukkan LKS menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalamkegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang sesuai saran.

(51)

termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.

Berdasarkan bagan di atas hasil penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa keenam penelitian mengembangkan LKS, tetapi Mbetu, Pratiwi, dan Edeltrudis sama-sama mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik, Mustofa mengembangkan LKS berbasis observasi, Ningtyas mengembangkan LKS berbasis metode percobaan dan Bulan mengembangkan LKS berbasis masalah. LKS yang dikembangkan peneliti sama dengan peneliti-penelitian di atas, dan penelitian-penelitian tersebut dijadikan sumber bagi peneliti. LKS yang

peneliti kembangkan mempunyai ke khasan yaitu dengan empat karakteristik yaitu

Mbetu (2016) LKS, Pendekatan Saintifik, Subtema bermain di Rumah

teman Kelas II

Ningtyas (2015)

LKS, Metode Percobaan, IPA, Kelas V

Edeltrudis (2012)

LKS, Pendekatan Saintifik, subtema hewan di sekitarku

untuk siswa kelas II

Pratiwi (2014)

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Scientific pada Tema

Berbagai Pekerjaan di Kelas IV

Mustofa 2014

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman Sekolah Sebagai Sumber Belajar Sain di SDN 1 Tinjomoyo

Bulan (2012)

LKS, Berbasis Masalah, subtema cara menjaga kerukunan untuk kelas V

(52)

(1) mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangn konsepnya secara sendiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan saintifik, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan.

2.7 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyusun kerangka berpikir tentang pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi daur hidup jenis makhluk hidup. Seiring dengan dicanangkannya inovasi pendidikan dalam bidang kurikulum yang mengacu pada kurikulum 2013, diharapkan dapat memberikan perubahan positif pada proses pembelajaran dan cara belajar yang lebih ideal. Tentunya harapan tersebut harus didukung dengan ketersediaan LKS yang layak dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Di SDN Perumnas Condongcatur telah menggunakan kurikulum 2013, tetapi ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang terlihat, sehingga kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru yang menjelaskan materi kepada siswa. Setelah guru menjelaskan materi, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang terdapat di LKS. LKS yang digunakan oleh siswa berupa LKS yang biasa digunakan pada umumnya, LKS tersebut masih terdapat materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah siswa mengerjakannya selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan LKS yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

(53)

2.8 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai beikut.

1) Bagaimana mengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Daur hidup jenis makhluk hidup?

2) Bagaimana kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Mendeskripsikan Daur hidup jenis makhluk hidup?

3) Bagaimana peningkatan hasil tes setelah menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Mendeskripsikan Daur hidup jenis makhluk hidup?

4) Bagaimana dampak Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Mendeskripsikan daur hidup jenis makhluk hidup?

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab tiga ini akan dipaparkan bahasan mengenai (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) rencana penelitian, (4) prosedur penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) instrument penelitian, (7) triangulasi, dan (8) teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dan pengembangan (research and development/R&D). Research and development adalah penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru, yang diuji secara sistematis di lapangan, dievaluasi, dan direvisi hingga diperoleh kriteria spesifik meliputi efektivitas, kualitas, atau standar yang sejenis (Gall, dkk, 2007: 589). Model Penelitian dan Pengembangan bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan model Dick danCarey berupa desain instruksional. Dalam pengembangan bahan ajar dengan model Dick dan Carey dilaksanakan dengan proses yang berurutan sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan instruksionalnya.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan LKS IPA Berbasis Pendekatan Saintifik materi daur hidup jenis makhluk hidup. Penelitian ini dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas untuk mengetahui apakah LKS ini dapat digunakan siswa dalam memahami materi daur hidup jenis makhluk hidup pada pembelajaran IPA di kelas IV. Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebuah prototipe LKS IPA Berbasis Pendekatan Saintifik materi daur hidup jenis makhluk hidup.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Objek Penelitian

(55)

makhluk hidup. LKS ini dirancang untuk membantu siswa memahami materi daur hidup jenis makhluk hidup. Penelitian ini mengembangkan LKS tersebut untuk mempelajari daur hidup jenis makhluk hidup dalam mata pelajaran IPA kelas IV. LKS tersebut berisi lima langkah pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas IV SD semester genap tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa yang dipilih sebanyak enam anak, yang terdiri atas tiga siswa putri dan tiga siswa putra. Pemilihan sekelompok siswa tersebut didasarkan pada pemerolehan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), pemerolehan nilai sedang dan pemerolehan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

3.2.3 Lokasi Penelitian

Penelitian R and D ini dilaksanakan di SD Negeri Perumnas Condongcatur, Yogyakarta sebagai lokasi sampel uji coba lapangan terbatas. Peneliti memilih sekolah ini sebagai sampel karena secara umum prestasi siswa di bidang akademik cukup baik, nilai akreditasi sekolah “A”. Selain itu, lokasi sekolah yang berada di kawasan Yogyakarta. Alasan selanjutnya adalah kemampuan siswa yang beragam dan karakteristik siswa yang berbeda-beda, misalnya saja nilai siswa yang berbeda satu dengan yang lain.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian R and D dilaksanakan mulai bulan Juli 2016 hingga Desember 2016.Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama kurang lebih enam bulan.

3.3 Rencana Penelitian

(56)

performansi, 5) mengembangkan instrumen, 6) mengembangkan strategi pembelajaran, 7) mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, 8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, 9) melakukan revisi, dan 10) evaluasi sumatif.

Penelitian R and D yang akan dilakukan adalah pengembangan LKS IPA berbsis pendekatan saintifik pada daur hidup jenis makhluk hidup. Langkah pengembangan LKS ini mengikuti langkah penelitian yang dikembangkan oleh Dick & Carey. Penelitian ini dibatasi hanya sampai pada evaluasi sumatif dan menghasilkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik.

[image:56.612.93.580.220.612.2]
(57)

Dari langkah-langkah tersebut diatas, berikut penjelasan setiap tahap pada penelitian R and D Dick & Carey (Setyosari, 2013: 230-235).

1. Analisis kebutuhan dan tujuan

Melakukan analisis kebutuhan untuk menetukan tujuan program atau produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan prioritas yang segera dipenuhi. Dengan menguji kebutuhan, peneliti akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada dan keadaan nyata dilapangan yang sebenarnya. Dengan cara melihat kesenjangan yang terjadi, peneliti mencoba menawarkan suatu alternatife pemecahan dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu.

2. Analisis pembelajaran

Langkah berikutnya, peneliti melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. 3. Analisis pembelajaran dan konteks

Analisis ini bisa dilakukan secara bersamaan dengan analisis pembelajaran, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalisis pembelajaran dan konteks, yang mancakup kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pembelajaran dalam latar pembelajaran, juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut dimana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Langkah 2 dan 3 dapat dilakukan baik secara berurutan, atau secara bersamaan.

4. Merumuskan tujuan performansi

(58)

operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan.

5. Mengembangkan instrumen

Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrument assessment, yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional (sebagaimana yang dikemukakan di depan). Tugas mengembangkan instrumen ini menjadi sangat penting.Instrumen dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu, dan juga instrument untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan dapat berupa kuesioner atau daftar cek.

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

Mengembangkan strategi pembelajaran, yang secara spesifik untuk membantu pembelajaran mencapai tujuan khusus. Strategi pembelajaran tertentu yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh peneliti. Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan.

7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran

Langkah ini merupakan kegiatannyata yang dilakukan oleh peneliti. Pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran,

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Dick &
Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas IV
tabel berikut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui besarnya BEP, MOS, DOL, dan SDP maka kita dapat mengetahui kapan perusahaan dapat mencapai titik impas, maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun

dan kendaraan bermotor roda 4 (baru dan bekas). Mengajukan permohonan fasilitas pinjaman sesuai keperluan kerja. Berstatus sebagai pekerja tetap. Mendapat rekomendasi dari atasan.

Perusahaan dapat menilai/assessment pemegang saham pada jumlah tambahan di atas nilai kontribusi sebenarnya, kemudian menetapkan apakah saham yang semula dijual

[r]

[r]

Surat Pernyataan bahwa perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya dibubuhi

Tokoh Lintas Agama Tulungagung.

[r]