• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Priscilia Wijayanti Pasaribu NIM: 131134187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Priscilia Wijayanti Pasaribu NIM: 131134187

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat, rahmat, dan kasihnya.

2. Kepada Bapakku Okber Parlagutan Pasaribu dan ibu Rini Sam Harinanjaya

yang selalu mendoakan , mendukung, dan tak pernah lelah menyemangatiku hingga saat ini.

3. Adikku Ferdinand Andre Pasaribu yang selalu mendoakan dan

mendukungku.

4. Teman-teman payung LKS IPA, Julison, Ama, Sella, Sari, Asa.

5. Para sahabat dan teman terkasih yang selalu ada dalam segala kondisiku dan

memberikan semangat.

6. Almamater kebanggaanku, Universitas Sanata Dharma.

(6)

MOTTO

“Tuhan itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Mazmur 118:14)

“Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tudak goyah

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Januari 2017 Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Priscilia Wijayanti Pasaribu

Nomor Mahasiswa : 131134187

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

UNTUK KELAS IV SD MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 3 Januari 2017 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV SD

MATERI GAYA, GERAK, DAN ENERGI

Priscilia Wijayanti Pasaribu Universitas Sanata Dharma

2017

Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, LKS, IPA, Gaya, Gerak, dan Energi, Pendekatan Saintifik.

Latar belakang penelitian ini adalah kurang maksimalnya penerapan lima tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran dan LKS yang digunakan dalam pembelajaran masih berisi materi dan soal-soal latihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV gaya, gerak dan energi dan untuk mengetahui kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi.

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Model yang digunakan adalah model pengembangan yang dipaparkan oleh Dick dan Carey. Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan langkah pengembangan, yaitu analisis pempelajaran, merumuskan tujuan khusus, menembangkan instrumen, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan evaluasi sumatif.

(10)

ABSTRACT

The development of LKS IPA based on scientific approach for the fourth grade of elementary school, matery force, motion, energy

Pasaribu, Priscilia Wijayanti Sanata Dharma Univercity

2017

Keywords: Research and development, LKS, IPA, force, motion, energy, scientific approach

The background of this research was the minimum steps of five steps in scientific approach in the process of learning activity and the use of LKS only focused on materials and exercises. This research aims at developing LKS IPA and finding out the product quality of LKS IPA based on scientific approach for the forth grade of elementary school, matery force, motion, energy.

The method of this research was research and development (R & D). The model was proposed by Dick dan Carey. That model was modified into eight developing steps, those were; need analysis, identify the purpose, develop instruments, develop startegy, develop the content of LKS, formative evaluation, revision, and sumative evaluation.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan LKS IPA Berbasis Pendekatan Sintifik untuk kelas IV SD Materi Gaya, Gerak, dan Energi dengan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat

kesehatan dan kelancaran dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Rohandi, Ph. D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. sebagai Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. sebagai Wakaprodi PGSD.

5. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M. A. dan Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan skripsi.

6. Priyana Santosa, S.Pd. dan Ibu Gendra Widyaningrum, S.Pd. yang membantu dalam proses validasi instrumen, Ibu Ir. Sri Agustini S., M.Pd. dan Bapak Cahyo Arif Nugroho, S.Pd. yang membantu dalam proses validasi produk.

7. Mukija, S.Pd.SD Kepala SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah memberikan izin dan kesempatan dalam melaksanakan penelitian.

8. Cahyo Arif Nugroho, S.Pd. wali kelas IVC yang telah memberikan izin dalam melakukan uji coba terbatas kepada siswanya.

9. Siswa-siswa kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur yang telah membantu dalam uji coba terbatas.

10. Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa membantu dalam proses perkuliahan dan skripsi.

11. Sahabat-sahabatku di kelas VI E dan VII D yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.

(12)

13. Kedua orang tuaku Bapak Okber Pasaribu dan Ibu Rini Sam yang senantiasa memberikan dukungan dan mendoakanku.

14. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menemui banyak kendala dalam penyusunan skripsi ini. Meskipun demikian, kendala tersebut tidak membuat peneliti menjadi menyerah dan putus asa, namun menjadikan semangat dan antusias untuk maju dan menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

Peneliti menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan selain milik Tuhan, begitu pula dengan penulisan skripsi ini. Karena itu, peneliti meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam sistematika, isi, dan sebagainya dalam skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Peneliti

(13)

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan masalah ... 4

1.5 Definisi Operasional ... 6

1.6 Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Teori-teori yang mendukung ... 9

2.1.1.1 Teori Belajar Bruner ... 9

2.1.1.2 Teori Belajar Piaget ... 9

2.1.1.3 Teori Belajar Vygotsky ... 10

2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran ... 11

(14)

2.1.2 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) ... 12

2.1.2.1 Pengertian ... 13

2.1.2.2 Hakekat IPA ... 13

2.1.2.3 Fungsi dan sifat IPA ... 15

2.1.3 Pendekatan Saintifik ... 16

2.1.3.1 Pengertian ... 16

2.1.3.2 Langkah-langkah ... 17

2.1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 23

2.1.4.1 Pengertian ... 23

2.1.4.2 Fungsi ... 23

2.1.4.3 Jenis-jenis LKS ... 24

2.1.4.4 Langkah-langkah penyusunan LKS ... 24

2.1.4.5 Manfaat LKS ... 25

2.1.5 Materi Gaya, gerak dan energi ... 26

2.1.6 Karakteristik Siswa ... 28

2.2 Penelitian yang relevan ... 29

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.4 Pertanyaan penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis penelitian ... 35

3.2 Setting Penelitian ... 35

3.2.1 Subjek Penelitian... 35

3.2.2 Objek Penelitian ... 35

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 35

3.2.4 Waktu Penelitian ... 36

3.3 Rancangan Penelitian ... 36

3.4 Prosedur Penelitian ... 40

3.4.1 Analisis Kebutuhan ... 42

3.4.1.1 Analisis Pembelajaran ... 42

3.4.1.2 Analisis Siswa ... 42

3.4.2 Merumuskan Tujuan Khusus ... 43

3.4.3 Mengembangkan Instrumen ... 43

3.4.4 Mengembangkan Strategi ... 43

(15)

3.4.6 Evaluasi Formatif ... 44

3.4.7 Revisi ... 44

3.4.8 Evaluasi Sumatif ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5.1 Observasi ... 45

3.5.2 Wawancara ... 45

3.5.3 Kuesioner ... 46

3.5.4 Tes ... 47

3.6 Instrumen Penelitian ... 48

3.6.1 Pedoman Observasi ... 48

3.6.2 Pedoman Wawancara ... 49

3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah ... 49

3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV ... 49

3.6.2.3 Wawancara Siswa kelas IV... 50

3.6.3 Kuesioner ... 51

3.6.3.1 Kuesioner analisis kebutuhan ... 51

3.6.3.2 Kuesioner Validasi Produk ... 52

3.6.4 Soal Tes ... 53

3.7 Triangulasi ... 54

3.8 Teknik Analisis Data ... 55

3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ... 56

3.8.2 Analisis Data Kualitatif ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Deskripsi Potensi dan Masalah ... 60

4.1.1.1 Identifikasi Potensi ... 60

4.1.1.2 Identifikasi Masalah ... 60

4.1.2 Analisis Karakteristik LKS ... 64

4.1.4 Proses Pengembangan LKS ... 65

4.1.4.1 Analisis Kebutuhan ... 65

4.1.4.2 Merumuskan tujuan khusus ... 68

4.1.4.3 Mengembangkan instrumen ... 69

4.1.4.4 Mengembangkan strategi ... 71

(16)

4.1.4.6 Evaluasi formatif ... 74

4.1.4.7 Revisi ... 75

4.1.4.8 Evaluasi Sumatif ... 76

4.1.5 Desain LKS ... 77

4.1.6 Kualitas LKS ... 79

4.2 Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP ... 86

5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 87

5.3 Saran ... 87

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran IPA ... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Kepala Sekolah ... 49

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada Guru ... 50

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada siswa kelas IV ... 50

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru ... 51

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup untuk Guru ... 52

Tabel 3.7 Kisi-kisi kuesioner terbuka untuk Siswa ... 52

Tabel 3.8 Kisi-kisi kuesioner tertutup untuk Siswa ... 52

Tabel 3.9 Kisi-kisi Validasi Produk ... 52

Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 53

Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 57

Tabel 3.12 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ... 58

Tabel 4.1 Pengembangan Instrumen ... 69

Tabel 4.2 Hasil Validitas Instrumen Tes ... 70

Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes ... 71

Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, Indikator, dan Tujuan ... 71

Tabel 4.5 Hasil Revisi LKS Berdasarkan Komentar Ahli dan Siswa ... 75

Tabel 4.6 Hasil skor pretest dan posttest ... 76

Tabel 4.7 Hasil Validasi Produk LKS ... 79

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penelitian yang relevan ... 32

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Dick & Carey .... 37

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 41

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ... 54

Gambar 3.4 Triangulasi Sumber Data Wawancara ... 55

Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert ... 57

Gambar 3.6 Rumus perhitungan persentase jawaban pada kuesioner ... 58

Gambar 3.7 Rumus Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest ... 58

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah ... 63

Gambar 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ... 66

Gambar 4.3 Kegiatan Mengamati ... 72

Gambar 4.4 Kegiatan Menanya ... 72

Gambar 4.5 Kegiatan Mencoba ... 73

Gambar 4.6 Kegiatan Menalar ... 73

Gambar 4.7 Kegiatan Mengkomunikasikan ... 74

Gambar 4.8 Kegiatan mencari informasi dari berbagai sumber ... 74

Gambar 4.9 Rumus Perhitungan Persentase Skor Pretest dan Posttest ... 76

Gambar 4.10 Hasil Skor Pretest dan Posttest siswa ... 77

(19)

LAMPIRAN

Lampiran 3.1 Surat Izin Penelitian ... 90

Lampiran 3.2 Surat Keterangan telah melakukan penelitian ... 91

Lampiran 3.3 Soal pretest dan posttest ... 92

Lampiran 3.4Hasil Analisis butir soal korelasi pearson... 95

Lampiran 4.1 Hasil Validasi Instrumen Observasi Pembelajaran ... 98

Lampiran 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran ... 99

Lampiran 4.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah ... 100

Lampiran 4.4 Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... 101

Lampiran 4.5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ... 103

Lampiran 4.6 Hasil Wawancara Guru Kelas IV ... 105

Lampiran 4.7 Hasil validasi wawancara siswa ... 106

Lampiran 4.8 Hasil Wawancara Siswa ... 108

Lampiran 4.9 Hasil Validasi Kuesioner untuk Guru ... 109

Lampiran 4.10 Hasil Validasi Kuesioner untuk Siswa ... 112

Lampiran 4.11 Hasil Kuesioner Guru ... 114

Lampiran 4.12 Hasil Kuesioner Siswa ... 117

Lampiran 4.13 Hasil Validasi Instrumen Validasi Produk ... 119

Lampiran 4.14 Hasil Validasi Produk LKS ... 123

Lampiran 4.15 Dokumentasi Uji coba lapangan terbatas ... 133

(20)

BAB I PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam mencerdaskan bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi bangsa yang berkarakter. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat (Triwiyanto, 2014: 23). Salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan adalah kurikulum.

Konsep dasar kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapi tujuan pendidikan sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011: 1-3). Dalam kurikulum 2013 banyak sekali pendekatan yang dapat digunakan, salah satu di antaranya adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014: 34). Pendekatan saintifik erat kaitannya dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris: Science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke: (1) studi sistematis, (2) tubuh

(21)

pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu (Surjani, 2010: 11-12). Ilmu Pengetahuan alam adalah ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah. Rangkaian kegiatan dalam IPA tidak hanya belajar secara teoritis, namun belajar melalui percobaan, penemuan-penemuan yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Hal ini berkaitan dengan pendekatan saintifik yang menuntun siswa aktif dalam melakukan berbagai kegiatan secara mandiri dengan 5 tahapan pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Mata pelajaran IPA dipelajari di berbagai jenjang pendidikan, dan salah satunya pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Dalam IPA kelas IV sekolah dasar mempelajari berbagai macam materi. Pada penelitian ini peneliti membahas Kompetensi Dasar (KD) 3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan Indikator mengkategorikan fenomena atau peristiwa berdasarkan gaya yang terjadi di dalamnya dan menjelaskan tentang pengaruh suatu gaya terhadap gerak benda dengan energi di dalamnya. Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa berdasarkan KD tersebut adalah gaya, gerak, dan energi. Salah satu cara guru untuk mengaktifkan siswa yaitu melalui Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan. LKS sendiri memuat pertanyaan atau langkah-langkah dalam melakukan eksperimen disesuaikan dalam langkah-langkah pendekatan saintifik (Trianto, 2011).

(22)

mandiri dan mencari sumber informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu guru sudah menggunakan pendekatan saintifik tetapi belum menerapkan sesuai dengan lima tahapan saintifik. Guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Guru menjelaskan dengan menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Guru kurang menumbuhkan semangat dan keaktif siswa dalam melakukan pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti

melakukan penelitian dan pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi. LKS dikembangkan berdasarkan lima tahapan saintifik yaitu, mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengomunikasikan. LKS yang dikembangkan memiliki karakterisitik yakni (1) LKS yang mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) LKS yang mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Dari empat karakteristik tersebut dikembangkan menjadi delapan karakteristik khusus yaitu (1) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan di luar kelas, (2) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan percobaan, (3) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber, (4) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan mengamati, (5) LKS mengarahkan siswa membuat pertanyaan untuk melakukan kegiatan bertanya, (6) Dalam LKS terdapat petunjuk/tugas yang mengarahkan siswa menggunakan koran, majalah dan buku-buku perpustakaan

untuk mendapatkan informasi, (7) LKS mengarahkan siswa menggunakan

gambar, poster, foto, grafik, atau tabel untuk menunjukkan hasil kerja (8) LKS mengarahkan siswa untuk presentasi di depan kelompok atau di depan kelas.

(23)

untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas

II sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan

untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis pendekatan saintifik. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas

(2015) bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode

percobaan. Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012) bertujuan untuk mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Pada keenam penelitian terdahulu, sama-sama mengembangkan LKS, namun memiliki perdedaan pada metode atau model pembelajaran yang digunakan dalam pengembangaan LKS. Kemudian peneliti mengembangkan LKS berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi gaya, gerak, dan energi. Materi pembelajaran IPA dibatasi pada KI 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya dan benda-benda yang dijumpainnya di rumah, sekolah, dan tempat bermain, KD 3.3 Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui pengamatan serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Perumnas Condongcatur sebagai lokasi sampel uji coba lapangan terbatas. SD Negeri Perumnas Condongcatur hanya sebagai sampel, peneliti mengembangkan LKS yang bisa dipakai untuk seluruh siswa kelas IV tidak hanya di SD tersebut. Penelitian ini dibatasi pada tahapan evaluasi sumatif atau pengolahan data

berdasarkan hasil uji coba lapangan terbatas.

1.2Rumusan masalah

1.2.1Bagaimana pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis

(24)

1.2.2Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi?

1.3Tujuan

1.3.1Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan

saintifik untuk siswa kelas IV gaya, gerak dan energi.

1.3.2Mengetahui kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis

pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi gaya, gerak dan energi.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut.

1.4.1 Bagi Sekolah

Sekolah mendapatkan pengetahuan baru mengenai LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Dengan demikian, sekolah dapat mempertimbangkan pengembangan LKS IPA yang semakin mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar.

1.4.2 Bagi Guru

Guru semakin menyadari bahwa pentingnya LKS IPA berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Guru mendapatkan inspirasi terkait

dengan Research and Development (R & D) yang mengembangkan media

pembelajaran. 1.4.3 Bagi Siswa

Siswa dapat merasakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan dengan menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Selain itu dapat membantu siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan menjadi lebih bermakna sehingga mendapatkan prestasi yang membanggakan. 1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman melakukan penelitian dengan

metode Research and Development (R & D) khususnya dalam upaya untuk

(25)

1.5Definisi Operasional

1.5.1Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui

proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja.

1.5.2Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai

hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu.

1.5.3IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah ilmu pengetahuan tentang gejala

alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

1.5.4Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar

peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui lima tahapan, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.

1.5.5LKS adalah panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan

observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudan proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan.

1.5.6LKS berbasis pendekatan saintifik adalah LKS yang berisi

tahapan-tahapan kegiatan yang menuntun dan mengaktifkan siswa dalam melakukan setiap aktivitas belajar sesuai dengan lima tahapan pendekatan

saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar,

mengkomunikasikan).

1.5.7Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda.

Gaya dapat menimbulkan posisi, gerak, atau perubahan bentuk pada benda.

1.5.8Gerak adalah perubahan tempat kedudukan pada suatu benda dari titik

keseimbangan awal. Sebuah benda dikatakan bergerak jika benda itu berpindah kedudukan terhadap benda lainnya baik perubahan kedudukan yang menjauhi atau yang mendekati.

1.5.9Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh

(26)

1.6Spesifikasi Produk

1.6.1 LKS IPA berbasis pendekatan saintifik ciri-ciri yang menarik, bergambar, berwarna, menuntun siswa dalam melakukan setiap tahapan kegiatan, dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

1.6.2 LKS yang akan dikembangkan untuk memfasilitasi siswa dalam memahami konsep pembelajaran IPA khususnya pada materi “Gaya, Gerak, dan Energi” dengan pendekatan saintifik.

1.6.3 LKS IPA berbasis pendekatan saintifik cukup menarik untuk mengaktifkan dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar, khususnya belajar tentang materi gaya, gerak, dan energi.

1.6.4 LKS dirancang berdasarkan kajian KI dan KD Kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan saintifik dan analisis kebutuhan.

1.6.5 Dalam pembuatan LKS ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti penggunaan warna, jenis kertas, penggunaan gambar, ketebalan huruf, dan juga besar kecilnya huruf.

1.6.6 Produk LKS yang dihasilkan berbentuk buku berukuran 18cm x 25cm

yang didesain terlebuh dahulu dengan menggunakan Microsoft Word.

1.6.7 Sampul luar LKS didesain dengan menggunakan program Corel Draw

dan Microsoft Publisher, pemberian warna pada sampul dibuat sesuai dengan hasil analisis kebutuhan siswa yaitu, biru dan hijau yang dicetak menggunakan kertas Ivory A3 230 gram.

1.6.8 Format penulisan isi LKS yang digunakan adalah dengan font Comic

Sans MS, dengan ukuran font 12, dan spasi 1,5 yang dicetak menggunakan kertas HVS A3 80 gram.

1.6.9 Materi yang dibahas dalam LKS adalah gaya, gerak, dan energi. Materi tersebut dibuat menjadi delapan macam kegiatan sesuai dengan materi gaya, gerak, dan energi.

(27)

1.6.11 Setiap kegiatan juga dilengkapi dengan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan ketika siswa melakukan percobaan.

1.6.12 Pada setiap tahapan percobaan, telah diberi panduan berupa langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa ketikan melakukan sebuah

kegiatan eksperimen baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Selain

dilengkapi dengan panduan, LKS ini juga memiliki gambar-gambar untuk terlihat lebih menarik sehingga siswa tidak merasa bosan ketika mengerjakannya.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori yang medukung penelitian ini. Adapun beberapa teori pendukung penelitian diuraikan di bawah ini.

2.1.1 Teori-teori yang mendukung

Teori belajar yang mendukung pendekatan saintifik yang sangat relevan ada tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget dan teori Vygotsky.

2.1.1.1Teori Belajar Bruner

Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Brune (Carin, 1975). Pertama, individu hanya belajar dengan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan instrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik (Hosnan, 2014: 35).

2.1.1.2Teori Belajar Piaget

Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap. Tingkat perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Susanto, 2013: 77) yaitu periode berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun. Periode berpikir praoperasional konkret dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7 tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun sampai dewasa.

(29)

memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya (Susanto, 2013: 77). Selain itu, siswa sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkret.

Pada tahap operasional konkret, siswa mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai, melakukan pengurutan ( mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan sebaliknya), dan mengenai konsep angka. Selama tahap ini, proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa (Hergenhahn & Matthew, 2008: 320). Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah yang agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak.

2.1.1.3Teori Belajar Vygotsky

Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vigotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan social sebgai fasilitator perkembangan dan pembelajaran (Tudge & Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337). Vigotsky menganggap bahwa lingkungan social sangat penting bagi pembelajaran. Interaksi-interaksi sosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman belajar. Aktivitas sosial adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang manyatukan perilaku dan pikiran.

Konsep pokok dalam teori Vigotsky adalah Zone of Proximal Development

(ZPD) atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan antara apa yang dapat dilakukan sendiri oleh siswa dana pa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan orang lain (Schunk, 2012: 341). Interaksi orang dewasa (guru) dan teman sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas utama guru adalah mengatur lingkungan pembelajaran sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya. Peran guru disini adalah menyajikan sebuah lingkungan yang mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan menyediakan jawabn-jawaban dari pertnayaan-pertnyaan.

(30)

yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vigotsky, budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam perlengkapan diri mereka, yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan (Mohamad Surya, 2015: 153). Perubahan kognitif terjadi dalam kawasan perkembangan terdekat melalui interaksi anak dengan orang dewasa melalui berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.

2.1.1.4 Belajar dan Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi eksternal yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera. Kondisi eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar (Gagne dalam Yao, 2015: 55).

Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui proses pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya berubah dari sebelum pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor eksternal (lingkungan pembelajaran) yang keduanya saling berinteraksi (Gagne dalam Yao, 2015: 55). Kemampuan belajar dari Gagne dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Keterampilan intelektual. Ini adalah kemampuan murid untuk berinteraksi

(31)

2. Strategi kognisi. Ini adalah strategi pembelajaran yang menyebabkan murid terampil mengatur proses internal seperti perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran. Strategi kognisi meliputi strategi menghafal, strategi elaborasi, strategi pengaturan, strategi metakognisi, dan strategi afeksi.

3. Informasi verbal. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan menyimpan

nama, istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan.

4. Sikap. Ini adalah keadaan dalam diri murid yang memengaruhinya (bertindak

sebagai moderatoratas pilihan untuk bertindak). Sikap ini meliputi komponen afeksi, kognisi, dan psikomotorik.

Keterampilan motorik. Ini adalah keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang lebih halus, mulus, teratur, dan tepat waktu.

2.1.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu (Supratiknya, 2012: 5). Hasil belajar merupakan terbangunnya pengetahuan-pengetahuan baru melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar doperoleh siswa secara aktif dan mandiri.

Hasil belajar yang diperoleh melalui proses belajar dapat berupa kemampuan baru sama sekali maupun penyempurnaan atau pengembangandari suatu kemampuan yang telah dimilik (Winkel, 2004: 61). Misalnya, seorang anak belaajr berenang pada waktu ia duduk di bangku seklah dasar dnegan mengikuti pelajaran renang yang diselenggrakan oleh Sekolah. Pada waktu menjadi siswa Sekolah Menengah Pertama, anak itu dapat mempelajari beberapa gaya berenang yang lain seperti gaya kupu-kupu

Kingsley membedakan hasil belajar siswa (individu) menajdi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Setiap golongan bisa diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah (Sudjana, 1989: 45, dalam Deni Kurniawan, 2014: 9).

(32)

2.1.2.1 Pengertian

Ilmu pengetahuan alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains.

Sains (Inggris: Science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1)

pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke: (1) studi sistematis, (2) tubuh pengetahuan

yang terorganisasi, dan (3) pengetahuan teoritis. Sains atau ilmu pengetahuan alam

adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu (Surjani, 2010: 11-12). Ilmu pengetahuan alam atau Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu (Stone, dalam Agus, 2003 : 11). Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. H. W. Fowler mengatakan bahwa IPA adalah ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubugan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Sedangkan Nokes di dalam bukunnya “Science in Education” menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Ahmadi, 2002:1).

Dengan demikian, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

2.1.2.2 Hakekat IPA

1. IPA sebagai Proses

IPA sebagai proses menyangkut proses-proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk). Proses-proses inilah dikenal sebagai proses ilmiah yang berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah. Secara sederhana (Nyoman, 1985-1986 : 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai usaha mencari pengetahuan dan kebenaran. Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan (Iskandar, 1997: 5). Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan :

a) Proses Dasar (Basic Skills)

Observing (mengamati), inferring (menarik kesimpulan), measuring

(mengukur), communicating (mengkomunikasikan), classifying

(33)

b) Proses Terintegrasi (Integrated Skills) dalam Moejiono dan Dimyati, (1992 : 16 )

Controlling variables (pengontrolan variabel), formulating hypothesi

(menyusun hipotesis), defining operationally (menentukan operasionalnya),

eksperimen, formulating model (membuat model), dan mengiterpretasikan data.

2. IPA sebagai Produk

Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA yaitu : Fakta adalah data dari hasil observasi berulang-ulang yang telah diketahui kondisinya. Konsep adalah ide atau gagasan yang digeneralisasikan atau diabstrakkan dari pengalaman. Prinsip adalah generalisasi atau abstraksi dari konsep-konsep yang berhubungan. Hukum adalah generalisasi dari konsep-konsep yang berhubungan, yang digunakan untuk menjelaskan banyak gejala. Teori adalah model yang abstrak yang dapat digunakan untuk menjelakan berlakunya prinsip dan hukum.

3. IPA sebagai Sikap

Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimentasi dan berpikir rasional diperlukan sikap ilmiah seperti jujur, objektif, terbuka, komunikatif, dan sebagainya agar mencari hasil/produk IPA yang benar.

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 2001: 11). Sikap-sikap ilmiah meliputi :

a. Objektif terhadap fakta. Artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.

b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.

c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.

d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.

(34)

bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan

f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintauhan (Curiosity) yang tinggi.

2.1.2.3Fungsi dan sifat IPA

Ilmu pengetahuan alam atau sains secara pragmatis dapat ditinjau menurut fungsi-fungsinya (Surjani, 2010: 12-14). Ada beberapa fungsi pokok sains yang dikumpulkan dari pendapat para pelaku, pengguna, dan pemirsa sains yaitu:

1. Sains membantu manusia berpikir dalam pola sistematis.

Sains sangat membantu kita berpikir lebih sistematis, terutama dalam hal menghadapi permasalahan di dunia dan menyangkut alam. Belajar dengan gaya sains, manusia menjadi lebih logis dan lebih membebaskan diri dari pikiran-pikiran mengenaai mistik dalam menghadapi gejala alam. Manusia lebih menempatkan segala sesuatu ke dalam pikiran menurut struktur yang logis dan lebih objektif sehingga menghindarkan masalah-masalah yang tidak perlu

2. Sains dapat menjelaskan gejala alam serta hubungan satu sama lain antar

gejala alam.

Sains merupakan kumpulan pengetahuan mengenai alam, kita dapat dengan mudah merujuk ke penjelasan alam untuk menjelaskan gejala-gejala alam di sekitar kita. Kemampuan sains untuk “menjelaskan” kemungkinan karena sains mempunyai sifat-sifat utama:

1) Analitis, yaitu dapat meneliti satiap bagian dari objek dengan seksama dan

terstruktur.

2) Logis, dapat dipikirkan dan diamati dengan sederhana dan masuk akal,

yang memberikan serangkaian sebab akibat dalam proses-prosesnya.

3) Sistematis, urutan penjelasan harus ada dan sifatnya logis serta

(35)

4) Kausatif, menjelaskan gejala alam berdasarkan penyebab-penyebabnya. Kalau air dipanaskan mendidih, mengapa kalau tekanan darah tinggi dan tidak terkontrol manusia bisa terkena stroke dan sebagainya. Dengan demikian setiap hukum dala ilmu alam merumuskan sebab akibat ini.

5) Kuantitatif, artinya dapat diukur dan apa yang dilaporkan dalam bentuk

angka-angka dapat dipercaya secara statistika. Angka-angka maupun besaran ini merupakan hasil pengukuran dengan metode-metode IPA.

3. Sains dapat digunakan untuk meramalkan gejala alam yang akan terjadi

berdasarkan pola gejala alam yang dipelajari.

Salah satu sifat IPA adalah kausatif. Jika ada hukum alam berarti gejala alam dapat dijamin akan mengikuti hukum alam tersebut.

4. Sains digunakan untuk menguasai alam dan mengendalikannya demi

kepentingan manusia.

Serangkaian pengamatan serius mengenai gejala alam dan dengan demikian sifat-sifatnya diketahui manusia, manusia akan berusaha mengatur dan mengendalikan alam dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan manusia sendiri.

5. Sains digunakan untuk melestarikan alam karena sumbangan ilmunya

mengenai alam.

Pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai alam, ilmuwan akan tahu sampai di mana alam dapat dimanfaatkan dan sampai di mana alam justru dirusak oleh aktivitas manusia.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

2.1.3.1 Pengertian

Pendekatan saintifik merupakan kerangka ilmiah pembelajaran yang diusung oleh kurikulum 2013. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik.

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip

(36)

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Hosnan, 2014: 34).

2.1.3.2 Langkah-langkah

Langkah-langkah pada pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam

proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi lima langkah pembelajaran (Hosnan, 2014: 37-81).

1. Mengamati (Observing)

Metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa keingintahuannya tentang fenmena dan rahasia alam yang senantiasa menantang. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Mengamati/ observing adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).

2. Menanya (Questioning)

(37)

pembelajaran questioning merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab.

3. Mencoba (Experimenting)

Eksperimen/mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji sesuati hipotesis. Eksperimen atau percobaan yang dilakukan tidak selalu harus dilaksanakan di dalam laboratorium, tetapi dapat dilakukan pada alam sekitar. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dn menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu.

4. Menalar (associating)

Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Menalar (associating) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari Kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan menalar, yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pda teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori.

5. Membentuk Jejaring (Networking)

Model networked adalah model pembelajaran berupa kerja sama antara siswa

dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa

secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Networked model

(38)

pembelajaran akan memberikan bekal kepada siswa untuk mampu memfilter (memilih) seluruh kegiatan belajar melalui kacamata keahlian dan kemampuan membuat hubungan internal dan mampu memandu ke jaringan kerja eksternal

dari para ahli di lapangan atau bidang-bidang terkait. Networked adalah kegiatan

siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Dyer (dalam Widoyoko, 2015: 53-72) mengembangkan pendektan saintifik (scientific approach) dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:

1. Mengamati (observing)

Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Pengamatan kualitatif mengandalkan panca indera dan hasilnya dideskripsikan secara naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik benda pada umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan menggunakan angka. Data yang diamati dalam observasi sebaiknya merupakan variabe, yakni dataa yang bervariasi untuk sebuah karakteristik. Variabel yang akan diamati dapat merupakan variabel terikat atau variabel bebas. Variabel terikat meruakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang terkait, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang diubah dalam sebuah eksplorasi atau percobaan. Pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan lain, seperti melakukan pengelompokan dan membandingkan. Kegiatan mengamati sebuah fenomena alam atau fenomena social dapat ditugaskan pada siswa, misalnya mengamati tingkah laku hewan peliharaan, mengamati benda atau hewan apa saja yang ada di sekitar rumah. Ketika melakukan suatu penyelidikan, diperlukan kemampuan mengamati yang lebih teliti, bahkan mungkin menggunakan alat ukur. Pengamatan yang cermat sangat dibutuhan untuk dapat menganaisis suatu permasalahan atau fenomena.

2. Menanya (questioning)

(39)

keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dn mengembangan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat. Guru perlu mengajukan pertanyaan salam upaya memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu cara untuk melatih siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah menggunakan metode inkuiri Suchman. Pertanyaan yang diajukan dapat menggiring siswa untuk melakukan sebuah pengamatan yang lebih teliti. Pertanyaan tentang kondisi atau fenomena alam atau fenomena sosial perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki keingintahuan dan minat untuk belajar secara mandiri. Aktivitas belajar yang dapat dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut melibatkan proses pengamatan yang dipandu dengan menggunakan pertanyaan. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh siswa atau setelah mempelajari sebuah konsep dalam kaitannya dengan aplikasi dari konsep yang dipelajari. Siswa perlu dimotivasi untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan pengetahuan yang telah dipelajarinya. Kegiatan untuk mengaktifkan siswa untuk bertanya dapat dilakukan dengan berbagai metode atau teknik, misalnya dengan meminta mereka merumuskan beberapa pertanyaan yang akan digunakan dalam melakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara.

3. Melakukan percobaan (experimenting)

Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomen dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru perlu mengarahkan siswa dalam merencanaan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang telah dilakukan. Pada tahap persiapan pembelajaran, guru bertindak sebagai pengarah atau pengelola kegiatan belajar dengan melakukan hal-hal antara lain:

a. Mengembangkan keingintahuan dan minat siswa dalam mempelajari topik

kajian

b. Mengajukan pertanyaan atau membantu siswa mengembangkan pertanyaan

yang relevan dengan topik dan harus diselesaikan dengan melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan

c. Mengarahkan pengembangan rencana penyelidikan atau percobaan oleh

(40)

d. Mendeskripsikan atau membantu siswa memilih atau mencari peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyelidikan atau percobaan

e. Menyatakan lamanya waktu dan hasil yang diharapkan dengan pelaksanaan

kegiatan penyelidikan/percobaan

Peran guru ketika siswa melaksanakan kegiatan penyelidikan adalah:

a. Memfasilitasi atau membantu siswa menggunakan bahan dan peralatan

b. Mendiskusikan ide dalam pelaksanaan penyelidikan yang menantang siswa

untuk berpikir kritis.

Pada tahap akhir, guru perlu melakukan koordinasi agar siswa dapat menyampikan hasil penyelidikannya kepada teman atau kelompok lain. Pada tahap ini tindakan guru adalah:

a. Mendorong siswa untuk berbagi hasil penyelidikan

b. Berdiskusi dengan siswa atau mengarahkan mereka dalam membuat

kesimpulan atau “menemukan” konsep.

Sebuah percobaan juga dapat dilakukan untuk memancing minat siswa menyelidiki fenomena alam yang diamati ketika melakukan percobaan, tanpa dimulai dengan pengajuan pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan diajukan ketika percobaan sedang dilakukan.

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar (associating)

Kemampuan mengolah informasi melalui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Pengolahan informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu menalar). Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi. Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premis), data, fakta, atau informasi.

(41)

menalar dari hal khusus seperti fakta, data, informasi, pendapat dari pakar. Kesimpulan dibuat berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut. Penalaran yang sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika maju berdasarkan observasi umum (premis mayor) ke observasi khusus atau pernyataan (premis minor) yang mengarah pada kesimpulan khusus.

Upaya untuk melatih siswa dalam melakukan penalaran dapat dilakukan dengan meminta mereka untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan hubungan antar variabel, atau dapat menjelaskan tentang data berdasarkan teori yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan.

5. Mencipta serta membentuk jejaring (networking)

Jaringan sangat dibutuhkan dalam belajar dari aneka sumber, mengembangkan diri, dan memperoleh pekerjaan. Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dpat membangun jaringan dan berkomunikasi. Kompetensi penting dalam membangun jaringan adalah keterampilan intrapersonal, keterampilan

interpersonal, dan keterampilan organisasional (sosial). Keterampilan

intrapersonal terkait dengan kemampuan seseorang mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia. Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Sedangkan keterampilan organisasional (keterampilan sisial) adalah kemampuan untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.

Keterampilan intrapersonal, interpersonal, dan organisasional merupakan soft

skill yang sangat dibutuhkan untuk membangun jaringan agar dapat sukses dalam

kehidupan. Seorang siswa yang memiliki soft skill yang baik akan dapat menjalin

(42)

2.1.4 Lembar Kerja Siswa (LKS) 2.1.4.1 Pengertian

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, dan pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2009: 222-223).

Lembar kerja siswa (LKS) merupakan panduan siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan observasi, eksperimen, maupun demonstrasi untuk mempermudah proses penyelidikan atau pemecahan suatu permasalahan (Trianto, 2011). Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa secara aktif. Kegiatan tersebut dapat berupa pengamatan, eksperimen dan pengajuan pertanyaan (Trianto, 2010: 243).

LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Rohaeti, dkk., 2009).

2.1.4.2 Fungsi

(43)

2.1.4.3 Jenis-jenis LKS

LKS yang disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, hal ini berakibat pada jenis LKS yang bermacam-macam (Prastowo, 2014: 271). Lima jenis LKS yang biasa digunakan oleh siswa di antarnya:

1) LKS penemuan (membantu siswa menemukan suatu konsep) Sesuai dengan

prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya.

2) LKS yang aplikatif-integratif (membantu siswa menerapka dan

mengintergrasikan berbagai konsep yang telahditemukan)

3) LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penutun belajar)

4) LKS yang penguatan (berfungsi sebagai penguatan)

5) LKS yang praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum)

2.1.4.4 Langkah-langkah penyusunan LKS

Langkah-langkah penyusunan LKS ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, antara lain (Prastowo, 2014: 275).

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum tematik merupakan langkah pertama dalam penyususnan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan materi pokok dan pengalaman belajar yang memerlukan bahan ajar LKS.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui materi yang harus ditulis dalam LKS, serta melihat sekuensi atau urutan dari LKS. Sekuensi berguna untuk menentukan prioritas penulisan materi.

3) Menentukan Judul-judul LKS

Penentuan judul LKS dilakukan atas dasar tema sentral dan pokok bahasanya diperoleh dari hasil pemetaan kompetensi dasar, materi pokok atau pengalaman belajar atara mata pelajaran.

4) Penulisan LKS

(44)

a. Merumuskan indicator san pengalaman belajar antar mata pelajaran dari tema sentral yang telah ditemukan.

b. Menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses dan

hasil kerja peserta didik, karena pendekatan yang digunakan adalah kompetensi, di mana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

c. Menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada beberapa hal penting

yang harus diperhatikan, seperti isi, materi LKS dan tugas yang diberikan. Pembuatan materi LKS sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambar umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian. Sumber-sumber tersebut dapat ditulis di dalam LKS sebagai referensi agar peserta didik dapat membaca lebih jauh tentang materi tersebut. Selain itu, tugas harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan oleh peserta didik.

d. Memperhatikan struktur LKS. Langkah terakhir dalam penyusunan dan

pengembangan LKS adalah memperhatikan struktur LKS. LKS tersusun atas enam komponen yaitu judul, petunjuk belajar , kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas / langkah-langkah kerja, serta penilaian. Oleh karena itu, dalam penyusunan LKS harus memuat keenam komponen inti agar menjadi sebuah LKS yang baik.

2.1.4.5 Manfaat LKS

LKS memiliki berbagai manfaat (Lismawati, 2010: 40). Berikut ini akan diuraikan manfaat dari LKS. Berikut ini akan diuraikan manfaat dari LKS.

1. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat

(45)

2. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis.

3. Dapat memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi music, gambar dan

dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat.

4. Secara ekonomis lebih hemat dibandingkan dengan media pembelajaran

yang lainnya.

2.1.5 Materi Gaya, gerak dan energi

2.1.5.1 Pengertian

Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu benda. Gaya dapat menimbulkan posisi, gerak, atau perubahan bentuk pada benda.

2.1.5.2 Macam-macam Gaya

Gaya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

1. Gaya kontak adalah gaya yang bekerja langsung pada benda. Contohnya adalah gaya otot, gaya pegas, dan gaya gesek.

2. Gaya nonkontak adalah gaya yang bekerja antara dua benda, tetapi kedua benda itu tidak bersentuhan secara langsung. Contohnya adalah gaya magnet, gaya listrik, dan gaya gravitasi bumi.

Berikut di bawah ini pengertian dari macam-macam gaya.

1. Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi adalah gaya yang sangat kuat yang membuat bumi tetap pada porosnya. Karena gaya gravitasi bumi inilah isi dunia tidak terlempar ke udara. Gaya gravitasi akan berpengaruh terhadap bentuk dan gerak suatu benda. Semua benda yang dilemparkan ke udara pasti akan jatuh ke bumi. Pengaruh gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.

(46)

4. Gaya Dorong

Gaya dorong adalah gaya yang diberikan seseorang kepada benda agar benda itu dapat terlempar.

2.1.5.3 Gaya Mempengaruhi Bentuk Benda

Bentuk suatu benda dapat berubah jika dikenai gaya. Perubahan bentuk tersebut bergantung pada besar kecilnya gaya. Beberapa contoh berikut menjelaskan bahwa gaya mengubah bentuk suatu benda.

Tanah liat merupakan bahan lunak yang dapat digunakan untuk membuat berbagai benda seperti pot bunga, genting, dan gelas. Tanah liat dapat berubah bentuk menjadi berbagai benda karena mendapat gaya tekan dari jari-jari kita.

Contoh lainnya adalah mobil yang ditabrak akan berubah bentuk. Ketika ditabrak, mobil mendapat gaya dorong dari mobil lainnya sehingga bagian mobil yang mendapat gaya dorong akan berubah bentuk menjadi penyok.

2.1.5.4 Gaya Memengaruhi Gerak Suatu Benda 1. Berbagai Gerak Benda

Benda bergerak berarti benda itu bergeser dari tempat semula. Benda dapat

bergerak karena adanya gaya. Gaya adalah bentuk tarikan dan dorongan yang

diberikan pada benda. Hal ini dapat menyebabkan perpindahan benda. Pengaruh

gaya terhadap benda yang bergerak akan dijelaskan sebagai berikut. Bermacam-macam

gerakan benda, misalnya bergeser, berputar, dan melayang. Kelereng yang kita dorong akan bergerak menggelinding. Meja yang kita dorong akan bergerak dengan cara bergeser. Benda-benda tersebut dapat bergerak karena mendapatkan gaya. Gaya dapat diberikan pada benda yang diam dan benda bergerak.

2. Gaya Memengaruhi Benda Diam

(47)

3. Gaya Memengaruhi Benda Bergerak

Besar gaya yang. Benda yang bergerak juga dapat dipengaruhi oleh gaya. Kelereng yang menggelinding dapat berhenti saat ditahan dengan tangan. Benda yang bergerak dapat diam ketika mendapatkan gaya. Gaya juga dapat membuat benda bergerak lebih cepat. Mobil mogok bergerak lebih cepat jika didorong 10 orang daripada 5 orang. Benda bergerak juga dapat berubah arah dengan adanya gaya. Dapatkah kamu menyebutkan contohnya? Dibutuhkan sebanding dengan berat benda yang akan digerakkan. Benda bergerak dapat diam, dapat bergerak makin cepat, atau berubaharah dengan adanya gaya.

2.1.6 Karakteristik Siswa

Karakteristik peserta didik/siswa yang paing penting untuk diketahui adalah kemampuan kognitif (intelektual), minat, perkembangan bahasa, dan gaya belajarnya. Guru perlu memperhatikan apakah siswa senang membaca (gaya belajar membaca), berdiskusi (gaya belajar auditori), melihat tayangan (gaya belajar visual), atau bergerak (gaya belajar kinestetik). Jika siswa senang berdiskusi, metode belajar kooperatif atau mencari informasi melalui wawancara dengan narasumber mungkin akan lebih efektif. Karakteristik siswa terkait dengan perkembangan siswa yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Sebagai contoh, perkembangan siswa kelas IV untuk empat aspek tersebut adalah sebagai berikut (Abdullah, 2015: 262-263).

2.1.6.1 Aspek fisik. Pertumbuhan otot besar, koordinasi, dan keseimbangan sudah

berkembang sehingga siswa lebih aktif dan kegiatan belajar sebaiknya melibatkan aktivitas fisik.

2.1.6.2 Aspek intelektual: siswa memiliki keterampilan akademik dan minat yang

berbeda, masih berpikir konkret, rentang konsentrasi bertambah, mengekspresikan perasaan melalui tulian, dan senang berbagi pikiran.

2.1.6.3 Aspek emosional: siswa senang mencontoh orang lain, bersikap

(48)

2.1.6.4 Aspek sosial: siswa senang berkelompok, tidak suka dibandingkan, memahami aturan dan konsekuensi dan memiliki rasa ingin tahu tentang diri sendiri.

Guru harus bijaksana dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa tersebut, misalnya dalam merencanakan aktivitas bergerak dalam belajar, mengatur siswa untuk belajar berkelompok, dan merancang kegiatan menulis laporan atau hasil pengamatan.

Ciri-ciri perkembangan fisik siswa SD pada umumnya ditandai dengan pertumbuhan fisik yang telah mencapai kematangan, telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya, secara umum siswa SD telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Sementara itu, perkembangan intelektualnya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu (Abdullah, 2015: 264).

2.2 Penelitian yang relevan

Penelitian terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016), Mustofa (2013), Pratiwi (2014), dan Ningtyas (2015), Edeltrudis (2012), dan Bulan (2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik pada

subtema bermain di rumahh teman untuk siswa kelas II sekolah dasar. Berdasarkan

(49)

Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa Berbasis Observasi Pada Taman Sekolah Sebagai Sumber Belajar Sain. Hasil penelitian ini menunjukan penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90% (sangat layak), pakar desain sebesar 96% (sangat layak), dan guru sebesar 93,18% (sangat layak). Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil (kelas IVB) menunjukan rata-rata aktivitas siswa sebesar 94,6 %, siswa tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rata-rata nilai sebesar 7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di SDN 1 Tinjomoyo Semarang.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) bertujuan untuk mengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Pendekatan Scientific pada Tema Berbagai Pekerjaan di Kelas IV. Hasil uji coba dalam tahap pengembangan menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil validasi ahli yang menunjukkan nilai 4,67, sedangkan keefektifan pembelajaran ditunjukkan dengan penghitungan normal yang menunjukkan 52,5% siswa memperoleh nilai yang cukup efektif, respon siswa terhadap pembelajaran adalah positif dengan 94,12% siswa menilai positif terhadap pelaksanaan pembelajaran, nilai kinerja dan produk ditunjukkan dari rata-rata keseluruhan penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan produk siswa yang dinilai dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2015)bertujuan untuk mengetahui

kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek desain dan aspek penyajian, mengetahui kualitas materi LKS berbasis metode percobaan ditinjau dari aspek isi dan aspek pembelajaran berbasis percobaan, mengetahui repon siswa terhadap LKS berbasis percobaan, mengetahui hasil nilai evaluasi dari kelas kontrol dan kelas eksperimen, mengetahui efektivitas produk LKS IPA berbasis metode

percobaan pada pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian pengembangan kualitas

media ditinjau dari aspek desain menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2

memperoleh skor 92% dan 90% dengan rata-rata skor 91% memiliki kriteria baik

Gambar

gambar umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi
Gambar 2.1 Penelitian yang relevan
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Dick &
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan ini bertujuan mengembangkan LKS yang memanfaatkan laboratorium virtual menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik,

Saya memohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar penilaian LKS yang ditunjukan untuk mengetahui kevalidan LKS Berbasis Pendekatan Saintifik pada Materi Program

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut (1) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2)

Data tersebut adalah data validasi isi materi dan desain LKS dari para ahli yang relevan, data persepsi siswa dan guru mengenai LKS berbasis pendekatan saintifik dan

Setelah selesai dilakukan pe- nyusunan LKS berbasis pendekatan saintifik, kemudian LKS tersebut di- validasi oleh validator ahli. Validasi dilakukan untuk menilai

Mengetahui efek potensial yang muncul dari penggunaan LKS matematika dengan pendekatan saintifik pada materi Geometri dengan materi pokok Jarak Titik, Garis, dan Bidang

Setelah selesai dilakukan pe- nyusunan LKS berbasis pendekatan saintifik, kemudian LKS tersebut di- validasi oleh validator ahli. Validasi dilakukan untuk menilai

Dari hasil pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh positif dan signifikan penggunaan LKS dengan pendekatan saintifik terhadap hasil belajar materi IPA