• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi sifat-sifat bunyi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi sifat-sifat bunyi."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Arvista Sella Nindiyastuti Nim: 131134054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Arvista Sella Nindiyastuti Nim: 131134054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas curahan rahmat dan berkat yang berlimpah Almamater Universitas Sanata Dharma

Orangtuaku, Ediyono dan Astuti Purwaningsih Kakak dan adikku, Puja dan Engga

Yayasan Yohanes Gabriel yang telah memberikan kepercayaan kepadaku untuk melanjutkan pendidikan di Jenjang SI Universitas Sanata Dharma

Saudara-saudaraku yang telah memberikan doa, kasih, dukungan, dan semangat. Terimakasih atas semua yang telah diberikan kepadaku

Sahabat-sahabat yang selalu memberikanku nasehat dan semangat (Assa Prima, Maria Adevnsia Sari, Julison Halawa, Ama Eka, Pricilia Wijayanti, Yustin

Wijayanti, Maria Dessy Natalia, dan Prapaska Purwandalu) Para sahabatku yang tak bisa kusebutkan satu persatu Terimakasih atas semua kebaikan yang telah diberikan kepadaku

(6)

MOTTO

(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS IV MATERI SIFAT-SIFAT BUNYI

Arvista Sella Nindiyastuti Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk memaparkan prosedur pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD dan memaparkan kualitas produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Model yang digunakan adalah model pengembangan yang dipaparkan oleh Dick and Carey (2003). Model tersebut dimodifikasi ke dalam delapan langkah pengembangan, yaitu analisis kebutuhan, merumuskan tujuan khusus, mengembangkan instrumen, mengembangkan strategi, mengembangkan isi LKS, evaluasi formatif, revisi, dan evaluasi sumatif. Subjek uji coba pengembangan yaitu enam siswa kelas IV semester ganjil SDN Demangan Yogyakarta.

Hasil pengembangan LKS berupa LKS IPA berbasis pendekatan saintifik divalidasi oleh ahli IPA dan guru SD. Hasil validasi dari ahli IPA menunjukkan

skor rerata 2,8 dengan kategori “baik. Validasi dari guru SD memperoleh skor rerata 3,71 dengan kategori “sangat baik”. LKS IPA berbasis pendekatan saintifik memiliki rerata skor validasi produk 3,25 yang menunjukkan kualitas “baik”.

Hasil validasi tersebut berpedoman pada 4 aspek yaitu (1) konten atau isi, (2) tampilan, (3) bahasa, dan (4) penggunaan dan penyajian. LKS IPA berbasis pendekatan saintifik memiliki dampak pada proses dan hasil belajar siswa. Siswa menjadi lebih antusias, lebih aktif, dan lebih berkonsentrasi dalam kegiatan belajar. LKS IPA berbasis pendekatan saintifik yang dikembangkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebanyak 33% berdasarkan hasil pretest dan posttest. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa LKS IPA berbasis

(10)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET OF SCIENCE BASED ON SCIENTIFIC APPROACH FOR THE FOURTH GRADE STUDENT ABOUT THE MATERIAL OF THE CHARACTERISTICS OF SOUND

Arvista Sella Nindiyastuti Sanata Dharma University

2017

The purpose of this research is to explain the procedure of the development of student worksheet of science based on the scientific approach to the material of the characteristic od sounds for the grade four student of elementary school.

The method of this research are research and development method. The model used is the model of Dick & Carey’s development (2003). This model is modified into eight stages of development. There are the analysis of needs, formulate specific goals, developing instruments, develop a strategy, develop the content of LKS, formative evaluation, revision, and summative evaluation. The subject of this research are six students from grade four of SDN Demangan Yogyakarta.

The result of this research of student worksheet of science based on scientific approach validated by science expert and the elementary school teacher. The result from science expert’s validation shows that the average score

is about 2.8 with good categorized. The result from elementary school teacher’s

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat serta karunia-Nya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan LKS IPA Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Siswa Kelas IV Materi Sifat-sifat Bunyi dengan tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tak lepas dari dukungan berbagai pihak melalui berbagai cara. Atas peran tersebut, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat kekuatan, kesehatan, dan Kelancaran dalam proses penelitian penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

5. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. selaku dosen pembimbing I, terimakasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Kintan Limiansih, M.Pd. selaku dosen pembimbing II, yang telah membimbing dan mendampingi peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Albertus Hariwangsa Panambuh, M.Sc. selaku dosen IPA yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

8. Muryanto, S.Pd. selaku kepala SDN Demangan Yogyakarta yang telah memberikan izin serta dukugan selama proses pelaksanaan penelitian di SD tersebut.

9. Subekti Hari W selaku guru kelas IV SDN Demangan Yogyakarta yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian. 10. Subekti Hari W selaku guru kelas IV SDN Demangan Yogyakarta yang

(12)

uji coba lapangan terbatas kepada siswanya dan segenap guru SDN Demangan yang telah membantu proses pengujian instrumen.

11. Siwa-siswa SDN Demangan yang telah membantu dalam uji coba terbatas. 12. Siswa-siswi SDN Demangan yang telah membantu dalam uji empiris dan

uji keterbacaan instrumen.

13. Para dosen PGSD, yang dengan sabar dan selalu mendampingi serta mendidik penulis selama menempuh ilmu di PGSD.

14. Sekretariat PGSD, yang dengan sabar dan ramah telah memberikan kemudahan berbagai urusan sehingga penulis tidak menghadapi rintangan yang berarti.

15. Orangtuaku tercinta, Bapak Ediyono dan Ibu Astuti Purwaningsih yang selalu mendukung dalam segala hal, doa, motivasi, semangat, dan perhatian yang sangat besar selama proses penelitian ini.

16. Kakakku Engga Editya Pradana Putra yang selalu mendukung dan mendoakanku.

17. Adikku tercinta yang selalu menjadi motivasi selama proses perkuliahan.

18. Teman-teman skripsi payung R and D, Maria Advensia Sari, Assa Prima, Ama Eka, Pricilia Wijayanti, dan Julison Halawa yang selalu mendukung, menyemangatiku, berjuang bersamaku, dan mengingatkanku dalam segala

kondisi selama penyusunan skripsi ini.

19. Teman-teman perantauan yang memberikan pengalaman hidup selama peneliti tinggal di Yogyakarta.

20. Teman-teman PPL SDN Demangan, Ndalu, Sari, Suster Hellen, Yossi, Nike, Dessy, dan Sonia yang membantu selama proses penelitian.

21. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat, ketenangan, dan kegembiraan.

22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

2.1.2. Pembelajaran IPA di SD ...12

2.1.2.1. Hakikat Pembelajaran IPA... 12

2.1.2.2. Ciri-ciri Sikap Ilmiah IPA... 13

2.1.2.3. Unsur-unsur Utama IPA ... 14

2.1.2.4. Tujuan Pembelajaran IPA ... 15

2.1.3. Pendekatan Saintifik ...16

2.1.3.1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 16

2.1.3.2. Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 16

2.1.3.3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik... 17

2.1.3.4. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintifik ... 17

2.1.3.5. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 18

HALAMAN JUDUL ....L

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

(15)

2.1.4. Lembar Kerja Siswa ...20

2.1.4.1. Pengertian Lembar Kerja Siswa... 20

2.1.4.2. Karakteristik LKS ... 21

2.1.4.3. Fungsi dan tujuan LKS ... 22

2.1.4.4. Jenis-jenis LKS ... 22

2.1.4.5. Langkah-langkah Penyusunan LKS... 23

2.1.5. Materi Sifat-sifat Bunyi ...24

2.1.5.1. Pengertian Bunyi... 24

2.1.5.2. Sifat-sifat bunyi... 24

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan ...27

2.3. Kerangka Berpikir...32

3.6.2.2. Wawancara Guru Kelas IV ... 47

3.6.2.3. Wawancara Siswa kelas IV ... 47

3.6.3. Kuesioner ...48

3.6.3.1. Kuesioner Analisis Kebutuhan... 48

3.6.3.2. Kuesioner Validasi Produk ... 49

3.6.4. Soal Tes ...50

(16)

3.8. Teknik Analisis Data...52

3.8.1. Analisis Data Kuantitatif ...53

3.8.2. Analisis Data Kualitatif ...56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...57

4.1. Hasil Penelitian ...57

4.1.1. Deskripsi Potensi dan Masalah ...57

4.1.1.1. Identifikasi Potensi... 57

4.1.1.2. Identifikasi Masalah... 57

4.1.2. Proses Pengembangan LKS ...64

4.1.2.1. Analisis kebutuhan... 64

4.1.2.2. Merumuskan Tujuan Khusus ... 65

4.1.2.3. Mengembangkan Instrumen... 66

4.1.2.4. Mengembangkan strategi ... 68

4.1.2.5. Mengembangkan Isi LKS ... 68

4.1.2.6. Evaluasi Formatif... 71

4.1.2.7. Revisi ... 72

4.1.2.8. Evaluasi Sumatif ... 73

4.1.3. Kualitas LKS ...73

4.2. Pembahasan ...76

BAB V PENUTUP...83

5.1. Kesimpulan ...83

5.2. Keterbatasan Peneliti ...83

5.3. Saran ...84

DAFTAR REFERENSI ...85

LAMPIRAN...89

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ...52

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber Data Wawancara...52

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah ...60

Gambar 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan ...64

Gambar 4.3 Kegiatan mengamati ...70

Gambar 4.4. Kegiatan menanya...70

Gambar 4.5. Kegiatan menalar ...70

Gambar 4.6 Kegiatan mencoba...71

(18)

DAFTAR BAGAN

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas IV ...46

Tabel 3.2 Rencana wawancara dengan Kepala Sekolah ...47

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas IV...47

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru...48

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup untuk Guru ...49

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner untuk Siswa...49

Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ...49

Tabel 3.9 Kisi-kisi Instrumen Tes...50

Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif...54

Tabel 3.11 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif...55

Tabel 4.1 Jenis dan Tujuan Instrumen ...66

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Validitas Tes...67

Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes ...67

Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, Indikator, dan Tujuan Kegiatan...68

Tabel 4.5 Komentar dan Saran dari Ahli ...72

Tabel 4.6 Hasil Skor Penilaian Ahli ...73

(20)

DAFTAR GRAFIK

(21)

DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus 3.1.Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert ...54

Rumus 3.2 Rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner ...55

Rumus 3.3 Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest ...55

Rumus 3.4 Rumus rerata siswa ...56

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Lembar Hasil Validasi Pedoman Observasi ...90 Lampiran 2 Hasil Observasi Pembelajaran di kelas ...91 Lampiran 3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Oleh Ahli ...92 Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru ...94 Lampiran 5 Hasil Wawancara Kepala Sekolah ...95 Lampiran 6 Lembar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Kuesioner Guru oleh ahli

...96 Lampiran 7 Hasil Analisis Kebutuhan Kuesioner Guru ...100 Lampiran 8 Lembar Hasil Validasi Analisis Kebutuhan Kuesioner Siswa oleh

Ahli...102 Lampiran 9 Lembar Hasil Analisis Kebutuhan Kuesioner Siswa ...105

(23)

BAB I PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan dirinya, sehingga mampu menjadi manusia yang berkualitas dan berpotensi serta mampu bersaing di era globalisasi. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan dan tantangan kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Untuk meningkatkan sumber daya manusia perlu dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai Pancasila, hal ini selaras dengan tujuan Kurikulum 2013.

Permendikbud No.67 tahun 2013 menjelaskan bahwa tujuan dari penerapan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dengan ini diharapkan agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang jauh lebih baik daripada sebelumnya terutama di bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Salah satu tujuan manusia belajar IPA, karena IPA salah satu bidang ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dan mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

Pada saat ini terjadi perubahan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan, Kurikulum 2013 lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan KTSP. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 di sektor pendidikan, bahwa perubahan kurikulum dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar peserta didik mampu bersaing di masa depan. Selain itu, alasan perubahan kurikulum adalah kurikulum sebelumnya dianggap memberatkan peserta didik dan terlalu banyak materi pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik sehingga malah membuatnya terbebani. Sementara itu, Kurikulum 2013 titik beratnya bertujuan untuk mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013, maka guru perlu menggunakan berbagai metode dan strategi dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah menggunakan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

(25)

Salah satu bantuan yang dapat guru berikan dalam memfasilitasi siswa adalah mengaktifkan siswa melalui bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogam (Trianto, 2010: 212). Selain itu, LKS merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Melalui LKS yang dirancang oleh guru, diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam menggali suatu konsep melalui serangkaian kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat bunyi.

Sifat-sifat bunyi merupakan salah satu materi IPA kelas IV semester ganjil yang mempelajari tentang proses terjadinya bunyi, perambatan sumber bunyi, pemantulan bunyi, dan penyerapan bunyi. Materi tersebut dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari dan mudah dipelajari oleh siswa karena bahan-bahan yang digunakan sangat sederhana dan mudah didapatkan. Oleh karena itu, guru tidak perlu kesulitan dalam mencari sumber belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran. Guru hanya perlu menyediakan media yaitu LKS berbasis pendekatan saintifik untuk melatih siswa menemukan konsep, mengarahkan siswa

aktif melakukan berbagai kegiatan, mengajak siswa mencari berbagai sumber informasi, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di sekolah, LKS yang digunakan hanya berasal dari pemerintah dan penerbit saja, guru tidak membuat LKS sendiri. Selain itu, LKS yang digunakan tidak berbasis pendekatan saintifik hanya berisi rangkuman materi, kumpulan-kumpulan soal berupa pertanyaan, perpaduan warna yang kurang menarik, petunjuk dalam LKS kurang jelas, dan soal-soal yang sulit dimengerti sehingga siswa kurang memahami isi LKS tersebut. Hal ini, juga didukung dengan penyampaian materi, guru hanya menggunakan metode ceramah yang cenderung membuat siswa kurang antusias dan kurang semangat. Kemudian, guru juga tidak mempunyai ide kreatif guna menarik minat dan perhatian siswa supaya fokus dalam mengikuti pembelajaran di kelas.

(26)

dan diperkuat dengan observasi pembelajaran IPA pada tanggal 25 Juli 2016. Berdasarkan observasi peneliti, sekolah tersebut sudah menggunakan Kurikulum 2013 dan telah menerapkan pendekatan saintifik. Tetapi masih ada guru yang belum paham tentang pendekatan saintifik dan belum melaksanakan seutuhnya lima tahapan pendekatan saintifik yaitu sebanyak 100%. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru juga terpaku menggunakan Power Point dalam penyampaian materi, disini guru hanya membaca apa yang ia tulis di power point tanpa ada keaktifan yang dilakukan oleh siswa. Meskipun guru telah membagi siswa dalam kelompok, keaktifan siswa tidak terlihat. Para siswa cenderung pasif dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Seringkali siswa meletakkan kepalanya di atas meja, karena materi yang disampaikan membosankan dan sulit untuk dipahami. Hal tersebut dapat diketahui ketika guru bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah disampaikan. Sebagian besar siswa hanya diam dan tidak menjawab. Saat guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab, siswa tersebut

tidak menjawab dengan tepat. Dari hasil observasi, ada pula LKS yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, namun LKS tersebut kurang lengkap, karena guru hanya mencontoh dari kegiatan yang tercantum dalam buku panduan/siswa,

kemudian ditulis ulang atau di fotocopy dan dibagikan kepada siswa untuk kegiatan percobaan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu bahan ajar yang dapat membantu keaktifan siswa melakukan suatu kegiatan dan mendorong siswa untuk membangun konsepnya sendiri.

Penggunaan LKS berbasis pendekatan saintifik memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rachmayani (2016) mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik subtema tugas-tugas sekolahku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian LKS pada kelas II SD memperoleh rerata skor 4,20 dengan skala 1-5 dengan kategori “baik” dan dapat

(27)

menunjukkan bahwa penggunaan produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil tanggapan siswa kelas eksperimen mengenai produk pengembangan LKS

IPA sebesar 92,29% dengan kategori interval “Setuju dan Sangat setuju”. Kemudian, ada perbedaan secara signifikan yaitu 0,01 < 0,05 dari hasil observasi keterampilan proses sains siswa yang menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik dengan siswa yang tidak menggunakan LKS berbasis pendekatan saintifik. Penelitian lain dilakukan oleh Mbasi (2016) mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada sub tema hewan di sekitarku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian LKS menggunakan pendekatan saintifik menghasilkan rerata skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dengan kategori

“baik”. Selain itu, terjadi peningkatan secara signifikan pada penelitian yang dilakukan oleh Mustofa (2013) mengembangkan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi dapat meningkatkan aktivitas siswa sebesar 94,6% dan persentase siswa tuntas belajar sebanyak 90% dengan rerata

nilai sebesar 7,08 pada pengujian LKS di kelas skala kecil. Sedangkan pengujian pada kelas skala besar, dapat meningkatkan aktivitas siswa sebesar 100% dan persentase siswa tuntas belajar sebanyak 92,11% dengan rerata nilai sebesar 7,84.

(28)

Afifah, dan Sinatra dengan penelitian yang dilakukan. Mustofa mengembangkan LKS berbasis observasi, Afifah mengembangkan LKS berbasis metode percobaan, dan Sinatra mengembangkan LKS berbasis inkuiri, sedangkan penelitian yang dilakukan mengembangkan LKS berbasis pendekatan sainitifik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu bahan ajar pembelajaran yaitu LKS berbasis pendekatan saintifik bagi siswa dan hasil penelitian mengenai pendekatan saintifik yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di atas. Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi sifat-sifat bunyi. Pengembangan LKS IPA memperhatikan empat karakteristik LKS berbasis pendekatan santifik yaitu mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam (lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat), mengarahkan siswa untuk membangun konsep berpikir secara mandiri, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik dalam

pembelajaran. Kemudian, empat karakteristik tersebut dikembangkan peneliti menjadi 8 ciri khusus yaitu (1) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan di dalam dan luar kelas, (2) LKS mengarahkan mencari sumber informasi (koran,

(29)

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD? 1.2.2. Bagaimana kualitas produk Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis

pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi untuk siswa kelas IV SD.

1.3.2. Mengetahui kualitas produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi sekolah

Sekolah mendapatkan wawasan baru mengenai LKS IPA berbasis pendekatan saintifik yang baik digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu,

sekolah juga dapat mengembangkan LKS sendiri berbasis pendekatan saintifik. Dengan demikian, sekolah dapat mengoptimalkan peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar.

1.4.2. Bagi guru

LKS IPA berbasis pendekatan saintifik dapat membantu guru dalam menyampaikan materi melalui kegiatan percobaan. Selain itu, guru dapat menyadari bahwa LKS IPA penting dalam proses pembelajaran dan membantu mengaktifkan siswa untuk berpikir kritis secara ilmiah.

1.4.3. Bagi siswa

(30)

1.4.4. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD. LKS IPA yang dikembangkan menumbuhkan pemikiran yang baru bagi mahasiswa mengenai pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran di kelas.

1.5. Spesifikasi Produk

Spesifikasi Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu bahan ajar pada pembelajaran IPA berupa sebuah LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Produk yang dikembangkan berupa LKS IPA yang sesuai dengan Kurikulum 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan). LKS yang dikembangkan berdasarkan pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 3.5 tentang memahami sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dengan indera pendengaran. Selanjutnya peneliti merumuskan indikator dan tujuan, serta rincian kegiatan yang dilakukan oleh siswa. LKS ini

berisikan beberapa kegiatan atau percobaan yang berkaitan dengan “Sifat-sifat

Bunyi”. LKS ini terdiri dari petunjuk dan langkah kerja, alat dan bahan percobaan, serta soal evaluasi. Pengembangan LKS ini berfungsi untuk mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam (lingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat), mengarahkan siswa untuk membangun konsep berpikir secara mandiri, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. LKS dibuat dengan menggunakan aplikasi Microsoft Word. Bentuk dari LKS dicetak menyerupai buku dengan ukuran tinggi 25 cm dan lebar 18 cm. Kertas yang digunakan adalah HVS B5 80

(31)

1.6. Definisi Operasional

1.6.1. LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik individu maupun kelompok dan terdapat cerita atau pertanyaan secara singkat di awal kegiatan untuk memancing berpikir kritis siswa tentang percobaan yang akan dilakukan.

1.6.2. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan dengan sadar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang dilakukan relatif tetap karena adanya pengalaman.

1.6.3. Pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal.

1.6.4. Pendekatan saintifik adalah suatu proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

1.6.5. IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan

yang dilakukan oleh manusia.

1.6.6. Sifat-sifat bunyi adalah bunyi yang dapat merambat, dipantulkan, diserap melalui media perantara.

1.6.7. Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk menciptakan produk berkualitas tinggi sehingga masyarakat memiliki minat untuk membeli.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari kegiatan belajar. Istilah belajar didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Belajar adalah

suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil belajar yang ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta aspek-aspek lain yang mengalami

perubahan (Sudjana, dalam Jihad & Haris, 2008: 2). Serupa dengan pendapat di atas, Belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru yang memungkinkan perubahan perilaku yang relatif tetap dalam berpikir, merasa, dan bertindak (Susanto, 2013: 4).

Piaget mengatakan bahwa dengan adanya banyak pengalaman yang dimiliki oleh siswa semakin mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya. Pengetahuan tersebut dibentuk sendiri oleh siswa melalui objek yang sedang dipelajari melalui kegiatan belajar. Proses belajar seharusnya dapat membantu siswa untuk aktif mengonstruksikan pengetahuannya (Piaget, dalam Suparno, 2001: 106-141). Kegiatan belajar sebaiknya mendorong siswa aktif untuk memperoleh pengalaman, mencari informasi, mengatur, dan mengorganisasikan Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.

.1. Kajian Pustaka

Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian. Peneliti membahas beberapa hal diantaranya adalah belajar dan pembelajaran, pembelajaran IPA, pendekatan saintifik, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan materi sifat-sifat bunyi.

.1.1. Belajar dan Pembelajaran

Subbab ini menguraikan mengenai belajar dan pembelajaran. Berikut adalah uraian dari subbab tersebut.

(33)

informasi yang telah diketahui untuk mencapai suatu pengalaman yang baru (Dwijandono, 2006: 151).

Belajar tidak hanya berkaitan dengan proses, namun juga berkaitan dengan hasil. Hasil belajar dikelompokkan menjadi 3 aspek, yaitu pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap siswa (aspek afektif), dan keterampilan proses (aspek psikomotorik) (Susanto, 2013: 5). Hasil akhir dalam kegiatan belajar adalah kemampuan siswa yang tinggi. Oleh karena itu, belajar perlu dipahami sebagai suatu kegiatan yang membantu siswa secara optimal untuk memperoleh kemajuan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang sesuai dengan tahap perkembangannya (Suyono & Hariyanto, 2011: 18).

Pembelajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang

diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan “pembelajaran”

berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Tim Redaksi Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasa, 2008: 23). Pengertian pembelajaran juga didefinisikan oleh beberapa ahli. Gagne mengatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang membantu memudahkan seseorang dalam belajar, sehingga terjadi belajar yang optimal (Kurniawan, 2014: 27). Selain itu, Winkel berpendapat bahwa pembelajaran adalah pengaturan kondisi di luar siswa yang dapat mendukung proses belajar siswa (Winkel, dalam Siregar & Nara, 2011: 12). Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik (Susanto, 2013: 19).

(34)

apabila disediakan kondisi yang menunjang, (2) menekankan pada aktivitas siswa, (3) merupakan upaya sadar dan disengaja, (4) bukan kegiatan insidental tanpa persiapan, dan (5) pemberian bantuan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Selain memuat ciri-ciri tersebut, pembelajaran juga harus memperhatikan sarana belajar. Pendekatan konstruktivistika, siswa menggunakan bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Lingkungan belajar sangat mendukung dalam memunculkan pandangan dan aktivitas sehingga dapat membangun usaha belajar konstruktivistik (Siregar & Nara, 2011: 41). Ciri-ciri lingkungan belajar yang konstruktif juga dikemukakan oleh Hujono (dalam Trianto, 2009: 19) sebagai berikut (1) menyediakan pengalaman belajar yang menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga terjadi pembentukan pengetahuan, (2) menyediakan alternatif pengalaman belajar, (3) melibatkan pengalaman konkret, (4) menimbulkan interaksi dan kerjasama antar siswa, (5) memanfaatkan berbagai media agar lebih menarik, dan (6) melibatkan siswa secara sosial emosional.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa dalam belajar agar dapat belajar secara optimal. Dalam pembelajaran, lingkungan

belajar menjadi hal yang penting guna membantu siswa mencari informasi mengenai kegiatan atau percobaan yang sedang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa LKS yang membantu siswa dalam menyelesaikan suatu tugas dari guru dan LKS tersebut dapat dibawa kemana-kemana. Selain itu, lingkungan juga memperkuat pemahaman siswa secara nyata tentang hal yang belum diketahui siswa sebelumnya.

IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari Natural Science atau Sciences. Science (sains) artinya ilmu pengetahuan (Iskandar, 1997: 2). Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan. Hasil temuan tersebut .1.2. Pembelajaran IPA di SD

(35)

berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia, fisika, dan sebagainya (Fatonah, 2014: 6). IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3).

IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya (Wisudawati, 2014: 22). Ada dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakogitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah. Serupa dengan pendapat Wisudawati, Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah (Sumanto, dalam Putra, 2013: 40).

Ketika memecahkan suatu masalah seorang ilmuwan sering berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usahanya mencapai hasil yang diharapkan. Sikap itu dikenal dengan nama sikap ilmiah. Ciri-ciri sikap ilmiah itu, antara lain (1) objektif terhadap fakta, objektif artinya tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu. Jika fakta menunjukkan bahwa sesuatu itu hitam, maka ia harus mengatakan itu hitam, meskipun menurut pendapatnya seharusnya itu putih; (2) tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, bila belum cukup data yang menyokong kesimpulan itu. Dalam mengambil keputusan harus dilakukan secara hati-hati dan harus dipikir secara matang; (3) berhati terbuka, artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain, sekalipun pendapat atau penemuannya itu bertentangan dengan penemuannya sendiri. Bila cukup data menunjukkan bahwa penemuannya sendiri salah, ia tidak ragu-ragu menolak penemuannya sendiri dan menerima Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa IPA atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam termasuk makhluk hidup.

(36)

penemuan orang lain; (4) tidak mencampur adukkan fakta dengan pendapat; (5) bersifat hati-hati; (6) ingin menyelidiki (Iskandar, 1997:10).

Dalam prosesnya, terdapat 4 unsur utama dalam IPA, yaitu IPA sebagai sikap, proses, produk, aplikasi (Parmin, 2013: 13). Pertama, IPA sebagai sikap. IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar (IPA bersifat open ended). Apabila rasa ingin tahu tersalurkan, maka sikap butuh belajar akan menjadikan dorongan dari dalam diri untuk bisa dan bekerja keras;

Kedua, IPA sebagai proses. Prosedur pemecahan masalah melalui

metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Kekuatan dan keterbatasan kerja ilmiah ada pada panca indera. Kelainan pada alat

indera dan ketidaktelitian pada saat pengamatan menjadi perhatian guru yang sedang membimbing kerja ilmiah;

Ketiga, IPA sebagai produk. IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Belajar dengan berbuat, itu yang sangat diharapkan peserta didik. Karya sederhana apabila dihargai oleh guru, misalnya dengan memajang produk di ruang kelas akan menjadi dorongan untuk menghasilkan karya-karya berikutnya.

Keempat, IPA sebagai aplikasi. Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Seberapa manfaat yang dirasakan pesera didik dari konsep yang telah dipelajari, itu yang menciptakan dorongan untuk melanjutkan belajar.

Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh Dalam pengajaran IPA untuk sekolah dasar struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan. Mereka perlu diberi kesempatan untuk berlatih berpikir dan memiliki sikap ilmiah, maka pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

(37)

IPA menyediakan berbagai pengalaman untuk memahami konsep dan proses. Paling disukai oleh peserta didik dengan karakter yang berbeda-beda ketika belajar menyelesaikan suatu masalah. Cara belajar dapat disalurkan dari berbagai gaya yang berbeda. Berikut empat tujuan pembelajaran IPA bagi peserta didik (Parmin, 2013: 11).

Tujuan pertama yaitu membentuk sikap positif terhadap IPA dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Kedua yaitu memupuk sikap jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini bisa muncul apabila guru memfasilitas melalui suatu kerja ilmiah. Bersikap jujur sesuai hasil yang diperoleh, menyampaikan sesuai data atau fakta, terbuka dalam menerima kritik dan masukan, semangat bekerja keras, senang menyelesaikan masalah dan bekerja tidak individual, sehingga dominasi peserta didik tertentu ketika belajar tidak

terjadi lagi.

Ketiga yaitu mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengomunikasikan hasil percobaan

secara lisan dan tertulis. Keempat yaitu mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip IPA dan saling keterkaitannya dengan bidang lainnya, serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Kelima yaitu menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Peserta didik dilatih membuat suatu karya dari konsep-konsep yang memungkinkan diteruskan menjadi suatu karya; dan Keenam yaitu meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Menciptakan rasa cinta lingkungan, misalnya dengan menanam, memisahkan sampah organik dan anorganik, dan membudayakan hidup bersih.

(38)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan” (Daryanto, 2014: 51).

Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran (Majid, 2014: 195). Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengacu pada standar proses dimana pembelajarannya diciptakan dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berperilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengomunikasikan, sehingga peserta didik dapat dengan benar menguasai materi

yang dipelajari dengan baik. Dalam pembelajaran saintifik, peserta didik diharapkan untuk mencari tahu dari berbagai sumber informasi, karena informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung pada informasi

searah dari guru (Hosnan, 2014: 34).

Dalam proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria (Kemendikbud, dalam Abidin, 2014: 130) yaitu (1) substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan .1.3. Pendekatan Saintifik

.1.3.1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang melibatkan proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai acuan utama perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pelaksanaan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Dalam hal ini, guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan

(39)

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut (Hosnan, 2014: 36). Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut (1) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa dengan logika atau penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata; (2) penjelasan guru, respons peserta didik, dan interaksi edukatif guru-guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis; (3) mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran; (4) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran; (5) mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons substansi atau materi pembelajaran; (6) berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; dan (7) tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

.1.3.3. Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik memiliki beberapa prinsip (Daryanto, 2014: 58)

yaitu (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) pembelajaran membentuk student self concept; (3) pembelajaran terhindar dari verbalisme; (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; (5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; dan (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

(40)

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Berikut Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menurut beberapa para ahli, antara lain.

Langkah pertama, mengamati (observing). Kegiatan ini mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning) (Daryanto, 2014: 60). Kegiatan mengamati memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Pengamatan sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan observasi, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati yang dilakukan menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi (Sani, 2014: 54). Pengamatan yang cermat sangat dibutuhkan untuk dapat menganalisis suatu permasalahan atau fenomena. Guru

dapat menanyangkan sebuah video dan meminta siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal tertentu serta membuat catatan (Sani, 2014: 57).

Kedua, menanya (questioning). Kegiatan selanjutnya setelah siswa mengamati, siswa menjadi penasaran, ingin tahu yang diwujudkan dengan mengajukan pertanyaan. Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini, sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat (Sani, 2014: 57). Pada saat guru bertanya, pada saat itu guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula guru mendorong muridnya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik (Kurniasih & Sani, 2014: 32). Di sini, peserta didik masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat dimana peserta bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi; (5) melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; dan (6) mengembangkan karakter siswa.

(41)

didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Melalui kegiatan bertanya, dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan (Daryanto, 2014: 64).

Ketiga, menalar (associating). Fase pembelajaran ini dilakukan saat siswa sudah memperoleh informasi dari hasil penelitian yang dilakukan. Dengan data yang telah dikumpulkannya, siswa dapat membandingkan antara yang telah diketahuinya sebelumnya dengan fakta dari fenomena atau objek yang diamatinya. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori (Daryanto, 2014: 71). Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai mengasosiasi. Agar penguasaan konsep siswa lebih bermakna dan kokoh, siswa didorong untuk melakukan refleksi dengan memeriksa ulang penguasaan konsep sebelum dan

sesudah pembelajaran. Dengan cara ini siswa akan tumbuh pengetahuan metakognitif.

Keempat, mencoba (experimenting). Langkah selanjutnya adalah

mencoba. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai (Kurniasih & Sani, 2014: 41). Kegiatan mencoba dilakukan dalam rangka mengumpulkan informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui mengeksplorasi, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. Kegiatan mengumpulkan informasi akan menumbuhkan kemampuan kolaborasi, bekerja dengan tim, belajar empati, sharing, dan sikap-sikap sosial lainnya seperti jujur, teliti, disiplin, tanggung jawab, dan peduli.

(42)

yang telah dibangunnya. Guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari (Daryanto, 2014: 80). Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di depan kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk berbicara dengan orang lain, menjalin persahabatan yang potensial, mengenal orang yang dapat memberi nasihat atau informasi, dan dikenal oleh orang lain (Sani, 2014: 71). Melalui kegiatan ini siswa belajar untuk berkomunikasi secara efektif, menumbuhkan etika berkomunikasi, menggunakan bahasa yang baik dan efektif. Selain itu kegiatan ini juga melatih siswa untuk berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, menghargai pendapat orang lain, berpendapat secara kritis dan proaktif.

Lembar Kerja Siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh guru kepada siswanya (Majid, 2009: 176). Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas teori dan tugas praktik. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah cerita, kemudian membuat rangkuman dan selanjutnya dipresentasikan, sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya siswa mengamati sebuah alat musik yang dimainkan, kemudian siswa diminta untuk menganalisis dan menyimpulkan benda yang telah diamatinya tersebut.

LKS bukan merupakan “Lembar Kegiatan Siswa”, akan tetapi “Lembar

Kerja Siswa” (Prastowo, 2014: 269). LKS merupakan materi ajar yang sudah

dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, .1.4. Lembar Kerja Siswa

(43)

ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, dalam LKS siswa dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.

Lembar kegiatan siswa merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan terprogam (Trianto, 2010: 212). Selain itu, Lembar kegiatan siswa merupakan alat belajar siswa yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa secara aktif. Kegiatan yang diberikan dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan pengajuan pertanyaan (Depdikbud, dalam Trianto, 2010: 212).

LKS dibagi dua karakteristik, yaitu lembar kerja yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menemukan konsep dalam suatu tema, dan lembar kerja ini tidak terstruktur; lembar kerja siswa yang

dirancang untuk membimbing siswa dalam suatu proses pembelajaran tanpa bimbingan guru dan lembar kerjanya terstruktur (Trianto, 2010: 212). Dalam menyusun lembar kerja siswa, ada beberapa kriteria yang harus ditentukan, yaitu

mengacu pada kurikulum; mendorong siswa untuk belajar dan bekerja; bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh peserta didik; dan tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.

Dalam mengembangkan lembar kerja, siswa harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan teknis. Maksud dari persyaratan pedagogik adalah lembar kegiatan siswa yang dibuat harus berdasarkan asas-asas pembelajaran yang efektif, seperti memberi proses menemukan konsep dan petunjuk mencari tahu (Ibrahim, dalam Trianto, 2010: 213). Maksud dari persyaratan konstruksi adalah dalam mengembangkan lembar kerja siswa, harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami yang sesuai dengan usianya, menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan pendek, serta jelas. Selain itu, harus memiliki tujuan belajar jelas, memiliki identitas untuk memudahkan mengadministrasikannya. Maksud dari persyaratan teknis adalah Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk yang harus dikerjakan siswa.

(44)

Setiap LKS disusun dengan materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Ada lima jenis LKS, adalah sebagai berikut (Prastowo, 2014: 272-273).

Pertama, LKS Penemuan (membantu siswa menemukan suatu konsep).

Sesuai dengan prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif mengkonstruksi pengetahuan di dalam otaknya. Ini merupakan salah satu karakteristik pembelajaran tematik. LKS jenis ini memuat apa yang (harus)

dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Rumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah siswa untuk mengamati fenomena hasil kegiatannya, dan berilah pertanyaan analisis yang membantu siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan dibangun siswa dalam benaknya.

Kedua, LKS Aplikatif-Integratif (membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan). Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya kita latih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, LKS Penuntun (berfungsi sebagai penuntun belajar). LKS penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku, sehingga fungsi utama dalam mengembangkan lembar kerja siswa, harus mencakup tulisan, gambar, dan tampilan.

.1.4.3. Fungsi dan tujuan LKS

LKS memiliki peran yang sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan fungsi dan tujuan LKS bagi kegiatan pembelajaran. LKS mempunyai empat fungsi, yaitu (1) LKS, sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa; (2) LKS, sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang

diberikan; (3) LKS, sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan (4) LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa (Prastowo, 2014: 270).

(45)

LKS ini ialah membantu siswa mencari, menghafal, dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku.

Keempat, LKS Penguatan (berfungsi sebagai penguatan). LKS penguatan diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS penguatan lebih menekankan dan mengarahkan kepada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku ajar.

Kelima, LKS Praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum). Kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kumpulan LKS. Dengan demikian, dalam bentuk LKS ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu konten dari LKS.

Ada empat langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun LKS (Prastowo, 2014: 280-285), antara lain pertama, menentukan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai siswa ke dalam LKS, dalam latihan ini harus menentukan desain menurut tujuan pembelajaran; kedua, pengumpulan materi, langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKS. Kumpulkan bahan atau materi dan buat perincian tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau dapat dengan memanfaatkan materi yang sudah ada. Tambahkan pula ilustrasi atau bagan yang dapat memperjelas penjelasan naratif yang akan disajikan;

Ketiga, menyusun elemen atau unsur-unsur LKS, pada bagian ini, guru mengintegrasikan desain (hasil dari langkah pertama) dengan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua) hasilnya akan memperoleh produk LKS; dan keempat, pemeriksaan dan penyempurnaan, pada langkah ini, guru tidak langsung memberikan LKS tersebut kepada siswa. Sebelum LKS dibagikan kepada siswa, LKS yang digunakan dalam pengembangan adalah gabungan antara LKS yang penemuan (membuat siswa menemukan suatu konsep), LKS yang aplikatif-integratif (membuat siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan), LKS yang penuntun (berfungsi sebagai penuntun belajar), dan LKS yang praktikum (berfungsi sebagai petunjuk praktikum).

(46)

guru hendaknya melakukan pengecekan kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan dan memperbaiki jika ada kesalahan. Guru perlu mencermati kembali apakah LKS yang sudah dikembangkan sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diambil dari kompetensi dasar, sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa, kejelasan penyampaian LKS mudah dibaca dan apakah tersedia cukup ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta. LKS yang sudah dikembangkan segera dilakukan evaluasi. Cara mengevaluasinya dengan meminta siswa untuk mengomentari LKS setelah menggunakan LKS tersebut. Masukan dari siswa dapat digunakan untuk menyempurnakan LKS yang dikembangkan.

Energi bunyi dapat berpindah tempat dengan cara merambat melalui media tertentu. Bunyi juga dapat dipantulkan dan diserap, berikut penjelasan dari sifat-sifat bunyi.

1. Bunyi Merambat melalui Benda Gas

Udara merupakan benda gas. Udara menjadi perantara bunyi ketika

berkomunikasi. Oleh sebab itu, dimana pun kamu berada, akan mudah berkomunikasi. Bahkan dalam jarak cukup jauh pun dapat dilakukan, asal suaranya dikeraskan (Rositawaty, 2008: 142). Selain itu, kita dapat mendengar suara orang berbicara dan burung berkicau karena getaran suara itu masuk ke telinga kita. Hal itu menunjukkan bahwa suara dapat merambat melalui udara. Demikian juga halnya pada guntur. Pada saat hari mendung, kita sering .1.5. Materi Sifat-sifat Bunyi

.1.5.1. Pengertian Bunyi

Bunyi adalah sesuatu yang terdengar (didengar) atau ditangkap oleh telinga. Banyak macam bunyi yang kita dengar. Ada bunyi yang kuat dan bunyi yang lemah. Bunyi yang kuat disebut juga bunyi yang keras karena ditimbulkan dari getaran yang kuat, sedangkan bunyi yang lemah ditimbulkan oleh getaran yang lemah. Bunyi dapat merambat, proses perambatan itulah yang membuat kamu dapat mendengar. Maka, setiap getaran benda yang dapat menghasilkan bunyi dinamakan sumber bunyi (Rositawaty, 2008: 141).

(47)

mendengar guntur. Guntur dapat kita dengar karena getaran suaranya masuk ke telinga kita setelah merambat melalui udara.

Bunyi tidak dapat merambat di ruang hampa (Rositawaty, 2008: 142). Hal ini dapat ditunjukkan ketika astronot berada di luar angkasa. Di luar angkasa, komunikasi tidak dapat dilakukan dengan mudah, karena disana tidak terdapat udara sehingga bunyi tidak dapat merambat. Oleh karena itu, para astronot berkomunikasi menggunakan radio.

2. Bunyi Merambat melalui Benda Padat

Bunyi dapat merambat melalui benda padat (Devi, 2008: 145). Perambatan bunyi melalui benda padat dapat kamu gunakan untuk membuat mainan. Misalnya membuat mainan telepon-teleponan. Pada waktu bermain telepon-teleponan bunyi merambat melalui benang menuju ke telinga kita. Selain itu ketika kita sedang berjalan di atas rel, kita dapat mendengar bunyi kereta yang bergerak dengan cara mendekatkan telinga kita pada rel tersebut. Hal ini disebabkan karena bunyi kereta api tersebut mengalami perambatan melalui rel yang merupakan zat padat.Zaman dahulu, kemampuan zat padat menghantarkan bunyi dengan cepat telah banyak

digunakan. Kemudian, apabila ingin mengetahui keberadaan musuh atau binatang

buruan, orang-orang suku pedalaman akan menempelkan telinganya ke tanah.

Dengan demikian, gerak benda yang berjarak jauh dapat di ketahui keberadaannya

(Rositawaty, 2008: 144).

3. Bunyi Merambat melalui Benda Cair

Selain merambat melalui benda padat, bunyi juga dapat merambat melalui benda cair. Ketika dua batu diadu di dalam air, bunyi yang ditimbulkan dapat kita dengar. Hal itu menunjukkan bahwa bunyi dapat merambat melalui zat cair. Sifat bunyi yang dapat merambat melalui zat cair dimanfaatkan oleh tim SAR untuk mencari dan menolong kecelakaan yang terjadi di tengah lautan. Adanya sifat itu, komunikasi antara orang yang ada di atas kapal dan penyelam dapat dilakukan sehingga pencarian korban dapat berjalan lancar.

4. Pemantulan dan Penyerapan Bunyi

(48)

mengalami pemantulan. Demikian pula dengan bunyi. Bunyi pun dapat memantul. Pemantulan bunyi terjadi apabila bunyi tersebut dalam perambatannya dihalangi oleh benda yang permukaannya keras. Benda tersebut dapat berupa batu, kayu, besi, seng, kaca, dan sebagainya (Devi, 2008: 147).

Bunyi pantul memiliki beberapa sifat, antara lain (1) bunyi pantul memperkuat bunyi asli yaitu bunyi pantul yang dapat memperkuat bunyi asli. Biasanya terjadi pada keadaan antara sumber bunyi dan dinding pantul jaraknya tidak begitu jauh (kurang dari 10 meter), (2) gaung adalah bunyi pantul yang terdengar kurang jelas atau tidak sejelas bunyi aslinya. Biasanya terjadi pada jarak antara 10 sampai 20 meter. Gaung dapat terjadi di dalam gedung bioskop, gedung konser, atau gedung pertemuan. Oleh karena itu, untuk meniadakan gaung pada gedung bioskop atau gedung pertemuan perlu dipasangi bahan peredam bunyi, (3) gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli, gema terdengar jelas seperti bunyi aslinya. Biasanya terjadi pada jarak lebih dari 20 meter. Gema akan terjadi jika kita berteriak di tengah-tengah stadion sepak bola atau di lereng bukit. Jenis bunyi pantul lain adalah bunyi pantul yang memperkuat bunyi

asli. Sifat bunyi pantul ini yaitu memperkuat bunyi asli. Contohnya suara kita ketika bernyanyi di dalam kamar mandi (Sulistyanto, 2008: 135).

Selain dapat dipantulkan, bunyi juga dapat diserap. Benda-benda yang dapat

(49)

Pemasangan peredam bunyi juga untuk menghindari terjadinya gaung (Sulistyanto, 2008: 136).

membahas penelitian tentang pengembangan LKS IPA berbasis Pendekatan Saintifik dan penelitian tentang materi sifat-sifat bunyi yang dijabarkan sebagai berikut.

Rachmayani (2016) mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik subtema tugas-tugas sekolahku untuk siswa kelas dua (II) Sekolah Dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk berupa LKS

menggunakan pendekatan saintifik pada sub tema “Tugas-tugas sekolahku” untuk

siswa kelas II Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kelayakan LKS oleh dua pakar Kurikulum SD 2013 dan Media LKS menghasilkan skor 4,56 (sangat baik) dan 4,5 (sangat baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 4,0 (baik) dan 3,75 (baik). Hasil pengujian LKS pada kelas II SD memperoleh rerata skor 4,20 dengan skala 1-5 dengan kategori “Baik”.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis pendekatan saintifik, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar di SD Negeri Kalasan I, Sleman.

Shalikhah (2015) mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) IPA berbasis pendekatan saintifik untuk melatih keterampilan proses sains siswa SD/MI kelas IV. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Prosedur pengembangan melalui tujuh tahap, yaitu tahap penelitian dan mengumpulkan informasi, perencanaan, mengembangkan bentuk awal produk, uji

lapangan awal, revisi produk awal, uji lapangan utama, dan tahap revisi produk operasional. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan scientific pada materi Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit untuk SD/MI kelas IV, (2) mengetahui proses pengembangan LKS IPA, (3) mengetahui kualitas LKS IPA, dan (4) mengetahui dampak penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan scientific terhadap keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi .2. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Relevan

(50)

sebesar 75% (baik), pakar bahasa sebesar 75% (baik), pakar media sebesar 91,25 ( sangat baik). Hasil penilaian teman sejawat dan guru sebesar 92,66% (sangat baik). Hasil tanggapan siswa kelas eksperimen mengenai produk pengembngan LKS IPA sebesar 92,29% dengan kategori interval antara “Setuju dan Sangat Setuju”, sedangkan tanggapan siswa kelas kontrol mengenai LKS IPA

sebelumnya sebesar 67,29% termasuk kategori interval antara “Kurang setuju dan

Setuju”. Hasil observasi keterampilan proses sains siswa yang menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan scientific dengan siswa yang tidak menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan scientific terdapat perbedaan secara signifikan, yaitu sig 0,01 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan produk LKS IPA berbasis pendekatan scientific dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan produk LKS IPA dapat digunakan sebagai media pembelajaran IPA di SD/MI.

Mbasi (2016) mengembangkan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada sub tema hewan disekitarku untuk siswa kelas II sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Pengembangan

LKS ini menggunakan model Borg dan Gall serta Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 5 langkah yaitu (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi

(51)

Mustofa (2013) mengembangkan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains di SDN 1 Tinjomoyo. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D), dengan penekanan pada proses penilaian kelayakan LKS serta ujicoba LKS pada porses pembelajaran. LKS dikatakan layak, apabila memenuhi standar kriteria kelayakan desain dan materi yaitu≥ 62,25%, keaktifan siswa ≥ 50%, serta ≥ 75% siswa telah mencapai

nilai ketuntasan sebesar ≥ 6.0. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kelayakan pengembangan LKS berbasis observasi pada taman sekolah sebagai sumber belajar sains di SD. Penelitian menunjukkan bahwa hasil penilaian kelayakan LKS oleh pakar materi sebesar 90% (sangat layak), pakar desain sebesar 96% (sangat layak), dan guru sebesar 93,18% (sangat layak). Hasil pengujian LKS pada kelas skala kecil (kelas IVB) menunjukkan rerata aktivitas siswa sebesar 94,6%, siswa tuntas belajar sebanyak 90% dengan rerata nilai sebesar 7,08. Sedangkan pengujian pada kelas skala besar (kelas IVA) menunjukkan peningkatan, yaitu rerata aktivitas siswa sebesar 100%, siswa tuntas belajar sebanyak 92,11% dengan rerata nilai sebesar 7,84. Berdasarkan hasil

penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sans di SDN 1 Tinjomoyo, Semarang.

(52)

tanggapan dari guru terhadap LKS berbasis metode percobaan menghasilkan persentase 91%. Hasil pretest dengan rata-rata 69 dan postttest dengan rata-rata 76, sehingga dalam pembelajaran mengalami peningkatan 100%. Desain produk yang dikembangkan di SDN Mejing 2 kelas IV dengan menggunakan desain before after. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS berbasis metode percobaan dapat digunakan dalam pembelajaran.

Sinatra (2012) mengembangkan lembar kerja siswa (LKS) berbasis inkuiri pokok bahasan energi dan perubahannya untuk siswa kelas VI sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Pengembangan LKS ini menggunakan model Dick and Carey, tahapannya yaitu identifikasi tujuan umum, analisis pembelajaran, identifikasi perilaku awal dan karakteristik siswa, perumusan tujuan khusus pembelajaran, mengembangkan butir tes acuan patokan, pengembangan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, merancang dan melakukan evaluatif formatif, dan merevisi pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk

dan mengetahui kelayakan LKS berbasis inkuiri pokok bahasan energi dan perubahannya. Hasil penelitian menunjukkan dari validasi ahli media menghasilkan persentase 97,73 % dengan kategori valid. Penilaian dari ahli materi

menghasilkan persentase 96,67 % dengan kategori valid, sedangkan angket siswa menghasilkan persentase 96,25% dengan kategori valid. Setelah LKS divalidasi ke ahli media dan materi, LKS diujicobakan ke siswa. Ketika diujicobakan terlihat siswa sangat aktif, senang, dan antusias untuk belajar menggunakan LKS berbasis model inkuiri. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan produk LKS IPA berbasis model inkuiri pokok dapat meningkatkan keaktifan siswa, pembelajaran menyenangkan, dan antusias untuk belajar.

Gambar

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah..............60
Grafik 4.2 Perbandingan Rerata Pretest dan Posttest............................................75
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas IV
Tabel 3.2 Rencana wawancara dengan Kepala Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan aktivitas makrofag dari mencit yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun katuk dapat dilihat dari kemampuan jumlah makrofag yang memfagosit lateks

Setelah mengamati semua sampel, Anda boleh mengulang sesering yang Anda perlukan.. Hasil Analisa Organoleptik SPSS Bolu Kukus Labu Kuning

Saudara diminta memberi penilaian berdasarkan tingkat kesukaan saudara dengan range nilai yang telah tersedia.. Atas kerja sama saudara, saya ucapkan

Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

PPJB yang telah disepakati dimana pada faktanya terlihat sebagai klausula baku yang tidak dapat diganggu gugat ataupun diberikan negosiasi oleh calonn

Oleh karena itu, proses panjang modernisasi IAIN Sunan Ampel yang akhirnya berujung pada perubahan kelembagaannya menjadi UIN Sunan Ampel merupakan sebuah proses kesadaran

Skripsi ini adalah salah satu kajian ilmiah yang merumuskan judul ke dalam bentuk pokok masalah (1) Pandangan masyarakat kampus terhadap gerakan Islam Hizbut Tahrir

atau decreasing ) dan sifat produksinya (padat modal atau padat karya). Variabel dalam penelitian ini adalah modal dan tenaga kerja sebagai variabel independen dan