• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selain sekolah memiliki potensi, peneliti juga menemukan masalah di lapangan. Dalam penemuan masalah, peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara tersebut kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi.

1. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran IPA kelas IV dan ketersediaan LKS di SD Negeri Demangan. Observasi dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 44. Pedoman observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Hasil validasi terhadap pedoman observasi yang dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik masih terbatas. Guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran, melainkan guru lebih dominan menggunakan buku guru dan siswa, serta metode Pada bab IV ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan penjelasan sebagai berikut.

.1. Hasil Penelitian

Subbab ini menguraikan proses penelitian dari persiapan sampai dengan pelaksanan yang meliputi deskripsi potensi dan masalah, analisis kebutuhan, data analisis kebutuhan, proses pengembangan LKS, dan kualitas LKS.

.1.1. Deskripsi Potensi dan Masalah

Pada deskripsi potensi dan masalah, peneliti membahas mengenai identifikasi potensi dan identifkasi masalah yang diuraikan di bawah ini.

.1.1.1. Identifikasi Potensi

Potensi yang dimiliki oleh sekolah yaitu telah menerapkan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran khususnya bagi siswa kelas I (satu) dan kelas IV (empat) sekolah dasar.

ceramah dalam menjelaskan materi. Selain itu, guru juga terpaku pada Power Point yang ditampilkan di layar LCD dan guru hanya membaca materi yang telah dituliskannya di Power Point tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik di kelas IV SDN Demangan belum terlaksana secara optimal. Selain itu, peneliti menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik. Siswa juga kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan sering bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal ini dikarenakan, siswa tidak diajak untuk aktif melakukan suatu kegiatan yang pada dasarnya dapat membangun konsep berpikir secara mandiri. Terutama juga karena kurangnya pemahaman guru tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa tahap saja. Kemudian, fasilitas pembelajaran yang kurang memadai juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, guru kelas IV, dan tiga siswa kelas IV. Sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara terlebih dahulu divalidasi oleh guru SD setara. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2016. Wawancara yang pertama dilakukan kepada Kepala Sekolah SDN Demangan. Rencana wawancara dengan Kepala Sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Hasil wawancara Kepala Sekolah dapat dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah, dapat disimpulkan bahwa sekolah menggunakan Kurikulum 2013. Meskipun, sudah menerapkan Kurikulum 2013, guru masih belum paham mengenai pendekatan saintifik sehingga dalam penerapannya masih belum maksimal. Dalam proses pembelajaran guru sudah menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik namun belum diterapkan secara utuh. Selain menggunakan buku guru dan buku siswa, guru juga menggunakan LKS dalam proses pembelajaran. LKS yang digunakan didapat dari pemerintah, namun LKS tersebut tidak digunakan secara maksimal karena LKS berisi soal-soal dan ringkasan materi pembelajaran saja. Di sekolah

tersebut penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan LKS belum pernah ada.

Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru kelas IV. Pedoman wawancara dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2016. Sama halnya dengan pedoman wawancara Kepala Sekolah, pedoman wawancara guru telah divalidasi oleh ahli dengan hasil yang dapat dilihat pada lampiran 4.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih dominan menggunakan metode ceramah saat menjelaskan materi di dalam kelas. Selain itu, guru juga terpaku menggunakan Power Point yang ditampilkan pada layar LCD dan guru hanya sekadar membaca materi saja. Guru lebih banyak melakukan kegiatan di dalam kelas dalam pembelajaran IPA khususnya materi sifat-sifat bunyi dan siswa hanya diminta membawa media yang diperlukan berkaitan dengan materi tersebut. Guru cukup paham mengenai pendekatan saintifik yang berpusat pada siswa, guru hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Penggunaan pendekatan saintifik pada proses belajar mengajar membantu guru dalam menjelaskan materi yang akan dipelajari. Kemudian, siswa lebih aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran, namun guru belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik secara utuh dalam proses pembelajaran.

Wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa. Rencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4. Peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SDN Demangan. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2016. Rencana wawancara siswa telah divalidasi oleh ahli (expert judgment). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai LKS yang bergambar, berwarna dan soal. LKS membantu siswa dalam memahami materi. Siswa memahami materi yang diajarkan dengan mengerjakan soal namun LKS divariasi dengan gambar. Siswa memahami petunjuk yang ada di LKS, tetapi bahasa yang digunakan membingungkan karena masih ada kalimat-kalimat yang kurang jelas dipahami.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan

saintifik masih terbatas. Hal tersebut terlihat dari jawaban narasumber yang ditampilkan pada gambar 4.1.

ggg

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah

Berdasarkan gambar 4.1 mengenai triangulasi sumber wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik saat proses pembelajaran. Hal tersebut menjadi permasalahan karena ketersediaan dan penggunaan LKS khususnya mata pelajaran IPA di SDN Demangan masih terbatas. Sekolah masih mengandalkan pembuatan LKS dari pemerintah. Selain itu, LKS tersebut hanya berisi soal-soal saja tidak mengacu kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa aktif membangun konsep secara mandiri.

Guru

Guru telah menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran tetapi tidak secara utuh lima langkah. Guru kesulitan

dalam melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik, karena kemampuan setiap siswa berbeda-beda dan siswapun

kesulitan dalam

menerapkannya.

Kepala sekolah

Sekolah sudah menyediakan LKS tetapi LKS tersebut tidak digunakan secara maksimal. LKS

yang digunakan tidak memuat kegiatan-kegiatan siswa melainkan hanya berisi soal-soal saja. Selain itu, LKS yang digunakan tidak mengacu lima tahapan pendekatan saintifik. Fasilitas pembelajaran kurang memadai juga menghambat pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik.

Siswa

Guru tidak menggunakan LKS dalam proses pembelajaran di kelas, melainkan guru lebih dominan menggunakan buku guru dan siswa, serta BSE.

Selain itu, siswa lebih menyukai LKS yang berisi kegiatan-kegiatan yang mengacu lima tahapan pendekatan saintifik bukan soal-soal saja. Kemudian, LKS dapat membantu dalam pemahaman materi.

Ketersediaan LKS di sekolah terkait LKS IPA materi sifat-sifat bunyi masih terbatas dan sekolah masih mengandalkan LKS dari pemerintah. Selain itu LKS hanya berisi soal-soal saja dan tidak memuat kegiatan-kegiatan siswa. Kemudian guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan, karena hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan guru. Meskipun demikian minat guru untuk membuat LKS IPA sudah ada.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima tahapan pendekatan saintifik. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa mereka jarang sekali diajak untuk melakukan suatu kegiatan dan percobaan tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi, bahwa siswa ketika diberi pertanyaan kepada guru cenderung tidak bisa menjawab. Selain itu, jika guru meminta pendapat kepada siswa, tidak ada siswa yang aktif untuk mengemukakan pendapatnya melainkan siswa cenderung berbicara kepada temannya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari guru saat wawancara. Guru mengatakan bahwa siswa ketika diminta untuk menjawab soal hanya beberapa soal saja yang dikerjakan, apabila dikerjakan secara keseluruhan, jawaban yang ditulis kurang tepat.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya penggunaan LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran guna mengaktifkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan. Guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan cenderung menggunakan buku guru dan siswa yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, karena guru hanya menjelaskan materi secara monoton dan siswa hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru tanpa ada keaktifan yang dilakukan siswa.

Meskipun demikian, sekolah sudah berusaha menerapkan Kurikulum 2013 berbasis pendekatan saintifik, namun sekolah belum optimal dalam melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan, kurangnya pemahaman guru tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa tahap saja, misalnya mengamati dan mengomunikasikan. Hal ini, juga didukung dengan kemampuan masing-masing siswa yang berbeda dalam memahami suatu materi atau kegiatan yang sedang lakukan, sehingga guru perlu menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik tahap demi tahap.

3. Kuesioner

Peneliti melakukan identifikasi masalah kuesioner yang ditujukan kepada guru dan siswa. Analisis kebutuhan pertama untuk guru terdiri dari kuesioner terbuka dan tertutup yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2016. Kuesioner terbuka berjumlah delapan pertanyaan, sedangkan kuesioner tertutup berjumlah tujuh pertanyaan dengan beberapa pilihan jawabannya. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan guru terbuka dan tertutup dapat dilihat pada tabel 3.5. Hasil kuesioner analisis kebutuhan guru ini menjadi pertimbangan gambaran mengenai LKS yang pernah dilakukan dalam pembelajaran IPA dan menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan LKS IPA materi sifat-sifat bunyi. Jawaban dari responden juga dihitung dalam persentase dengan menggunakan rumus 3.2 yang dapat dilihat pada lampiran 7. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada lampiran 6.

Analisis kebutuhan yang kedua diperoleh dari siswa. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada siswa pada tanggal 15 Agustus 2016. Kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa terdiri dari 16 pertanyaan yang merupakan pengembangan dari karakteristik LKS berbasis pendekatan saintifik. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada tabel 3.7. Jawaban dari responden juga dihitung dalam persentase dengan menggunakan rumus 3.2 yang dapat dilihat pada lampiran 9. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 8.

Berdasarkan hasil kuesioner guru dan siswa, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 50% guru telah melaksanakan lima tahapan pendekatan santifik, Sedangkan 50% guru yang lain belum menerapkan, karena guru belum paham sepenuhnya tentang pendekatan saintifik. Selain itu, sebanyak 100% guru mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik saat proses pembelajaran, karena kemampuan yang dimiliki setiap siswa berbeda-beda sehingga guru perlu menerapkan tahap demi tahap. Kemudian, sebanyak 50% guru menggunakan buku siswa dalam menuntun pembelajaran, tetapi guru juga menggunakan buku paket/BSE (Buku Sekolah Elektronik). Sebanyak 100% guru sudah pernah mengajak siswa melakukan kegiatan dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat bunyi, seperti percobaan

perambatan bunyi menggunakan kaleng telepon bekas. Sementara itu, sebanyak 100% guru mengatakan bahwa pentingnya penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA. Selain itu, sebanyak 100% guru tidak pernah memberikan panduan kegiatan untuk siswa melakukan berbagai kegiatan, mengarahkan siswa untuk mencari berbagai sumber beragam, mengarahkan siswa untuk membangun konsep secara mandiri, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik.

Kemudian, sebanyak 78% siswa mengatakan perlunya LKS dalam pembelajaran. Siswa mengatakan bahwa guru jarang memberikan panduan secara tertulis di dalam kelas (81%) dan luar kelas (74%). Selain itu, sebanyak 85% siswa mengatakan bahwa guru jarang memberikan panduan secara tertulis untuk mencari sumber informasi. Sebanyak 67% siswa mengatakan jarang melakukan langkah-langkah kegiatan secara mandiri dan bahkan 33% siswa mengatakan tidak pernah. Sebanyak 100% siswa mengatakan jarang melakukan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Sementara itu, sebanyak 100% siswa mengatakan perlunya LKS untuk memandu pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi sifat-sifat bunyi.

Jawaban dari guru dan siswa dalam kuesioner analisis kebutuhan memberikan gambaran bagi peneliti mengenai penggunaan LKS selama proses pembelajaran IPA. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan di LKS mudah ditemui di lingkungan sekitar. Selanjutnya, berdasarkan pilihan yang diberikan guru dan siswa dalam kuesioner analisis kebutuhan, pembuatan LKS mempertimbangkan karakteristik LKS berbasis pendekatan saintifik yaitu mengaktifkan siswa melakukan berbagai kegiatan, mengarahkan siswa untuk belajar dengan mencari berbagai sumber informasi, mengarahkan siswa untuk membangun konsep dengan usahanya sendiri tanpa diberi penjelasan dari guru, dan mengarahkan siswa untuk melaksanakan tahapan pendekatan saintifik secara utuh (5 langkah).

Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan data, peneliti melakukan triangulasi teknik. Triangulasi teknik sebagai pertimbangan dalam pembuatan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi

sifat-sifat bunyi dengan melihat permasalahan yang dialami dan kebutuhan LKS IPA dari guru dan siswa. Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan disajikan dalam gambar 4.2.

Gambar 4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan

Peneliti melakukan analisis pembelajaran berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Demangan. Saat peneliti

Pelaksanan lima langkah pendekatan saintifik merupakan kesulitan yang dialami oleh guru dan siswa. Ketersediaan dan penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik materi sifat-sifat bunyi pun tidak ditemukan. Peneliti mengembangkan LKS berdasarkan kebutuhan dari guru dan siswa mengenai LKS IPA berbasis pendekatan sainfitik materi sifat-sifat bunyi.

Wawancara

Sekolah telah menerapkan pendekatan saintifik, namun penerapan lima tahapan pendekatan saintifik belum seutuhnya.

Guru kesulitan dalam melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik. Guru tidak menggunakan LKS IPA

dalam proses

pembelajaran, namun lebih fokus menggunakan buku siswa dan BSE.

Observasi

Tidak ditemukan penggunaan LKS IPA dalam proses pembelajaran, guru lebih condong menggunakan metode ceramah dan buku siswa. Guru

jarang mengajak siswa aktif melakukan kegiatan, melainkan hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal. Hal tersebut dapat diketahui dari ketidakmampuan siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

Kuesioner

Hasil kuesioner menunjukkan

bahwa guru tidak

menggunakan LKS IPA terkait materi sifat-sifat bunyi. Selain itu, guru tidak

mengarahkan siswa

melaksanakan tahapan pendekatan saintifik. Saran

dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pengembangan LKS IPA.

.1.2. Proses Pengembangan LKS

Proses pengembangan LKS tidak harus skuensial (tidak kembali ke awal) tetapi secara simultant. Maka yang dituliskan di bawah ini tidak harus urut, melainkan lebih menjelaskan bagian-bagiannya.

.1.2.1. Analisis kebutuhan 1. Analisis Pembelajaran

melakukan observasi, ternyata guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran, melainkan guru lebih dominan menggunakan buku guru dan buku siswa, dan metode ceramah. Selain itu, guru juga terpaku pada Power Point yang ditampilkan di layar LCD dan guru hanya membaca materi yang telah dituliskannya di Power Point tersebut. Kemudian, guru tidak mengajak siswa aktif melakukan suatu kegiatan, melainkan guru hanya meminta siswa untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru. 2. Analisis Siswa

Pada tahap kedua, peneliti merumuskan tujuan khusus yaitu membuat LKS berbasis pendekatan saintifik dengan karakteristik, (1) mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) mengajak siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara mandiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan saintifik yaitu lain mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

Setelah melakukan analisis pembelajaran, peneliti melakukan analisis siswa berdasarkan observasi yang dilakukan pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Demangan. Observasi dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2016. Hasil yang diperoleh melalui observasi tersebut adalah ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, banyak dari siswa yang tidak memperhatikan dengan baik dan cenderung berbicara dengan temannya. Selain itu, tidak ada keaktifan yang muncul saat guru bertanya mengenai materi yang disampaikan. Siswa cenderung diam saja dan hanya mengangguk-anggukan kepala ketika guru menunjuk salah satu siswa untuk menjelaskan kembali materi yang disampaikan. Ada siswa yang meletakkan kepalanya di atas meja, karena merasa materi yang disampaikan oleh guru membosankan dan sulit untuk dipahami. Hal ini, dapat dibuktikan ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak bisa menjawab ketika ditunjuk dan jawaban yang disampaikan kurang tepat. Paparan mengenai hasil analisis pembelajaran dan analisis siswa tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan.

Pada tahap ketiga, peneliti menggunakan instrumen berbentuk pilihan ganda berupa pretest dan posttest dan rubrik penilaian kualitas LKS. Berikut jenis dan tujuan instrumen yang disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis dan Tujuan Instrumen

Jenis Instrumen Tujuan Instrumen

Rubrik penilaian kualitas LKS Untuk mengetahui kualitas LKS (aspek konten atau isi, tampilan, bahasa, penggunaan dan penyajian)

Soal pilihan ganda Untuk mengetahui tingkat efektivitas

penggunaan LKS

Pengujian soal pretest dan posttest dilakukan pada uji coba lapangan terbatas di SDN Demangan. Pretest dilakukan sebelum menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kondisi awal siswa. Posttest dilakukan di akhir setelah menggunakan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk mengetahui kemampuan yang diperoleh siswa. Peneliti menyusun dan mengembangkan tes berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.5 tentang memahami Sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dengan indera pendengaran. Peneliti mengembangkan KD tersebut menjadi empat indikator. Keempat indikator tersebut dikembangkan menjadi 20 soal tipe pilihan ganda. Kisi-kisi soal tes dapat dilihat pada tabel 3.9.

Setelah peneliti merumuskan tujuan khusus berdasarkan empat karakteristik LKS, maka langkah selanjutnya peneliti menjabarkan empat karakteristik menjadi 8 ciri khusus yaitu (1) LKS mengarahkan siswa melakukan kegiatan di dalam dan luar kelas, (2) LKS mengarahkan mencari sumber informasi (koran, majalah, internet, dan sebagainya), (3) siswa melakukan pengamatan benda-benda di sekitar, (4) siswa melakukan kegiatan bertanya tentang permasalahan yang ditemukan dalam pengamatan sebelumnya, (5) siswa melakukan kegiataan percobaan secara mandiri dalam pembelajaran IPA, (6) siswa menceritakan hasil kerja di dalam kelompok, (7) siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, (8) siswa menggunakan gambar, poster, foto, grafik, atau tabel untuk menunjukkan hasil kerja.

Setelah menyusun instrumen tes, soal divalidasi oleh ahli (expert judgment) dan diujikan secara empiris kepada 30 siswa kelas IV SDN Demangan. Data yang diperoleh selanjutnya diuji dengan uji korelasi pearson dengan menggunakan progam SPSS 22 for Windows untuk menganalisis item soal valid. Item soal yang valid dapat dilihat dari p < 0,05, item soal dikatakan valid (Widoyoko, 2012: 157). Berikut merupakan hasil rekapitulasi validitas tes yang disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Validitas Tes No.

Item (sig-2 tailed) Keputusan

No.

item (sig-2 tailed) Keputusan

1 0,015 Valid 11 0,048 Valid 2 0,048 Valid 12 0,006 Valid 3 0,044 Valid 13 0,003 Valid 4 0,026 Valid 14 0,044 Valid 5 0,021 Valid 15 0,031 Valid 6 0,003 Valid 16 0,045 Valid 7 0,019 Valid 17 0,016 Valid 8 0,000 Valid 18 0,010 Valid 9 0,025 Valid 19 0,005 Valid 10 0,027 Valid 20 0,012 Valid

Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dari 50 soal terdapat 20 soal dinyatakan valid. Setelah 20 soal diuji validitasnya, kemudian soal tersebut diuji realibitasnya. Pengujian reliabilitas instrumen juga menggunakan progam SPSS 22 for Windows dengan menghitung Cronbach Alpha. Berikut adalah hasil perhitungan nilai Cronbach Alpha dengan SPSS 22 for Windows yang disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Item

0,60 20

Berdasarkan tabel 4.3, diperoleh hasil perhitungan Cronbach Alpha sebesar 0,60. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha sekurang-kurang 0,60 (Nunnally, dalam Gozali, 2001: 46). Dengan demikian, instrumen tes tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan. Instrumen tes

yang telah valid dan reliabel tersebut digunakan sebagai pretest dan posttest. Kisi-kisi instrumen pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 3.9.

berkaitan dengan isi LKS yang dibuat peneliti. Adapun isi dari LKS yaitu (1) peneliti membuat pemetaan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, dan tujuan. Pada setiap kegiatan LKS terdapat lima tahapan pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Berikut pemetaan KI, KD, indikator, dan tujuan yang disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pemetaan KI, KD, Indikator, dan Tujuan Kegiatan

Komptensi Inti (KI) Kompetensi

Dasar(KD) Indikator Tujuan kegiatan

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya

berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkhluk ciptaan Tuhan, dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

3.5 Memahami Sifat-sifat bunyi melalui pengamatan dengan indera pendengaran

3.5.1 Menjelaskan proses terjadinya bunyi melalui benda yang bergetar

3.5.1.1 Siswa mampu

menjelaskan proses terjadinya bunyi melalui benda yang bergetar

3.5.2 Menjelaskan perambatan bunyi melalui benda padat, cair, dan gas(udara) 3.5.2.2 Siswa mampu menjelaskan perambatan bunyi melalui benda

Dokumen terkait