• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Potensi dan Masalah

Pada deskripsi potensi dan masalah, peneliti membahas identifikasi potensi dan identifikasi masalah yang diuraikan di bawah ini.

4.1.1.1 Identifikasi Potensi

Potensi yang ada adalah sekolah sudah menggunakan Kurikulum 2013. Sekolah juga sudah menggunakan LKS dalam proses pembelajaran.

4.1.1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara tersebut kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi.

1. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran IPA kelas IV dan penggunaan media LKS dalam proses pembelajaran di SDN Perumnas

Condongcatur. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat lampiran 3.1.

Pedoman observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Berikut adalah hasil validasi instrumen observasi yang disajikan pada lampiran 4.1. Hasil observasi pembelajaran IPA dapat dilihat pada lampiran 4.2.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA di kelas masih terbatas. Guru lebih dominan menjelaskan materi dan ceramah, sehingga siswa lebih pasif dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan produk LKS berbasis pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA di kelas IV SDN Perumnas Condongcatur belum optimal. Selain itu,

peneliti menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan menerapkan 5 tahapan dalam pendekatan saintifik. Terutama karena kurangnya pemahaman guru tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa tahapan saja dalam pendekatan saintifik. Selain itu fasilitas pembelajaran di kelas yang kurang memadai juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan 5 tahapan saintifik.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran IPA. Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, dan siswa kelas IV. Sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara terlebih dahulu divalidasi oleh ahli. Ahli yang melakukan validasi adalah ahli ahli IPA dan guru kelas IV SD setara.

Wawancara pertama dilakukan kepada Kepala Sekolah. Rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Pedoman wawancara kepala sekolah telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dengan

hasil yang dituangkan pada lampiran 4.3. Hasil wawacara kepada Kepala

sekolah dapat dilihat pada lampiran 4.4.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah, dapat disimpullkan bahwa sekolah menggunakan Kurikulum 2013. Walaupun sudah menerapkan Kurikulum 2013, guru masih belum paham mengenai Pendekatan Saintifik sehingga dalam penerapannya masih belum maksimal. Dalam proses pembelajaran guru sudah menggunakan 5 tahapan pendekatan saintifik namun belum diterapkan secara utuh. Selain menggunakan buku guru dan buku siswa, guru juga menggunakan LKS dalam proses pembelajaran. LKS yang digunakan didapat dari Dinas, namun LKS tersebut tidak digunakan secara maksimal karena LKS berisi soal-soal dan ringkasan materi pembelajaran. Di sekolah tersebut penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan LKS belum pernah ada.

Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru. Rencana wawancara

dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Sama halnya dengan

divalidasi oleh ahli dengan hasil yang dituangkan pada lampiran 4.5. Hasil wawacara kepada guru dapat dilihat pada lampiran 4.6.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih dominan menggunakan metode ceramah saat menjelaskan materi di dalam kelas. Guru lebih banyak melakukan kegiatan di dalam kelas dalam pembelajaran IPA khususnya materi gaya, gerak, dan energi. Siswa diminta membawa media yang diperlukan berkaitan dengan materi tersebut. Guru sudah paham mengenai pendekatan saintifik yang berpusat pada siswa, guru hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Penggunaan pendekatan saintifik pada proses belajar-mengajar membantu guru dalam menjelaskan materi yang akan dipelajari. Dan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, namun guru belum menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik secara utuh dalam proses pembelajaran.

Wawancara yang ketiga ditujukkan kepada siswa. Rencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4. Pedoman wawancara siswa telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan Guru SD, dengan hasil yang dituangkan dalam lampiran 4.7. Hasil wawacara kepada siswa dapat dilihat pada lampiran 4.8.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa menyukai LKS yang bergambar, berwarna dan soal. LKS membantu siswa dalam memahami materi. Siswa memahami materi yang diajarkan dengan mengerjakan soal namun LKS divariasi dengan gambar. Siswa memahami petunjuk yang aa di LKS, namun bahasa yang digunakan sedikit membingungkan karena masih ada kalimat-kalimat yang ambigu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik masih terbatas. Hal tersebut terlihat dari jawaban narasumber yang ditampilkan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Identifikasi Masalah Berdasarkan bagan 4.1 mengenai triangulasi sumber wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima langkah pendekatan saintifik saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menjadi permasalahan karena ketersediaan dan penggunaan LKS khususnya mata pelajaran IPA di SD N Perumnas Condongcatur masih terbatas. Sekolah masih mengandalkan pembuatan LKS dari pemerintah. Selain itu, LKS tersebut hanya berisi soal-soal saja tidak mengacu kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa aktif membangun konsepnya sendiri.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima langkah pendekatan saintifik. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa mereka jarang sekali diajak untuk melakukan suatu kegiatan

Guru

Guru telah menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran tetapi hanya beberapa langkah saja yang dilaksanakan. Guru

kesulitan dalam

melaksanakan lima langkah pendekatan saintifik, karena kemampuan setiap siswa berbeda-beda dan siswapun

kesulitan dalam

menerapkannya.

Kepala sekolah

Sekolah sudah menyediakan LKS tetapi LKS tersebut tidak digunakan secara maksimal. Kemudian, LKS yang digunakan tidak memuat kegiatan-kegiatan siswa melainkan hanya berisi soal-soal saja. Selain itu, LKS yang digunakan tidak mengacu lima langkah pendekatan saintifik. Kemudian fasilitas pembelajaran kurang memadai juga menghambat pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik.

Siswa

Siswa tidak menggunakan LKS dalam proses pembelajaran di kelas, melainkan siswa lebih banyak menggunakan buku siswa dan BSE. Selain itu, siswa lebih menyukai LKS yang berisi kegiatan-kegiatan yang mengacu lima langkah pendekatan saintifik bukan soal-soal saja. Kemudian, LKS dapat membantu dalam pemahaman materi.

Ketersediaan LKS di sekolah terkait LKS IPA materi gaya gerak dan energi masih terbatas dan sekolah masih mengandalkan LKS dari pemerintah. Selain itu LKS hanya berisi soal-soal saja dan tidak memuat kegiatan- kegiatan siswa. Kemudian guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan, karena hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan guru. Meskipun demikian minat guru untuk membuat LKS IPA sudah ada.

dan percobaan tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi, bahwa siswa ketika diberi pertanyaan kepada guru cenderung tidak bisa menjawab. Selain itu, jika guru meminta pendapat kepada siswa, tidak ada siswa yang aktif untuk mengemukakan pendapatnya melainkan siswa cenderung berbicara sendiri kepada teman sebangkunya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari guru saat wawancara. Guru mengatakan bahwa siswa ketika diminta untuk menjawab soal hanya beberapa soal saja yang dikerjakan, apabila dikerjakan secara keseluruhan, jawaban yang ditulis kurang tepat.

Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya penggunaan LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran di kelas guna mengaktifkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan lebih fokus menggunakan buku siswa yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, karena guru hanya menjelaskan materi secara monoton dan siswa hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru tanpa ada keaktifan yang dilakukan siswa.

Meskipun demikian, sekolah sudah berusaha menerapkan kurikulum 2013 berbasis pendekatan saintifik, namun sekolah belum optimal dalam melaksanakan lima langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan, guru kelas sepenuhnya belum paham tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa langkah saja, misalnya mengamati dan mengomunikasikan. Hal ini, juga didukung dengan kemampuan masing-masing siswa yang berbeda dalam memahami suatu materi atau kegiatan yang sedang lakukan, sehingga guru perlu menerapkan lima langkah pendekatan saintifik tahap demi tahap.