BAB III METODE PENELITIAN
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun buatan, untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011: 231). Observasi dilaksanakan pada pembelajaraan di kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Aspek yang diobservasi ketika pembelajaran di keas IV adalah penggunaan LKS dan pembelajaran yang dilakukan guru.
3.5.2 Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang terinterviu (interviewee) dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang langsung dari sumbernya tentang berbagai gejala sosial, baik yang terpendam (latent) maupun tampak. Wawancara merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta prroyeksi seseorang terhadap masa depannya (Widoyoko, 2012: 40).
Wawancara atau interviu memiliki dasar penggunaan yang sama dengan angket, yaitu mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self report) dari responden atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi responden. Penggunaan wawancara sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan (Hadi, 1984: 157):
1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam tiga golongan besar, yaitu (1) sebagai metode primer, (2) sebagai metode pelengkap, dan (3) sebagai kriterium (Hadi, 1984: 193).
Wawancara dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Wawancara bisa direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap.
Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dan wawancara bebas (tak berstruktur). Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Sedangkan pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya.
Aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara, yakni (a) tahap awal pelaksanaan wawancara (b) penggunaan pertanyaan, dan (c) pencatatan hasil wawancara. Tahap awal wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara seperti, pengakraban sehingga siswa tidak merasa takut dan terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau jujur. Kemudian pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Tahap terakhir adalah mencatat hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak lupa. Pada wawancara terbuka kita perlu mencatat pokok-pokok isi jawaban siswa pada lembar sendiri, sedangkan pada wawancara terstruktur, kita tinggal memberikan tanda pada alternatif jawaban siswa pada lembar sendiri.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara interviu dalam bentuk langsung yang mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-reports, atau pengetahuan, keyakinan pribadi (Sutrisno Hadi, 2015: 217). Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Widoyoko, 2015: 33). Kuesioner atau angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self report) dari responden, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi responden.
Pada umumnya angket mempunyai dua fungsi, yaitu deskripsi dan pengukuran. Fungsi deskripsi maksudnya adalah informasi yang diperoleh melalui angket dapat memberikan gambaran (deskripsi) tentang karakteristik dari individu
atau sekelompok responden. Penggambaran unsur-unsur itu mempunyai beberapa tujuan, misalnya peneliti dapat memperoleh keterangan tentang tingkah laku individu atau kelompok responden tertentu. Sedangkan fungsi pengukuran, maksudnya berdasarkan respon yang diberikan oleh responden, peneliti dapat mengukur variabel-variabel individual atau kelompok tertentu (Widoyoko, 2015: 35).
Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis tergantung pada sudut pandangnya. Peneliti menggunakan jenis kuesioner yang dibedakan dari cara menjawabnya, kuesioner dibedakan menjdi dua, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa dijawab/ direspon secara bebas oleh responden. Sedangkan kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang jumlah item dan alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan, responden tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Widoyoko, 2015: 36).
3.5.4 Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, minat, baik yang dimiliki oleh individu maupun kelompok (Widoyoko, 2015: 50). Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pernyataan (Djemari, dalam Widoyoko, 2015: 57). Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemapuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (Widoyoko, 2015: 57).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes prestasi (achievement test)
yang berupa pretest dan posttest yang berbentuk pilihan ganda. Tes prestasi , yaitu
tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan sesudah orang yang dimaksud mempelajari sesuatu hal sesuai dengan yang akan diteskan (Widoyoko, 2015: 51).
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dat penelitian dengan cara melakukan pengukuran. Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang wawancara, pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden (Gulo dalam Widoyoko, 2015: 51).
3.6.1 Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur dan penerapan pendekatan saintifik serta penggunaan LKS IPA. Aspek yang diobservasi ketika pembelajaran IPA kelas IV adalah ketersediaan LKS IPA, pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik, dan partisipasi siswa. Peneliti mencatat hal-hal yang berkaitan dengan aspek yang diobservasi setiap rentang waktu tertentu. Kisi-kisi pedoman observasi pembelajaran IPA kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran IPA
No Kisi-kisi Observasi Objek yang diamati
1 Ketersediaan LKS IPA untuk mengajar
Sudah adanya LKS IPA yang digunakan guru untuk mengajar
2 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA
Siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti 5 tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA
3 Partisipasi siswa dalam mengikuti praktikum IPA
Siswa kurang aktif dalam mengikuti
praktikum IPA dan guru cenderung ceramah Pedoman observasi telah divalidasi oeh guru SD. Uji validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk (Sugiyono, 2014: 170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2012: 145). Karena itu, pedoman observasi tersebut diuji dengan uji
validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para ahli (expert
judgement) untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman observasi. Hasil validasi pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 4.1
3.6.2 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi tentang uraian tentang data yang akan diungkap yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan agar proses wawancara berjalan dengan baik. Wawancara ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, dan siswa kelas IV di SD Negeri Perumnas Condongcatur.
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah
Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala SDN Perumnas Condongcatur. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik wawancara terencana-tidak terstruktur sehingga peneliti hanya menyusun rencara wawancara, tetapi tidak menggunakan format dengan urutan yang baku (Yusuf, 2014: 377). Adapun rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara kepada Kepala Sekolah
No. Topik Pertanyaan
1. Informasi berkaitan dengan sekolah: a. Kurikulum yang digunakan di sekolah b. Jumlah siswa kelas IV
2. Ketersiaan LKS di Sekolah a. LKS yang sudah ada di sekolah
b. LKS yang pernah dikembangkan oleh guru di sekolah c. Pengadaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik di sekolah 3. Penggunaan LKS IPA dalam pembelajaran
4. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan LKS
Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, peneliti mendapatkan informasi bahwa di sekolah tersebut telah menggunakan Kurikulum 2013. Ketersediaan LKS pada setiap mata pelajaran juga sudah lengkap, namun LKS yang digunakan yaitu LKS yang berisi materi dan soal-soal. Selain itu LKS yang dgunakan belum memuat tahapan pendekatan saintifik.
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas IV
Kegiatan wawancara yang kedua ditujukan kepada Guru kelas IV. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara terencana-terstruktur.
Adapun pedoman wawancara yag sudah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data di bawah ini.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada Guru
No. Topik Pertanyaan No.
Pertanyaan 1. Pemahaman guru tentang pendekatan
saintifik
1 dan 2 2. Pelaksanaan lima tahapan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran
3 dan 4 3. Kesulitan yang dihadapi guru dalam
implementasi pendekatan saintifik
5 4. Kesulitan siswa mengikuti lima langkah
pendekatan saintifik
6 5. Manfaat bagi siswa setelah menerapkan
pendekatan saintifik
7
Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV, peneliti mendapatkan informasi tentang pendekatan yang digunakan pada setiap pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA. Pemahman guru mengenai pendekatan saintifik masih kurang, pada proses pembelajaran guru belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik secara keseluruhan.
3.6.2.3 Wawancara Siswa kelas IV
Selain wawancara kepada kepala sekolah dan guru kelas IV, kegiatan wawancara juga ditujukan kepada siswa kelas IV untuk mengetahui LKS yang diperlukan oleh siswa seperti apa. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan pedoman wawancara yang sudah disusun seperti di bawah ini.
Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman wawancara kepada siswa kelas IV
No. Topik Pertanyaan No. Pertanyaan
1. Warna dan gambar yang disukai 1,2, dan 3
2. Jenis LKS yang disukai 4
3. LKS dapat membantu siswa memahami materi 5
4. Ukuran huruf pada LKS 6
5. Penggunaan bahasa dan petunjuk dalam LKS 7 dan 8
Dari hasil wawancara siswa kelas IV, peneliti mendapatkan informasi mengenai LKS yang disukai oleh siswa. Secara keseluruhan siswa menyukai LKS
yang berwarna, bergambar, serta kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa untuk melakukan percobaan. Selain itu, siswa juga menyukai LKS yang divariasi denga bentuk huruf yang menarik dan berukuran sedang (tidak terlalu kecil), sert bahasa yang mudah dipahami.
Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh guru SD dan para ahli (expert judgment). Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji Validitas pada instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk (Sugiyono, 2014: 170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2012: 145). Karena itu, pedoman wawancara tersebut diuji dengan uji
validitas konstruk. Selan itu, peneliti juga menggunakan pendapat para ahli (expert
judgement) untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh guru SD dan ahli, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman wawancara. Hasil validasi pedoman wawancara guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran 4.5 dan lampiran 4.7.