ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS MEMANFAATKAN MEDIA BERBASIS LABORATORIUM VIRTUALPADA MATERI OPTIK FISIS
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh Ana Kurnia Sari
Penelitian pengembangan ini bertujuan mengembangkan LKS yang memanfaatkan laboratorium virtual menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS, serta mendeskripsikan keefektifan LKS untuk menuntaskan hasil belajar siswa dalam penilaian ranah kognitif dan afektif pada materi difraksi dan interferensi cahaya. Telah dilakukan penelitian pengembangan LKS dengan memanfaatkan simulasi PhET bagi siswa di SMA Negeri 1 Pringsewu kelas XI MIA 2 sebanyak 26 siswa.
Prosedur pengembangan tersebut meliputi potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian. Metode pengumpulan data diperoleh dengan cara observasi, pengisian angket, dan tes khusus. Produk yang telah divalidasi oleh ahli materi dan ahli desain menunjukkan kualitas LKS sangat menarik, mudah digunakan, dan sangat bermanfaat serta efektif digunakan sebagai media pembelajaran.
Hasil belajar pada penilaian kognitif setelah menggunakan LKS adalah 92,31% siswa telah mencapai KKM, yaitu 24 siswa dari jumlah seluruhnya sebanyak 26 siswa. Hasil penilaian sikap adalah 100% dari seluruh jumlah siswa telah mancapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS memanfaatkan laboratorium virtual dengan pendekatan saintifik pada materi difraksi dan interferensi cahaya efektif dan dapat membantu siswa memahami materi tersebut karena penggunaan LKS dapat menuntaskan hasil belajar kognitif dan afektif siswa dengan baik.
PENGEMBANGAN LKS MEMANFAATKAN MEDIA BERBASIS LABORATORIUM VIRTUALPADA MATERI OPTIK FISIS
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh
Ana Kurnia Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 10 Juni 1993, sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Indrayadi dan Ibu Reni Febriani.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK ABA 1 Pringsewu yang diselesaikan
pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Muhammadiyah
Pringsewu pada Tahun 2005. Sekolah Menegah Pertama (SMP) diselesaikan di
MTs Negeri Pringsewu pada Tahun 2008, dan Sekolah Menegah Atas (SMA)
diselesaikan di SMA Negeri 1 Pringsewu pada Tahun 2011. Pada tahun 2011,
penulis diterima di program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Selama menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika, penulis
memiliki pengalaman organisasi, yaitu sebagai Pengurus Himasakta, Panitia
Khusus Pemilihan Gubernur FKIP dan asisten praktikum mata kuliah fisika bagi
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wata’ala yang selalu melimpahkan nikmat-Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam, penulis mempersembahkan karya sederhana ini
sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:
1. Orang tuaku tercinta, Ibu Reni Febriani dan Bapak Indrayadi yang telah
sepenuh hati membesarkan, mendidik, dan mendo’akan kebaikan kepada
adinda selama ini. Semoga adinda bisa membahagiakan Ibunda dan
Ayahanda dengan cara yang adinda pilih.
2. Kedua adikku, Annisa Zhafirah dan Muhammad Rizki tersayang, yang telah
memberikan doa dan semangatnya untuk keberhasilanku. Semoga
adik-adikku menjadi hamba yang ta’at beribadah dan bermanfaat bagi umat.
3. Para pendidik yang telah mengajarkan banyak hal baik ilmu agama,
pengetahuan, maupun ilmu untuk bertahan hidup di dunia yang hanya
sementara ini.
4. Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekurangan
yang ku miliki, dari kalian aku belajar ketulusan dan keikhlasan dalam hidup.
MOTTO
“esungguhnya Allah, segenap malaikat, penduduk langit dan bumi sampai semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan
untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia
(Hadits riwayat At-Tirmidzi, dishahihkan Oleh Al-Bani)
“Harta, tahta, dan keluarga tidak akan menemani kita sampai mati karena semua itu hanya titipan Yang Maha Raja, namun hanya ilmu yang bermanfaat,
amal ibadah yang ikhlas, dan harta yang disedekahkan yang akan jadi teman sejati di akhirat kelak.”
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohim...
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata’ala, karena atas nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di FKIP
Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
lembar ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
4. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing Utama atas kesediaannya yang telah membimbing, memotivasi,
dan mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd, M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya yang telah membrikan bimbingan, arahan, dan motovasi kepada
xi
6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku Pembahas yang telah banyak
memberikan saran dan kritik yang bersifat positif dan membangun untuk
skripsi yang penulis kembangkan.
7. Bapak Ismu Wahyudi, S.Pd., M.P.Fis., dan Bapak Antomi Saregar, M.Pd.,
M.Si. selaku evaluator uji ahli, terima kasih atas waktu dan sarannya.
8. Bu Viyanti, S.Pd., M.Pd., Drs. Nengah Maharta, M.Si., Dr. Agus Suyatna,
M.Si., Dr. Abdurrahman, M.Si., Dr. Undang Rosidin, M.Pd., Drs. I Dewa Putu
Nyeneng, M.Sc.
9. Bapak Drs. Yulizar,M.M., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pringsewu
beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di
sekolah.
10.Bapak Warsana, S.Pd., dan Ibu Ris Purwaningsih, S.Pd., selaku guru fisika
dan murid-murid Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Pringsewu atas bantuannya.
11.Teman-teman terdekat Al-Kahfiyyah: Isti, Nisa, Puspita, Inayah, Rizki, dan
Adel, terima kasih kalian telah mengajariku tentang arti kebersamaan,
ketulusan, dan cara memahami pribadi kita yang tak sama. Semoga kita bisa
mengambil pelajaran atas semua yang telah kita lalui bersama.
12.Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi: Evi, Ummu, Yulia,
Husnun, Rini, Sofya, Tata, Febriana, Erlina, Tiara, Rara, Tari, Afifah, Bertha,
Lusi, iyos, Desma, dan para akhwat ikhwan lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu-per satu.
13.Seluruh keluarga besar Pendidikan Fisika terutama angkatan 2010, 2009, 2008
xii
14.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua dan berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis,
serta semoga skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, April 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan ... 8
B. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 9
C. Media Pembelajaran ... 11
D. Laboratorium Virtual ... 13
E. Hakikat Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik... 18
xiv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 41
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Skor penilaian dalam instrumen uji ahli materi dan desain ... 38
2. Skor penilaian uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan .... 39
3. Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas ... 40
4. Hasil penilaian uji ahli ... 44
5. Hasil rekomendasi perbaikan uji ahli untuk LKS ... 45
6. Hasil penilaian uji coba produk ... 46
7. Hasil penilaian uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan .... 48
8. Data penilaian kognitif ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Observasi Sumber Daya Sekolah dan Inventaris Sumber Daya .... 65
2. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 67
3. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ... 69
4. Silabus ... 72
5. Sebaran KD ... 76
6. RPP ... 83
7. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Materi ... 90
8. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Desain ... 93
9. Hasil Uji Kelayakan oleh Ahli Materi ... 95
10.Hasil Uji Kelayakan oleh Ahli Desain ... 100
11.Kisi-kisi Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 103
12.Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan LKS ... 106
13.Hasil Uji Coba Produk Kelompok Terbatas ... 109
14.Kisi-kisi Soal Uji Efektivitas ... 111
15.Penilaian Afektif ... 116
16.Hasil Uji Kemenarikan Kelompok Kecil ... 118
17.Rekap Nilai Uji Keefektifan ... 120
18.Rekap Penilaian Afektif ... 122
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Cahaya yang melewati celah sempit ... 22
2. Difraksi celah tunggal ... 23
3. Interferensi konstruktif dan destruktif ... 24
4. Diagram sinar interferensi cahaya ... 26
5. Prosedur penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono ... 30
6. One One-Shot Case Study ... 37
7. Grafik kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS ... 55
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena
fenomena-fenomena fisika terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh
fenomena tersebut adalah fatamorgana, pembentukan pelangi, prinsip kerja
kamera, manfaat lensa cekung bagi penderita rabun jauh, dan lain-lain.
Fenomena-fenomena tersebut dikaji secara mendalam oleh para ilmuwan, sehingga
menghasilkan suatu prinsip atau konsep yang dapat membantu dan memberikan
kemudahan bagi manusia untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Namun
kenyataannya, ada banyak siswa yang menganggap sulit mata pelajaran ini dan
belum menyadari sepenuhnya manfaat mempelajari fisika.
Ada banyak kendala yang ditemui oleh siswa saat mempelajari konsep fisika yang
bersifat abstrak. Kesulitan siswa dalam memahami konsep fisika adalah siswa
sangat jarang melakukan praktikum disebabkan alat-alat praktikum yang belum
memadai, sehingga guru lebih sering mengajar dengan menggunakan metode
ceramah dalam menjelaskan materi. Oleh karena itu, membuat siswa menjadi
sulit membayangkan konsep yang sebenarnya karena mereka hanya diberikan
2
Media pembelajaran yang digunakan pun hanya buku paket dari perpustakaan
sekolah yang masih menggunakan kurikulum lama dan lembar kerja siswa (LKS)
yang disediakan sekolah tidak ada tuntunan kegiatan praktikum yang dapat
dilakukan, kurang adanya gambar yang menarik, serta hanya berisi materi dan
soal-soal latihan. Hal ini diketahui berdasarkan hasil analisis kebutuhan angket
yang diberikan kepada 32 siswa Kelas XII IPA 1 di SMA Negeri 1 Pringsewu
yang telah mempelajari tentang materi optik fisis.
Hal ini jelas kurang sesuai dengan kurikulum baru yang digagas oleh
Kemendikbud yaitu kurikulum 2013 yang menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dilakukan dengan lima langkah
pembelajaran, yaitu tahap mengamati, bertanya, mencoba, melakukan asosiasi,
dan mengkomunikasikan. Kelima tahapan ini dipandang mampu membantu siswa
untuk mencapai keterampilan berpikir, merasa, dan melakukan.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran merujuk pada pandangan bahwa
pembelajaran pada dasarnya merupakan proses ilmiah. Pendekatan ilmiah
dipandang paling cocok dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan siswa. Pada proses belajar, guru diharapkan menggunakan berbagai
macam metode belajar yang memungkinkan siswa untuk melatih berpikir kritis,
mentradisikan aktifitas kreatif, mengembangkan kemerdekaan berpikir, serta
mengeluarkan ide dan pendapatnya.
Salah satu metode belajar yang efektif adalah eksperimen atau melakukan
3
dipraktikan karena ketidaktersedian alat peraga atau kotak instrumen terpadu
(KIT) yang dapat menunjang untuk melakukan percobaan di laboratorium. Salah
satu contohnya adalah materi optik fisis pada submateri difraksi dan interferensi
cahaya. Interferensi cahaya pada kenyataannya sangat sulit untuk ditemui karena
fenomena tersebut berlangsung sangat cepat, sehingga untuk melakukan
percobaan ini membutuhkan alat dan tempat yang benar-benar mendukung.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, media
elektronik dapat menjadi solusi dari kendala yang ditemui oleh guru dan siswa
saat melakukan pembelajaran materi tersebut. Percobaan yang sulit dilakukan di
laboratorium biasa dapat dilakukan dengan menggunakan laboratorium virtual
yang dijalankan menggunakan komputer. Program-program laboratorium virtual
telah banyak dikembangkan oleh para fisikawan untuk mempermudah siswa
mempelajari fisika, salah satu contohnya adalah program simulasi PhET.
Program ini merupakan simulasi percobaan nyata yang dijadikan suatu aplikasi
(software) yang dapat diakses di mana pun oleh guru dan siswa dengan menggunakan komputer atau laptop.
Pembelajaran berbasis media simulasi yang memanfaatkan media laboratorium
virtual sudah cukup banyak digunakan sebagai media pembelajaran dan
penggunaannya dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa. Hal ini dibuktikan
dari penelitian yang dilakukan oleh Taufiq (2008), diperoleh informasi bahwa
laboratorium virtual memberikan kesan yang positif, menarik, dan menghibur,
serta membantu penjelasan secara mendalam tentang suatu fenomena alam. Oleh
4
senang dan mudah untuk mempelajarinya. Selain itu, Lailiyah (2009)
mengemukakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan simulasi lebih efektif
dibandingkan pembelajaran dengan demonstrasi dan ceramah. Ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan simulasi dapat membantu siswa untuk
lebih memahami persoalan yang dipelajari.
Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatiningtyas, dkk. (2013)
mengenai penerapan simulasi dan KIT sederhana untuk mengajarkan
keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik, diketahui bahwa
hasil belajar dengan menggunakan laboratorium virtual lebih baik dibandingkan
menggunakan KIT sederhana dalam membantu siswa memahami konsep fisika
yang bersifat abstrak. Pembelajaran dengan menggunakan KIT sederhana
membutuhkan waktu yang lebih lama karena siswa masih merasa kesulitan saat
merangkai KIT dibandingkan pembelajaran dengan simulasi yang praktis dan
menyenangkan. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk
mengembangkan LKS yang disertai panduan bagi guru dengan judul penelitian
“Pengembangan LKS Memanfaatkan Media Berbasis Laboratorium Virtual pada
Materi Optik Fisis dengan Pendekatan Saintifik”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagaimana produk pengembangan LKS yang memanfaatkan media berbasis
laboratorium virtual pada materi optik fisis khususnya submateri difraksi dan
5
2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan pengembangan LKS
yang memanfaatkan media berbasis laboratorium virtual pada materi optik fisis
khususnya submateri difraksi dan interferensi cahaya dengan pendekatan
saintifik?
3. Bagaimana keefektifan pengembangan LKS yang memanfaatkan media
berbasis laboratorium virtual pada materi optik fisis khususnya submateri
difraksi dan interferensi cahaya dengan pendekatan saintifik dalam ranah
pengetahuan dan sikap?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian pengembangan ini
sebagai berikut:
1. Menghasilkan produk berupa LKS disertai panduan bagi guru dengan
memanfaatkan media berbasis laboraturium virtual untuk pembelajaran Fisika
SMA pada materi optik fisis khususnya submateri difraksi dan interferensi
cahaya.
2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS yang
memanfaatkan media berbasis laboratorium virtual pada materi optik fisis
khususnya submateri difraksi dan interferensi cahaya dengan pendekatan
saintifik.
3. Mendeskripsikan keefektifan LKS yang memanfaatkan media berbasis
laboratorium virtual pada materi optik fisis khususnya submateri difraksi dan
interferensi cahaya dengan pendekatan saintifik dalam ranah pengetahuan dan
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya:
1. Bagi siswa,
a. dapat membantu siswa untuk memahami materi yang sulit untuk
dipraktikan khususnya materi tentang difraksi dan interferensi cahaya.
b. dapat menjadi salah satu media pembelajaran yang menarik dalam
mengaitkan antara teori atau konsep dengan percobaan untuk mencapai
penguasaan kompetensi.
2. Bagi guru,
a. dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan keefektifan proses
pembelajaran dengan memanfaatkan laboraturium virtual.
b. dapat menjadi dasar pertimbangan untuk merancang dan mengembangkan
LKS sebagai panduan praktikum fisika siswa pada materi-materi yang lain.
3. Bagi peneliti,
a. dapat menambahan pengalaman mengajar, keterampilan meneliti, dan
wawasan ilmu pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang
yang dikaji.
b. dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian
7
E.Ruang Lingkup Penelitian
Agar sasaran penelitian ini dapat tercapai seperti yang diharapkan dan untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas,
maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1. LKS fisika yang dikembangkan menuntun siswa untuk melakukan
praktikum menggunakan media berbasis laboratorium virtual, yaitu dengan
menjalankan aplikasi simulasi PhET di kelas. Physics Education
Technology (PhET) merupakan simulasi interaktif fenomena-fenomena fisis berbasis riset yang diberikan secara gratis oleh Universitas Colorado.
2. Pengembangan LKS dilakukan untuk pembelajaran fisika SMA kelas XII
pada materi optik fisis khususnya submateri difraksi dan interferensi cahaya,
serta dilengkapi dengan panduan bagi guru.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning
(PBL). PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Aspek
terpenting dalam PBL adalah pembelajaran dimulai dengan suatu
permasalahan yang akan menentukan arah pembelajaran.
4. Uji coba pemakaian LKS dilakukan pada siswa yang belum pernah
mempelajari materi optik fisis sebelumnya. Produk diujicobakan kepada
siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pringsewu Tahun Ajaran 2014/2015
dengan sistem pembelajaran yang digunakan sekolah adalah sistem SKS
(paket).
5. Penilaian yang dilakukan kepada siswa mencakup ranah pengetahuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan
Penelitian adalah suatu kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara
alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya
dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang menjadi pusat
perhatian peneliti. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu.
Sugiyono (2011: 243) menjelaskan bahwa secara umum tujuan penelitian ada tiga
macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan.
Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang
benar-benar baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data
yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap
informasi atau pengetahuan tertentu. Sementara pengembangan berarti
memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Penelitian dan pengembangan merupakan konsep yang relatif masih baru di
bidang pendidikan. Munawaroh (2011:1) menjelaskan bahwa:
9
proses atau cara yang dilakukan untuk mengembangkan sesuatu menjadi baik atau sempurna.
Jika arti penelitian dan pengembangan dikaitkan menjadi satu kata utuh yaitu
penelitian pengembangan, maka dapat diartikan sebagai kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan
objektif yang disertai dengan kegiatan mengembangkan sebuah produk untuk
mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik atau sempurna.
Penelitian pengembangan bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk baru atau
menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggungjawabkan.
Produk yang dihasilkan tidak harus berbentuk perangkat keras (hardware), namun juga dapat berupa benda yang tidak kasat mata atau perangkat lunak (software). Produk yang dihasilkan (dalam dunia pendidikan) dapat berupa model
pembelajaran, multimedia pembelajaran atau perangkat pembelajaran, seperti
RPP, buku, LKS, soal-soal, dan lain-lain atau bisa juga penerapan teori
pembelajaran dengan menggabungkan pengembangan perangkat pembelajaran.
B. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan salah satu sumber belajar untuk membantu siswa dalam
mencapai kompetensi dasar yang diharapkan di dalam proses pembelajaran. LKS
memuat kegiatan-kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memahami dan membentuk kemampuan dasar sesuai dengan indikator
pencapaian. LKS harus dibuat oleh guru bidang studi yang bersangkutan agar
10
sehingga keberadaan LKS membuat siswa dapat memaksimalkan pemahaman
dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang
ditempuh.
Suyitno dalamAhliswiwite (2007) memaparkan bahwa manfaat yang diperoleh
dengan menggunakan LKS dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
(1) mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran; (2) membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep; (3) melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses; (4) sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran; (5) membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar; dan (6) membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
LKS dibuat sebagai penuntun siswa dalam melakukan praktikum, sehingga guru
berperan sebagai pembimbing agar praktikum berjalan dengan baik. Indrianto
dalam Ahliswiwite (2007) menyatakan bahwa ada dua macam LKS yang
dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:
(1) LKS tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik; dan (2) LKS berstruktur memuat informasi, contoh, dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran
11
LKS berstruktur merupakan jenis LKS yang menjadi pusat perhatian peneliti
dalam melakukan penelitian ini. LKS ini dirancang agar dapat membantu siswa
menemukan suatu konsep berdasarkan percobaan yang dilakukan dengan sedikit
bantuan pembimbing untuk mencapai indikator yang diharapkan. Dengan
demikian, siswa diharapkan mampu meningkatkan keterampilannya dalam
memahami suatu konsep sains.
Depdiknas dalam Rusdi (2008) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam
persiapan pembuatan LKS sebagai berikut:
(1) analisis kurikulum adalah analisis yang dilakukan dengan
memperhatikan materi pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai siswa; (2) menyusun peta kebutuhan LKS yaitu peta kebutuhan LKS yang berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS; (3) menentukan judul-judul LKS yakni judul LKS harus sesuai dengan KD, materi pokok, dan pengalaman belajar; (4) penulisan LKS: langkah-langkahnya adalah (a) perumusan KD yang harus dikuasai; (b) menentukan alat penilaian; (c) penyusunan materi dari berbagai sumber; (d) memperhatikan struktur LKS yang meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas dan langkah-langkah kerja, dan penilaian.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa serangkaian kegiatan
sebelum persiapan LKS seperti analisis kurikulum, analisis kebutuhan, dan
menentukan judul LKS yang sesuai dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi
dasar (KD) perlu dilakukan sebelum pembuatan LKS yang akan dikembangkan.
C. Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan suatu komponen sumber belajar yang
mengandung materi terstruktur yang dapat merangsang siswa untuk berpikir dan
12
berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang
secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai media menurut Sadiman, dkk.
(2010: 6) diantaranya:
(1) Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Communication Technology-AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi; (2) Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar; sedangkan (3) Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.
Pendapat Sudrajat (2008: 2),terdapat berbagai jenis media belajar antara lain:
(1) media visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik; (2) media audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya;(3)
projected still media: slid, over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya;dan (4) projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer, dan sejenisnya.
Susilana (2007: 6) mengemukakan bahwa media pembelajaran terdiri dari dua
unsur yang saling berkaitan, yatu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya atau perangkat lunak (message/software). Media pembelajaran memerlukan peralatan untuk menyajikan pesan atau konten yang
dalam bentuk perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor, dan perangkat
lunak seperti program atau aplikasi yang digunakan dalam perangkat keras.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang kemauan, sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada
13
siswa untuk belajar dikarenkan setiap siswa memiliki cara/ metode belajar yang
berbeda-beda. Dengan demikian, pembelajaran menjadi bervariasi, sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi secara langsung antara siswa dan
lingkungannya, dan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
D.Laboratorium virtual
Perkembangan teknologi yang sangat pesat berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Perkembangan ini dimulai dari negara maju, sehingga Indonesia sebagai negara
berkembang perlu menyejajarkan diri dengan negara-negara yang sudah maju
tersebut. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan pemanfaatan teknologi dalam proses belajar. Choiron
(2013) menyatakana bahwa perkembangan Information Communication and Technology (ICT)menjadi potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, karena teknologi dapat menyimpan informasi tentang segala hal yang
tak terbatas, maka hal ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan
pendidikan yang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu,
pemanfaatan ICT diperlukan dalam rangka efektivitas dan efisiensi pembelajaran
bagi siswa.
Yusuf (2010) mengemukakan: “Pemanfaatan ICT di lembaga-lembaga
pendidikan, baik formal maupun non formal meliputi komputer, laptop, network computer, printer, scanner, video/ DVD player, digital camera, tape/ CD, dan
14
menjadi salah satu alat pendukung dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Penggunaan komputer saat ini mulai dirasakan manfaatnya baik bagi siswa
maupun guru pada proses pembelajaran.
Choiron (2013) memaparkan bahwa komputer efektif digunakan dalam
pelaksanakan pembelajaran, dikarenakan: (1) dapat memperluas dan
mempermudah akses informasi dalam pembelajaran dengan cepat; (2) dapat
membantu memvisualisasikan materi-materi yang bersifat abstrak; (3) dapat
menampilkan materi pembelajaran menjadi lebih menarik; dan (4)
memungkinkan terjadinya interaksi dengan materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan komputer dengan optimal dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran.
Rusman & Cepi (2012:96) memaparkan bahwa secara garis besar komputer
dimanfaatkan pada dua macam penerapan, yaitu pembelajaran dengan bantuan
komputer (Computer Assisted Instruction-CAI) dan pembelajaran berbasis komputer (Computer Based Instruction-CBI). Pada CAI, komputer berfungsi untuk membantu proses pembelajaran dalam menyampaikan materi yang sudah
diprogramkan, sehingga peran guru tidak semuanya dihilangkan dan komputer
hanya berperan sebagai pendamping guru dalam menyampaikan materi.
Sementara pada CBI, komputer berfungsi sebagai perangkat sistem pembelajaran
untuk mengomunikasikan materi, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif dan
15
Penggunaan komputer sebagai CAI pada pembelajaran lebih cenderung untuk
memudahkan guru untuk menampilkan dalam menyampaikan materi, contohnya
penggunaan Ms. power point untuk mempresentasikan materi, media player untuk menampilkan materi dalam bentuk audio dan audiovisual, penggunaan PDF reader untuk menampilkan buku sekolah elektronik, dan lain-lain. Penggunaan komputer sebagai CBI membuat komputer sebagai pusat kegiatan pembelajaran
siswa dengan menggunakan progaram komputer yang berisi tentang materi dan
evaluasi pembelajaran, contoh pembelajaran dengan menggunakan multimedia
pembelajaran interaktif, kuis interaktif, laboratorium virtual, dan lain-lain.
Sistem komputer dapat menyampaikan secara individual kepada siswa dengan
cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem
komputer untuk mencapai ketuntasan dalam belajar. Dalam hal ini, pembelajaran
dengan menggunakan laboratorium virtual termasuk ke dalam pembelajaran
berbasis komputer (CBI). Hal ini dikarenakan komputer menjadi pusat kegiatan
siswa dengan mengoperasikan aplikasi laboratorium virtual yang dapat
menyampaikan isi/ materi pelajaran kepada siswa di kelas.
Imron (2012) mengemukakan bahwa laboratorium virtual atau bisa disebut
dengan istilah virtual labs adalah serangkaian alat-alat laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software), yang dioperasikan dengan komputer dan dapat mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada
pada laboratorium sebenarnya. Pengembangan laboratorium virtual ini diharapkan
16
mengatasi permasalahan biaya dalam pengadaan alat dan bahan yang digunakan
untuk melakukan kegiatan praktikum bagi sekolah-sekolah yang kurang mampu.
Farreira dalam Imron (2012) menyatakan bahwa beberapa manfaat yang dapat
diperoleh dengan menggunakan laboratorium virtual adalah:
(1) mengurangi keterbatasan waktu; (2) ekonomis; (3) meningkatkan kualitas eksperimen karena memungkinkan untuk diulang untuk memperjelas keraguan dalam pengukuran di laboratorium; (4)
meningkatkan efektivitas pembelajaran; dan (5) meningkatkan keamanan dan keselamatan.
Melalui pembelajaran multimedia berbasis laboratorium virtual, proses
pembelajaran menjadi lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar
dapat dikurangi, kualitas belajar dapat ditingkatkan, dan proses belajar mengajar
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Salah satu aplikasi pembelajaran berbasis laboratorium virtual adalah simulasi
PhET. Tim PhET (2015) menjelaskan bahwa Physics Education Technology
(PhET) merupakan sebuah situs yang menyediakan simulasi pembelajaran fisika,
biologi, matematika, dan kimia yang diberikan secara gratis oleh Universitas
Colorado untuk kepentingan pengajaran di kelas atau dapat digunakan untuk
kepentingan belajar individu. Simulasi dalam PhET dioperasikan dengan Java dan
Flash, dan dapat dijalankan menggunakan browser web standar.
Proyek PhET di Universitas Colorado telah mengembangkan serangkaian simulasi
yang sangat menguntungkan dalam pengintegrasian teknologi komputer ke dalam
17
melakukan pembelajaran secara langsung. Berdasarkan hal tersebut, simulasi
PhET dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang membutuhkan
keterlibatan dan interaksi dengan siswa dan membuat pembelajaran lebih menarik
karena sisa dapat belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut.
Hal tersebut dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Nur (2013: 162-166)
menyatakan bahwa kelas yang menggunakan perangkat pembelajaran bersinergi
dengan simulasi PhET, hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang tanpa menggunakan simulasi PhET. Respon siswa terhadap pembelajaran
fisika dengan laboratorium virtual secara umum tertarik dan merasa antusius.
Seluruh siswa yang berjumlah 20 anak tuntas semua setelah mengikuti
pembelajaran, yaitu berupa hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa
pada materi fluida bergerak sangat baik.
Selain itu, Podolefsky, dkk. (2010) menyatakan:
Interactive simulations can be engaging tools for student learning, allowing students to explore phenomena by asking questions and seeking answers through use of the simulation. PhET simulations allow this process to happen dynamically so that students can continuously probe and explore the underlying science.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa simulasi PhET efektif
digunakan pada pembelajaran karena simulasi yang ditampilkan dapat
menggambarkan fenomena materi, sehingga siswa tertarik untuk mengajukan
pertanyaan mengenai materi yang dipelajari. Simulasi PhET memungkinkan
proses belajar yang dinamis, sehingga siswa dapat terus menyelidiki dan
18
Penelitian lain mengenai simulasi PhET dilakukan oleh Adams, dkk. (2008)
menemukan bahwa ketika siswa berinteraksi dengan simulasi PhET saat
pembelajaran berlangsung, siswa dapat menggambarkan materi yang awalnya
sulit untuk dipahami. Desain pada simulasi yakni memiliki tata letak, penggunaan
alat, bantuan, dan representasi percobaan yang sebenarnya dengan baik, sehingga
efektif pada proses pembelajaran.
E.Hakikat Kurikulum 2013 dengan Pendekatan Saintifik
Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama
untuk mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Kurikulum memberikan
pedoman kepada guru untuk menyusun dan melaksanakan program pembelajaran.
Kurikulum 2013 diperlukan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang
memihak pada siswa, yang memungkinkan siswa berbuat aktif. Kurikulum ini
harus menitikberatkan pada kebutuhan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran
mencapai sasaran dan tujuan belajar.
Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran merujuk pada pandangan bahwa
pembelajaran pada kurikulum 2013 merupakan proses ilmiah. Pendekatan ilmiah
dipandang paling cocok dalam pengembangan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan siswa. Pada pendekatan atau proses kerja ilmiah, para ilmuwan lebih
19
induktif dilakukan dengan mengamati fenomena atau situasi spesifik untuk
menarik kesimpulan secara keseluruhan.
Nasution (2013) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pembelajaran berpusat pada siswa menjadi pendekatan yang diterapkan bagi
pembelajaran kurikulum 2013 yang mendahulukan kepentingan dan kemampuan
siswa. Pembelajaran ini harus memberi ruang bagi siswa untuk belajar menurut
ketertarikannya, kemampuan pribadinya, dan gaya belajar siswa. Guru berperan
sebagai fasilitator yang harus mampu membangkitkan ketertarikan siswa terhadap
suatu materi belajar, dan menyediakan beraneka metode belajar yang paling sesuai
bagi siswa.
Dalam hal ini, pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013
(2013: 34) tentang pembelajaran dengan pendekatan saintifik, siswa
mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya sendiri. Bagi siswa, pengetahuan yang
dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari
ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas,
dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang
berkembang, siswa akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yaitu
20
Berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 (2013: 3), kurikulum 2013
dirancang dengan karakteristik “Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat”. Oleh karena itu, kurikulum 2013 mengarahkan guru untuk
melakukan penilaian secara autentik yang mencakup penilaian kognitif, afektif
dan psikomotor. Penilaian dapat diartikan sebagai proses penafsiran atas berbagai
data tentang hasil belajar siswa. Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat
penguasaan atau pencapaian tujuan dan untuk menentukan tindak lanjut yang
mungkin diberikan atas tingkat pencapain tujuan pembelajaran. Penilaian autentik
mencakup penilaian sikap siswa sebagai efek penyertaan selama proses
pembelajaran. Sikap-sikap yang dimaksud dinyatakan dalam KI 1 (spiritual) dan
KI 2 (sosial) secara tertulis dalam silabus.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian,
pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri
(self assessment), penilaian teman sejawat (peer assessment), dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarsiswa adalah dengan daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik,
sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
Kosasih (2014: 136-137) mengemukakan bahwa:
21
Penilaian sikap dengan kedua jenis tersebut bermanfaat bagi siswa dan guru.
Siswa akan mengetahui perkembangan sikapnya selama proses pembelajaran,
sehingga dapat memperbaiki sikap yang belum tercapai, sedangkan guru dapat
memanfaatkan penilaian tersebut sebagai pelengkap atas data yang didapatkannya
melalui penilaian observasi.
F. Optik Fisis
Optika fisis adalah cabang studi cahaya yang mempelajari sifat-sifat cahaya yang
tidak terdefinisikan oleh optik geometris dengan pendekatan sinarnya. Optik fisis
membahas tentang polarisasi, dispersi, difraksi, dan interferensi cahaya. Pada
penelitian ini, fokus materi yang dibahas adalah mengenai difraksi dan
interferensi cahaya.
1. Difraksi cahaya
Pada pelajaran gerak gelombang, telah diperkenalkan bahwa gelombang
permukaan air yang melewati sebuah penghalang berupa sebuah celah sempit
akan mengalami lenturan (difraksi). Menurut prinsip Huygens, tiap bagian
celah berlaku sebagai sebuah sumber gelombang. Dengan demikian, cahaya
dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian lainnya
dan intensitas resultannya pada layar bergantung pada arah θ. Suatu bidang
celah sempit disinari berkas cahaya monokromatik yang sejajar, maka
sinar-sinarnya akan mengalami pembelokan sehingga bentuk muka gelombangnya
22
Pada layar yang diletakkan sejajar celah akan terbentuk pola interferensi
sebagai akibat difraksi yang terdiri dari garis terang dan garis gelap. Garis
terang yang paling lebar terjadi di O (pusat layar), sedangkan garis terang yang lebih sempit terjadi di P diantara titik-titik tersebut terdapat garis gelap.
Sinar-sinar yang menuju titik O ini menempuh lintasan yang sama panjang L, sehingga di tempat itu terjadi garis terang. Garis terang yang lain dalam arah
θ secara umum dapat terjadi bila selisih lintasan cahaya merupakan kelipatan
bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang (1/2λ). Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini merupakan diagram sinar saat terjadinya
difraksi cahaya.
Sumber:www.sefria.web.unair.ac.id
23
Interferensi minimum (pita gelap) terjadi jika kedua gelombang berbeda fase
180o atau beda lintasannya sama dengan setengah panjang gelombang:
�
2 sin θ =
�
2
sin θ = �
�
(2.1)
Jika celah dibagi menjadi empat bagian dan memakai cara yang sama, maka
diperoleh pita gelap:
�
4 sin θ =
�
2
sin θ = 2�
�
(2.2)
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pita gelap ke-n terjadi jika:
d sin θ = n� dengan n = 1, 2, 3, . . . (2.3)
Keterangan: d sin θ = selisih lintasan cahaya
θ = sudut simpangan (deviasi)
(Walker, 2010: 990-991)
Sumber:Walker (2010 :990)
24
2. Interferensi Cahaya
Interferensi adalah perpaduan dua gelombang atau lebih menjadi satu
gelombang baru. Jika kedua gelombang yang terpadu sefase, maka terjadi
interferensi konstruktif (saling menguatkan). Gelombang resultan memiliki
amplitudo maksimum. Jika kedua gelombang yang terpadu berlawanan fase,
maka terjadi interferensi destruktif (saling melemahkan).
Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari adalah gabungan
dari berbagai macam warna dari spektrum kasat mata. Di lain pihak, warna
pada gelombang sabun, lapisan minyak, warna bulu burung merah, dan
burung kalibri bukan disebabkan oleh pembiasan. Hal ini terjadi karena
interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang dipantulkan oleh suatu
lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini bukti yang paling menyakinkan
bahwa cahaya itu adalah gelombang. Interferensi cahaya bisa terjadi jika ada
dua atau lebih berkas sinar yang bergabung.
Sumber:www.animals.howstuffwork.com
25
Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati.
Interferensi cahaya sulit diamati karena dua alasan:
(a) panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut;
dan (b) setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang
fasenya sembarang (acak) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam
waktu sangat singkat.
Interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada gelombang air
atau gelombang bunyi. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat, yaitu:
(a) Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu
keduanya harus memiliki frekuensi yang sama; dan (b) Kedua gelombang
cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.
Bila seberkas cahaya sebagai gelombang datang pada satu celah sempit atau
dua celah sempit, maka terjadi pembelokan arah rambat cahaya. Peristiwa
pembelokan arah rambat gelombang cahaya disebut difraksi. Dari gejala
difraksi, sinar-sinar yang terdifraksi saling menutupi (terpadu), sehingga pada
layar terbentuk jalur terang dan jalur gelap. Saat cahaya datang menuju ke
layar yang diberi celah S1 dan S2, cahaya yang keluar akan menghasilkan
interferensi dengan pola teratur pada layar. Pola interferensi terdiri atas
26
a) Garis terang (interferensi maksimum)
Intensitas cahaya di P adalah resultan dari intensitas cahaya yang datang dari kedua celah. Pada Gambar 2.4 tampak bahwa lintasan yang ditempuh oleh
cahaya dari S1 (S1P) lebih pendek dari pada cahaya dari S2 (S2P). Selisih
antara keduanya disebut beda lintasan. Pada kasus ini, jarak antara celah ke
layar L jauh lebih besar dibandingkan dengan jarak antara kedua celah
(L>>d), sehingga sinar S1 dapat dianggap sejajar dengan sinar S2. Jadi, beda
lintasan adalah:
Δ S = S2 P – S1P
Δ S = S2R (2.4)
Jika daerah arsir kuning pada Gambar 2.7 ditulis secara matematis maka:
sin θ = �� �
ΔS = d sin θ (2.5)
Sumber:Serway & John (2014: 1137)
27
Fase sama antara dua gelombang terjadi jika beda lintasan antara keduanya
sama dengan 0, �, 2�, 3�, . . .
Δ S = d sin θ = 0, �, 2�, 3�, . . .
Δ S=d sin θ =n �; dengan n= 0, 1, 2, 3, . . . (2.6) Dengan n= 0 untuk pita terang pusat, n= 1 untuk pita terang pertama, n= 2
untuk pita terang kedua dan seterusnya.
b) Garis gelap (interferensi minimum)
Diantara garis-garis terang terdapat garis gelap. Garis gelap terjadi jika
sinar-sinar yang berasal dari S1 dan S2 setelah sampai di layar mempunyai fase
yang berlawanan atau memiliki beda lintasan Δ S sama dengan 1 2�,1
1 2�, 21
2�, . . dan seterusnya. Jika beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang maka terjadi garis gelap terang
(interferensi minimum), jadi secara matematis dapat ditulis:
Δ S = d sin θ = 1 pita gelap kedua, n = 2 untuk pita gelap ketiga, dan seterusnya.
c) Jarak pita terang atau pita gelap ke-n dari terang pusat
Perhatikan ΔPOQ siku-siku pada Gambar 2.4. Sudut θ cukup kecil (θ ) dan
L sangat panjang dari P (L P), maka berlaku:
28
Untuk pita terang, masukkan nilai persamaan 2.8 ke dalam persamaan 2.6
sehingga diperoleh:
d sin θ = n �
d [ �
�
]
= n � ��� = n � ; dengan n = 0, 1, 2, 3, . . .
Untuk pita gelap, masukkan nilai persamaan 2.8 ke dalam persamaan 2.7
sehingga diperoleh:
d sin θ = (n + 1 2) � d [ �
�
]
= (n +1 2) �
��
� = (n + 1
2) � ; dengan n = 0, 1, 2, 3, . . . Keterangan: d = jarak dua celah
� = jarak garis terang dari terang pusat (P - O)
L = jarak tabir (layar) dengan celah � = panjang gelombang cahaya
n = orde terang (n = 0, 1, 2, 3, 4...)
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Pengembangan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan
pengembangan (research and development). Metode penelitian pengembangan digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dalam menguji
kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan produk agar bermanfaat
dalam pembelajaran fisika. Pada penelitian ini, lembar kerja siswa (LKS) yang
dikembangkan dengan memanfaatkan laboratorium virtual sebagai media
pembelajaran fisika untuk materi optik fisis khususnya submateri difraksi dan
interferensi cahaya.
Prosedur penelitian ini menggunakan metode penelitian yang mengacu pada
prosedur penelitian dan pengembangan media intruksional menurut Sugiyono
(2011: 409), yang memuat prosedur pokok penelitian pengembangan yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu produk. Produk yang dihasilkan pada
penelitian pengembangan ini berupa seperangkat LKS. Prosedur pengembangan
tersebut meliputi delapan tahap pengembangan produk dan uji produk, yaitu:
(1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan informasi, (3) desain Produk, (4)
validasi produk, (5) perbaikan produk, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8)
30
Berdasarkan prosedur penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh
Sugiyono, maka dilakukan penyederhanaan yaitu langkah-langkah tersebut
dibatasi hanya sampai dengan uji coba pemakaian karena disesuaikan dengan
kebutuhan. Berikut ini bagan prosedur penelitian yang digunakan:
Gambar 5. Prosedur penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono
Adapun penjelasan mengenai prosedur pengembangan yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dilakukan atas dasar adanya potensi dan masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah
pada produk yang diteliti. Sementara masalah akan terjadi jika terdapat
penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Terdeteksinya
masalah dilakukan dengan melakukan analisis kebutuhan yang merupakan
langkah awal yang harus dilakukan dalam kegiatan penelitian pendahuluan di
bidang pengembangan.
31
Analisis kebutuhan pengembangan ini dilakukan dengan cara observasi
sumber daya sekolah dan pemberian angket analisis kebutuhan diberikan
kepada guru fisika SMA dan siswa yang telah mempelajari materi optik fisis.
Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk mengetahui potensi dan masalah yang
dialami siswa dalam mempelajari fisika berdasarkan kurikulum 2013 dan
mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan guna mengatasi masalah
yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil observasi sumber daya sekolah dan pemberian angket analisis
kebutuhan tersebut digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
materi optik fisis dan sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang
masalah penelitian pengembangan ini.
2. Pengumpulan Informasi
Setelah mengetahui potensi dan masalah dalam penelitian pengembangan ini,
langkah berikutnya yaitu mengumpulkan berbagai informasi yang dapat
digunakan mengatasi masalah. Informasi diperoleh dengan cara studi pustaka
dengan cara membaca langsung dari buku, jurnal, dan artikel yang diakses
melalui internet. Informasi yang dikumpulkan berupa materi-materi yang
diperlukan untuk menunjang dalam pengembangan produk. Hasil
pengumpulan informasi ini selanjutnya digunakan untuk menentukan
32
3. Desain Produk
Setelah mengumpulkan informasi, langkah selanjutnya adalah membuat
produk awal berupa LKS dengan materi difraksi dan interferensi cahaya
dengan memanfaatkan media berbasis laboratorium virtual, sehingga bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang
berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
Spesifikasi produk yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan
memperhatikan hasil analisis kebutuhan di sekolah dan informasi berupa
konsep dan landasan teoritis yang memperkuat produk yang dikembangkan.
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
(a) menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan
dikembangkan; (b) mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan
identifikasi materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran;
(c) menentukan buku-buku fisika yang akan dijadikan rujukan materi
penunjang; (d) menentukan model pengembangan LKS; dan (e) penyusunan
LKS.
Rancangan LKS yang dikembangkan berdasarkan langkah-langkah di atas
adalah LKS terbagi menjadi dua bagian. Bagian awal memuat sampul, kata
pengantar, daftar isi, dan memuat tujuan pembelajaran. Bagian isi memuat
pengenalan tentang simulasi PhET, dua materi pokok mengenai difraksi dan
interferenis cahaya yang masing-masing terdapat kegiatan percobaan
33
4. Validasi Produk
Setelah produk awal selesai dibuat, langkah selanjutnya uji validitas kepada
tim ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli desain. Ahli materi mengkaji
indikator sajian materi berupa kelayakan isi, kesesuaian isi untuk proses
pebelajaran dan kelayakan bahasa. Ahli materi yang dipilih adalah seorang
dosen Pendidikan Fisika Unila yang berkompeten dalam bidang ilmu
pendidikan fisika.
Sementara ahli desain mengkaji indikator desain berupa kesesuaian
komponen pada sampul, kesesuaian komponen desain pada isi LKS, dan
keseluruhan pengemasan desain LKS. Uji ini dilakukan oleh ahli desain
media pembelajaran yang merupakan seorang dosen Pendidikan Fisika Unila
yang berkompeten dalam ilmu pendidikan dan teknologi.
5. Perbaikan Produk
Setelah desain produk divalidasi oleh ahli materi dan ahli desain, maka dapat
diketahui kelemahannya dan kedua ahli memberikan saran atau masukan
perbaikan produk. Kelemahan tersebut kemudian diperbaiki sesuai saran
untuk menghasilkan produk yang diinginkan.
6. Uji Coba Produk
Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diuji coba dalam kegiatan
pembelajaran pada kelompok terbatas. Uji coba ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi mengenai LKS yang dikembangkan. Uji coba tahap
34
mewakili populasi target terhadap LKS yang dibuat. Dari hasil uji tersebut
akan diperoleh saran atau masukan terkait kemenarikan, kemudahan, dan
kemanfaatan produk yang dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan
tersebut oleh pengembang akan dilakukan penyempurnaan, sehingga dapat
melakukan revisi produk akhir pengembangan.
7. Revisi Produk
Hasil pengujian kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS kepada
siswa dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan LKS yang dibuat. Pada
tahap ini dilakukan pencetakan produk setelah dilakukan perbaikan dari hasil
uji coba produk. Produk pada penelitian pengembangan ini tidak diproduksi
secara masal, tetapi hanya dibuat satu buah sebagai model hasil
pengembangan.
8. Uji Coba Pemakaian
Setelah melakukan revisi LKS, maka selanjutnya produk yang berupa LKS
dengan memanfaatkan media laboratorium virtual diuji coba ke kelompok
kecil. LKS diuji untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan dan
kemanfaatan LKS optik fisis yang digunakan, serta untuk menilai hasil
belajar siswa dalam ranah kognitif dan afektif.
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pringsewu pada semester genap Tahun
Ajaran 2014/2015. Sekolah tersebut dipilih karena memenuhui kriteria sekolah
35
dilakukan. Adapun untuk memperoleh data mengenai kemenarikan, kemudahan,
kemanfaatan, dan keefektifan produk, subjek penelitian yang digunakan adalah
siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Pringsewu dengan jumlah siswa 26 orang
yang sistem pembelajarannya menggunakan sistem SKS (paket).
C. Data dan Metode Pengumpulan Data
1. Data
Pada penelitian pengembangan ini, data yang diperoleh adalah:
a) Data kuantitatif
Data kuantitatif pada penelitian ini berupa data hasil belajar dalam ranah
kognitif (pengetahuan) siswa Kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Pringsewu
sebanyak 26 siswa.
b) Data kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini berupa data kelengkapan sarana dan
prasarana di sekolah, analisis kebutuhan guru dan siswa, respon dari uji
ahli, dan uji lapangan berupa penilaian tingkat kemenarikan, kemudahan
dan kemanfaatan produk, serta penilaian sikap (afektif).
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga macam metode, yaitu:
a) Metode observasi
Observasi berfungsi sebagai alat pengumpul data yang dilakukan secara
sistematis untuk mendapatkan informasi variabel-variabel yang akan
36
sumber belajar dan sumber daya sekolah seperti ketersedian media dan
sumber belajar, laboratorium, dan perpustakaan sekolah.
b) Metode angket
Angket yang digunakan berupa daftar pertanyaan yang diberikan oleh
kepada responden untuk mendapatkan keterangan dari berbagai sumber
mengenai suatu masalah. Data dalam penelitian ini yang diperoleh dengan
menggunakan instrumen angket berupa angket analisis kebutuhan guru dan
siswa mengenai media pembelajaran fisika dan proses pembelajaran fisika,
sehingga peneliti dapat mengambil keputusan terhadap penelitian yang
akan dilakukan.
Instrumen angket lainnya digunakan untuk melakukan uji validasi kepada
ahli materi dan ahli desain. instrumen angket uji kemenarikan LKS kepada
subjek penelitian. Pada tahap uji coba pemakaian, metode angket pun
digunakan untuk menilai hasil belajar dalam ranah afektif (sikap).
c) Metode tes khusus
Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk yang
dihasilkan sebagai media pembelajaran dengan memberikan soal uji
kompetensi kepada siswa. Pada tahap ini produk digunakan sebagai
sumber belajar, pengguna (siswa) dipilih berdasarkan teknik acak atas
dasar kesetaraan subjek penelitian untuk memenuhi kebutuhan
37
X O
One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dalam Sugiyono (2011: 110) dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
Gambar 6. One-Shot Case Study
Keterangan: X = Treatment (penggunaan LKS ) O = Hasil belajar siswa
Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa Kelas XI SMA Negeri 1
Pringsewu. Pada tahap ini, siswa menggunakan LKS dengan memanfaatkan
laboraturium virtual yang telah dibuat sebagai media dalam proses
pembelajaran. Kemudian para siswa diberikan soal uji kompetensi sebagai
hasil belajar dalam ranah kognitif. Dengan demikian, hasil belajar dianalisis
ketercapaian tujuan pembelajarannya sesuai dengan nilai Kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang harus terpenuhi.
D. Teknik Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan pada penelitian pendahuluan, validitas produk, uji
coba produk, dan uji coba pemakaian yang terdiri dari uji kemenarikan,
kemudahan, dan kemanfaatan, penilaian kognitif dan afektif. Data pada penelitian
pendahuluan diperoleh melalui observasi sumber daya sekolah, analisis kebutuhan
guru dan siswa. Hasil analisis data pada observasi sumber daya sekolah dilakukan
dengan cara deskripsi mengenai ketersedian media dan sumber belajar, keadaan
laboratorium fisika, dan keadaan perpustakaan sekolah. Sementara pengumpulan
data untuk analisis kebutuhan guru dilakukan dengan pengisian angket dengan
38
kebutuhan siswa dilakukan dengan pengisian angket dengan pilihan jawaban
disesuaikan dengan pernyataan pada angket.
Data kesesuaian materi dan desain produk diperoleh dari hasil uji ahli materi dan
ahli desain produk oleh validator. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk
mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang
dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Instrumen uji ahli
materi terdiri tiga instrumen, yaitu uji kelayakan isi LKS, uji kesesuaian isi LKS,
dan uji kelayakan bahasa LKS. Sementara itu, uji ahli desain menilai tentang
kesesuaian komponen desaim pada sampul LKS, kesesuaian komponen desaim
pada isi LKS, dan keseluruhan pengemasan desain LKS. Adapun
instrumen-instrumen tersebut memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pernyataan
seperti pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Skor penilaian dalam instrumen uji ahli materi dan desain
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor
Sangat layak Sangat sesuai Sangat baik 4
Layak Sesuai Baik 3
Kurang layak Kurang sesuai Kurang baik 2
Tidak layak Tidak sesuai Tidak baik 1
Data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS diperoleh dari uji coba
produk pada kelompok terbatas dan uji coba pemakaian pada kelompok kecil.
Angket ini diberikan kepada siswa sebagai pengguna LKS untuk mengetahui
tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS. Angket ini memiliki
empat pilihan jawaban sesuai dengan konten pernyataan seperti pada Tabel 2 di
39
Tabel 2. Skor penilaian dalam uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor
Sangat menarik Sangat mudah Sangat bermanfaat 4
Menarik Mudah Bermanfaat 3
Kurang menarik Kurang mudah Kurang bermanfaat 2 Tidak menarik Tidak mudah Tidak bermanfaat 1
Pada uji coba pemakaian terdapat penilaian kognitif dan afektif. Penilaian kognitif
diperoleh dengan cara memberikan uji kompetensi berupa soal uraian kepada
siswa yang bobot penilaiannya disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal. KKM
yang menjadi acuan dalam penilaian kognitif yaitu 77 sesuai dengan nilai
KKM yang berlaku di sekolah yang menjadi tempat penelitian. Sementara itu,
penilaian afektif dilakukan untuk menilai keingintahuan, kejujuran, kedisiplinan,
tanggung jawab, kesantunan, dan ketelitian siswa selama proses pembelajaran.
Penilaian afektif dilakukan oleh siswa dengan cara penilaian diri sendiri (self-assessment) dan penilaian antarteman (peer-assessment). Angket penilaian memiliki empat pilihan jawaban pada tiap sikap yang dinilai, yaitu sangat baik
dengan skor 4, baik dengan skor 3, cukup baik dengan skor 2, dan kurang baik
dengan skor 1. KKM untuk nilai sikap dalam kurikulum 2013 dinyatakan tuntas
apabila mencapai kategori baik atau B (3,00) menurut standar yang ditetapkan
dalam Permendikbud No. 104 Tahun 2014 mengenai KKM pada kurikulum 2013.
Berdasarkan Permendikbud No. 81A Tahun 2013, untuk menentukan skor
penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Skor penilaian =Jumlah skor yang diperoleh
40
Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dikonversikan ke pernyataan
penilaian untuk menentukan kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan
pendapat pengguna. Pengonversian skor penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas
Rentang Nilai Konversi Huruf Mutu Predikat
96 – 100 3,67 - 4,00 A
Efektivitas produk dalam penelitian ini adalah keberhasilan siswa mencapai
KKM pada penilaian kognitif dan afektif yang ditetapkan oleh sekolah setelah
menggunakan LKS fisika yang memanfaatkan media berbasis simulasi dalam
pembelajaran. Apabila 85% dari jumlah seluruh siswa telah tuntas belajar atau
mencapai nilai KKM, baik pada penilaian kognitif maupun afektif pada uji coba
pemakaian, maka media pembelajaran ini dapat dikatakan efektif sebagai
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan menghasilkan LKS yang
memanfaatkan media berbasis laboratorium virtual pada materi optika fisis
khususnya materi difraksi dan interferensi cahaya dengan pendekatan saintifik
yang telah divalidasi oleh ahli materi dengan skor 3,05 (baik) dan ahli desain
dengan skor 3,36 (sangat baik), sehingga produk layak untuk digunakan
sebagai media pembelajaran.
2. Hasil uji kemenarikan pada kelompok kecil mengenai pengembangan LKS
yang memanfaatkan media berbasis laboratorium virtual memiliki skor
kemenarikan 3,36 (sangat menarik), kemudahan 3,15 (sangat mudah), dan
kemanfaatan 3,38 (sangat bermanfaat), sehingga penggunaan LKS secara
signifikan dapat membantu penguasaan konsep siswa pada materi difraksi dan
interferensi cahaya.
3. LKS yang memanfaatkan media berbasis laboratorium virtual memiliki
keefektifan 92,31% siswa telah mencapai KKM pada aspek pengetahuan.
Sementara pada penilaian sikap diperoleh 100% siswa telah mencapai KKM,
sehingga LKS efektif dalam membantu siswa memvisualisasikan materi
61
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dihasilkan saran untuk penelitian pengembangan ini
sebagai berikut:
1. Bagi guru perlu diperhatikan pengelolaan waktu harus baik dalam
pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual karena kegiatan
percobaan membutuhkan waktu yang relatif lama dan diusahakan agar setiap
kelompok diskusi siswa memiliki minimal satu laptop untuk mempermudah
saat pembelajaran berlangsung dalam pengumpulan data percobaan.
2. Bagi pengembang selanjutnya, komposisi gambar dan desain LKS dapat dibuat
lebih menarik lagi agar lebih memotivasi siswa dalam mempelajari konsep
fisika. Kemudian, cakupan kegiatan percobaan optik fisis sebaiknya dilengkapi
dengan materi polarisasi menggunkan simulasi lainnya dan baiknya lebih
62
DAFTAR PUSTAKA
Adams, W.K., Reid, S., LeMaster, R., McKagan, S., Perkins, K., Dubson, M., & Wieman, C.E. 2008. A Study of Educational Simulations Part II – Interface Design. Journal of Interactive Learning Research. Vol. 19(4), 551-577. Ahliswiwite. 2007. LKS Berbasis Web. (Online) Tersedia: http://www.ahliswiwite.
files.wordpress.com. Diakses 25 Juli 2014.
Choiron, M. 2013. Memanfaatkan Media ICT dalam Pembelajaran (Online) Tersedia: http://www.teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/11/28/ memanfaatkan-media-ict-dalam-pembelajaran-614758.html. Diakses 03 Maret 2015.
Depdikbud. 2013. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentangStandar Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentangKerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. . Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentangImplementasi
Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdikbud. 2014. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentangPenilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat. Imron, M. (2012). Memanfaatkan laboratorium Virtual. (Online) Tersedia:
http://www.mazguru.wordpress.com/2012/04/19/ayo-manfaatkan-laboratorium-virtual. Diakses 12 Oktober 2014.
Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.