• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian potong II kawat yang telah digerinda akan dipotong menjadi dua bagian dengan panjang yang sama, rata-rata satu potong

kawat dapat menghasilkan 2 mata pancing.

Auto pembentukan. Pada bagian auto pembentukan, kawat yang telah dipotong menjadi dua bagian, dibentuk sesuai tipe yang diinginkan.

Forged. Pada bagian forged mata pancing yang telah dibentuk akan dipipihkan bagian ujungnya dengan mesin.

Heating. Pada bagian heating, mata pancing yang telah dipipihkan akan dibakar mengunakan oven khusus yang bersuhu 700-800 derajat celcius dimana proses ini bertujuan untuk meratakan karbon yang menempel pada kawat, setelah dibakar mata pancing akan didinginkan dengan larutan air garam atau oil.

Tampering. Pada bagian tampering, mata pancing dipanaskan kembali untuk menguji kekuatan mata pancing tersebut. Proses ini menggunakan mesin oven.

Pencucian. Mata pancing yang telah dibakar dan dipanaskan akan dicuci dengan larutan air soda, HCl, dan air mengalir. Setelah dicuci mata pancing

44

dipisahkan dan direndam dalam air.

Pelapisan mata pancing. Pada bagian pelapisan, mata pancing akan dilapisi dengan tembaga terlebih dahulu kemudian mata pancing yang telah dilapisi tembaga akan, dilapisi kembali dengan timah, nikel, dan black nikel sesuai dengan jumlah pesanan pada masing-masing jenis mata pancing. Proses pelapisan mata pancing yang dilakukan juga memerlukan larutan kimia berupa larutan asam.

Sortir mata pancing. Pada bagian penyortiran, mata pancing akan di uji kekuatan nya untuk menentukan kualitas mata pancing tersebut. Setelah diuji kualitasnya mata pancing akan disortir sesuai jenis dan ukurannya.

Pengemasan. Pada bagian pengemasan, mata pancing akan ditimbang dan dimasukkan kedalam kemasan kotak yang sudah diberikan label. Sesuai pesanan yang diterima oleh perusahaan.

Material. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di PT.

Perintis Sarana Pancing Indonesia dalam pembuatan mata pancing adalah :

Bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk pabrik pengolahan sheet adalah kawat mildsteel yang di impor langsung dari Negara Cina. Kegiatan impor dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, ketika permintaan meningkat maka pesanan bahan baku juga meningkat sehingga bahan baku tidak menumpuk untuk mencegah korosif.

Bahan tambahan. Ada beberapa bahan tambahan yang digunakan untuk proses pengolahan mata pancing, bahan tambahan yang dimaksud berupa bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pencucian, pembakaran dan

pelapisan pada proses akhir. Bahan tambahan yang dimaksud berupa cairan HCL, H2SO4, NaOH, NH4BF, Starbrite (AT800), NiCl2, AgNO3, NiSO4, SnSO4 dan bahan kimia lainnya yand tidak dapat disebutkan.

Bahan jadi . Bahan jadi proses pengolahan adalah mata pancing yang sudah berada dalam kemasan kotak dan sudah diberi label.

Hasil produksi. Hasil produksi yang dihasilkan dari bahan baku dan proses produksi di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia adalah :

1. Mata pancing berlapis timah 2. Mata pancing berlapis black nikel Karakteristik Individu

Karakteristik individu pekerja terdiri dari jenis kelamin, umur dan masa kerja.

Jenis kelamin. Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Distribusi Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019 Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 berdasarkan umur jenis kelamin bahwa pekerja berjenis kelamin laki – laki sebanyak 7 orang (77,8%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang (22,2%).

46

Umur. Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4

Distribusi Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Berdasarkan Umur Tahun 2019 Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 berdasarkan umur menyatakan bahwa pekerja yang berumur ≥ 40 tahun sebanyak 3 orang (33,3 %) dan berumur < 40 tahun sebanyak 6 orang (66,7 %).

Masa kerja. Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5

Distribusi Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Berdasarkan Masa Kerja Tahun 2019

Masa Kerja (Tahun) n %

≥ 5 8 88,9

< 5 1 11,1

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa Tahun 2019 berdasarkan masa kerja menyatakan bahwa sebagian besar pekerja telah bekerja selama ≥ 5 tahun

sebanyak 8 orang (88,9%) dan sisanya bekerja selama < 5 tahun sebanyak 1 orang

(11,1%).

Tingkat Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan.

Distribusi tingkat pencahayaan lokal ruang auto pembentukan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6

Hasil Pengukuran Tingkat Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan di PT.

Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 Lokasi

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil pengukuran pencahayaan lokal di ruang auto pembentukan yang dilakukan pada 9 titik dan diperoleh data bahwa tidak ada satu titik pengukuran di ruang auto pembentukan yang memenuhi standar pencahayaan yang berlaku menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 yaitu sebesar 300 lux. Data yang diperoleh memnunjukkan hasil pengukuran tertinggi terletak pada mesin kerja Mesin 4 dengan tingkat pencahayaan sebesar 263 lux, sedangkan hasil pengukuran terendah yang di peroleh terletak pada mesin kerja Mesin 5 dengan tingkat pencahayaan sebesar 111 lux.

48

Tabel 7

Distribusi Tingkat Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi tingkat pencahayaan lokal ruang auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 menyatakan bahwa pada auto pembentukan menunjukkan tingkat pencahayan yang tidak sesuai standar sebanyak 9 titik (100 %) dan tidak ada yang tingkat pencahayannya mencapai standar.

Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan.

Distribusi produktivitas pada tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8

Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu 6 Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia

(n) Hasil Produksi Perhari (6 hari kerja)

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Rata-Rata

Tabel 8

Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu 6 Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia

(n) Hasil Produksi Perhari (6 hari kerja)

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Rata-Rata

Mesin 8 48.721 68.830 49.314 49.291 51.720 49.151 52.837 Mesin 9 56.655 70.854 47.727 56.613 57.009 51.183 56.673

Rata-rata 49.741 63.143 49.000 57.219 57.014 48.832 -

Jumlah 447.672 568.288 441.008 514.975 513.132 439.492 487.427 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi hasil produksi setiap pekerja setiap hari dalam kurun waktu 6 hari kerja pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa Tahun 2019 menyatakan bahwa pada hari pertama jumlah hasil produksi pekerja keseluruhan tidak mencapai target produksi dengan jumlah 447.672 buah, hari kedua jumlah hasil produksi pekerja keseluruhan mencapai target produksi dengan jumlah 568.288 buah, hari ketiga jumlah hasil produksi pekerja keseluruhan tidak mencapai target produksi dengan jumlah 441.008 buah, hari keempat jumlah hasil produksi pekerja keseluruhan mencapai target produksi dengan jumlah 514.975 buah, hari kelima jumlah hasil produksi pekerja keseluruhan mencapai target produksi dengan jumlah 513.132 buah, hari keenam jumlah hasil produksi pekerja keseluruhan tidak mencapai target produksi dengan jumlah 439.492 buah. Rata-rata hasil produksi yang dicapai oleh pekerja bagian auto pembentukan dalam kurun waktu 6 hari adalah 487.427 buah. Pekerja yang menghasilkan rata-rata produksi tertinggi adalah Mesin 4 dengan jumlah sebanyak 57.638 buah/hari dan pencahayaan meja kerja tertinggi yaitu 263 lux.

50

Tabel 9

Distribusi Jumlah Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu 6 Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi jumlah hasil produksi per hari dalam kurun waktu satu minggu pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 menyatakan bahwa dalam kurun waktu satu minggu dimana hari pertama, hari ketiga, dan hari keenam tidak mencapai target produksi dengan persentase 3 hari sebanyak 50% dan hari kedua, hari keempat, dan hari kelima mencapai target produksi dengan persentase 3 hari sebanyak 50%.

Tabel 10

Distribusi Waktu Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi waktu kerja pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 menyatakan bahwa setiap hari dalam memproduksi mata pancing masing-masing pekerja memiliki waktu kerja selama 8 jam dan istirahat selama 1 jam. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap pekerja yang bekerja pada bagian auto pembentukan memiliki waktu kerja dan waktu istirahat yang sama satu dengan yang lain.

Tabel 11

Distribusi Kualitas Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu 6 Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

(n)

Kualitas Hasil Produksi (Jumlah Hasil Produksi yang Salah) Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi kualitas hasil produksi(jumlah hasil produksi yang salah) setiap pekerja setiap hari dalam kurun waktu 6 hari kerja pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 menyatakan bahwa pada hari pertama jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil produksi yang salah) secara keseluruhan sebanyak 12.422 buah, hari kedua jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil

52

produksi yang salah) secara keseluruhan sebanyak 11.398 buah, hari ketiga jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil produksi yang salah) secara keseluruhan sebanyak 9.946 buah, hari keempat jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil produksi yang salah) secara keseluruhan sebanyak 12.726 buah, hari kelima jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil produksi yang salah) secara keseluruhan sebanyak 13.834 buah, hari keenam jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil produksi yang salah) secara keseluruhan sebanyak 11.006 buah.

Hari kelima merupakan hari yang memiliki jumlah kualitas hasil produksi (jumlah hasil produksi yang salah) paling banyak dihasilkan yaitu 13.834 buah. Rata-rata jumlah produksi yang tidak sesuai standar yang dihasilkan pekerja bagian auto pembentukan dalam kurun waktu 6 hari adalah 10.238 buah. Pekerja yang paling sering menghasilkan produksi yang tidak sesuai standar adalah Mesin 6 dengan rata-rata hasil produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 1.905 buah/hari dan pencahayaan meja kerja yang rendah yaitu 117 lux.

Pembahasan

Karakteristik Individu

Penelitian yang dilakukan pada pekerja bagian auto pembentukan di PT.

Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa dengan sampel berjumlah 9 orang diperoleh distribusi proporsi sampel berdasarkan karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin, umur dan masa kerja dapat dilihat pada. Adapun karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut laki-laki terdiri dari 7 orang (77,8%) dan perempuan terdiri dari 2 orang (22,2%), perempuan cenderung lebih teliti dan telaten dalam bekerja sehingga mereka benar – benar memusatkan perhatian pada pekerjaan yang dihadapi untuk mengurangi tingkat kesalahan kerja tetapi tingkat partisipasi kerja laki-laki selalu lebih tinggi dari tingkat partisipasi kerja perempuan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah yang utama bagi keluarga, sehingga bisa lebih selektif dalam bekerja dan lebih produktif (Payaman, 2001).

Karakteristik pekerja berdasarkan umur sebagai berikut ≥ 40 tahun terdiri dari 3 orang (33,3%) dan < 40 tahun terdiri dari 6 orang (66,7%), tenaga kerja dengan umur yang masih muda atau umur produktif biasanya mempunyai tingkat produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga kerja yang sudah berumur tua karena fisik yang dimiliki menjadi lemah dan terbatas (Mahendra dan Woyanti, 2014).

Karakteristik pekerja berdasarkan masa kerja sebagai berikut ≥ 5 tahun terdiri dari 8 orang ( 88,9%) dan < 5 tahun terdiri dari 1 orang (11,1%), masa

54

masa kerja yang lebih lama akan memiliki banyak pengalaman kerja dan keterampilan lebih baik dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat mengurangi jumlah produksi yang tidak sesuai standar.

Tingkat Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan

Menurut Suwanto pada tahunn1992, tidak semua objek kerja terlihat sama jelasnya dengan objek kerja lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran objek kerja, waktu berlangsungnya proses kerja, ketelitian yang diperlukan dalam mengamati objek kerja, dan rasio dari pencahayaan objek kerja yang dilihat terhadap pencahayaan sekitarnya.

Melihat dari ukuran objek kerja dan proses kerja yang dimiliki proses produksi pada bagian auto pembentukan memerlukan ketelitian yang cukup tinggi. Sebab selain objek kerja yang kecil, dalam proses kerjanya pekerja membutuhkan ketelitian untuk mengatur dan menggeser kawat sehingga hasil produksi sesuai dengan yang diharapkan. Pencahayaan yang berasal dari lampu statis pada meja kerja membuat pekerja harus menunduk agar lebih jelas melihat proses kerjanya dan hasil produksinya.

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja ditetapkan standar untuk pekerjaan pemeriksaan pada barang – barang kecil dengan mesin yang teliti yaitu 300 lux.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Evi pada tahun 2009 menyatakan bahwa pekerjaan yang membutuhkan ketelitian yang tinggi dan dilakukan dalam waktu yang relatif lama (±7 jam per hari), maka intensitas pencahayaan lokal

sangat berpengaruh. Proses kerja loom weaving memerlukan ketelitian yang tinggi dan pekerjaan yang rutin sehingga menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja untuk pekerjaan pembedaan yang teliti dari pada barang-barang kecil seperti: pekerjaan mesin yang teliti dan pemeriksaan yang teliti standar yang dianjurkan yaitu minimal sebesar 300 lux.

Pengukuran tingkat pencahayaan pada pekerja bagian auto pembentukan dilakukan dengan mengukur pencahayaan lokal pada setiap meja kerja.

Gambar 4. Layout ruangan auto pembentukan

Keterangan :

56

terdiri dari dua baris. Baris pertama adalah mesin kerja yang letaknya tepat di depan ruang potong 1 dan barisan kedua adalah yang berada dekat dengan dinding ruangan. Sumber pencahayaan yang ada di ruangan auto pembentukan berasal dari sumber pencahayaan alami dan sumber pencahayaan buatan. Sumber pencahayaan alami berasal dari ventilasi yang berada pada dinding bagian atas ruang auto pembentukan dan sebagian dari meja kerja yang posisinya berada di barisan depan lebih berpotensi memperoleh pencahayaan alami yang berasal dari pintu yang berada di samping proses potong 1 karena letak mesin kerjanya memiliki jarak yang lebih dekat ke sumber cahaya alami masuk.

Ruang kerja auto pembentukan dilengkapi oleh ruangan sebanyak 10 buah lampu, namun lampu ruangan sebagai sumber cahaya buatan masuk tersebut tidak digunakan sehingga membuat ruangan tampak redup. Pekerja lebih mengandalkan pencahayaan lokal yang berada pada mesin kerja mereka.

Pada setiap meja kerja auto pembentukan terdapat lampu statis sebagai tambahan pencahayaan buatan lokal pada meja kerja. Sifat lampu statis adalah arah dari cahaya tidak dapat diubah arahnya, sehingga jika pekerja ingin memfokuskan penglihatan pada satu titik tertentu pekerja harus mendekatkan penglihatan mereka ke objek kerja agar dapat terlihat lebih jelas.

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas pencahayaan lokal menggunakan Multifunction environment meter krisbow 4 in 1 KW06-291 pada proses auto pembentukan bagian produksi di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia didapatkan hasil semua titik yaitu sebanyak 9 titik (100 %) dengan intensitas pencahayaan tidak memenuhi standar. Dari data yang diperoleh saat pengkuran,

tidak ada titik yang mencapai standar pencahayaan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 300 lux. Pencahayaan buatan bersumber dari lampu jenis TL (Tube Lamp) 45 watt sebanyak 10 buah untuk lampu ruangan dan TL 10 watt pada setiap mesin kerja. Walaupun terdapat 10 buah lampu ruangan kondisi pencahayaan pada ruang auto pembentukan masih sangat redup, hal ini dikarenakan lampu ruangan tidak ada yang di hidupkan, pencahayaan yang ada hanya bersumber dari cahaya alami yang masuk melalui ventilasi dan cahaya buatan yang ditambahkan pada setiap meja kerja.

Ventilasi sebagai sumber masuknya cahaya berada pada dinding bagian atas dan sebagian cahaya yang masuk tertutupi oleh seng, pintu masuk di dekat bagian potong I yang berada di seberang ruang auto pembentukan dengan jarak yang cukup jauh antara kedua ruangan tersebut. Hal itu menyebabkan pencahayaan yang ada tidak sama pada setiap meja kerja, ada meja kerja yangg sedikit lebih dekat ke sumber cahaya alami dan ada yang berada jauh dari sumber cahaya alami, sehingga setiap mesin kerja tidak memperoleh pencahayaan yang merata. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya pekerja dalam melakukan pekerjaannya karena pekerja akan cepat merasa lelah terutama di bagian mata.

Menurut Fostervold tahun 2008, pencahayaan yang baik dalam industri memungkinkan pekerja untuk dapat melihat benda dengan mudah, mengerjakan pekerjaannya tanpa upaya dari indra penglihatan yang berlebihan sehingga pekerjaannya dapat dikerjakan dengan cepat, teliti, serta aman. Menurut Suma’mur tahun 2009, Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakannya secara jelas,

58

cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Hal tersebut berbanding terbalik dengan data yang diperoleh dari pengukuran yang menyatakan pencahayaan pada ruangan auto pembentukan buruk atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan

Hasil pengukuran Produktivitas menggunakan lembar observasi yang dilakukan untuk mengamati produktivitas berdasarkan kuantitas kerja atau hasil produksi yang dihasilkan, kualitas kerja atau jumlah produksi yang salah, dan ketepatan waktu atau jam kerja yang ada pada 9 pekerja pada bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 yang dilakukan selama 6 hari kerja. Dari pengamatan yang dilakukan pekerja yang lebih banyak menghasilkan produksi mata pancing yang sesuai standar adalah pekerja dengan jenis kelamin pria dengan masa kerja lebih dari 3 tahun sedangkan pekerja yang jarang melakukan produksi mata pancing yang sesuai standar adalah pekerja berjanis kelamin perempuan dengan masa kerja lebih dari 3 tahun. Hal tersebut dikarenakan perempuan cenderung lebih teliti dan telaten dalam bekerja sehingga mereka benar-benar memusatkan perhatian pada pekerjaan yang dihadapi untuk mengurangi tingkat kesalahan kerja tetapi tingkat partisipasi kerja laki selalu lebih tinggi dari tingkat partisipasi kerja perempuan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah yang utama bagi keluarga, sehingga bisa lebih selektif dalam bekerja dan lebih produktif (Payaman, 2001).

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Hasil penelitian yang dilakukan Hasanah dan

Widowati (2011) mengemukakan adanya pengaruh umur tenaga kerja terhadap produktivitas tenaga kerja. Umur tenaga kerja yang muda mencerminkan fisik yang lebih kuat sehingga mampu bekerja cepat sehingga produksi yang dihasilkan juga meningkat, dan sebaliknya. Umur juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik tenaga kerja. Semakin tua umur pekerja maka kekuatan fisiknya semakin melemah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan diperoleh hasil produksi hari pertama sebanyak 447.672 buah, hari kedua sebanyak 568.288 buah, hari ketiga sebanyak 441.008 buah, hari keempat sebanyak 514.975 buah, hari kelima sebanyak 513.132 buah, dan hari keenam sebanyak 439.492 buah. Rata-rata hasil produksi yang diperoleh selama 6 hari kerja adalah sebanyak 487.427 buah.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dinyatakan bahwa dari 6 hari kerja tersebut hanya terdapat 3 hari (50%) hasil produksi memenuhi target yang ditentukan oleh perusahaan dan 3 hari (50%) hasil produksi tidak memenuhi target yang ditentukan oleh perusahaan, dari hasil yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa tidak mencapai target atau dalam 6 hari kerja dilakukannya pengamatan pekerja hanya mampu mencapai target selama 3 hari kerja (50%) yaitu pada hari kedua, hari keempat, dan hari kelima.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 6 hari kerja kualitas hasil produksi yang dihasilkan tidak selalu sesuai dengan standar yang ada.

60

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari pertama jumlah hasil produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 12.422 buah, hari kedua jumlah hasil produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 11.398 buah, hari ketiga jumlah hasil produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 9.946 buah, hari keempat jumlah hasil produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 12.726 buah, hari kelima jumlah hasil produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 13.834 buah, dan hari keenam jumlah produksi yang tidak sesuai standar sebanyak 11.006 buah. Rata-rata hasil produksi yang tidak sesuai standar dihasilkan sebanyak 10.238 buah.

Menurut UU No 13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 77 ayat 1 ketentuan jam kerja telah diatur dalam 2 sistem seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:

1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau

2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan setiap pekerja di bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia memiliki waktu kerja pada hari senin-jumat selama 8 jam sehari dengan waktu istirahat 1 jam dan hari sabtu waktu kerja selama 5 jam, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun berdasarkan waktu kerja tersebut, ketepatan waktu pekerja bagian auto pembentukan tidak dapat dicapai karena pekerja bagian auto pembentukan kurang mampu menghasilkan produksi mata pancing sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan oleh perusahaan. Hanya 3 hari kerja pekerja auto pembentukan

mampu mencapai target produksi dengan waktu kerja yang ditetapkan dari 6 hari kerja dilakukannya penelitian dan pengamatan.

Hasil Pengukuran, Rata-Rata Produksi, Rata-Rata Produksi yang Salah, dan Waktu Kerja

Hasil pengukuran, rata-rata per orang produksi, rata-rata per orang produksi yang salah, dan waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12

Hasil Pengukuran, Rata-Rata Produksi, Rata-Rata Produksi yang Salah, dan Waktu Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia

Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja ditetapkan standar untuk pekerjaan pemeriksaan pada barang – barang kecil dengan mesin yang teliti yaitu 300 lux. Berdasarkan hasil pengukuran