• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENCAHAYAAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJA BAGIAN AUTO PEMBENTUKAN DI PT. PERINTIS SARANA PANCING INDONESIA TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENCAHAYAAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJA BAGIAN AUTO PEMBENTUKAN DI PT. PERINTIS SARANA PANCING INDONESIA TAHUN 2019"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)GAMBARAN TINGKAT PENCAHAYAAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJA BAGIAN AUTO PEMBENTUKAN DI PT. PERINTIS SARANA PANCING INDONESIA TAHUN 2019. SKRIPSI. Oleh. KARTINI APRILYA ARITONANG NIM. 151000414. PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020. Universitas Sumatera Utara.

(2) GAMBARAN TINGKAT PENCAHAYAAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJA BAGIAN AUTO PEMBENTUKAN DI PT. PERINTIS SARANA PANCING INDONESIA TAHUN 2019. SKRIPSI. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Oleh KARTINI APRILYA ARITONANG NIM. 151000414. PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020. Universitas Sumatera Utara.

(3) i Universitas Sumatera Utara.

(4) Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 29 Januari 2020. TIM PENGUJI SKRIPSI. Ketua. : Ir. Kalsum, M.Kes.. Anggota. : 1. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes. 2. Isyatun Mardiah, S.K.M., M.Kes.. ii Universitas Sumatera Utara.

(5) iii Universitas Sumatera Utara.

(6) Abstrak. Pencahayaan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja. Pencahayaan yang baik akan berdampak baik pada kesehatan dan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas yang merupakan faktor penting keberhasilan sebuah perusahaan dipastikan harus meningkat. PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi mata pancing. Dalam proses produksi mata pancing dilakukan secara rutin dengan bahan baku kawat dan butuh ketelitian tinggi sehingga pencahayaan berperan penting. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat pencahayaan dan produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah keseluruhan pekerja dibagian auto pembentukan dengan sampel 9 pekerja. Hasil penelitian diperoleh pengukuran tingkat pencahayaan pada 9 titik (100%) tidak ada yang memenuhi standar menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 yaitu 300 lux atau dnegan kata lain pencahayaan tersebut 100% buruk. Pengukuran tertinggi yaitu 263 lux dan terendah 111 lux. Target produksi harian pekerja adalah 500.000 buah mata pancing. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 6 hari kerja, pekerja mampu mencapai target sebanyak 3 hari (50%) dengan jumlah ≥ 500.000 buah dan 3 hari (50%) lainnya pekerja tidak mampu mencapai target dengan jumlah < 500.000 buah. Rata-rata produksi selama 6 hari kerja < 500.000 buah. Hasil produksi yang tidak sesuai standar mencapai angka tertinggi 13.834 buah dan terendah 9.946 buah. Rata-rata hasil produksi yang tidak sesuai standar mencapai angka 10.238 buah. Pekerja dengan jumlah produksi rendah dan jumlah hasil produksi yang salah tinggi adalah pekerja yang menerima pencahayaan rendah. Ketepatan waktu produksi sesuai dengan waktu kerja belum digunakan secara maksimal. Pemanfaatan pencahayaan alami, penataan meja kerja dan penempatan lampu ruangan yang merata akan memperbaiki tingkat pencahayaan agar sesuai standar. Evaluasi proses produksi pada bagian auto pembentukan dapat meminimalisir kesalahan dan produktivitas meningkat. Kata kunci: Pencahayaan, produktivitas, tenaga kerja. iv Universitas Sumatera Utara.

(7) Abstract. Lighting is an important factor that must be considered in the work environment. Good lighting will have a good impact on the health and productivity of the workforce. Productivity which is an important factor for a company's success must certainly increase. PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia is a company engaged in the production of fishing lines. In the fishing line production process is carried out routinely with raw material wire and requires high accuracy so that lighting plays an important role. The purpose of this study is to describe the level of lighting and labor productivity in auto part formation workers. This type of research is descriptive research. The study population was all workers in the auto formation section with a sample of 9 workers. The results of the study showed that the measurement of lighting levels at 9 points (100%) did not meet the standards according to the Regulation of the Minister of Manpower of the Republic of Indonesia No. 5 of 2018 ie 300 lux or in other words the lighting is 100% bad. The highest measurement is 263 lux and the lowest is 111 lux. The daily production target of workers is 500,000 hooks. Based on research conducted during 6 working days, workers were able to reach the target of 3 days (50%) with a total of ≥ 500,000 pieces and another 3 days (50%) workers were unable to reach the target with a number of <500,000 pieces. Average production for 6 working days <500,000. Yields that did not meet the standards reached the highest number of 13,834 units and the lowest of 9,946 units. Average production results that are not according to standards reach 10,238 units. Workers with low production amounts and high production wrong numbers are workers who receive low lighting. Timeliness of production in accordance with work time has not been used optimally. Utilization of natural lighting, the arrangement of work tables and placement of room lights will evenly improve the level of lighting to conform to standards. Evaluation of the production process in the auto-forming section can minimize errors and increase productivity. Keywords: Lighting, productivity, labor. v Universitas Sumatera Utara.

(8) Kata Pengantar. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pencahayaan dan Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.. 2.. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.. 3.. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.. 4.. Ir. Kalsum, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.. vi Universitas Sumatera Utara.

(9) 5.. Eka Lestari Mahyuni, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan Isyatun Mardiah, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.. 6.. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.. 7.. Para Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan selama ini kepada penulis.. 8.. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Sony Syahputra yang telah membantu keperluan administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.. 9.. Direktur perusahaan PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.. 10. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ir. Kompi Aritonang dan Twendepana Pesta Rumondang Simamora, S.Pd. yang telah memberikan kasih sayang yang begitu besar dan kesabaran dalam mendidik dan memberi dukungan kepada penulis, serta yang selalu mendoakan penulis hingga sampai di tahap ini. 11. Terkhusus untuk saudara dan saudari terkasih, Wilvan Dany Aritonang dan Laura Rosella Aritonang yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.. vii Universitas Sumatera Utara.

(10) viii Universitas Sumatera Utara.

(11) Daftar Isi. Halaman Halaman Persetujuan Halaman Penetapan Tim Penguji Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Daftar Istilah Riwayat Hidup. i ii iii iv v vi ix xi xii xiii xiv xv. Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan khusus Manfaat Penelitian. 1 1 10 10 10 10 11. Tinjauan Pustaka Pencahayaan Pengertian pencahayaan Sistem pencahahayaan Fungsi pencahayaan Sumber pencahayaan Pencahayaan alami Pencahayaan buatan Nilai ambang batas Produktivitas Pengertian produktivitas Pengukuran produktivitas Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Gambaran pencahayaan dan produktivitas Landasan Teori Kerangka Konsep. 12 12 12 13 15 16 16 18 20 23 23 24 25 29 32 32. Metode Penelitian Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian. 33 33 33. ix Universitas Sumatera Utara.

(12) 33 33 33 33 33 34 35 35 35 36 38. Lokasi penelitian Waktu penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Variabel dan Definisi Operasional Metode Pengumpulan Data Metode Pengukuran Pengukuran tingkat pencahayaan Pengukuran produktivitas tenaga kerja Metode Analisis Data Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian Identitas Perusahaan Visi Perusahaan Misi Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja Struktur Organisasi Perusahaan Pelaksanaan Proses Produksi Material Hasil Produksi Karakteristik Individu Jenis kelamin Umur Masa kerja Tingkat Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerja Auto Pembentukan. 39 39 39 40 40 40 41 42 44 45 45 45 46 46 47 48. Pembahasan Karakteristik Individu Tingkat Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan Produktivitas Tenaga Kerja pada Pekerja Auto Pembentukan Hasil Pengukuran, Rata-Rata Produksi, Rata-Rata Produksi yang Salah, dan Waktu Kerja pada Pekerja Auto Pembentukan Hasil Produktivitas Tenaga Kerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Keterbatasan Penelitian. 53 53 54 58. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran. 64 64 65. Daftar Pustaka Lampiran. 66. 60 62 63. x Universitas Sumatera Utara.

(13) Daftar Tabel. No. Judul. Halaman. 1. Nilai Ambang Batas Pencahayaan. 21. 2. Jumlah Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019. 40. Distribusi Pekerja di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019. 45. Distribusi Pekerja di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa Berdasarkan Umur Tahun 2019. 46. Distribusi Pekerja di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia Tanjung Morawa Berdasarkan Masa Kerja Tahun 2019. 46. Hasil Pengukuran Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019. 47. Distribusi Intensitas Pencahayaan Lokal Ruang Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019. 48. Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu 6 Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia. 48. Distribusi Jumlah Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. 50. Distribusi Waktu Kerja pada pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT Perintis Sarana Pancing Indonesia. 50. Distribusi Kualitas Hasil Produksi Per Hari dalam Kurun Waktu Hari Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. 51. Hasil Pengukuran, Rata-rata Produksi, Rata-rata Produksi yang Salah, dan Waktu Kerja pada Pekerja Bagian Auto Pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. 61. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. xi Universitas Sumatera Utara.

(14) Daftar Gambar. No. Judul. Halaman. 1. Kerangka konsep. 32. 2. Multifunction environment meter krisbow 4 in 1 KW06-291. 35. 3. Struktur organisasi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. 42. 4. Layout ruangan Auto pembentukan. 55. xii Universitas Sumatera Utara.

(15) Daftar Lampiran. Lampiran. Judul. Halaman. 1. Surat Izin Penelitian. 68. 2. Surat Selesai Penelitian. 69. 3. Layout Ruangan Auto Pembentukan. 70. 4. Hasil Pengukuran Pencahayaan. 72. 5. Lembar Observasi Produktivitas. 73. 6. Dokumentasi Penelitian. 75. xiii Universitas Sumatera Utara.

(16) Daftar Istilah. HIP HRD ILO K3 NAB SM TL. Hubungan Industri Pancasila Human Resource Departement International Labour Organization Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nilai Ambang Batas Sebelum Masehi Tube Lamp. xiv Universitas Sumatera Utara.

(17) xv Universitas Sumatera Utara.

(18) Pendahuluan. Latar Belakang Dewasa ini pengembangan dan pembangunan sangat diperlukan untuk mencapai sebuah negara yang maju dan mandiri. Dalam proses pencapaiannya ada beragam upaya-upaya yang dapat dilakukan, salah satu upaya tersebut dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup merupakan bakal masyarakat untuk bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari, seperti berjalan, duduk, berdiri, bekerja, dan sebagainya (Sinungan, 2014). Menurut Undang-Undang Dasar Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, bahwa kehidupan setiap warga negara dijamin kelayakannya oleh negara itu sendiri melalui pekerjaan yang disediakan bagi warga negara usia produktif. Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan kemampuan dan produktivitas tenaga kerja (Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 Pasal 3). Berbicara tentang tenaga kerja, dalam melakukan pekerjaannya kondisi fisik yang dimiliki pekerja harus baik atau dengan kata lain kondisi kesehatannya sedang tidak terganggu sehingga kemampuan produktivitasnya dapat meningkat. Seperti yang tertulis pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 mengenai kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan merupakan keadaan sehat,. 1 Universitas Sumatera Utara.

(19) 2. baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk itu upaya kesehatan bagi tiap individu perlu dijaga dan ditingkatkan di manapun individu itu berada, tidak terkecuali di tempat kerja. Semua jenis pekerjaan yang ada di dunia ini tak terlepas dari lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik tentu membawa dampak positif dalam bekerja termasuk dalam peningkatan kesehatan pekerja serta peningkatan produktivitas kerja. Menyadari pentingnya peran produktivitas tenaga kerja bagi keberhasilan maupun kestabilan tempat kerja maka tempat kerja harus memperhatikan dua komponen pokok agar produktivitas dapat meningkat, yaitu : pekerja dan lingkungan kerja, dimana satu dengan yang lain saling mempengaruhi (Suma’mur, 2014). Lingkungan kerja sangat luas cakupannya. Banyak aspek yang menjadi lingkungan kerja baik secara fisika, biologi, kimia, psikologi, dan ergonomi. Aspek-aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan, jika salah satu dari aspek tersebut kurang memuaskan maka dapat menimbulkan rasa tidak aman dan tidak nyaman. Perasaan tidak aman dan tidak nyaman tentu dapat menghambat produktivitas tenaga kerja. Dalam setiap pekerjaan yang ada selalu berkaitan antara tenaga kerja dengan lingkungan kerja nya. Dimana lingkungan kerja beperan besar dalam setiap proses kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja. Lingkungan kerja dibagi atas dua yaitu lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik meliputi pencahayaan, kebisingan, temperatur, kelembaban, getaran, dan. Universitas Sumatera Utara.

(20) 3. sebagainya. Lingkungan kerja non fisik meliputi setiap hubungan yang mungkin terjadi dalam proses kerja (Sedarmayanti, 2011). Salah satu bagian dari lingkungan kerja fisik adalah pencahayaan. Pencahayaan merupakan bagian penting yang harus diperhatikan karena pencahayaan yang sesuai membuat pekerja dapat melihat pekerjaannya dengan jelas, teliti, dan cepat sehingga mengurangi jumlah kesalahan yang diperbuat dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan tanpa adanya pencahayaan yang sesuai tenaga kerja tidak akan bisa bekerja dengan aman dan nyaman serta memungkinkan produktivitas tenaga kerja menjadi menurun (Sedarmayanti, 2011). Tenaga kerja dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas, cepat, dan tanpa adanya upaya lebih yang tidak diperlukan jika pencahayaan yang diberikan baik dan tepat. Selain daripada itu, pencahayaan yang baik memberikan kesan keadaan lingkungan kerja yang menyegarkan dan pemandangan kerja yang lebih baik (Suma’mur, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan lingkungan kerja antara lain adalah faktor pencahayaan (Assauri, 2008). Pencahayaan kurang akan menyebabkan kerugian bagi para pekerja karena dapat menimbulkan kelelahan mata, perih disekitar mata yang dapat menimbulkan kerusakan penglihatan dan meningkatnya risiko kecelakaan kerja. Hal tersebut juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas pekerja karena kemungkinan besar akan melambatkan pekerjaan yang dilakukan, melakukan istirahat berulang-ulang, dan menambah hasil produk yang rusak atau dibawah standar. Pencahayaan berlebih pun dapat. Universitas Sumatera Utara.

(21) 4. menyebabkan timbulnya kesilauan dan berbagai penyakit yang dapat mengganggu produktivitas kerja (Suma’mur, 2014). Pencahayaan yang baik berpotensi mempercepat produksi. Pencahayaan penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja, keamanan, kenyamanan, dan daya guna pekerja. Jika pencahayaan yang ada kurang atau berlebih, kesehatan mata dapat terganggu. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja atau kerusakan pada bahan atau obyek kerja sehingga produktivitas kerja menurun (Suma’mur, 2014). Jurnal ILO yang berjudul Improving Working Condition and Productivity in the Garment Indusrty 1998 menyatakan bahwa tingkat pencahayaan yang baik akan mempengaruhi produktivitas meningkat 10% dan mampu meminimalisir kesalahan kerja sebesar 30%. Perbaikan tingkat pencahayaan akan langsung terlihat dalam proses peningkatan produktivitas. Bila tingkat pencahayaan di tempat kerja kurang sesuai akan membuat para pekerja terpaksa memicingkan mata atau membungkukkan badan untuk memfokuskan penglihatan mereka terhadap objek kerjanya, sehingga pekerja akan merasa tidak nyaman dan dapat mengakibatkan masalah pada punggung dan mata dalam jangka waktu panjang sehingga dapat memperlampat pekerjaan mereka (ILO, 2013). Berdasarkan penelitian Nasution Tahun 2011, menyatakan bahwa tingkat pencahayaan berpengaruh sebesar 13,9% terhadap peningkatan produktivitas sebuah perusahaan. Demikian pula hasil penelitian yang di peroleh Rukmana pada tahun 2016, Pencahayaan yang kurang sesuai di tempat kerja dapat menurunkan. Universitas Sumatera Utara.

(22) 5. produktivitas karena mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja, produktivitas tenaga kerja pada home industry meningkat sebesar 10,61% - 13,48% setelah dilakukan perbaikan tingkat pencahayaan yang sesuai standar. Berdasarkan survey awal, PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia memiliki 12 proses kerja untuk menghasilkan mata pancing berkualitas internasional. Adapun proses pengolahan mata pancing yang dilakukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia dimulai dari lap kawat, potong I, grinding, potong II, auto pembentukan, forged, heating, tampering, pencucian, pelapisan mata pancing, sortir mata pancing, dan packing. Setiap proses kerja memiliki faktor risiko yang berbeda. Faktor risiko yang dapat menyebabkan pekerja terpapar yaitu dari fisik, kimia, dan ergonomi. Salah satu masalah yang bisa ditemukan pada proses produksi di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia adalah faktor fisik dengan masalah tingkat pencahayaan. Tingkat pencahayaan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan produktivitas tenaga kerja menurun karena dapat menyebabkan pekerja tidak nyaman dalam bekerja serta berkemungkinan dapat merusak kemampuan penglihatan pekerja yang dapat menghambat produktivitas tenaga kerja selama proses kerja berlangsung. Sumber pencahayaan pada setiap ruangan proses kerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia berasal dari pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Tingkat pencahayaan yang diperoleh setiap ruangan berbeda satu dengan yang lain, hal tersebut disebabkan karena sumber pencahayaan yang digunakan dan banyaknya sumber pencahayaan alami pada setiap proses kerja berbeda. Secara umum, setiap ruangan dilengkapi dengan pencahayaan buatan. Universitas Sumatera Utara.

(23) 6. namun pekerja sering sekali tidak menggunakan pencahayaan buatan dan hanya mengandalkan pencahayaan alami yang masuk melalui ventilasi dan jendela yang tersedia. Pencahayaan buatan juga diberikan pada proses kerja yang menggunakan mesin, pencahayaan buatan tersebut diletakkan pada meja kerja. Sumber pencahayaan yang berbeda menyebabkan pencahayaan pada ruang proses kerja tidak merata, ada beberapa proses kerja yang pencahayaannya kurang dan ada proses kerja yang pencahayaanya cukup baik. Hal tersebut terjadi karena ventilasi sebagai sumber masuknya pencahayaan alami tidak sama jarak dan jumlahnya pada setiap proses kerja. Salah satu proses kerja yang tidak menggunakan pencahayaan buatan dan hanya mengandalkan pencahayaan alami adalah proses kerja auto pembentukan. Proses auto pembentukan merupakan salah satu proses yang wajib dilalui dalam pembuatan mata pancing yang berkualitas. Setelah kawat mildsteel dipotong pada proses kerja potong II, kawatkawat tersebut akan dibawa ke proses kerja auto pembentukan untuk membentuk kawat menjadi mata pancing sesuai dengan jenis yang dibutuhkan. Proses kerja auto pembentukan merupakan salah satu proses kerja yang ruangannya memiliki pencahayaan kurang dibanding proses kerja lain karena pencahayaan buatan yang disediakan tidak digunakan dan hanya mengandalkan pencahayaan alami, namun sumber pencahayaan alami yang berada pada ruangan auto pembentukan tidak memberikan pencahayaan yang merata antara satu meja kerja ke meja kerja yang lainnya. Sumber pencahayaan alami pada ruangan auto pembentukan berasal dari ventilasi pada ruang kerja berada di dinding bagian atas dan cahaya alami yang masuk tertutupi sebagian oleh seng dari luar dan. Universitas Sumatera Utara.

(24) 7. pencahayaan buatan umumnya tidak digunakan maksimal dan pekerja hanya mengandalkan pencahayaan buatan yang bersifat statis pada meja kerja, selain ventilasi yang ada sumber pencahayaan alami juga berasal dari pintu masuk yang berada di dekat ruang proses kerja potong I, ruang potong I berada di seberang ruang auto pembentukan dengan jarak yang cukup jauh antara kedua ruangan tersebut. Oleh sebab itu, pencahayaan alami yang masuk ke ruang auto pembentukan menjadi tidak maksimal dan tidak menyebar rata. Pada pekerja bagian proses auto pembentukan terdapat 9 orang pekerja yang setiap pekerja mengendalikan 1 mesin kerja. Pada ruangan auto pembentukan disediakan 10 lampu jenis XL 45 watt yang seharusnya digunakan sebagai sumber pencahayaan buatan umum, namun lampu-lampu tersebut sangat jarang digunakan. Para pekerja hanya mengandalkan lampu TL 10 watt yang berada di setiap mesin kerja dan bersifat statis atau dengan kata lain tidak dapat di ubah arah pencahayaannya. Selama proses kerjanya, pekerja pada umumnya bekerja dengan posisi berdiri dalam mengendalikan mesin kerja, sehingga jarak pandang mata ke objek kerja menjadi semakin jauh. Pencahayaan alami yang tidak merata dan pencahayaan buatan umum yang tidak digunakan membuat pekerja hanya mengandalkan lampu statis yang ada pada mesin kerja. Jarak yang cukup jauh untuk melihat objek kerja dengan jelas karena pencahayaan buatan hanya berasal dari lampu lokal menyebabkan pekerja harus sedikit menunduk dalam melakukan pekerjaannya agar objek kerja lebih jelas terlihat dan pekerja bisa melakukan pengecekan hasil kerjanya. Hal tersebut tak jarang membuat pekerja merasa kurang nyaman dalam bekerja seperti merasakan lelah dan pegal. Universitas Sumatera Utara.

(25) 8. di daerah sekitar mata serta merasa nyeri punggung karena banyak membungkuk untuk melihat objek kerja secara jelas, sehingga kadang membuat pekerja beristirahat sebentar untuk peregangan. Proses kerja pada bagian auto pembentukan adalah pekerja memasukkan kawat yang sudah di potong ke mesin kerja untuk membentuk mata pancingnya. Kawat yang sudah dimasukkan akan berjalan di mesin kerja namun pekerja harus tetap memperhatikan kawat yang sedang di proses agar tidak ada yang menyatu dan arahnya sudah benar. Pekerja secara manual akan mengatur jarak kawat yang berjalan untuk mencegah kawat menyatu sehingga bisa membentuk mata pancing yang baik. Mata pancing yang diproduksi di PT. Perintis Sarana Pancing terdiri dari beragam ukuran yang diameternya berkisar antara 1,0 – 4,5 mm dan celah berkisar antara 9,5 – 35,0 mm. Melihat dari ukuran objek kerja dan proses kerja yang dimiliki proses produksi pada bagian auto pembentukan memerlukan ketelitian yang cukup tinggi. Sebab selain objek kerja yang kecil, dalam proses kerjanya pekerja membutuhkan ketelitian untuk mengatur dan menggeser kawat sehingga hasil produksi sesuai dengan yang diharapkan. Pencahayaan yang berasal dari lampu statis pada meja kerja membuat pekerja harus menunduk agar lebih jelas melihat proses kerjanya dan hasil produksinya. Banyak faktor yang membuat sulit untuk menghitung tingkat pencahayaan yang dibutuhkan dengan menggunakan instrumen dan meja kerja. Namun, bisa dilakukan observasi dan berkeliling di tempat kerja. Mengamati para pekerja dan bertanya tentang masalah penglihatan mereka. Jika ada pekerja yang bekerja dengan postur canggung, dan mata mereka sangat dekat dengan objek mereka, itu. Universitas Sumatera Utara.

(26) 9. sangat kemungkinan ada masalah penglihatan. Ini penting untuk mengidentifikasi penyebabnya (ILO, 2013). Menurut Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja ditetapkan standar untuk pekerjaan pemeriksaan pada barang – barang kecil dengan mesin yang teliti dan dilakukan rutin yaitu 300 lux. Jumlah produksi yang dihasilkan di PT. Perintis sarana Pancing Indonesia tergantung seberapa besar pesanan mata pancing yang di terima dalam jangka waktu tertentu, namun PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia tetap memproduksi mata pancing secara rutin dengan jumlah produksi 500.000 mata pancing per hari. Mata pancing yang diproduksi tersebut disimpan dan dijadikan stock pesanan. Selama proses kerja auto pembentukan, pada bagian bawah mesin terdapat sebuah kotak untuk menampung hasil produksi yang terjatuh, setelah selesai hasil produksi yang ada di kotak tersebut akan diperiksa kembali dan dipilah berdasarkan kualitas yang baik dan tidak baik atau yang salah. Hasil produksi yang kualitasnya baik tersebut akan diambil dan di bawa untuk diproses di tahap selanjutnya sebaliknya hasil produksi yang salah tidak akan dilanjutkan untuk diproses ke tahapan selanjutnya karena tidak akan diberikan kepada konsumen hasil produksi mata pancing yang salah. Oleh sebab itu, mengenai gambaran tingkat pencahayaan dan produktivitas tenaga kerja. pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana. Pancing Indonesia membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengkaji lebih dalam terhadap gambaran tingkat pencahayaan dan produktivitas. Universitas Sumatera Utara.

(27) 10. tenaga kerja pada bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019.. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah mengenai gambaran tingkat pencahayaan dan produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. Tujuan Penelitian Tujuan umum. Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pencahayaan dan produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019. Tujuan khusus. Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan di mesin kerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. 2. Untuk mengetahui gambaran produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan berdasarkan jumlah hasil produksi rutin per hari selama 6 hari kerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. 3. Untuk mengetahui gambaran produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan berdasarkan waktu kerja produksi rutin per hari selama 6 hari kerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia.. Universitas Sumatera Utara.

(28) 11. 4. Untuk mengetahui gambaran produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan berdasarkan kualitas hasil produksi per hari selama 6 hari kerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia.. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai masukan dan pedoman untuk memperbaiki lingkungan kerja fisik pencahayaan khususnya pada bagian kerja proses auto pembentukan dan pedoman untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 2. Bagi tenaga kerja dapat digunakan sebagai upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja dan menambah pengetahuan tenaga kerja tentang pentingnya tingkat pencahayaan yang baik dalam bekerja. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.. Universitas Sumatera Utara.

(29) Tinjauan Pustaka. Pencahayaan Pengertian. pencahayaan.. Pencahayaan. merupakan. gelombang. elektromagnetik yang mampu dilihat atau diterima oleh mata yang memampukan mata untuk membeda-bedakan warna (Haryanto, 2007). Pencahayaan juga dapat diartikan sebagai intensitas penyinaran pada suatu bidang yang ada untuk memenuhi kebutuhan melakukan pekerjaan dengan efektif. Pada abad ke empat sebelum masehi banyak orang berpendapat bahwa benda-benda yang dapat dilihat oleh mata terjadi karena adanya sinar-sinar penglihatan yang keluar melalui mata. Anggapan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Plato (429384 SM) dan Euclides (287-212 SM) yang menyatakan bahwa mata binatang tampak bersinar pada malam hari. Hasil penelitian tersebut ditentang oleh Aristoteles (384-322 SM) yang menyatakan bahwa sebenarnya kita tidak bias melihat benda-benda di sekitar kita saat berada diruangan yang gelap, sayangnya beliau tidak mampu menjelaskan mengapa mata dapat melihat benda. Pada abad pertengahan muncul kembali pendapat lain yang dikemukakan oleh Alhazan (9651038 SM) yang berpendapat bahwa alasan mengapa mata kita dapat melihat benda adalah karena benda yang kita lihat tersebut memantulkan atau memancarkan cahaya kedalam mata. Teori yang dikemukakan oleh Alhazan yang diterima sampai abad sekarang ini. Secara ilmu fisika cahaya adalah satu dari beberapa jenis energi gelombang (wave energy) yang disebut sebagai pancaran elektromagnetik (electromagnetic radiation). Gelombang yang termasuk pancaran elektromagnetik 12 Universitas Sumatera Utara.

(30) 13. ini adalah gelombang radio, microwave, sinar inframerah, sinar ultraviolet, sinar x, dan sinar gamma. Semua gelombang tersebut menyatu membentuk sesuatu yang dikenal sebagai spectrum elektromagnetik (Saptono, 2006) Cahaya adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang melayang di udara. Cahaya atau sinar tampak (visible light) mempunyai panjang gelombang antara 380 nm – 770 nm. Pencahayaan dikatakan baik apabila pencahayaan dapat membantu tenaga kerja uantuk dapat melihat obyek pekerjaannya dengan nyaman, teliti, cepat dan tanpa dibutuhkannya upaya yang tidak perlu, serta mampu menciptakan suasana kerja yang baik dan menyenangkan. Berikut merupakan faktor-faktor penentu penerangan yang baik (Suma’mur, 2014) : 1. Pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan. 2. Pencegahan terhadap kesilauan. 3. Pengaturan arah sinar. 4. Penggunaan warna yang dipakai untuk penerangan. 5. Pemakaian sumber cahaya yang tidak atau minim menimbulkan panas terhadap lingkungan. Sistem pencahayaan. Menurut Prabu (2010), ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu: Sistem pencahayaan langsung (direct lighting). Pada sistem ini 90%100% cahaya diarahkan secara langsung ke objek yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan karena sebagian besar, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang. Universitas Sumatera Utara.

(31) 14. mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan dan menghasilkan penerangan. Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting). Pada sistem ini 60%90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%. Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting). Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih sering ditemui. Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting). Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting). Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudian. Universitas Sumatera Utara.

(32) 15. dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja. Fungsi pencahayaan. Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Pencahayaan yang kurang memadai dapat merupakan beban tambahan bagi tenaga kerja. Dengan demikian dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja, produktivitas menurun. serta pada akhirnya. dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karenanya peranan fungsi dari pencahayaan sangat berpengaruh besar atas terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman, serta menyenangkan. Fungsi dari pencahayaan penting diketahui untuk dapat mengatur cahaya dengan baik, khususnya bagi para pekerja yang bekerja di ruangan sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik. Ada tiga fungsi pencahayaan (Saptono, 2006), yaitu : General lighting. Fungsi cahaya yang paling dasar atau umum, dimana cahaya harus ada dan menyinari suatu ruangan tertentu dan dianggap sebagai penerangan utama yang sifat penyinarannya merata dalam menerangi seluruh ruangan. Selain itu sinar alami yang masuk ke ruangan tertentu juga dapat dikatakan sebagai general lighting. Sumber cahaya yang berfungsi sebagai general lighting biasanya bersifat memancar ke segala arah dan tidak boleh langsung mengarah ke mata.. Universitas Sumatera Utara.

(33) 16. Task lighting. Pencahayaan yang digunakan untuk membantu penyinaran khusus bagi aktivitas yang membutuhkan cahaya lebih terang seperti membaca, memasak, atau aktivitas lain yang membutuhkan ketelitian lebih. Sumber cahaya yang dapat digunakan untuk task lighting biasanya yang memiliki intensitas cahaya tinggi dan hanya memancar ke satu titik bidang kerja. Untuk memaksimalkan fungsi task lighting ada baiknya sumber cahaya ditempatkan sedekat mungkin pada obyek tertentu. Decorative lighting. Pencahayaan yang berfungsi untuk menonjolkan keindahan pada suatu benda atau ruang desain. Untuk fungsi decorative lighting tidak ada anjuran khusus dalam peletakan atau intensitas cahaya dari sumber yang digunakan. Sumber. pencahayaan.. Kepadatan. pencahayaan. ditentukan. dari. sumbernya, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis : 1. Sumber pencahayaan alami (sinar matahari) 2. Sumber pencahayaan buatan (lampu) Pencahayaan alami. Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. Sumber penerangan alami adalah sumber dari penerangan yamg didapat dari sinar alami pada waktu siang hari untuk keadaan selama 12 jam dalam sehari, untuk mendapatkan cahaya matahari harus memperhatikan letak jendela dan lebar. Universitas Sumatera Utara.

(34) 17. jendela. Luas jendela untuk penerangan alami sekitar 20% luas lantai ruangan. Penerangan alami dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : musim, waktu, jam, jauh dekatnya gedung yang bersebelahan, dan luas jalan masuk penerangan alami sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu : variasi intensitas cahaya matahari, distribusi dari terangnya cahaya, efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan, dan letak geografis dan kegunaan bangunan gedung. Satwiko (2005), cahaya alami adalah cahaya yang bersumber dari alam, misalnya matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, kunang-kunang, dan bulan yang merupakan sumber cahaya alami skunder, karena sebenarnya bulan hanya memantulkan cahaya matahari. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dan kelemahan dari penggunaan cahaya alami : Keuntungan pencahayaan alami yaitu bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui, tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya, cahaya alami sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi, dan cahaya alami dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan kadang-kadang sangat memuaskan. Kelemahan pencahayaan alami yaitu cahaya alami sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena dipengaruhi oleh waktu dan cuaca, cahaya alami pada. Universitas Sumatera Utara.

(35) 18. malam hari tidak tersedia, sinar ultra violet dari cahaya alami mudah merusak benda-benda di dalam ruang, dan perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya tambahan yang cukup tinggi. Pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah “Pencahayaan buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah. Pecahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan dari usaha manusia seperti lampu pijar (Lasa, 2005)”. Sumber penerangan buatan adalah sumber penerangan yang berasal dari lampu buatan seperti listrik, gas, atau minyak. Pencahayaan buatan dari suatu tempat kerja bertujuan menunjang dan melengkapi pencahayaan alami, juga dimaksudkan agar suatu ruangan kerja tercipta suasana yang menyenangkan dan terasa nyaman untuk mata kita. Untuk itu dalam pemilihan atau pengadaan lampu perlu diperhatikan tentang efek dari penerangan buatan terhadap obyek yang diamati, tugas visual tertentu memerlukan penerangan buatan yang lebih baik. Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat dibedakan atas 3 macam yakni: Sistem pencahayaan merata. Pada sistem ini intensitas cahaya tersebar secara merata pada seluruh ruangan. Sistem ini cocok diterapkan pada ruangan. Universitas Sumatera Utara.

(36) 19. yang tidak digunakan untuk melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit. Sistem. pencahayaan terarah. Pada sistem ini seluruh ruangan. memperoleh pencahayaan dari salah satu arah. Sistem ini biasanya digunakan dalam pameran dengan tujuan untuk menonjolkan suatu objek agar terlihat lebih jelas. Selain itu, sistem pencahayaan ini juga berperan sebagai sumber cahaya sekunder untuk ruangan sekitar, yakni dengan cara pemantulan cahaya. Sistem ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata yang secara psikologis dapat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh pencahayaan merata. Sistem pencahayaan setempat. Pada sistem ini cahaya difokuskan pada suatu objek tertentu misalnya tempat kerja yang memerlukan ketelitian tinggi. Pencahayaan setempat diperoleh dengan memasang sumber pencahayaan di langit-langit yang spektrum cahaya terlokalisir (localized lighting) atau dengan memasang sumber cahaya langsung ditempat kerja (local lighting) Sistem pencahayaan ini sangat bermanfaat untuk memperlancar pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi, mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu, melengkapi pencahayaan umum yang terhalang untuk mencapai ruangan khusus yang ingin diterangi, membantu pekerja yang telah mengalami penurunan daya penglihatan, menunjang pekerjaan yang pada mulanya tidak direncanakan untuk dikerjakan di ruangan tersebut. Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan meliputi cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan pencahayaan yang dihasilkan dari. Universitas Sumatera Utara.

(37) 20. lampu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam, arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau bagi pekerja. Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan meliputi cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena dipengaruhi oleh sumber tenaga listrik, cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan terus menerus di ruang tertutup tanpa dukungan cahaya alami. Nilai ambang batas pencahayaan. Nilai ambang batas yang biasa di singkat NAB merupakan batas maksimum faktor bahaya yang ada di tempat kerja sebagai kadar atau intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang mampu diterima tenaga kerja tanpa menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit kesehatan dalam perkerjaannya sehari-hari dengan waktu kerja yang tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.5 Tahun 2018). Nilai ambang batas di buat untuk mencegah dan memberi perlindungan kepada tenaga kerja akan kemungkinan adanya risiko-risiko bahaya akibat pemaparan intensitas kebisingan, intensitas radiasi elekromagnetik, intensitas pencahayaan, kadar zat kimia di udara, dan lain lain sehingga derajat kesehatan kerja di tempat kerja meningkat. Salah satu risiko yang mungkin terjadi adalah faktor bahaya akibat intensitas pencahayaan yang kurang tepat. Sebagian besar pekerjaan di pengaruhi oleh pencahayaan dalam produktivitasnya mempengaruhi. misalnya kualitas. seperti. produksi. pada yang. banyak. industri,. dihasilkan.. pencahayaan. Besarnya. intensitas. pencahayaan berdampak pada produktivitas tenaga kerja. Tinggi atau rendahnya pencahayaan yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai faktor risiko terjadinya. Universitas Sumatera Utara.

(38) 21. masalah kesehatan dan penurunan produktivitas. Oleh karena itu, dibentuklah peraturan mengenai standar pencahayaan yang di gunakan di tempat kerja guna mencegah terjadinya faktor risiko tersebut. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2018 berikut adalah standar atau nilai ambang batas pencahayaan yang baik di tempat kerja. Tabel 1 Nilai Ambang Batas Pencahayaan Keterangan Penerangan darurat Halaman dan jalan Pekerjaan membedakan barang kasar seperti : Mengerjakan bahan-bahan yang kasar. Mengerjakan arang atau abu. Menyisihkan barang-barang yang besar. Mengerjakan bahan tanah atau batu. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar. Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu seperti : Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai (semi-finished). Pemasangan yang kasar. Penggilingan padi. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas. Pengerjakan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat dengan d. Kamar mesin dan uap. Alat pengangkut orang dan barang. Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal. Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil. Toilet dan tempat mandi. Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil yang agak teliti seperti : Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar). Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar.. Intensitas (Lux) 5 20. 50. 100. 200. Universitas Sumatera Utara.

(39) 22. (Bersambung). Tabel 1 Nilai Ambang Batas Pencahayaan Keterangan. Intensitas (Lux). Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang. Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda. Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam 200 kaleng. Pembungkusan daging. Mengerjakan kayu dan melapisi perabot. Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan halus seperti : Pekerjaan mesin yang teliti. Pemeriksaan yang teliti. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus. 300 Pembuatan tepung. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat. Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama seperti : Pemasangan dan pemeriksaan yang halus. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus. 500-1000 Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca. Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran). Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama. Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama seperti: Pemasangan yang ekstra halus (arloji, dll). Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat). Percobaan alat-alat yang ekstra halus. 1000 Tukang mas dan intan. Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau. Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam pencetakan.. Universitas Sumatera Utara.

(40) 23. Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua. (Sumber: Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 2018). Produktivitas Pengertian produktivitas. Secara umum, produktivitas merupakan hubungan antara input yang dihasilkan dengan output yang dikeluarkan sebenarnya pada waktu tertentu (ILO, 1979). Produktivitas merupakan langkah yang dilakukan tenaga kerja untuk mencapai peningkatan perbaikan dalam suatu perusahaan (National Productivity Board). Productivity is a measure of the use of the resources of an organization and is usually expressed as a rasio of the output obtained by the use resources to the amount of resources employed (Whitmore, 1979). Whitmore mengatakan bahwa produktivitas merupakan ukuran dari sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi yang biasanya berupa perbandingan dari apa yang dicapai oleh perusahaan (output) dengan sumber daya yang digunakan (input). Dalam ilmu ekonomi, produktivitas merupakan perbandingan hasil yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dikeluarkan untuk mencapai hasil tersebut (Encyclopedia Britanica, 1982). Produktivitas merupakan. suatu konprasep secara menyeluruh dengan. tujuan menyediakan barang dan jasa yang lebih banyak untuk manusia yang lebih banyak, dengan sumber-sumber nyata yang sedikit (Konferensi Oslo, 1984). Produktivitas merupakan hubungan antara hasil nyata berupa barang atau jasa. Universitas Sumatera Utara.

(41) 24. yang dihasilkan dengan masukan yang sebenarnya dan berupa perbandingan antara hasil dari keluaran dan masukan (Sinungan, 2014). Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa produktivitas merupakan hasil yang dilihat melalui perbandingan antara hasil yang diperoleh (input) dengan pengeluaran yang dikeluarkan (output) untuk menentukan langkah peningkatan perbaikan dalam suatu perusahaan. Pengukuran produktivitas. Secara umum, pengukuran produktivitas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (Sedarmayanti, 2011) : Produktivitas total. Perbandingan yang dilakukan antara total keluaran (output) dengan total masukan (input) dalam waktu tertentu. Dalam jenis pengukuran ini semua faktor total keluaran dan faktor total masukan (tenaga kerja, energi, bahan, dan sebagainya) harus diperhitungkan. Produktivitas parsial. Perbandingan dari keluaran (output) dengan satu jenis masukan (input) dalam waktu tertentu, seperti upah tenaga kerja, bahan, enargi, dan sebagainya. Metode pokok pengukuran produktivitas. Pengukuran produktivitas yang dilakukan merupakan salah satu upaya manajemen yang penting dilakukan dalam semua tingkatan ekonomi. Selain dari pada itu, bagi perusahaan pengkuran produktivitas digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengetahui dan sebagai landasan untuk mendorong efisiensi produksi. Manfaat yang diperoleh dari pengukuran produktivitas dapat terlihat melalui penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan sasaran tujuan yang nyata dan terjadinya. Universitas Sumatera Utara.

(42) 25. pertukaran informasi antara tenaga kerja dengan manajemen atas masalahmasalah yang berhubungan secara periodik (Sinungan, 2014).. Dalam melakukan Pengukuran Produktivitas ada perbandingan yang dapat dibedakan dalam 3 cara, yaitu (Sedarmayanti, 2011) : a. Perbandingan yang dilakukan antara pelaksanaan yang terjadi saat ini dengan pelaksanaan yang sudah dilakukan yang tidak menyatakan apakah pelaksanaan saat ini peningkatannya memuaskan atau peningkatannya malah berkurang. b. Perbandingan yang dilakukan antara satu unit tugas atau proses dengan yang lainnya untuk menunjukkan pencapaian relatifnya. c. Perbandingan antara pelaksanaan saat ini dengan target yang ditentukan. Perbandingan ini merupakan yang terbaik dalam memusatkan perhatian pada sasaran tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas. Produktivitas yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor penunjang yang menentukan meningkatnya atau menurunnya produktivitas tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain, setiap faktor yang berkesinambungan tersebut harus serasi satu sama lain dan tidak boleh ada yang bertolak belakang untuk memperoleh tingkat produktivitas yang maksimal. Dalam usaha bekerja secara produktif, pekerjaan yang dilakukan harus sesuai dengan cara kerja dan didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi standar syarat kesehatan. Standar lingkungan kerja yang sudah ditetapkan sesuai. Universitas Sumatera Utara.

(43) 26. dengan syarat kesehatan harus dipenuhi, jika standar tersebut tidak terpenuhi kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan akan semakin meningkat. Hal tersebut dapat pula mengakibatkan daya kerja tenaga kerja akan menurun sehingga. produktivitas juga akan menurun. Selain dari pada kesehatan,. produktivitas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti (Suma’mur, 2014) : 1. Motivasi kerja 2. Latar belakang pendidikan yang menentukan pengetahuan atau wawasan seseorang 3. Kemampuan dan keterampilan tenaga kerja yang bersangkutan 4. Profesionalisme 5. Pengalaman tenaga kerja 6. Lingkungan kerja dan sosial budaya 7. Hubungan kerja dan hubungan industrial Faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kerja terdiri dari (Tarwaka, 1991): 1. Motivasi kerja dan sikap mental disiplin 2. Etos kerja 3. Keterampilan teknis dan manajerial 4. Tingkat pendidikan Selain itu, menurut Siagian (2003) yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu: 1. Faktor yang berasal dari diri individu, yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi.. Universitas Sumatera Utara.

(44) 27. 2. Faktor yang berasal dari luar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah, ada enam faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, yaitu : 1. Sikap kerja, misalnya bersedia untuk bekerja dengan sistem shift kerja atau dapat menerima tugas tambahan yang diberikan. 2. Tingkat keterampilan, ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen, dan supervise serta keterampilan dalam teknk industri. 3. Hubungan antara tenaga kerja dengan pemimpin organisasi yang dapat dilihat dalam usaha yang dilakukan oleh pemimpin organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui pengawasan mutu dan panitia mengenai kerja unggul. 4. Manajemen produktivitas, manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas. 5. Efisiensi tenaga kerja, meliputi perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas. 6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan risiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur benar dalam berusaha. Selain dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, Sedarmayanti (2011) mengatakan ada beberapa factor lain yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja, yaitu :. Universitas Sumatera Utara.

(45) 28. 1. Sikap mental, yang di dalamnya termasuk motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja. 2. Pendidikan, pekerja yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih memahami secara lebih luas arti pentingnya produktivitas. 3. Keterampilan, pada aspek tertentu pekerja yang lebih terampil akan lebih mampu bekerja dan menggunakan fasilitas kerja dengan baik. 4. Manajemen, sistem manajemen yang tepat akan menciptakan semangat yang lebih tinggi guna mendorong pekerja melakukan pekerjaan dengan lebih produktif. 5. Hubungan Industri Pancasila (HIP), mampu menciptakan ketenangan kerja dan memberi motivasi kerja secara produktif serta terciptanya hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga tumbuh partisipasi aktif dari pekerja dalam usaha peningkatan produktivitas. 6. Tingkat. penghasilan, tingkat. penghasilan. yang memadai. mendorong. konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki pekerja sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas. 7. Gizi dan kesehatan, pekerja yang kebutuhan gizinya terpenuhi dan berbadan sehat akan lebih giat bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerjanya. 8. Jaminan sosial, adanya jaminan sosial yang diberikan pada pekerja memberikan efek aman dan menyenangkan sehingga mendorong pekerja menggunakan kemampuan yang dimilikinya dengan baik guna meningkatkan produktivitas.. Universitas Sumatera Utara.

(46) 29. 9. Lingkungan dan iklim kerja, lingkungan dan iklim kerja yang baik dan memenuhi standar akan membuat pekerja merasa nyaman dan betah dalam bekerja sehingga pekerja merasa senang dalam bekerja dan rasa tanggung jawab yang dimiliki akan lebih besar dalam meningkatkan produktivitas kerja. 10. Sarana produksi, sarana produksi yang baik dapat mengurangi pemborosan bahan yang dipakai. 11. Teknologi, semakin baik kualitas teknologi yang digunakan akan memperbesar kemungkinan proses produksi selesai tepat waktu dengan jumlah produksi yang lebih banyak dan kemungkinan terjadinya pemborosan bahan berkurang. 12. Kesempatan berprestasi, adanya kesempatan meningkatkan prestasi bagi para pekerja akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan semangat kerja dan memaksimalkan potensi yang dimiliki guna meningkatkan produktivitas kerja. Gambaran pencahayaan dan produktivitas. Pencahayaan yang baik di tempat kerja akan mempercepat produksi. Pencahayaan mempengaruhi kesehatan tenaga kerja, keamanan dalam bekerja, dan kemampuan tenaga kerja. Tanpa adanya penerangan yang baik akan meningkatkan risiko kerusakan atau keluhan pada mata, terjadinya kecelakaan atau kesalahan dalam produksi yang tidak sesuai standar, dan meningkatkan rasa tidak nyaman dalam bekerja (Wetik, 1986) yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Menurut. Grandjean. (1993),. penerangan. yang. tidak. baik. akan. mengakibatkan gangguan atau keluhan penglihatan selama bekerja. Pengaruh dari tidak terpenuhinya syarat pencahayaan adalah :. Universitas Sumatera Utara.

(47) 30. 1. Kelelahan mata yang mengakibatkan turunnya performa bekerja. 2. Kelelahan mental. 3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata. 4. Kerusakan indera penglihatan. Pengaruh-pengaruh tersebut akan berdampak kepada penurunan produktivitas kerja, yaitu : 1. Menurunkan atau menghilangkan produktivitas kerja. 2. Kualitas kerja yang menurun. 3. Terjadinya banyak kesalahan dalam bekerja. 4. Kecelakaan kerja semakin meningkat. Menurut Rahmayanti dan Artha (2015), yang menjadi dampak negatif dari pencahayaan yang kurang atau berlebih di tempat kerja adalah kelelahan mata. Kelelahan mata terjadi karena adanya ketegangan pada otot mata yang di sebabkan penggunaan mata dalam jangka waktu yang lama disertai dengan pandangan yang tidak nyaman. Kelelahan mata ditandai dengan adanya keluhan mata berair, mata merah, mata mata nyeri, mata kabur, penglihatan berbayang, sakit kepala, dan lain-lain. Handayani (2013), faktor lingkungan kerja sangat penting diperhatikan. Salah satu faktor penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan kepuasan kerja dan produktivitas adalah adanya pencahayaan yang baik. Pencahayaan yang baik di tempat kerja akan memberikan dampak baik dalam bekerja berupa tenaga kerja akan dapat melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa mengupayakan usaha yang berlebih. Dampak negatif dari pencahayaan yang. Universitas Sumatera Utara.

(48) 31. kurang yaitu salah satunya dapat menimbulkan keluhan pada mata seperti mata terasa lelah, kerusakan mata, pegal di sekitar mata, terasa sakit kepala di sekitar mata yang mengakibatkan kurangnya efisiensi kerja. Pengaruh dari dampak tersebut akan memungkinkan tenaga kerja mengalami menurunan performa kerja, kualitas kerja yang rendah, terjadi kecelakaan saat bekerja, terjadinya kesalahan produksi secara berulang. Hal tersebut menunjukkan produktivitas yang menurun. Guntur (2017), salah satu lingkungan kerja yang perlu diperhatikan adalah pencahayaan atau penerangan. Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu faktor penting untuk menciptakan tempat kerja dengan lingkungan kerja yang baik. Terciptanya lingkungan kerja yang baik akan memberikan kenyamanan yang berarti bagi tenaga kerja dalam bekerja. Kenyamanan yang dirasakan oleh pekerja di tempat kerjanya akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Efisiensi kerja seseorang ditentukan pada ketepatan dan ketelitian saat melihat dalam bekerja, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja dan mengurangi kesalahan dalam bekerja, serta mengurangi kecelakaan kerja yang lebih besar. Lingkungan kerja pencahayaan yang baik akan memberi kenyamanan bagi tenaga kerja sehingga tenaga kerja akan lebih mudah dalam melihat dan dapat melakukan pekerjaannya dengan teliti. Landasan Teori Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, pencahayaan merupakan salah satu lingkungan fisik yang harus diperhatikan dalam setiap unit kerja. Tingkat pencahayaan memiliki NAB yang sesuai berdasarkan jenis. Universitas Sumatera Utara.

(49) 32. pekerjaan yang dilakukan. NAB tersebut harus dipenuhi agar kenyamanan bekerja dapat terlaksana dan produktivitas dipengaruhi peningkatannya. Menurut Henry Simamora (2004) faktor-faktor yang digunakan dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu: 1. Kuantitas kerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam jumlah tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau ditetapkan oleh perusahan. 2. Kualitas kerja merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh pekerja dalam hal ini merupakan suatu kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. 3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari persepsi pekerja terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu sampai menjadi hasil. Kerangka Konsep. Gambaran Tingkat Pencahayaan Gambaran Produktivitas tenaga kerja - Jumlah hasil produksi - Ketepatan waktu - Kualitas hasil produksi. Gambar 1. Kerangka konsep. Universitas Sumatera Utara.

(50) Metode Penelitian. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan dan produktivitas tenaga kerja pada pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia tahun 2019. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia yang merupakan sebuah perusahaan bergerak dalam pembuatan mata pancing khususnya pada proses auto pembentukan, dengan alasan : 1. Ada izin dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian. 2. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat pencahayaan dan produktivitas tenaga kerja di perusahaan tersebut. 3. Pada ruangan proses auto pembentukan pencahayaan termasuk redup dan pencahayaan alami nya kurang merata serta merupakan proses kerja yang homogen. Waktu penelitian. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2019 sampai dengan selesai. Populasi dan Sampel Populasi. Populasi adalah semua pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia yang berjumlah 9 orang pekerja. Sampel. Berdasarkan data yang diperoleh dari personalia PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia, tercatat 9 orang pekerja aktif di bagian auto 33 Universitas Sumatera Utara.

(51) 34. pembentukan PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. Sampel adalah seluruh pekerja bagian auto pembentukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia yang berjumlah 9 orang. Variabel dan Definisi Operasional 1.. Tingkat pencahayaan adalah ukuran besar cahaya yang diterima pada area titik dilakukannya pengukuran (mesin kerja) pada bagian auto pembentukan dan dinyatakan dalam lux, kemudian dilakukan perbandingan terhadap standar yang berlaku. Dengan kategori : 1). Lux = 300 lux. : sesuai. 2). Lux < / > 300 lux. : tidak sesuai. 2. Produktivitas adalah kemampuan dan kondisi tenaga kerja yang dilihat dari jumlah hasil produksi, ketepatan waktu, dan kualitas hasil produksi. 3. Jumlah hasil produksi adalah banyaknya mata pancing yang mampu di produksi sesuai target sebanyak 500.000 buah per hari yang ditetapkan dan diamati selama 6 hari kerja. 4. Ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu tenaga kerja menyelesaikan target produksi mata pancing per hari dengan waktu kerja yang telah di tentukan perusahaan. 5. Kualitas hasil produksi adalah Kondisi hasil produksi yang dilihat dari jumlah hasil produksi mata pancing yang salah per hari dan diamati selama selama 6 hari kerja.. Universitas Sumatera Utara.

(52) 35. Metode Pengumpulan Data 1. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran tingkat pencahayaan pada setiap titik ukur (mesin kerja) dengan menggunakan Multifunction environment meter krisbow 4 in 1 KW06-291 dan dilakukan oleh asisten laboratorium INTI (CORE) Fakultas Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Penilaian produktivitas diukur dengan menggunakan lembar observasi untuk melihat jumlah hasil produksi per hari, ketepatan waktu produksi, dan kualitas hasil produksi yang di hasilkan. 2. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa gambaran umum perusahaan, struktur organisasi dan data pendukung lainnya. Metode Pengukuran Pengukuran tingkat pencahayaan. Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan pada titik ukur (mesin kerja) dengan menggunakan alat Multifunction environment meter krisbow 4 in 1 KW06-291, yaitu Light Meter untuk mengukur tingkat pencahayaan.. Gambar 2. Multifunction environment meter krisbow 4 in 1 KW06-291. Universitas Sumatera Utara.

(53) 36. Adapun prosedur pengukuran intensitas pencahayaan menggunakan Multifunction environment meter krisbow 4 in 1 KW06-291 (Light meter) yaitu : 1.. Tekan tombol power untuk menghidupkan alat. 2.. Tombol switch digeser untuk memilih lux. 3.. Buka penutup sensor penangkap cahaya. 4.. Menentukan titik ukur tingkat pencahayaan lokal pada bagian auto pembentukan yaitu 9 titik ukur yang berada pada setiap mesin kerja, lalu bawa dan letakkan alat ke tempat titik ukur yang telah ditentukan.. 5.. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.. 6.. Setelah memperoleh hasil pengukuran pada satu titik, tutup sensor menggunakan telapak tangan agar alat kembali normal ke angka nol.. 7.. Setelah angka dilayar telah menunjukkan angka nol, lakukan pengukuran pada titik lainnya.. 8.. Setelah memperoleh hasil pengukuran pada setiap titik ukur,catat angka hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan.. 9.. Untuk mematikan alat setelah selelasi digunakan, tekan kembali tombol power dan tutup sensor cahaya menggunakan telapak tangan. Pengukuran produktivitas. Pengukuran produktivitas menggunakan. metode observasi. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi berupa tabel hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap variabel produktivitas tenaga kerja yaitu jumlah hasil produksi, waktu kerja, dan kualitas hasil produksi. Lembar observasi akan diisi oleh penulis sesuai dengan hasil pengamatan yang. Universitas Sumatera Utara.

(54) 37. dilakukan dalam jangka waktu 6 hari kerja. Penulis mengamati setiap meja kerja secara bergantian dengan dibimbing oleh mandor bagian auto pembentukan dan data yang diperoleh didukung dengan catatan dokumen perusahaan setiap hari mengenai jumlah hasil produksi yang sesuai standar dan jumlah hasil produksi yang tidak sesuai standar perusahaan per hari. Menurut William B. Wether dan Keith Davis dalam bukunya “Human Resources and Personnel management”, mengemukakan bahwa aspek produktivitas adalah efektivitas dan efisiensi. Kedua aspek inilah yang kemudian dapat dijadikan sebagai dimensi variabel dari produktivitas kerja, dengan indikator-indikator sebagai berikut:. Efektivitas. Efektivitas berkaitan dengan suatu kenyataan apakah hasil-hasil yang diharapkan atau tingkat keluaran itu dapat dicapai ataukah tidak. Pengukuran efektivitas dapat dilihat dari indikator-indikator: a.. Jumlah hasil kerja. b.. Kualitas hasil kerja. c.. Kemampuan menyelesaikan pekerjaan Efisiensi. Efisiensi berkaitan dengan seberapa baik berbagai masukan itu. dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Ini merupakan suatu kemampuan untuk bagaimana mendapatkan hasil yang lebih banyak dari jumlah masukan yang paling minimum. Pengukuran efisiensi dapat dilihat dari indikatorindikator: a.. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. b.. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.. Universitas Sumatera Utara.

(55) 38. Cara menghitung produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja. dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Produktivitas = (Output x Standard Time) / (Jumlah Tenaga Kerja x Waktu Kerja) x 100 Satuan dalam rumus : Produktivitas: satuannya adalah Persen (%) Output: satuannya adalaah Unit (pcs) Standard Time: satuannya adalah Menit Jumlah Tenaga Kerja: satuannya adalah orang Waktu Kerja: satuannya adalah Menit Metode Analisis Data Analisis bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan setiap variabel penelitian. Setiap variabel akan di deskripsikan untuk melihat frekuensi dan persentasenya.. Universitas Sumatera Utara.

(56) Hasil Penelitian. Deskripsi Lokasi Penelitian Gambaran umum PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia merupakan salah satu produsen mata pancing yang ada di Indonesia. Awal mula didirikannya pabrik ini adalah keinginan yang disertai semangat untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen yang tinggi atas alat-alat penangkapan ikan yang ada di Indonesia. PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia didirikan oleh Mr. Susanto dan dr. Lie King Fuan pada tahun 1990. Produksi mata pancing yang dilakukan menggunakan bahan baku berkualitas tinggi dan penerapan teknologi jepang sehingga dihasilkan mata pancing berkualitas internasional.PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia memproduksi mata pancing dengan jumlah yang besar oleh tim professional dengan konsistensi dan komitmen terhadap kualiatas, PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia akan menjadi produsen mata pancing yang berkelanjutan untuk mencapai visi bersama. Dalam era kemajuan teknologi, PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia sangat menyadari bahwa bisnis membutuhkan mesin dan peralatan yang berteknologi tinggi untuk memenuhi permintaan sesuai perkembangan zaman, itulah semangat yang membawa PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia untuk mengembangkan sumber daya manusia dan teknologi. Identitas perusahaan. Identitas dari lokasi penelitian adalah sebagai berikut. Nama Perusahaan. : PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia. Alamat. : Jl. Industri No.69-A Deli Serdang 39 Universitas Sumatera Utara.

(57) 40. Kode Pos. : 20362. No. Telepon. : 061-7940120. NPWP. : 01.437.240.3.125.000. Bidang Bisnis. : Industri produksimata pancing. Visi perusahaan. Visi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia : “Menjadi produsen yang menghasilkan produk berkualitas Internasional dengan daya saing kompetitif sehingga dapat menjadi andalan bagi pemancing”. Misi perusahaan. Misi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia : a.. Pengembangan teknologi muktahir yang mengikuti perkembangan zaman. b.. Pengembangan. sumber. daya. manusia. dengan. pelatihan. yang. berkesinambungan c.. Menerapkan efisiensi di segala bidang. d.. Giat mengikuti pameran-pameran baik yang berskala Nasional maupun Internasional. e.. Berkomitmen dan konsisten dalam menjaga kualitas produk Jumlah tenaga kerja. PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia memiliki. jumlah pekerja sebanyak 140 pekerja. Data karyawan dan karyawati di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia dapat dilihat melalui tabel 2 berikut : Tabel 2 Jumlah Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 Bagian Direktur General manager Data analyst Manager marketing. Jumlah Pekerja 1 1 1 1 (Bersambung). Universitas Sumatera Utara.

(58) 41. Tabel 2 Jumlah Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 Bagian Jumlah Pekerja Manager Production 1 Production Planning Inventory Control 1 Kepala logistic 1 Kepala produksi 1 Kepala bengkel 1 Kepala gudang 1 Finance Accounting & Tax 2 Manager operasional 1 Manager HRD 1 Adm HRD 1 Umum 2 Quality control 18 Gudang 15 Bengkel 6 Satpam 5 Kebersihan 1 Konsumsi 1 P3K 1 Lap kawat 2 PotongI 4 Gerinda 7 Potong II 5 Auto pembentukan 9 Forged 8 Heating 3 Tampering 1 Pencucian 3 Pelapisan mata pancing 7 Sortir mata pancing 15 Packing 10 Jumlah 140 Sumber: Data PT Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 Struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia merupakan gambaran hubungan antara tiap posisi yang ada di perusahaan tersebut, berikut adalah susunan organisasi yang ada di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia :. Universitas Sumatera Utara.

(59) 42. Struktur Organisasi Direktur. General. Manager Data Analyst. Manager Pemasaran. Marketer Kepala Quality Control. Kepala Logistik. Manager Produksi. Admin PPIC Kepala Produksi. Kepala Teknik & Maintenance. Manager Operasional. Manager Personalia. Admin Finance, Accounting & Tax. Admin Personalia Kepala Security. Admin Pembelian. Petugas K3 Petugas P3K. Kepala Gudang Petugas Kebersihan. Gambar 3. Struktur organisasi PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Pelaksanaan proses produksi. Pekerjaan dimulai pada pukul 07.30 – 15.30 WIB dengan waktu istirahat selama 1 jam yaitu pada pukul 12.00 – 13.00 WIB.Adapun proses produksi mata pancing yang dilakukan di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia dimulai dari: Lap Kawat. Pada proses ini kawat milesteel akan diambil sesuai kebutuhan produksi, kemudian kawat mildsteel tersebut akan di baluri dengan. Universitas Sumatera Utara.

(60) 43. bedak industri, yang bertujuan agar tidak berminyak sehingga tidak mengganggu saat proses pemotongan. Potong I. Pada proses potong I kawat baja yang sudah dilap akan dipotong sesuai dengan kebutuhan dan pemesanan. Gerinda. Pada proses gerinda kawat mildsteel yang sudah dipotong akan digerinda dengan mesin untuk menajamkan bagian ujung kanan dan kiri pada kawat. Potong II. Pada bagian potong II kawat yang telah digerinda akan dipotong menjadi dua bagian dengan panjang yang sama, rata-rata satu potong kawat dapat menghasilkan 2 mata pancing. Auto pembentukan. Pada bagian auto pembentukan, kawat yang telah dipotong menjadi dua bagian, dibentuk sesuai tipe yang diinginkan. Forged. Pada bagian forged mata pancing yang telah dibentuk akan dipipihkan bagian ujungnya dengan mesin. Heating. Pada bagian heating, mata pancing yang telah dipipihkan akan dibakar mengunakan oven khusus yang bersuhu 700-800 derajat celcius dimana proses ini bertujuan untuk meratakan karbon yang menempel pada kawat, setelah dibakar mata pancing akan didinginkan dengan larutan air garam atau oil. Tampering. Pada bagian tampering, mata pancing dipanaskan kembali untuk menguji kekuatan mata pancing tersebut. Proses ini menggunakan mesin oven. Pencucian. Mata pancing yang telah dibakar dan dipanaskan akan dicuci dengan larutan air soda, HCl, dan air mengalir. Setelah dicuci mata pancing. Universitas Sumatera Utara.

(61) 44. dipisahkan dan direndam dalam air. Pelapisan mata pancing. Pada bagian pelapisan, mata pancing akan dilapisi dengan tembaga terlebih dahulu kemudian mata pancing yang telah dilapisi tembaga akan, dilapisi kembali dengan timah, nikel, dan black nikel sesuai dengan jumlah pesanan pada masing-masing jenis mata pancing. Proses pelapisan mata pancing yang dilakukan juga memerlukan larutan kimia berupa larutan asam. Sortir mata pancing. Pada bagian penyortiran, mata pancing akan di uji kekuatan nya untuk menentukan kualitas mata pancing tersebut. Setelah diuji kualitasnya mata pancing akan disortir sesuai jenis dan ukurannya. Pengemasan. Pada bagian pengemasan, mata pancing akan ditimbang dan dimasukkan kedalam kemasan kotak yang sudah diberikan label. Sesuai pesanan yang diterima oleh perusahaan. Material. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia dalam pembuatan mata pancing adalah : Bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk pabrik pengolahan sheet adalah kawat mildsteel yang di impor langsung dari Negara Cina. Kegiatan impor dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, ketika permintaan meningkat maka pesanan bahan baku juga meningkat sehingga bahan baku tidak menumpuk untuk mencegah korosif. Bahan tambahan. Ada beberapa bahan tambahan yang digunakan untuk proses pengolahan mata pancing, bahan tambahan yang dimaksud berupa bahanbahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pencucian, pembakaran dan. Universitas Sumatera Utara.

(62) 45. pelapisan pada proses akhir. Bahan tambahan yang dimaksud berupa cairan HCL, H2SO4, NaOH, NH4BF, Starbrite (AT800), NiCl2, AgNO3, NiSO4, SnSO4 dan bahan kimia lainnya yand tidak dapat disebutkan. Bahan jadi . Bahan jadi proses pengolahan adalah mata pancing yang sudah berada dalam kemasan kotak dan sudah diberi label. Hasil produksi. Hasil produksi yang dihasilkan dari bahan baku dan proses produksi di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia adalah : 1. Mata pancing berlapis timah 2. Mata pancing berlapis black nikel Karakteristik Individu Karakteristik individu pekerja terdiri dari jenis kelamin, umur dan masa kerja. Jenis kelamin. Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Distribusi Pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2019 Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Jumlah. n 7 2 9. % 77,8 22,2 100. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi pekerja di PT. Perintis Sarana Pancing Indonesia Tahun 2019 berdasarkan umur jenis kelamin bahwa pekerja berjenis kelamin laki – laki sebanyak 7 orang (77,8%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 2 orang (22,2%).. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pembuktian kualifikasi merupakan bagian penilaian maka diharap masing-masing perusahaan dapat menghadiri acara tersebut dan apabila tidak hadir dianggap tidak

Panitia Pengadaan Barang Dan Jasa pada BP2IP Malahayati Aceh Kementerian Perhubungan akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Mengingat pembuktian kualifikasi merupakan bagian penilaian maka diharap masing-masing perusahaan dapat menghadiri acara tersebut dan apabila tidak hadir dianggap tidak

Skripsi dengan judul ”Jedor Sebagai Media Penyebaran Agama Islam Di Tulungagung” yang ditulis oleh Anita Widyasari, NIM. Rizqon Khamami, MA

1) Kemiskinan (Proper) Permasalahan kemiskinan seperti halnya pada pandangan semula adalah kondisi ketidakmampuan pendapatan untuk mencukupi kebutuhankebutuhan pokok.

Falling behind merupakan kompilasi dari berbagai esai yang terfokus pada pertanyaan pokok , “Mengapa terjadi kesenjangan di antara Amerika Latin dan Amerika serikat

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

Selain itu juga menggunakan metode konten analisis yang dilakukan pada sumber literatur dan penelitian sebelumnya yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang