• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk

3.3 Produksi

3.3.3 Bagian Produksi III

Bagian produksi III terdapat 5 supervisor yaitu Supervisor Pengolahan Produk KB, Supervisor Pengemasan Produk KB, Supervisor Ekstraksi Kina, Supervisor Isolasi Alkaloida Kina dan Supervisor Pemurnian dan Pengemasan Kina.

Bagian Produksi III merupakan bagian yang memproduksi tablet Oral Kontrasespsi, AKDR, dan Bahan baku kina.

1. Sediaan Oral Kontrasepsi (Tablet Hormon)

Hasil produksi: Mikrodiol Limas dan Mikrodiol Program (program pemerintah). Satu blister isinya: 21 tablet Oral kontrasepsi yang isinya Ethynilestradiol 0,03 mg dan Levonorgestrel 0,15 mg per tablet dan 7 tablet placebo yaitu tablet yang tidak mengandung bahan aktif hormon.

Dalam satu batch menghasilkan 1,5 juta tablet Oral Contraceptive (OC) dan 600 ribu tablet placebo. Karena ada dua jenis tablet yang diproduksi, maka

ruang produksinyapun terdiri dari dua bagian yang terpisah, yaitu untuk pembuatan tablet placebo dan untuk pembuatan tablet OC. Ruang penyimpanan bahan dan ruang penimbangannyapun tersendiri untuk menghindari adanya kontaminasi silang. Ruang produksi tablet OC merupakan ruang yang memiliki pengaturan sistem tekanan udara yang khusus, yaitu tekanan di dalam ruang produksi tablet OC dibuat lebih negatif dibanding tekanan koridor, yang bertujuan untuk mencegah keluarnya udara dari dalam ruang produksi OC. Selain itu pada pintu keluar dilengkapi dengan air shower untuk menghilangkan partikel-partikel serbuk hormon. Penimbangan hormon dilakukan didalam Laminar Air Flow

(LAF) karena jumlah yang ditimbang sangat kecil serta untuk menghindari kontaminasi hormon dalam ruangan. Terdapat juga dust collector yang digunakan untuk menghisap dan menampung debu, caranya debu yang terhisap akan disaring, kemudian debu ditampung ke bawah dan udara yang tidak mengandung debu dibuang keluar.

Produksi tablet hormon dilakukan berdasarkan Surat Perintah Kerja Produksi (SPK Produksi) dan Surat Perintah Kerja Pengemasan (SPK Pengemasan) dari PPPI, dimana PPPI sebelumnya telah mengevaluasi ketersediaan bahan. SPK Produksi beserta Catatan Pengolahan Batch (CPB) dan Bon Serah Terima Bahan Baku (BSTBB) akan diserahkan ke Penimbangan Sentral khusus di bagian produksi hormon untuk dilakukan penimbangan bahan (untuk tablet hormon) sesuai dengan yang tertera pada CPB. Selanjutnya Bagian Produksi akan memeriksa apakah sudah sesuai dengan CPB. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke ruang produksi untuk kemudian diproses.

Pada prinsipnya, pembuatan tablet hormon sama dengan tablet non hormon, yaitu dibuat dengan proses granulasi basah. Alur kerja dibedakan menjadi dua yaitu produksi tablet plasebo dan produksi tablet OC. Untuk produksi tablet plasebo, setelah bahan ditimbang di Penimbangan Sentral dilakukan proses pencampuran bahan, kemudian dilanjutkan dengan proses granulasi basah dengan mesin Roto G yang berkapasitas 40-50 kg. Selanjutnya dilakukan pengayakan massa basah dengan mesin Wet Granulator. Setelah diayak basah, dilakukan pengeringan pada Fluid Bed Dryer. Pada proses ini dilakukan In Process Control

(IPC) Loss On Drying (LOD = susut pengeringan) untuk mengetahui kadar air dalam granul kering yang sudah diayak. Selanjutnya granul diayak kering dengan mesin Oscillator. Massa granul yang dihasilkan kemudian dicampur dengan fase luar (bahan pelincir) pada mesin Double Cone Blender. Massa yang sudah dicampur fase luar ini disebut massa cetak, dimana kemudian akan dilakukan proses pencetakan dengan mesin Cadmach CTX. Selama proses pencetakan dilakukan pemeriksaan IPC yang meliputi keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur. Tablet yang telah dicetak akan dikarantina untuk diperiksa oleh laboratorium pengujian yang meliputi pemerian, keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.

Sedangkan untuk produksi tablet OC, setelah bahan ditimbang, bahan pembantu dicampur dalam mesin FBG kemudian dilakukan proses granulasi basah dimana zat aktif dilarutkan dalam larutan pengikat kemudian hasilnya disemprotkan ke Fluid bed Granulator secara bertahap selama 54 menit. Selanjutnya dilakukan pengeringan. Pada proses pengeringan ini dilakukan

pemeriksaan IPC susut pengeringan (LOD) untuk mengetahui kadar air dalam granul kering. Selanjutnya granul diayak kering dengan mesin Fitz Mill. Massa granul yang yang dihasilkan kemudian dicampur dengan fase luar (bahan pelincir) dengan mesin pencampur. Kemudian dilakukan proses pencetakan dengan mesin

Killian/Fette. Selama proses pencetakan dilakukan pemeriksaan IPC yang meliputi keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan. Saat tablet telah dicetak juga dilakukan pemeriksaan oleh Laboratorium Pengujian yang meliputi kadar, keseragaman kandungan, disolusi, pemerian, keseragaman bobot, ketebalan, diameter tablet, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur.

Setelah tablet plasebo dan tablet OC dinyatakan lulus uji, selanjutnya memasuki proses pengemasan blistering dengan mesin Blister Uhlmann. Di sini dilakukan IPC meliputi uji kebocoran, estetika, dan kelengkapan penandaan pada kemasan. Selanjutnya dilakukan pengemasan sekunder dengan IPC meliputi estetika dan perhitungan jumlah blister.

2. AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim)

Produk yang dihasilkan oleh bagian AKDR yaitu Copper T Limas (Lingkaran Emas), Copper T Libi (Lingkaran Biru), Copper T BKKBN untuk program pemerintah, Copper T ekspor, yang diekspor ke luar negeri terutama ke negara asia seperti Korea.

3. Bahan Baku Kina

Di bagian produksi kina ada tiga bagian, yaitu bagian ekstraksi kina, bagian isolasi alkaloid kina dan bagian pemurnian dan pengemasan kina.

Derivat-derivat kina yang diproduksi antara lain Quinine Sulphate dan Quinine Hydrochloride. Sumber bahan untuk produksi kina berasal dari kulit kina

tanaman Cinchona succirubra dan Cinchona ledgeriana. Kedua jenis tanaman tersebut memiliki kandungan yang berbeda, untuk tanaman Cinchona succirubra

lebih banyak mengandung alkaloid cinchonidine sedangkan tanaman Cinchona ledgeriana lebih banyak mengandung alkaloid quinine.

Bagian dari tanaman kina yang diambil hanya kulit pohonnya. Sumber tanaman sebagian besar diimpor dari luar negeri seperti Afrika dan sebagian lagi berasal dari perkebunan sendiri yaitu dari Kebun Tanaman Obat Bintang (KTO Bintang). Tanaman yang dipanen yaitu tanaman pada usia 8 tahun, namun sebelum dipanen dilakukan perantingan untuk meningkatkan kandungan alkaloida pada kulit kina. Tanaman kina setelah dikupas kulitnya, dikeringkan sampai berbentuk kulit kering/brangkal kemudian digiling kasar. Kulit kina yang disimpan di gudang kulit kina sudah dalam bentuk gilingan kasar. Selanjutnya dilakukan penggilingan halus dan siap untuk diekstraksi.

Alur produksi kina dimulai dengan ekstraksi padat-cair, yaitu 1 ton kulit kina halus diekstraksi dengan pelarut SGO (Special Gas Oil) dalam kondisi basa dalam ekstraktor. Setelah itu SGO dikeluarkan, sedangkan ampas tetap di dalam. SGO yang ditampung ini mengandung garam kina, selanjutnya SGO dipindahkan ke reaktor untuk dilakukan ekstraksi cair-cair dengan cara ditambahkan H2SO4 dan Natrium Sulfat Water. Setelah itu didiamkan agar memisah, lapisan atas merupakan SGO sedangkan lapisan bawah adalah H2SO4, keduanya dipisahkan dan alkaloid yang tertarik ke fase polar H2SO4 didiamkan selama 3-5 malam (dikristalisasi). Setelah itu disaring dan disentrifugasi, hasilnya akan diperoleh kristal B (kina bisulfat 1) dan Mlq (mother liquor). Kristal yang didapat dikarantina untuk diperiksa kadarnya, sedang Mlq (bisulfat) diolah jadi sulfat

dengan penambahan NaHCO3, disentrifugasi, didapat Mlq dan kristal S (sulfat). Mlq ditransfer ke pemurnian alkaloid kina untuk pengambilan Cd (Cinchonidine). Mlq dari proses sebelumnya yang telah dikumpulkan, ditambah asam tartrat sehingga menjadi Qn(Quinine), Cd (Cinchonidine) tartrat, lalu dibasakan sehingga menjadi Qn dan Cd (dominan Cd).

Dokumen terkait