• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku di KPMKP Krai

2. Bahan Baku Kayu Putih

Pembuatan minyak kayu putih dilakukan dengan cara penyulingan dan bahan bakunya berasal dari daun dan ranting kayu putih. Tanaman kayu putih yang sudah dapat dipetik adalah tanaman yang sudah berumur 4 tahun ke atas. Pada umur 4 tahun tanaman kayu putih mulai dipetik pertama kalinya dan untuk pemetikan selanjutnya diberikan selang waktu selama 9 bulan hingga pada umur tanaman kayu putih mencapai 30 tahun.

Kebun Krai yang wujudnya adalah hutan kayu putih merupakan unsur yang paling penting dalam pertumbuhan tanaman kayu putih. Penanaman kayu putih di kebun Krai yang cukup luas ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku daun kayu putih untuk digunakan dalam penyulingan minyak kayu putih pada masa produksi. Penanaman dilakukan pada saat bulan-bulan basah, yaitu pada saat musim penghujan. KPMKP Krai menggunakan bibit kayu putih varietas buru dan ponorogo. Namun, pada beberapa tahun terakhir ini lebih banyak digunakan varietas kayu putih yang disarankan oleh perhutani yaitu varietas buru karena rendemennya lebih tinggi.

Bibit ini berasal dari pohon bibit, dimana pohon bibit merupakan pohon kayu putih yang dibiarkan tumbuh membesar dan khusus dipungut bijinya. Pemungutan buah biasanya dilakukan pada bulan oktober, nopember dan desember. Buah yang dapat dipungut adalah buah yang sudah tua, ciri-cirinya adalah sudah berwarna agak coklat dan butirnya tidak terdapat bunga. Buah kayu putih berbentuk butir dan besarnya hampir sama dengan biji lada.

Di sekitar kebun Krai terdapat lahan persemaian, lahan ini sengaja dibuat dekat kebun kayu putih yang akan ditanami agar memudahkan penanaman bibit kayu putih. Letak lokasi persemaian biasanya berada di dekat jalan, tujuannya adalah untuk mempermudah pengangkutan. Selain itu, letaknya juga berdekatan dengan desa agar mudah mencari tenaga kerja. Media persemaian adalah bak tabur dengan lubang drainase di bawahnya, bak tabur ini tidak perlu terlalu luas

karena ukuran benih kayu putih sangat kecil. Media persemaiannya cukup menggunakan bak plastik dengan ukuran 25 x 35 x 10 cm. Media ini diisi dengan pasir steril yang diratakan setebal ± 5 cm. setelah benih ditabur, kembali ditutup dengan sedikit pasir dan plastik transparan. Pemeliharaannya dilakukan dengan penyiraman, benih kayu putih berkecambah setelah 5 hari ditabur dan setelah 2 minggu bibit siap dipindahkan ke bedeng sapih.

Kandungan media sapih sebaiknya lebih lengkap dari pada lahan persemaian, komposisi media yang digunakan yaitu media tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7: 2: 1. Media dimasukkan ke dalam polibag dengan ukuran 9 cm x 12 cm. Tujuan dari pembuatan bedeng sapih adalah untuk mempermudah perawatan dan menghitung jumlah bibit. Untuk menjaga kelembaban, media sapih harus dipasang naungan cahaya (paranet 75%) selam 3 bulan, hal ini dapat mengurangi intensitas cahaya agar tidak terlalu tinggi terutama pada siang hari. Bibit kayu putih yang ditanam di kebun harus memiliki kualitas yang baik, yaitu bibit sehat, memiliki tinggi 30-50 cm dan dari segi fisik memiliki kenampakan daun hijau segar, cerah, utuh (tidak terserang penggerek daun), batang dan perakaran baik dan sehat.

Penanaman kayu putih dilakukan dalam petak-petak di kebun Krai. Dengan status kepemilikan kebun Krai ini dapat mempermudah penentuan kuantitas bahan baku yang akan digunakan untuk diproduksi. Namun, permasalahan kuantitas pun tidak dapat terlepas dari hal tersebut. Kuantitas bahan baku yang dihasilkan seringkali mengalami kekurangan dalam memenuhi kapasitas pabrik. Dengan adanya permasalahan ini, maka KPMKP Krai seharusnya meninjau ulang pengaturan kuantitas daun kayu putih, karena hal ini berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh KPMKP Krai.

Ketersediaan bahan baku di KPMKP Krai selalu ada setiap harinya, hal ini terjadi karena adanya rotasi pemetikan daun kayu putih pada setiap tanaman dalam petak-petak yang ada dalam kebun Krai. Rotasi pemetikan ini juga mempengaruhi kualitas daun kayu putih karena tanaman yang dipetik tentunya memiliki kriteria umur yang sesuai dengan standar yang ditetapkan KPMKP Krai. Selain itu, pengangkutan dan penanganan daun kayu putih hingga pada proses produksi juga mempengaruhi kualitas bahan baku. Pengangkutan daun kayu putih harus hati-hati dan tidak terlalu lama dalam perjalanan. Apabila daun

commit to user

kayu putih terlalu lama dalam perjalanan dan tidak segera diproduksi, maka kualitas daun kayu putih dapat menurun sehingga rendemennya pun rendah.

Apabila kuantitas bahan baku daun kayu putih yang dihasilkan dari kebun berlebihan maka dapat menyebabkan peningkatan biaya yang cukup besar dan sebaliknya kuantitas bahan baku daun kayu putih yang sedikit biaya yang dikeluarkan pun sedikit. Namun, keadaan ini tidak dapat untuk mencukupi untuk proses produksi dan kemungkinan perusahaan pun tidak dapat memenuhi kuantitas minyak kayu putih yang telah ditargetkan. Untuk mengatasi masalah kelebihan bahan baku kayu putih, maka KPMKP Krai membuat kebijakan, dimana kelebihan dari bahan baku kayu putih tersebut disimpan paling lama hingga 2 hari, hal ini dimaksudkan agar kualitas bahan baku kayu putih tidak banyak mengalami penurunan.

Dalam penyediaan bahan baku KPMKP Krai pun mengalami permasalahan tegakan, dimana permasalahan tersebut adalah tidak semua tegakan ranting dan daun kayu putih dapat terambil pada saat pemetikan. Hal ini dapat menyebabkan jumlah daun kayu putih yang dipetik berkurang dan tidak bermanfaat. Untuk mengatasi masalah tersebut KPMKP Krai mengoptimalkan pemetikan daun kayu putih dan menerima pasokan daun kayu putih dari KPH lain. Selain itu, kekurangan bahan baku biasanya terjadi pada saat musim hujan karena medan pemetikan cukup menghambat proses pemetikan dan prasarana jalan menuju KPMKP Krai juga cukup sulit. Untuk mengatasinya maka KPMKP Krai mengurangi shift produksi, yaitu dari 4 shift produksi menjadi 3 shift produksi.

Alur atau proses pengadaan penyediaan bahan baku kayu putih hingga pada proses produksi adalah daun kayu putih di petik dari petak kebun Krai, kemudian dikumpulkan hingga kurang lebih mencapai 4 ton dan diangkut menggunakan truk. Setelah sampai di pabrik, daun kayu putih ditimbang dan selanjutnya digunakan untuk proses produksi. Apabila daun kayu putih tersebut terdapat sisa, maka nantinya akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Namun, apabila terlalu lama disimpan kandungan rendemennya dapat turun hingga dibawah rata-rata rendemen daun kayu putih di KPMKP Krai, yaitu 0,75-0,80%.

Kualitas daun kayu putih di KPMKP Krai tidak terdapat tingkatan atau pengelompokan. Semua hasil pemetikan langsung ditimbang dan dibawa untuk proses penyulingan minyak kayu putih. Keadaan kualitas kayu putih dipengaruhi oleh kadar air di dalamnya, kualitas bahan baku daun kayu putih pada musim

kemarau lebih baik dibandingkan pada saat musim hujan. Hal ini disebabkan kandungan air dalam daun kayu putih pada musim kemarau lebih sedikit sehingga rendemennya pun tinggi.

Dokumen terkait