• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku di KPMKP Krai

3. Pemetikan Daun Kayu Putih

Pemetikan merupakan kegiatan memanen/ memungut daun beserta ranting kayu putih yang telah memenuhi kriteria umur pemetikan. Setelah dilakukan pemetikan, daun kayu putih diangkut ke pabrik untuk segera diproduksi menjadi minyak kayu putih. Pada setiap musim produksi KPMKP Krai memiliki rencana pemasakan daun kayu putih, dimana KPMKP Krai membuat target kuantitas daun kayu putih yang akan diproduksi. KPMKP Krai dapat menentukan target pemasakan daun kayu putih didasarkan pada rencana pemetikan daun kayu putih. Pada masa produksi, KPMKP Krai membantu masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan untuk menjadi tenaga petik. Sebelum masa produksi di pabrik, perkembangan kebun Krai selalu diawasi oleh bagian kebun. Mandor petik melakukan pendataan ulang untuk memastikan tanaman kayu putih di petak-petak mana saja yang siap untuk dipetik.

Dari rencana pemetikan yang telah ditetapkan, maka dapat dibuat jadwal pemetikan harian yang harus dilaksanakan per harinya. Tentunya dari rencana yang telah dibuat tidak selalu sama seperti yang diharapkan (realisasi), sebagai gambaran yaitu adanya rencana yang jumlah luas areal pemetikan maupun jumlah pemetikannya tidak sama dengan realisasinya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya produksi kebun yang jumlahnya tidak sama dengan rencana, adaya sarana dan prasarana transportasi yang kurang baik dan adanya kekurangan tenaga petik. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 4 dan 5 sebagai beikut:

Tabel 2. Rencana, Realisasi Serta Selisih Antara Rencana Dan Realisasi Luas Areal Pemetikan Daun Kayu Putih di Kebun Krai Tahun 2009- 2011 Kebun 2009 2010 2011 Rencana (kg) Realisasi (kg) Selisih (kg) Rencana (kg) Realisasi (kg) Selisih (kg) Rencana (kg) Realisasi (kg) Selisih (kg) Jurug 691,80 700,60 8,80 689,10 565,90 132,20 537,60 609,50 71,90 Karang Ploso 907,30 824,90 82,40 907,60 700,20 207,40 666,70 738,90 72,20 Ngroto 699,30 699,30 0,00 628,90 628,90 0,00 604,00 661,00 57,00 Jumlah 2.298,00 2.224,80 91,20 2.234,60 1.895,00 339,60 1.808,30 2.009,40 201,10 Rata-rata 766,13 741,60 30,04 744,86 631,66 113,20 602,76 669,00 67,03 Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Tabel 3. Rencana, Realisasi Serta Selisih Antara Rencana Dan Realisasi Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Kebun Krai Tahun 2009-2011 di Kebun 2009 2010 2011 Rencana (kg) Realisasi (kg) Selisih (kg) Rencana (kg) Realisasi (kg) Selisih (kg) Rencana (kg) Realisasi (kg) Selisih (kg) Jurug 1.614.794 1.635.335 20.541 1.471.214 1.209.185 264.029 1.387.324 1.686.243 298.919 Karang Ploso 2.557.007 2.517.504 39.503 2.768.980 1.973.026 796.620 2.026.110 2.245.527 219.417 Ngroto 2.050.876 2.093.728 13.940 2.044.084 2.058.357 225.396 2.011.923 2.236.986 192.902 Jumlah 6.222.677 6.246.567 73.984 6.284.278 5.240.568 1.286.045 5.425.375 6.168.756 711.238 Rata-rata 2.074.226 2.082.189 24.661 2.094.759 1.746.865 428.682 1.808.452 2.056.252 237.079 Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa rencana, realisasi dan selisih antara rencana dan realisasi luas areal pemetikan daun kayu putih di kebun Krai pada tahun 2009 masing-masing adalah 2.298,00 ha; 2.224,80 ha dan 91,20 ha. Pada tahun 2010 masing-masing seluas 2.234,60 ha; 1.895,00 dan 339,60 ha sedangkan pada tahun 2011 masing-masing seluas 1.808,30 ha; 2.009,40 ha dan 201,10 ha. Pada tahun 2009 dan 2010, realisasi luas areal pemetikan kayu putih lebih kecil dibandingkan dengan rencananya, sedangkan pada tahun 2011 realisasi luas areal pemetikannya lebih besar dibanding dengan rencananya. Dari tahun ketahun KPMKP Krai mendapatkan produksi daun kayu putih dari kebun-kebun Krai dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Pada tahun 2010 realisasi luas areal pemetikan mengalami peningkatan dan pada tahun 2011 realisasi luas areal pemetikan mengalami penurunan kembali.

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa rencana, realisasi dan selisih antara rencana dan realisasi jumlah pemetikan daun kayu putih di kebun Krai pada tahun 2009 masing-masing adalah 6.222.677 kg; 6.246.567 kg dan 73.984 kg. Pada tahun 2010 masing-masing sebanyak 6.284.278 kg; 5.240.568 kg dan 1.286.045 kg, sedangkan pada tahun 2011 masing-masing sebanyak 5.425.375 kg; 6.168.756 kg dan 711.238 kg. Pada tahun 2009 dan 2011, realisasi jumlah pemetikan kayu putih lebih besar dibandingkan dengan rencananya, sedangkan pada tahun 2010 realisasi jumlah pemetikannya lebih kecil dibanding dengan rencananya.

Penurunan jumlah daun kayu putih yang dipetik disebabkan oleh adanya pengaruh iklim yang cukup ekstrim pada tahun tersebut. Adanya musim penghujan dan musim kemarau yang tidak menentu membuat pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga mengakibatkan tanaman kayu putih di kebun tidak dapat dipetik semuanya dan produksi daun kayu putih pun ikut menurun. Selain itu, jumlah tenaga petik yang tidak sesuai juga dapat mengurangi jumlah daun kayu putih yang dipetik. Tenaga petik yang sedikit biasanya disebabkan tenaga petik tersebut bekerja di sawah masing- masing.

Dalam melakukan penyediaan bahan baku daun kayu putih, KPMKP Krai setiap harinya dituntut untuk membuat jadwal pemetikan per hari dari setiap kebun Krai. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kelebihan ataupun kekurangan bahan baku untuk proses produksi. Bagian kebun harus melaporkan perkembangan tanaman kayu putih di kebun-kebun Krai sehingga diharapkan tidak ada hal-hal yang menyebabkan kerugian seperti telat melakukan pemetikan ataupun terlalu cepat melakukan pemetikan dan pemetikan dapat dilakukan secara rutin pada saat masa produksi sehingga tidak merugikan pabrik maupun tenaga petik.

Dalam membuat jadwal pemetikan daun kayu putih harian biasanya KPMKP Krai menggunakan cara membagi jumlah rencana pemetikan daun kayu putih dengan hari produksi/ penyulingan dengan asumsi bahwa masa produksi berlangsung selama 10 bulan. Untuk produksi harian, biasanya KPMKP Krai mengambil 70-80% dari rencana pemetikan, sedangkan yang 20-30%nya disisakan untuk diproses pada shift berikutnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

hari 300 produksi masa per pemetikan Rencana hari per Pemetikan =

Penyisaan produksi harian (pada setiap shift) dilakukan untuk mengantisipasi apabila pada shift berikutnya bahan baku daun kayu putih belum tersedia untuk diproduksi. Sehingga sisa bahan baku tersebut dapat untuk proses produksi di KPMKP Krai. Namun, pada kenyataannya KPMKP Krai tidak selalu mendapatkan kepastian dari jumlah pemetikan yang telah direncanakan. Sebagai contoh pada saat musim kemarau biasanya bahan baku lebih banyak, hal ini disebabkan kecepatan tenaga petik untuk memetik meningkat sehingga banyak menghasilkan daun kayu putih dan areal hutan (kebun) pun keadaannya baik (tidak becek). Sebaliknya pada musim hujan, bahan baku biasanya lebih sedikit dari yang direncanakan karena sulitnya medan di areal pemetikan dan prasarana jalan yang kurang baik.

Untuk mengetahui jumlah pemetikan daun kayu putih harian dan jumlah produksi harian serta tingkat produksi harian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Harian dan Produksi Harian Tahun 2009-2011 di KPMKP Krai.

Tahun

Jurug Karang Ploso Ngroto

Pemetikan / hari (kg) Produksi harian(kg) Pemetikan/ hari (kg) Produksi harian(kg) Pemetikan / hari (kg) Produksi harian(kg) 2009 5.451,11 3.816,00 8.391,68 5.874,17 6.979,09 4.885,36 2010 4.030,61 2.821,43 6.576,75 4.603,72 6.861,19 4.803,00 2011 5.620,81 3.935,00 7.485,09 5.240,00 7.456,62 5.219,63 Jumlah 15.101,21 10.571,00 22.452,41 15.717,17 21.295,79 14.907,99 Rata-rata 5.034,84 3.523,66 7.484,50 5.239,05 7.098,59 4.969,33 Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa rata-rata pemetikan daun kayu putih per hari dari kebun Jurug, Karang Ploso dan Ngroto masing- masing adalah 5.034,84 kg; 7.484,50 kg dan 7.098,59 kg. Produksi daun kayu putih harian dari kebun Jurug, Karang Ploso dan Ngroto masing- masing adalah 3.523,66 kg; 5.239,05 kg dan 4.969,33 kg. Hal ini dikarenakan KPMKP Krai mampu mengelola kebun-kebun Krai sehingga kebun-kebun tersebut dapat menghasilkan daun kayu putih yang dapat digunakan untuk proses produksi.

Tabel 5. Jumlah Pemetikan Daun Kayu Putih Tahunan dan Harian Serta Produksi Harian Tahun 2009-2011

Tahun 2009 2010 2011

Rencana pemetikan/tahun (kg) 6.246.567,00 5.738.902,00 6.168.756,00 Pemetikan/hari (kg) 20.821,88 19.129,67 20.562,52 Produksi harian (kg) 14.575,31 13.390,76 14.393,76 Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui pemetikan setiap harinya pada tahun 2009-2011 yaitu 20.821,88 kg; 19.129,67 kg dan 20.562,52 kg. Dalam satu kali produksi KPMKP Krai menggunakan 8 ton daun kayu putih dan proses produksi ini berlangsung sebanyak 3 hingga 4 shift per

harinya. Melihat jumlah pemetikan daun kayu putih dari ketiga kebun tersebut, tentunya bahan baku daun kayu putih tidak mencukupi untuk kebutuhan pabrik sehingga KPMKP Krai memasok bahan baku dari KPH Gundih, KPH Telawah dan KPH Surakarta.

Penyediaan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai tentunya tidak terlepas dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama penyediaannya. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan selama melakukan pemetikan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk keperluan mendatangkan daun kayu putih dari kebun-kebun Krai, seperti biaya bahan bakar truk, biaya tenaga petik dan lain-lain. Biaya ini dihitung per kg daun kayu putih dan jarak angkut dari hutan menuju pabrik, pada tahun 2009 biaya ini sekitar Rp 74.002.600,00 sedangkan pada tahun 2010 adalah Rp 67.984.600,00 dan pada tahun 2011 sebesar Rp 66.838.262,00. Selain itu, juga terdapat biaya analisa yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengamatan terhadap daun kayu putih sebelum dilakukan produksi, biaya yang dikeluarkan dari tahun 2009-2011 adalah sama yaitu Rp 1.000. Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan KPMKP Krai dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 6. Biaya Produksi Bulanan dan Harian di KPMKP Krai Pada Tahun 2009-2011.

Tahun 2009 2010 2011

Biaya bulanan (Rp) 122.667.000 86.979.000 102.411.000 Biaya harian (Rp) 4.088.900 2.899.300 3.413.700 KPMKP Krai Tahun 2012

Biaya harian adalah biaya yang harus dikeluarkan KPMKP Krai berkaitan dengan pengadaan bahan baku daun kayu putih per harinya seperti biaya truk dan pengemudinya serta biaya tenaga petik. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui biaya produksi per bulan pada tahun 2009, 2010 dan 2011 masing-masing adalah Rp 122.667.000,00 Rp 86.979.000,00 dan Rp 102.411.000,00. Biaya harian di KPMKP Krai pada tahun 2009, 2010 dan 2011 masing-masing adalah Rp 4.088.900,00 Rp 2.899.300,00 dan Rp 3.413.700,00.

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa setiap bulannya selama 3 tahun terakhir KPMKP Krai selalu mengeluarkan biaya diatas RP 100.000.000,00; hanya saja pada tahun 2010 biaya yang dikeluarkan lebih kecil yaitu Rp 86.979.000,00. Biaya pada tahun 2010 ini lebih kecil dibanding biaya pada tahun 2009 dan 2011 karena luas lahan dan produksi bahan baku daun kayu putih yang dipetik juga lebih sedikit. Sedangkan untuk biaya hariannya, rata-rata sekitar Rp 4.300.000,00.

Biasanya KPMKP Krai melakukan produksi/ penyulingan pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember. Pada dasarnya pihak KPMKP Krai selalu berusaha mengantisipasi keadaan di lapang dengan menempatkan mandor di kebun untuk mengamati dan selanjutnya memberikan informasi mengenai petak-petak kebun Krai. Meskipun waktu produksi sudah ditetapkan oleh KPMKP Krai, namun terkadang pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencananya, misalnya produksi/ penyulingan minyak kayu putih yang seharusnya dimulai pada tanggal 1 Maret tetapi pada pelaksanaannya dimulai pada tanggal 15 Maret. Hal ini juga terlihat pada berakhirnya masa produksi, terkadang masa produksi berakhir lebih awal dari yang sudah direncanakan. Kedua masalah ini sebenarnya tidak terlepas dari penyediaan bahan baku, masa produksi yang terlambat dilakukan dan berakhirnya masa produksi yang lebih awal tak lain disebabkan oleh tidak adanya bahan baku daun kayu putih dalam jumlah minimal yang dapat untuk diproduksi.

KPMKP Krai sendiri tidak mau mengambil resiko untuk memaksakan penyulingan dibawah jumlah minimal, karena apabila proses penyulingan tetap dilakukan KPMKP Krai dapat mengalami kerugian. Selain masalah bahan baku, mundurnya jadwal produksi ini disebabkan oleh tenaga petik dan tenaga borong di pabrik yang bekerja di sawah masing-masing, misanya pada saat musim tanam maupun panen di sawah masing-masing.

Kekurangan bahan baku daun kayu putih di KPMKP Krai menyebabkan KPMKP Krai mendatangkan bahan baku daun kayu putih dari KPH lain yaitu KPH Gundih, KPH Telawah dan KPH Surakarta.

Penambahan bahan baku dengan cara seperti ini dilakukan KPMKP Krai bertujuan agar proses penyulingan kayu putih dapat berjalan secara kontinyu. Biasanya daun kayu putih yang didatangkan dari KPH tersebut dilakukan pada bulan-bulan basah yaitu pada saat musim hujan. Pemesanan bahan baku daun kayu putih dari KPH lain dilakukan karena produksi daun kayu putih dari kebuh Krai berkurang apabila telah memasuki musim penghujan. Hal ini disebabkan prasarana jalan dari hutan menuju pabrik pun kurang baik dan tenaga petik tidak dapat memetik daun kayu putih dengan cepat sehingga dapat mengurangi kuantitas bahan baku daun kayu putih.

Untuk mendapatkan daun kayu putih dari KPH lain KPMKP Krai tidak menetapkan biaya yang pasti per hari ataupun per bulannya karena keadaan kekurangan bahan baku tersebut adalah tidak pasti selama satu bulannya. Hanya saja pada tahun 2009 KPMKP Krai telah mengeluarkan biaya tambahan untuk mendatangkan daun kayu putih dari KPH lain sebesar Rp 190.998.400,00/ tahun, tahun 2010 sebesar Rp 197.457.800,00/ tahun dan pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 221.869.900,00 /tahun. KPH Pemasok daun kayu putih adalah KPH Gundih, KPH Telawah dan KPH Surakarta. Berikut adalah jumlah bahan baku daun kayu putih yang didatangkan di KPMKP Krai untuk diproses menjadi minyak kayu putih:

Tabel 7. Sumber dan Jumlah (Kg) Bahan Baku Daun Kayu Putih Di KPMKP Krai Tahun 2009-2011. KPH Tahun 2009 (kg) 2010 (kg) 2011 (kg) Kebun Krai 1. Jurug 1.635.335 1.208.185 1.686.243 2. Karang Ploso 2.517.504 1.972.693 2.245.527 3. Ngroto 2.093.728 2.058.024 2.236.986

KPH Gundih 459.378 499.860 615.058

KPH Telawah 383.903 391.000 382.090

KPH Surakarta 308.700 300.080 341.030 Sumber: KPMKP Krai Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa pada tahun 2009-2011 KPMKP Krai mendatangkan bahan baku dari kebun Krai sendiri yaitu Jurug, Karang Ploso dan Ngroto. Selain dari kebun sendiri Krai KPMKP memasok bahan baku daun kayu putih dari KPH lain. Tujuannya adalah menambah bahan baku daun kayu putih untuk digunakan dalam proses produksi. KPH Gundih memasok daun kayu putih pada tahun 2009-2011 masing-masing sebesar 459.378 kg, 499.860 kg dan 615.058 kg. Pada tahun 2009-2011 KPH Telawah memasok daun kayu putih masing-masing sebesar 383.903 kg, 391.000 kg dan 382.090 kg. Sedangkan KPH Surakarta memasok bahan baku daun kayu putih pada tahun tersebut masing-masing 308.700 kg, 300.080 kg dan 341.030 kg.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2009- 2011 KPH Gundih adalah pemasok daun kayu putih terbanyak karena KPH Gundih memiliki wilayah terluas dan letaknya paling dekat dengan KPMKP Krai, sehingga dapat menghemat biaya penyediaan bahan baku. Sedangkan pemasok daun kayu putih yang paling sedikit adalah KPH Surakarta, mengingat lokasinya yang cukup jauh sehingga KPMKP Krai tidak banyak mendatangkan bahan baku daun kayu putih dari KPH Surakarta dengan pertimbangan biaya transportasi yang lebih mahal.

Adanya permasalahan teknis, seperti kekurangan bahan baku, mundurnya masa produksi, berakhirnya masa produksi yang terlalu awal dan kekurangan tenaga petik atau tenaga borong menjadi perhatian serius dari pihak KPMKP Krai. Dengan adanya keadaan tersebut, maka diharapkan adanya evaluasi yang lebih mendalam serta perhatian serius dari setiap unit kerja di KPMKP Krai agar waktu mendatang kerugian dapat diminimalisir. Selain itu, tenaga petik dan tenaga borong yang berasal dari masyarakat setempat juga harus diperhatikan karena

masyarakat setempat merupakan faktor pendukung keberhasilan kegiatan penyulingan/ produksi minyak kayu putih.

B. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menurut Metode EPQ

Dokumen terkait