• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu keberhasilan prosedur pulp capping sangat tergantung pada bahan pulp capping. Bahan pulp capping harus biokompatibilitas dan tidak menyebabkan toksik, serta memiliki sifat ideal seperti: dapat merangsang pembentukan dentin reparatif, mempertahankan vitalitas pulpa, dapat melepaskan fluoride untuk mencegah karies sekunder, bersifat bakterisid atau bakteriostatik, melekat pada baik dengan dentin, steril, radiopak, dan memberikan segel bakteri.25 Jenis bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pulp capping yaitu: zink oksida eugenol dan kalsium hidroksida.

2.3.1 Zinc Oxide Eugenol

Zinc Oxide Eugenol (ZOE) pertama kali ditemukan oleh Dr.J.Foster pada tahun 1875 serta diperkenalkan sejak akhir abad-18 tepatnya tahun 1980-an dengan awal penggunaanya berfungsi memiliki efek sedatif pada dentin yang terbuka, dan telah digunakan dalam bidang kedokteran gigi selama bertahun-tahun sebagai basis, liners, semen dan bahan restorasi sementara kedokteran gigi. ZOE berbahan dasar zinc oxide dengan campuran liquid eugenol.9,10,11

Komposisi powder yaitu zinc oxide (Zn O)= 69% sebagai bahan utama, resin putih = 29,3% untuk mengurangi kerapuhan pada semen, magnesium oksida (MgO) dalam jumlah yang kecil, bahan ini bereaksi dengan eugenol dengan cara yang sama dengan zinc oksida, zinc asetat (CH₃COO)₂ atau garam lainnya dalam jumlah hingga 1% memperbaiki kekuatan. Komposisi liquid yaitu eugenol yang bereaksi dengan zinc oxide, merupakan terutama minyak cengkeh 85%, minyak olive dalam jumlah hingga 15%, serta kadang-kadang diberi asam asetat atau cuka sebagai akselerator untuk setting reaksi.10

Eugenol pada ZOE memiliki efek anti inflamasi dan analgesik sehingga kemampuannya dalam meredakan rasa sakit. Pemberian eugenol menunjukkan

penurunan jumlah infiltrasi sel inflamasi seiring berjalannya waktu setelah diberikan eugenol oleh karena adanya efek anti inflamasi pada eugenol tersebut.26 Terlihat infiltrasi sel inflamasi pada area di bawah jejas, jumlah sel inflamasi lebih padat pada hari ke-1 setelah pemberian, selanjutnya inflamasi sudah mereda dengan berkurangnya infiltrasi sel inflamasi pada hari ke-5, dan sudah tidak terlihat adanya inflamasi pada area di bawah di bawah jejas pada hari ke-14.26

Menurut Sweet (1930) ZOE merupakan bahan yang pertama kali direkomendasikan untuk bahan perawatan saluran akar yang mengalami infeksi kronis.

Bahan dasar seng oksida eugenol memiliki pH 7 dan cocok secara biologis terhadap pulpa. ZOE sebagai bahan direct pulp capping masih diragukan, semua gigi yang ditutup dengan pasta ZOE menunjukkan peradangan kronis, tidak ada penyembuhan pulpa dan tidak ada pembentukan dentinal bridge hingga 12 minggu pasca perawatan.5,11

ZOE pada indirect pulp capping menunjukan kemampuan dalam pembentukan odontoblas, pengaplikasian ZOE menyebabkan terjadinya inflamasi kronis yang akan diikuti oleh pembentukan lapisan odontoblastik yang baru dan terbentuklah dentin sekunder. Peneliti lain juga menunjukkan bahwa pengaplikasian ZOE merangsang pembentukan dentin tersier.21

Keuntungan ZOE yaitu secara umum tidak berbahaya, bersifat antiseptik, sifat analgetik ringan pada eugenol yang mengandung minyak sari cengkeh menghasilkan efek sedatif dan anastesi lokal sehingga mengurangi rasa nyeri, memiliki perlekatan baik dengan kavitas, bersifat radiopaque. Kerugian ZOE yaitu adanya resiko dapat melukai benih gigi permanen yang dalam tahap erupsi akibat kekerasan bahan ini, spektrum anti bakteri yang kecil, seringnya terjadi kekurangan pengisian akibat pengaplikasian bahan yang sulit, dapat mengganggu erupsi gigi permanen karna adanya perbedaan kecepatan resorbsi bahan pengisi dengan akar geligi desidui yang dirawat, dimana akar geligi desidui resorbsi lebih cepat daripada ZOE sehingga partikel pasta akan tertinggal dalam tulang alveolar saat akar sudah teresorbsi, dapat menimbulkan reaksi keradangan akibat kelebihan pengisian saluran akar, dapat mengiritasi jaringan periapikal dan mengakibatkan nekrosis pada tulang dan

sementum, menimbulkan sitotoksik bila terjadi kontak dengan jaringan yang masih vital.5

2.3.2 Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2 yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi khususnya endodontik, biasanya dapat digunakan sebagai pelapis, indirect pulp capping dan direct pulp capping, dressing saluran akar, sealant saluran akar, penutupan apikal akar. Kalsium hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air dengan rumusan kimia yaitu : CaO + H2  CaOH2. Senyawa ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH). Kalsium hidroksida (CaOH2) dikenalkan dibidang kedokteran sebagai agen direct pulp capping oleh Hermann (1921), kalsium hidroksida memberi respon terhadap pembentukan dentinal bridge di permukaan pulpa yang terbuka.

Kalsium hidroksida memiliki keberhasilan klinis selama 10 tahun sebagai agen direct pulp capping sehingga menjadi gold standart sebagai bahan direct pulp capping.9,11,12

Sifat kalsium hidroksida yaitu meningkatkan kalsifikasi pada dentin dengan memberikan perlindungan pada pulpa ketika dentin yang tersisa sangat tipis dan mendekati pulpa, tidak menimbulkan iritasi pada struktur gigi atau jaringan di sekitarnya, pada perawatan endodontik digunakan pada saluran akar sebagai agen anti mikroba, merangsang perbaikan jaringan gigi atau mengaktivasi enzim jaringan, dan menghasilkan efek mineralisasi. Manfaat kalsium hidroksida yaitu dapat merangsang pembentukan dentin reparatif dan dentin sklerotik, melindungi pulpa dari agen toksik, dapat memperbaiki jaringan periapikal pada waktu penggunaan yang lama, serta menghambat proliferasi bakteri.10

Keunggulan dari kalsium hidroksida yaitu memiliki sifat anti bakteri yang sangat baik. Menurut Stuart K et al, pengurangan 100% pada mikroorganisme yang terkait dengan infeksi pulpa ditemukan setelah kontak satu jam dengan kalsium hidroksida serta kemampuan dalam menstimulasi pembentukan dentin reparatif dan untuk memperbaiki perbaikan pulpa.13 Pada tahap awal pembentukan dentinal bridge pada

kalsium hidroksida akan membentuk ikatan berupa ion kalsium dari kalsium hidroksida bereaksi dengan karbon dioksida dari jaringan pulpa yang membentuk kristal kalsit (kalsium karbonat) yang selanjutnya akan berikatan dengan matriks kolagen/fibronektin.17

Kalsium hidroksida memiliki pH 12, sehingga pH yang tinggi dari kalsium hidroksida menyebabkan terbentuknya lapisan nekrosis superfisial pada pulpa dengan ketebalan mencapai sekitar 2 mm dan terjadi respon inflamasi ringan dari pulpa, dengan zona steril dari kalsium hidroksida sehingga memicu terjadinya pembentukan jaringan keras.12 Pembentukan jaringan termineralisasi setelah berkontaknya kalsium hidroksida dengan jaringan ikatdapat dilihat pada hari ke-7 sampai hari ke-10 setelah pengaplikasian. Holland melaporkan adanya jaringan granulasi pada zona granulasi superfisial diantara zona nekrosis dan zona granulasi yang lebih dalam, dibawah zona granulasi terdapat zona proliferasi sel dan pulpa normal, dan didekat zona granulasi ini terlihat jaringan ireguler membentuk dentinal bridge.16

Kekurangan dari kalsium hidroksida adanya tunnel deffect yaitu perforasi multiple antara bahan dengan pulpa sehingga terjadinya kebocoran mikro yang menyebabkan terjadinya infeksi bakteri,21 kekuatan yang tidak memadai, kelarutan jangka panjang, kurangnya adhesi kimia dan mekanik ke jaringan sekitarnya,kurangnya melekat pada dentin serta, dapat terjadi nekrosis.12-13,28

Penelitian jangka panjang pembentukan tunnel menunujukkan tidak terbentuknya morfologi barrier dentinal bridge, sehingga gagal membentuk barrier yang baik terhadap infeksi bakteri.29 Tunnel defek ini akan menjadi celah untuk bakteri sehingga menginvasi jaringan pulpa melalui celah yang terbentuk antar gigi dan restorasi kalsium hidroksida yang akan menyebabkan inflamasi pulpa dan nekrosis.12,27,29-30

Dokumen terkait