• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember 2011 hingga Maret 2012 di Laboratorium Patologi dan Ruang Preparasi Balai Uji Terap Teknik dan Metoda Karantina Pertanian (BUTTMKP) Bekasi.

Bahan dan Alat

Komoditas uji yang digunakan adalah biji kedelai konsumsi asal Amerika Serikat dan bungkil kedelai asal Brazil.

Isolat murni cendawan Ascomycetes yang digunakan sebagai model bagi struktur konidia M. ulei adalah B. theobromae (isolasi dari jeruk, asal Garut,

koleksi Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman IPB),

C. gloeosporioides (isolasi dari cabai, asal Bandung, koleksi Laboratorium Mikologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran), dan F. oxysporum f.sp.

niveum (isolasi dari semangka, asal Karawang, koleksi Laboratorium Mikologi,

Departemen Proteksi Tanaman IPB). Selain itu, sebagai model struktur bertahan

M. ulei pada kondisi ekstrem digunakan isolat murni cendawan S. rolfsii (isolasi dari sengon, asal Bandung, koleksi Laboratorium Mikologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran) yang membentuk sklerotia sebagai struktur yang sangat tahan terhadap kondisi ekstrim.

Alat yang digunakan untuk perlakuan panas kering adalah oven merk Memert yang telah dikalibrasi, sedangkan untuk perlakuan iradiasi UV-C digunakan chamber alumunium berukuran 118 cm x 59 cm x 48 cm dan sebuah lampu dengan spesifikasi UV-C yang memiliki daya 36 Watt.

Metode Penelitian

Pengujian pengaruh perlakuan iradiasi UV-C dan panas kering terhadap cendawan model M. ulei dilakukan pada media buatan Potato Dextrose Agar

(PDA), biji kedelai, dan bungkil kedelai.

Peremajaan Cendawan Model sebelum Perlakuan

Setiap pengujian cendawan model diawali dengan tahapan memperbaharui biakan murninya (peremajaan) pada media PDA, yaitu dengan cara meletakkan potongan isolat berdiameter 3 mm pada bagian tengah petri, kecuali S. rolfsii

16

yang dilakukan dengan memindahkan 1 sklerotia ke media PDA, kemudian diinkubasi selama 7 hari. Peremajaan cendawan model bertujuan mendapatkan umur biakan yang seragam saat diberi perlakuan.

Pengujian Pengaruh Perlakuan Iradiasi UV-C terhadap Pertumbuhan Koloni Cendawan Model

Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan iradiasi UV-C terhadap pertumbuhan koloni cendawan model sekaligus memberikan gambaran waktu dan jarak papar perlakuan iradiasi UV-C yang efektif mematikan cendawan model. Pengujian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan.

Perlakuan diberikan pada semua biakan cendawan model berumur 7 hari selama 0 menit (kontrol), 30, 60, 90, dan 120 menit pada jarak 40 cm dari lampu UV-C. Dalam perlakuan ini, penutup cawan petri diganti dengan pembungkus plastik (plastic film) untuk menghindari kontaminasi dan memaksimalkan penetrasi sinar UV-C pada cendawan model. Setelah diberi perlakuan, biakan cendawan model segera ditumbuhkan kembali pada media PDA dengan cara memindahkan potongan biakan (diameter 3 mm) dari 3 sisi (kanan, tengah, kiri) dan diinkubasi selama 3 hari pada suhu ruang. Sklerotia dari S. rolfsii yang menjadi inokulum awal saat peremajaan juga ikut ditumbuhkan kembali pada cawan petri yang sama dengan miseliumnya.

Peubah yang diamati adalah diameter koloni cendawan model. Penghambatan relatif perlakuan terhadap kontrol dihitung dengan rumus Abbott 1925 dalam Kaiser et al. 2005, yaitu :

PHR = dk-dp x 100% dk

PHR = penghambatan relatif perlakuan terhadap kontrol (%) dk = diameter koloni cendawan model tanpa perlakuan (kontrol) dp = diameter koloni cendawan model yang diberi perlakuan

Pengujian dilanjutkan dengan menambahkan waktu papar UV-C menjadi 3, 5, 7, dan 9 jam pada jarak 30 cm karena pengujian sebelumnya belum berhasil mematikan cendawan model. Namun, karena waktu dan jarak papar tersebut belum juga berhasil mematikan cendawan model maka pengujian dilanjutkan lagi

17

dengan menambahkan waktu papar hingga 12 dan 24 jam pada jarak 15 cm dan 30 cm. Apabila pada waktu dan jarak tersebut masih belum mampu mematikan cendawan model, maka pengujian dihentikan.

Pengujian Pengaruh Perlakuan Panas Kering terhadap Pertumbuhan Koloni Cendawan Model

Pengujian dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas kering terhadap pertumbuhan koloni cendawan model sekaligus memberikan gambaran suhu dan waktu perlakuan yang efektif mematikan cendawan model. Pengujian menggunakan RAL faktorial 3 x 5 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah waktu, yaitu 0 (kontrol), 30, dan 60 menit, sedangkan faktor kedua adalah suhu, yaitu 45, 50, 55, 60, dan 65 ºC.

Perlakuan diberikan pada semua biakan cendawan model berumur 7 hari. Biakan yang telah diberi perlakuan segera ditumbuhkan pada media PDA dengan cara dan tahapan yang sama pada perlakuan iradiasi UV-C. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan koloni cendawan model dengan peubah yang diamati adalah diameter koloni. Selanjutnya, penghambatan relatif perlakuan terhadap kontrol (PHR) dihitung dengan menggunakan rumus yang sama pada perlakuan iradiasi UV-C.

Analisis Data

Data hasil pengujian perlakuan iradiasi UV-C dan panas kering dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance, ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf nyata 1%. Hal ini dilakukan untuk memperoleh metode dan dosis perlakuan yang efektif mematikan cendawan model (PHR=100%). Analisis data dilakukan dengan menggunakan Program Minitab 16.

Pengujian Pengaruh Perlakuan Panas Kering terhadap Daya Tumbuh Cendawan Model pada Biji dan Bungkil Kedelai

Pengujian dilakukan untuk mengetahui suhu dan waktu perlakuan yang efektif mematikan cendawan model pada biji dan bungkil kedelai. Pengujian ini menggunakan RAL faktorial 3 x 3 dengan 5 ulangan. Dosis perlakuan panas kering (suhu dan waktu) yang efektif mematikan cendawan model pada pengujian sebelumnya di media buatan digunakan sebagai faktornya, yaitu pada suhu 50, 55, dan 60 ºC selama 0 (kontrol), 30, dan 60 menit.

18

Percobaan diawali dengan melakukan inokulasi buatan cendawan model pada biji dan bungkil kedelai yang akan diberi perlakuan maupun tanpa

perlakuan (kontrol). Inokulasi C. gloeosporioides, B. theobromae, dan

F. oxysporum f.sp. niveum dilakukan dengan cara menambahkan suspensi inokulum (konidia) ke dalam cawan petri yang berisi 80 biji kedelai atau 5 g bungkil kedelai. Inokulum yang ditambahkan pada biji adalah sebanyak 2 ml dengan kepadatan + 102 cfu/ml sedangkan pada bungkil adalah 4 ml dengan kepadatan + 103 cfu/ml. Sementara itu, inokulasi S. rolfsii dilakukan dengan menambahkan 4 sklerotia berumur sekitar 3 minggu secara langsung pada biji atau bungkil kedelai.

Biji dan bungkil kedelai yang telah diinokulasi dan telah diberi perlakuan panas kering maupun tanpa perlakuan (kontrol) dicuci dengan 10 ml akuades steril, dan sebanyak 1 ml cairan hasil pencucian tersebut ditanam di media PDA kemudian diinkubasi selama 3-5 hari. Pencucian bungkil dilakukan dengan bantuan vortex pada kecepatan 2500 rpm selama 30 detik, sedangkan pencucian biji dilakukan dengan cara menggoyangkan cawan petri secukupnya. Hal ini dimaksudkan untuk membantu melepaskan konidia cendawan model dari biji dan bungkil kedelai. Pencucian tidak dilakukan terhadap biji dan bungkil yang diinokulasi sklerotia, tetapi sklerotia tersebut langsung dipindahkan ke media PDA dan diinkubasi selama 3-5 hari. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah koloni cendawan model yang tumbuh pada media PDA.

Pengujian Pengaruh Perlakuan Panas Kering terhadap Kandungan Protein pada Biji dan Bungkil Kedelai

Analisis kandungan protein dilakukan terhadap biji dan bungkil kedelai yang diinokulasi C. gloeosporioides, baik yang diberi perlakuan maupun tanpa perlakuan (kontrol), tanpa dilakukan pencucian. Sebagai pembanding, analisis protein juga dilakukan pada biji dan bungkil tanpa inokulasi C. gloeosporioides

tetapi hanya ditambahkan air steril, baik yang diberi perlakuan maupun tanpa perlakuan (kontrol), dan tanpa dilakukan pencucian. Analisis protein dilakukan di Laboratorium Pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.

19

Dokumen terkait