• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kassa Fakultas Pertanian USU dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Pelaksanaan dimulai bulan November 2010 sampai April 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak hibrida F1 TSH 858, pupuk kandang, top soil, air, polibag ukuran 3 kg, aquades, biakan murni Trichoderma koningii, inokulum jamur Phelinus noxius, Potato Destrose Agar (PDA), tissu gulung, klorox, jagung giling, beras, dedak, dan potongan akar sehat yang akan dibuat menjadi food base P. noxius.

Adapun alat yang dipergunakan adalah cangkul, alat pemotong akar (pisau/ gergaji), timbangan, cork borer diameter 0,5 cm, erlenmeyer, petridish, gelas ukur, beaker glass, mikroskop, pipet tetes, haemocytometer, jarum inokulasi, inkubator, object glass, pinset, bunsen, aluminium foil, cling wrap, selotip, otoklaf, meteran, kukusan tanah, ayakan tanah, handsprayer, kalkulator, pH-meter dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non-faktorial. Adapun dosis Trichoderma koningii yang dipakai adalah:

T0 = Kontrol (tanpa dosis)

T1 = Trichoderma koningii dalam media jagung sebanyak 15 g/ polibag

T2 = Trichoderma koningii dalam media jagung sebanyak 25 g/ polibag

T3 = Trichoderma koningii dalam media jagung sebanyak 35 g/ polibag

T4= Trichoderma koningii dalam media beras sebanyak 15 g/ polibag

T5= Trichoderma koningii dalam media beras sebanyak 25 g/ polibag T6= Trichoderma koningii dalam media beras sebanyak 35 g/ polibag

T7= Trichoderma koningii dalam media dedak sebanyak 15 g/ polibag

T8= Trichoderma koningii dalam media dedak sebanyak 25 g/ polibag

T9= Trichoderma koningii dalam media dedak sebanyak 35 g/ polibag

Ulangan sebanyak 3 kali diperoleh dari: (t-1) (r-1) ≥ 15 (10-1) (r-1) ≥ 15 9r-9 ≥ 15 r ≥ 24/ 9 r = 2,667 r = 3

Model linier dari rancangan yang digunakan adalah : Yij = µ + ρi + τj + εij

dimana :

Yij = hasil pengamatan pada blok ke-i dan perlakuan ke-j µ = rataan atau nilai tengah umum

ρi = efek dari blok ke-i τj = efek dari perlakuan ke-j

εij = efek error dari blok ke-i dan perlakuan ke-j (Bangun, 1990).

Jika sidik ragam menunjukkan efek yang nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT).

Jumlah perlakuan = 10 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah polibag per perlakuan = 5 polibag Jumlah tanaman per polibag = 1 tanaman Jumlah seluruh perlakuan = 30 perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 150 tanaman

Jumlah sampel yang diamati = 3 tanaman per perlakuan Jarak antar perlakuan = 50 cm

Jarak antar polibag = 30 x 30 cm

Pelaksanaan Penelitian

Penyediaan Sumber Inokulum Phellinus noxius

Sumber inokulum diambil dari akar tanaman kakao yang terserang Phellinus noxius. Bagian akar yang terinfeksi dibersihkan dengan air steril, lalu

dipotong-potong (0,5 cm), kemudian disterilkan dengan klorox 1% selama 3 menit. Potongan akar dibersihkan kembali dengan air steril. Hal ini diulangi sebanyak tiga kali. Selanjutnya potongan tersebut dikeringkan di atas tissue dan ditanam dalam media PDA. Kultur tersebut disimpan dalam inkubator.

Setelah miselium Phellinus noxius tumbuh, diisolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni.

Penyediaan Jamur Trichoderma koningii Oud.

Isolat Trichoderma koningii diperoleh dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP). Isolat T. koningii kemudian ditanam di dalam media PDA (disegarkan) dan diinkubasi selama 3 hari untuk memperoleh biakan murni.

Perbanyakan Trichoderma koningii Oud.

Disediakan air bersih untuk membasahi dan membersihkan media perbanyakan. Disiapkan media organik yang akan digunakan (jagung giling, beras dan dedak). Media jagung dan media beras dibersihkan terlebih dahulu dari kulit ari/ ampas dan kotoran. Setelah itu semua media perbanyakan dibasahi secara merata dengan air. Karena media dedak cukup halus penambahan air harus dilakukan lebih hati-hati. Kemudian untuk melembabkan media tersebut didiamkan selama ±45 menit. Setelah itu media ditakar sesuai dosis yang ditentukan, dimasukkan kedalam plastik bening tahan panas, dan diikat dengan karet, kemudian diotoklaf selama 15 menit pada suhu 120° C pada tekanan 1,2 atm. Setelah itu media didinginkan selama dua jam kemudian diinokulasikan sebanyak tiga buah bulatan cork borer dari biakan murni T. koningii dan diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruangan 28° C.

Persiapan Benih

Benih yang digunakan pada penelitian ini adalah benih kakao lindak hibrida F1 TSH 858. Adapun deskripsi singkat klon TSH 858; tajuk berukuran sedang dan merata, buah muda berwarna merah tidak merata dan saat tua

berwarna jingga kemerahan, produktivitas tinggi, mencapai 1.766 kg/ ha/ tahun, bobot rata-rata biji kering 1,15 g, kadar lemak biji 56% dan moderat terhadap penyakit busuk buah (Anonimus, 2010).

Tanaman kakao yang akan diambil benihnya sebaiknya dari kebun induk yang mempunyai sifat-sifat; kondisinya sehat, pertumbuhannya normal dan kokoh, menghasilkan produksi tinggi (antara 70-90 tongkol/ pohon/ tahun), berumur 12-18 tahun (Sunanto, 1992).

Benih cokelat yang baik adalah benih berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang dipohon), cirinya adalah sebagai berikut: warnanya kuning, pada jenis cokelat yang kulit buahnya merah yang kuning adalah alurnya, sedangkan jenis cokelat yang kulit buahnya hijau berubah menjadi kekuning-kuningan atau oranye, jika buah diguncang timbul suara yang menandakan bahwa biji-biji cokelat tersebut sudah lepas dari rekatan daging buah dan jika diketuk dengan tangan suaranya bergema (Sunanto, 1992).

Untuk mendapatkan benih yang baik hanya diambil biji-biji yang ada pada bagian poros atau tengah buah. Dari satu buah cokelat pada umumnya hanya diambil 20-25 butir biji, dipilih biji-biji yang sehat. Biji yang terpilih kemudian dibersihkan lendirnya (pulp) dengan cara meremas-remas biji dengan serbuk gergaji. Kemudian biji tersebut dicuci dengan air dan selanjutnya diremas-remas lagi dengan abu dapur yang telah diayak. Dapat pula dicuci dengan fungisida seperti Ziram, selanjutnya dikeringkan sebentar pada panas matahari dengan cara dihamparkan (Sunanto, 1992).

Persiapan Media Tanam

Tanah top soil dan pupuk kandang yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih dahulu. Media campuran tersebut disterilkan dengan menggunakan uap panas untuk membunuh mikroorganisme pada media tanam. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan drum pengukus/ kukusan tanah.

Suhu yang baik untuk sterilisasi tanah dengan sempurna apabila suhu pada bagian tanah yang paling dingin sedikitnya tetap bertahan pada 820 C selama 30 menit (Agrios, 1996).

Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan, lalu dikering-anginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin. Setelah itu, tanah tersebut dimasukkan ke dalam polibag masing-masing ukuran 3 kg. Polibag-polibag yang telah diisi tanah tersebut kemudian disusun rapi.

Pengaplikasian Trichoderma koningii Oud.

Sebelum dilakukan penanaman, media tanam dalam masing-masing polibag terlebih dahulu dicampur dengan Trichoderma koningii Oud. sesuai dengan perlakuan. Pemberiannya dilakukan dengan cara diaduk merata sampai kedalaman 5 cm dari permukaaan tanah.

Penanaman Benih

Benih kakao yang telah dikecambahkan ditanam ke dalam polibag dengan terlebih dahulu menugal lubang tanam. Benih ditanam 1 benih/ polibag dengan posisi radikula menghadap kebawah. Penanaman dilakukan pada sore hari. Jarak antar polibag adalah 30 x 30 cm, jarak antar perlakuan 50 cm. Setelah kecambah

dimasukkan, diberikan pupuk TSP 1 gr/ polibag. Adapun pemberiannya adalah dengan cara penugalan disalah satu tempat di daerah radius sekitar benih. Benih yang sudah ditanam kemudian disiram dengan air untuk merangsang pertumbuhan akar.

Gambar 7. Sketsa penanaman benih Keterangan: 1. polibag, 2. benih kakao, 3. radikula

Pembuatan Food Base Phellinus noxius

PDA steril (cair) dituang kedalam beaker glass steril, setelah dingin masukkan tiga potongan cork borer biakan murni P. noxius. Lalu ditutup dengan aluminium foil dan direkatkan dengan cling wrap. Diinkubasi ± 3 hari sebelum potongan food base dimasukkan.

Akar kakao yang sehat atau tidak terinfeksi dicuci dengan air yang mengalir dibersihkan dari kotoran atau tanah yang melekat, dan dipotong-potong ukuran ± 2x1x1 cm. Kemudian dimasukkan kedalam plastik tahan panas atau beaker glass dan diotoklaf selama 15 menit pada suhu 1200 C tekanan 1,2 atm. Lalu setelah dingin dimasukkan kedalam beaker glass yang sudah berisi biakan murni P. noxius, ditutup dengan aluminium foil kemudian sekelilingnya direkatkan dengan cling wrap. Potongan akar tersebut lalu diinkubasi selama 1 bulan dan siap menjadi food base P. noxius.

2 3

Inokulasi Food Base Phellinus noxius

Food base umur satu bulan yang sudah diinkubasi dibuka dan dua buah

potongan akar yang masing-masing sudah terkolonisasi dengan baik oleh P. noxius ditanam pada kedalaman sekitar 5 cm kontak dengan akar pada

masing-masing tanaman di polibag. Perkembangan penyakit diamati dan dicatat secara mingguan interval waktu enam bulan (Farid, dkk. , 2005).

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kakao meliputi aktivitas penyiraman yang dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), penyemprotan insektisida untuk mengendalikan hama belalang, penyiangan gulma dan pemupukan.

Peubah Amatan

Persentase Serangan (Kejadian Penyakit) P. noxius

Pengamatan (monitoring) terhadap persentase serangan dilakukan berkala satu minggu sekali setelah dilakukan aplikasi food base (saat tanaman berumur 10 minggu (10 mst)). Namun, pengamatan berkala dan penghitungan persentase serangan dilakukan dua minggu sekali setelah muncul gejala tampak atas (daun menguning) yang diduga akibat gangguan pada bagian bawah tanaman (akar) yaitu dengan menghitung jumlah tanaman yang layu pada setiap perlakuan. Penghitungan dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n

KP = x 100% N

dimana,

KP = kejadian penyakit

n = jumlah tanaman yang terserang N = jumlah tanaman yang diamati (Sinaga, 2006).

Intensitas Penyakit (%) P. noxius

Pengamatan terhadap intensitas penyakit dilakukan dengan cara membongkar satu sampel tanaman dalam setiap plot pada masing-masing blok yang menunjukkan gejala tampak atas terparah. Waktu pembongkaran bersamaan dengan waktu pengamatan kejadian penyakit. Adapun rumus yang digunakan adalah: i ∑ (nivi) i=0 IP = x 100% NV dimana,

ni = jumlah tanaman dengan skor ke-i

vi = nilai skor penyakit dari i = 0,1,2 sampai i t-skor tertinggi N = jumlah tanaman yang diamati

V = skor tertinggi (Sinaga, 2006).

Adapun salah satu cara mengkategorikan serangan pada tanaman yang berakar tunggang adalah sebagai berikut:

0= bila tanaman tidak terserang sama sekali.

1= bila miselium telah menempel pada kulit akar tetapi kulit tidak busuk. 2= bila kulit akar utama/ cabang telah membusuk.

3= bila kulit dan kayu akar utama/ tunggang telah busuk seluas <90 derajat (kurang dari ¼ lingkar akar) atau ada <50 % dari jumlah akar cabang telah busuk hingga layu.

4= bila kulit dan kayu akar utama/ tunggang busuk seluas >90 derajat (lebih dari ¼ lingkar akar) atau >50 % dari jumlah akar cabang telah busuk hingga layu. (Syahnen, 2006).

Jumlah Konidia T. koningii Pada Media Organik

Pembuatan media organik yang diinokulasi dengan Trichoderma koningii dilakukan sama dengan cara kerja perbanyakan jamur Trichoderma koningii, lalu dilakukan penghitungan jumlah konidia pada umur 9, 17, 25 hsi dengan cara sebagai berikut:

- Ditimbang media jamur antagonis yang telah diinokulasi sebanyak 1 gram. - Dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan air sebanyak 100 ml. - Dishaker selama 30 menit dengan kecepatan 10 rpm.

- Diambil kurang lebih 1 cc dengan pipet tetes kemudian diteteskan pada haemocytometer hingga suspensi mengalir kebawah kaca obyek dan mengisi ruang hitung.

- Dihitung jumlah konidia dalam 5 kotak besar yang masing-masing dilakukan dibawah mikroskop, penghitungan dilakukan 2x, dengan rumus sebagai berikut;

Jumlah konidia= Rata- rata konidia x d x 106 80 x 0,25

Keterangan: d = pengencer

80 = jumlah kotak kecil yang dihitung 0,25 = konstanta

(Sudarna, 2010).

Panjang Akar Tunggang

Sampel akar tanaman yang diukur merupakan sampel akar yang sama dengan sampel intensitas serangan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dari pangkal akar sampai ujung terpanjang akar tunggang.

Derajat Kemasaman Tanah (pH tanah)

Prosedur kerja untuk menghitung derajat kemasaman tanah adalah sebagai berikut:

- Ditimbang 10 gram tanah kering udara (kering normal). - Ditambahkan 25 ml H2O (aquades).

- Dishaker 30 menit setelah itu dibiarkan sebentar sampai homogen. - Diukur pH tanah dengan alat pH-meter.

Gambar 8. pH-meter Sumber: Foto langsung

Dokumen terkait