• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2009 hingga Mei 2010 dengan lokasi percobaan lapangan di kebun manggis Dusun Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Pengukuran fisik buah dan preparasi sampel untuk analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor. Analisis kimia tanah dan jaringan daun tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Percobaan ini menggunakan tanaman manggis yang berumur 12 tahun dan sedang berbuah. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari : buah manggis yang berasal dari hasil panen kebun percobaan, kapur dolomit, pupuk borat sebagai pupuk B, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat, indikator penalphtalein (PP), dan akuades.Sprayer, hand refraktometer dan hand penetrometer, digital balance merupakan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor yang terdiri atas 4 ulangan. Jumlah perlakuan yang digunakan sebanyak 6 perlakuan sebagai berikut:

1. tanpa pupuk (sebagai kontrol)

2. 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah

3. 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah + 1.553 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi melalui tanah

4. 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 melalui tanah + 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi melalui daun

5. 1.553 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi melalu tanah 6. 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 aplikasi melalui daun

Penggunaan dosis kalsium 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 yang setara dengan 2.89 ton Ca.pohon-1.tahun-1 didasari atas hasil penelitian Wulandari (2008) dimana aplikasi pada kisaran 3.50-4.05 ton Ca/ha dalam bentuk kapur dolomit

dapat menurunkan pencemaran getah kuning pada eksokarp buah manggis. Hasil tersebut disesuaikan dengan hitungan kalibrasi keefektifan aplikasi dolomite untuk jarak tanam 5 m x 4 m yang membutuhkan dolomit 25 kg untuk satu tanaman percobaan yang setara dengan 5.79 kg Ca.pohon-1. Dosis pupuk B sebesar 1.553 g B.pohon-1 melalui tanah yang setara dengan 0.8 kg B pohon-1 didasari atas rekomendasi pupuk B untuk tanaman Ficus benghalensis L. yakni 0.84 – 1.68 kg B/ha dan tanaman Carya illinoinensis 0.56 – 1.12 kg B/ha (Borax 2009).

Aplikasi pupuk B melalui daun sebesar 0.047 g B/pohon/tahun yang setara dengan 4.7 ppm didasari hasil peneltian Asad et al (2003) yang menemukan bahwa penggunaan B pada konsentrasi 3 ppm, 7 ppm dan 13 ppm, melalui daun dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi Helianthus Annuus L. namun terjadi kerusakan daun pada konsentrasi 130 ppm. Konsentrasi larutan yang dianggap aman dan dapat diaplikasikan melalui daun yakni kisaran 3-7 ppm.

Setiap unit percobaan terdiri atas 2 tanaman sampel, sehingga total tanaman yang digunakan sebanyak 48 tanaman dengan layout percobaan tercatum pada Lampiran 1. Data dianalisis menggunakan uji F, untuk hasil yang berbeda nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Mattjik & Sumertajaya 2006).

Pelaksanaan

1. Persiapan tanaman .

Deskripsi kebun manggis yang digunakan untuk percobaan sebagai berikut: memiliki jarak tanam 5 m x 4 m, sedang berbuah dan berumur 12 tahun. Jumlah tanaman sampel yang dibutuhkan dalam percobaan ini sebanyak 48 tanaman.

2. Pengendalian gulma.

Tujuan pengendalian gulma untuk menghindari terjadinya persaingan serapan unsur hara antara tanaman percobaan dengan gulma yang ada di sekitarnya saat percobaan berlangsung. Pengendalian gulma dilakukan terhadap gulma yang tumbuh kompetitif di bawah tanaman percobaan.

3. Aplikasi perlakuan.

Aplikasi perlakuan dilakukan pada umur buah 1 bulan setelah anthesis. Sumber kalsium yang digunakan dalam percobaan ini adalah dolomite

[Ca Mg (CO3)2] dengan kandungan Ca sebesar 23.15% dan Mg 17.0%. Dolomit diaplikasikan pada bidang tabur sesuai proyeksi tajuk tanaman yang ditabur secara merata. Setelah ditabur ditutup kembali dengan serasah dan tanah yang berada di sekitar tanaman.

Sumber boron yang digunakan dalam percobaan adalah pupuk borate-48 yang mengandung B sebesar 14.9%. Aplikasi pupuk B dilakukan dengan dua cara yakni melalui tanah dan melalui daun. Aplikasi melalui tanah dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larikan sedalam 10 cm yang melingkari batang tanaman manggis dengan diameter 2 m. Pupuk borate-48 ditaburkan secara merata sepanjang lubang larikan sekeliling batang pohon dengan dosis pupuk borate-48 sebesar 10.4 g per pohon. Setelah aplikasi pupuk larikan ditutup kembali dengan tanah. Apilkasi B melalui daun dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larutan pupuk. Pembuatan larutan pupuk dilakukan dengan cara melarutkan 313 mg pupuk borate-48 dalam 10 l air guna mendapatkan larutan pupuk dengan konsentrasi 4.7 ppm. Larutan pupuk disemprotkan dengan volume semprot 10 l per tanaman.

4. Pelabelan buah.

Pelabelan dilakukan pada buah yang telah berumur 1 bulan anthesis (bunga mekar). Pelabelan dimaksudkan untuk menentukan buah yang akan dijadikan sebagai buah sampel dalam pengamatan.

5. Pemanenan buah.

Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah yang dipanen berumur 105 – 114 hari setelah anthesis. Indek kematangan buah manggis disajikan pada Lampiran 2.

Pengamatan

1. Diameter buah (cm).

Pengukuran diameter buah dilakukan setelah buah anthesis. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal melingkari buah (diameter transversal).

2. Bobot buah (gram).

Bobot buah ditimbang menggunakan digital balance. Penimbangan ini meliputi bobot buah secara keseluruhan, bobot kulit dan bobot aril (daging buah) manggis beserta bijinya.

3. Kekerasan kulit buah (kg/det).

Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan alat hand penetrometer. Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan dengan menusukkan jarum hand penentrometer pada kulit buah manggis. Kekerasan buah kemudian dilihat pada sekala yang tertera pada alat hand penetrometer. 4. Padatan terlarut total (% brix).

Beberapa sampel buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian daging buah dari sampel tersebut diukur padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT dilakukan dengan cara memberikan 1 tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap akan melakukan pengukuran, lensa tersebut terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan akuades kemudian dibersihkan dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT yang terdapat di dalam buah manggis.

5. Total asam tertitrasi (%).

Pengukuran total asam tertitrasi (%) dihitung melalui asam tertitrasi. Jumlah NaOH 0.1 N yang terpakai untuk mendapatkan perubahan warna merah jambu hasil titrasi stabil merupakan angka yang digunakan untuk pengukuran TAT. Skema pengukuran tertera pada Gambar 1.

Daging buah manggis

10 gram pasta buah ditimbang

Dimasukan ke dalam labu takar 100 ml

Disaring

Diambil 25 ml hasil filtrasi

Dimasukan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP)

Dititrasi mengunakan NaOH 0,1 N

Volume NaOH yang dipakai untuk titrasi dicatat Gambar 1: Alur penentuan kadar ATT buah manggis.

Berdasarkan metode tersebut total asam tertitrasi dalam buah manggis dapat diketahui yang dihitung menggunakan rumus:

ATT= ml NaOH x N NaH x fp x 64 x 100 % mg contoh

Keterangan:

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0,1 N)

Tp = faktor pengenceran (100/25) 64 = faktor asam dominan

mg contoh = 10.000 mg

6. Kandungan kalsium dalam tanah, kulit buah, dan daun manggis .

Analisa kandungan kalsium dilakukan pada beberapa sampel tanah, buah, dan daun yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat AAS (atomic absorption spectrometer) yang terdapat pada laboratrium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Managemen Sumber Daya Lahan, IPB, Bogor. Skema pengukuran tertera pada Gambar 2.

Sampel Tanah

2 gram sampel tanah ditimbang

2 gr tanah ditambah dengan 40 ml NH4OAC pH 7

Disaring

1 ml hasil filtrasi diambil

Dimasukan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 8 ml aquades dan 1 ml NH4OAC

Kandungan Ca dibaca dengan menggunakan AAS Gambar 2: Alur penentuan kandungan kalsium tanah

Proses pengerjaan analisis kandungan kalsium pada kulit buah sama dengan daun manggis. Skema pengukuran tertera pada Gambar 3.

Sampel Daun

Daun dioven daun untuk mendapat berat kering

1 gr berat kering daun ditimbang

Ditambahkan 10 tetes HCl pekat

Disimpan di hot plat sampai kering

Ditambahkan 10 ml HCl 1 N

Disaring

Diambil filtrate 1 ml menggunakan pipet

Ditambahkan 10 ml HCl 1 N dan aquades hingga volume campuran 50 ml

Kandungan Ca dibaca dengan menggunakan AAS

Gambar 3: Alur penentuan kandungan kalsium daun 7. Pengukuran pH tanah.

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH meter. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah SMP (Schoemaker McLean, dan Pratt) dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan akuades dengan perbandingan 1 : 2.5, kemudian diamkan selama 30 menit. Tambahkan larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama dan kocok campuran tersebut lalu ukur kembali pHnya dengan pH meter. Angka yang terbaca pada pH meter merupakan pH tanah.

8. Pencemaran getah kuning di eksokarp.

Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase buah manggis yang memiliki getah kuning skor 1-3 pada eksokarpnya (Wulandari 2008). Rumus yang digunakan dalam pengamatan adalah sebagai berikut:

% GK ekso= Jumlah buah dengan getah kuning di eksokarp skor 1-3 x 100% Total buah sampel

9. Pencemaran getah getah kuning di aril.

Pengamatan dilakukan dengan menghitung persentase buah manggis yang memiliki getah kuning skor 1-2 pada aril buah (Wulandari 2008). Rumus yang digunakan dalam pengamatan adalah sebagai berikut:

% GK aril= Jumlah buah dengan getah kuning di aril skor 1-3 x 100% Total buah sampel

10. Intensitas pencemaran getah kuning pada eksokarp.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan skor getah kuning yang digunakan Kartika (2004). Skor getah kuning pada eksokarp adalah sebagai berikut:

Skor 1 : baik sekali, kulit buah mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur

Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah warna buah kusam

11. Intensitas pencemaran getah kuning pada aril.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan skor getah kuning sesuai dengan Kartika (2004). Skor getah kuning pada aril buah adalah sebagai berikut:

Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah

Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung juring.

Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning pada salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit

Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik pada ujung juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik diujung juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging menjadi kuning.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait