• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis sampel tanah sebelum perlakuan menunjukkan sifat-sifat kimia

tanah sebagai berikut: pH= 5.4 (sangat rendah), C-Org= 1.54% (rendah), N-Total= 0.16% (rendah), C/N= 9.75 (rendah), P= 3.73 ppm (rendah), Ca= 0.73

me/100g (sangat rendah), B= 0.79 ppm (sangat rendah), KTK= 12.81% (rendah), KB= 13.07% (sangat rendah), Al dd= 47.73% (tinggi). Sifat fisik berupa tekstur tanah dikategorikan liat dengan komposisi pasir= 8%, debu= 18% dan liat= 74%. Hasil analisis tanah awal disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil analisa tanah dapat dikatakan bahwa kondisi awal tanah pada lokasi percobaan memiliki kesuburan kimia tanah yang rendah. Rincian kriteria penilaian sifat-safat kimia tanah diuraikan dalam Lampiran 4.

Salah satu penyebab sangat rendahnya ketersediaan kalsium dan boron adalah kondisi tanah masam yang disertai dengan kelarutan Al yang tinggi. Tanah masam cenderung memiliki tingkat kejenuhan Al yang tinggi (Hakim et al.1986). Pada tanah masam dengan pH 5.4 akan terjadi peningkatan okupasi Al terhadap wilayah cation exchanges padamineral liat yang seharusnya ditempati oleh kation Ca atau Mg (Marschner 1995).

Hakim et al. (1986) mengemukakan bahwa tingginya kejenuhan Al pada rhyzosphera dapat menurunkan kelarutan hara lain pada larutan tanah. Selanjutnya Marschner (1995) mengatakan bahwa kelarutan Al yang tinggi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan akar tanaman. Dengan demikian pH tanah yang rendah dan disertai dengan kejenuhan Al yang tinggi dapat mengakibatkan rendahnya kelarutan Ca dan B dalam larutan tanah serta ganggungan terhadap daya perakaran tanaman.

Pengaruh perlakuan kalsium terhadap perubahan sifat kimia tanah disajikan pada Tabel 2. Dari hasil analisis menunjukkan ada perbaikan sifat kimia tanah yang mendapat perlakuan 5.79 kg Ca/pohon.

Tabel 2. Sifat-sifat kimia tanah 10 minggu setelah aplikasi perlakuan. Perlakuan pH (H2O) KTK (%) KB (%) Al dd (%) Ca (me/100g) B (ppm) 0 kg Ca/pohon 4.90 14.37 27.20 55.56 1.59 0.66 5.79 kg Ca/pohon 5.10 15.41 35.99 34.53 3.47 1.19

Dibandingkan dengan tanaman kontrol, perbaikan tersebut meliputi peningkatan pada pH sebesar 4.1%, Ca= 118.9%, B= 80.7%, KTK= 7.3%, KB= 32.3%, dan penurunan atas kejenuhan Al sebesar 37.8%. Dari data perubahan sifat kimia tanah tersebut terindikasi ada kaitan yang erat antara pH dan kejenuhan Al terhadap status ketersediaan Ca dan B dalam larutan tanah. Ion CO3-2 yang berasal dari kapur sangat kuat dalam menarik ion H, sehingga menurunkan konsetrasi H+dalam larutan tanah (Hakim et al. 1986).

Pengusiran Al dari komplek jerapan ditandai dengan pengikatan Al oleh OH-. Setelah terbentuknya Al(OH)3 maka misel segera ditempati oleh Ca maupun kation lain sehingga terjadi peningkatan konsentrasi kation dalam larutan tanah (Hakim et al. 1986). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penambahan kalsium melalui pengapuran dapat meningkatkan kelarutan kation (termasuk Ca dan B) dalam larutan tanah.

Pencemaran Getah Kuning

Hasil perhitungan pencemaran getah kuning di aril dan eksokarp buah manggis tersaji pada Tabel 3. Perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1 .tahun-1 melalui tanah + 1.55 g B.pohon-1.tahun-1 melalui tanah, memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kalsium dan boron lainnya dalam menurunkan tingkat pencemaran getah kuning pada aril buah manggis.

Table 3. Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap pencemaran getah kuning.

Perlakuan Getah Kuning (%)

Pada aril Pada eksokarp Tanpa pupuk (sebagai kontrol) 67.6(8.7)a 100(10.5)

5.79 kg Ca/pohon 82.3(9.5)ab 92.7(10.1)

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 100(10.5)b 90.8(10.0) 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 95.4(10.3)b 94.7(10.2) 1.553 g B/pohon melalui tanah 91.3(10.1)b 90.5(10.0) 0.047 g B/pohon melalui daun 97.9(10.4)b 95.8(10.3)

Uji F ** tn

Keterangan: Angka dalam kurung merupakan transformasi data menggunakan √x+0.5. Angka

-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%,( **)= beda nyata pada taraf 1%, tn= tidak nyata.

Pencemaran getah kuning dapat diturunkan hingga 0% pada aril buah. Menurut BSN (2009) maksimal getah kuning pada buah layak ekspor sebesar 5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1 .tahun-1 + 1.55 g B.pohon-1.tahun-1 melalui tanah dapat meningkatkan volume buah yang layak ekspor.

Data pada Tabel 3 juga menunjukkan perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1 .tahun-1 +0.047 g B.pohon-1.tahun-1 melalui daun, 1.553 g B/pohon melalui tanah, 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 melalui daun mampu menurunkan percemaran getah kuning yang lebih rendah dibandingkan dengan control (tanpa aplikasi kalsium ataupun boron). Hal ini merupakan indikasi bahwa penambahan boron memiliki peranan dalam menurunkan pencemaran getah pada aril buah, karena mampu memberikan pengaruh yang berbeda nyata baik pada aplikasi tunggal maupun bersamaan dengan kalsium. Rekapitulasi sidik ragam dirinci pada Lampiran 5.

Perbaikan sifat kimia tanah yang diberi perlakuan kalsium ditandai dengan meningkatnya pH tanah dan disertai dengan penurunan dominasi Al pada cation exchanges sites serta penurunan kelarutan Al dalam larutan tanah. Cation exchanges sites tersebut seharusnya ditempati oleh kation Ca+ atau Mg+ (Marschner 1995). Dengan menurunnya kelarutan Al maka terjadi peningkatan konsentarsi kation lain (termasuk kation Ca dan B dalam larutan tanah dan pada cation exchanges sites) sehingga daya serap hara oleh akar tanaman manggis juga meningkat.

Tanaman yang mendapat perlakuan kalsium yang disertai dengan penambahan boron, mendapat suplai hara dari akar yang lebih selama fase perkembangan buah bila dibandingkan dengan tanaman kontrol. Boron yang dapat diserap oleh akar tanaman akan segera ditranslokasi ke bagian tanaman yang sedang tumbuh dengan laju pergerakan yang sangat dipengaruhi oleh transpirasi (Blevins & Lukaszewski 1998). Demikian juga dengan kalsium yang dapat ditransportasi dalam sistem perakaran melalui lintasan apoplasmik untuk memenuhi kebutuhan tajuk dan buah (White 2001). Dalam percobaan ini kondisi cuaca dengan jumlah hari hujan yang cukup merupakan salah satu faktor yang dapat menjaga kelembaban tanah yang selanjutnya mendukung peningkatan daya serap boron dan kalsium oleh akar tanaman. Data cuaca dirinci pada Lampiran 6.

Ketersediaan kalsium dan boron selama fase pertumbuhan dan perkembangan buah sangat penting. Ini berkaitan dengan kesempurnaan buah

yang dihasilkan melalui keutuhan struktur sel penyusun buah. Dalam fase perpanjangan dan pembelahan sel, tanaman sangat memerlukan ketersediaan unsur kalsium (White 2001) dan boron yang cukup (Dear dan Weir 2004). Keutuhan dinding sel epitel terjadi bila sumplai kalsium dan boron dapat memenuhi kebutuhan perkembangan sel tersebut. Dapat dikatakan bahwa pemberian kalsium dan boron akan meningkatkan keutuhan sel epitel dan mencegah pecahnya saluran getah kuning dalam perikarp.

Perhitungan terhadap buah layak ekspor berdasarkan cemaran pada eksokarp yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kalsium dan boron memberikan respon yang tidak berbeda nyata menurunkan pencemaran getah kuning pada eksokarp kulit buah manggis. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Wulandari (2008) dan Dorly (2009) yang menemukan terjadinya penurunan pencemaran getah kuning pada eksokarp kulit buah manggis yang diberi perlakuan kalsium. Tidak berpengaruhnya perlakuan kalsium dan boron terhadap pencemaran getah kuning pada eksokarp diduga akibat faktor lingkungan yang juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran getah kuning pada buah.

Pencemaran getah kuning pada kulit buah dapat terjadi akibat gesekan atau benturan (Mansyah et al. 2007). Kerusakan saluran getah kuning juga dapat disebabkan oleh hama dan penyakit (Deptan 2009). Disamping itu ketidaktersedian kalsium dan boron dalam jumlah yang cukup saat fase pembentukan dan pertumbuhan eksokap dalam percobaan ini, diduga sebagai penyebab tidak berbedanya respon atas perlakuan yang diberikan. Johnson dan Delong (1973) mengatakan bahwa terjadi peningkatan konsentarsi B yang pesat diawal pembentukan buah apel dan selanjutnya menurun secara drastis hingga memasuki fase pematangan dengan besar penurunan konsentrasi B hingga 50% dari konsentrasi B diawal perkembangan buah.

Skor Getah Kuning

Hasil perhitungan terhadap intensitas pencemaran getah kuning pada aril dan eksokarp buah manggis disajikan pada Tabel 4. Perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1 +1.553 g B.pohon-1.tahun-1 melalui tanah, 5.79 kg Ca.pohon-1 .tahun-1 +0.047 g B.pohon-1.tahun-1 melalui daun, 1.553 g B.pohon-1.tahun-1 melalui tanah, 0.047 g B.pohon-1.tahun-1 melalui daun secara nyata memberikan pengaruh yang berbeda dalam menurunkan skor getah kuning pada aril buah

dibandingkan dengan tanaman kontrol, namun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 5.79 kg Ca.pohon-1.tahun-1.

Table 4. Skor getah kuning pada buah manggis 10 minggu setelah perlakuan

Perlakuan

Skor getah kuning Aril Eksokarp

Tanpa pupuk (sebagai kontrol) 1.9 a 2.3

5.79 kg Ca/pohon 1.6 ab 2.0

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 1.0 b 2.3 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 1.2 b 2.1

1.553 g B/pohon melalui tanah 1.3 b 2.2

0.047 g B/pohon melalui daun 1.1 b 2.2

Uji F * tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, (*)= beda nyata pada taraf 5%, tn= tidak nyata.

Penurunan intensitas pencemaran getah kuning pada aril diduga berkaitan dengan peningkatan kandungan boron pada buah saat fase perkembangannya. Aplikasi Ca melalui pengapuran mampu memperbaiki sifat-sifat kimia tanah sehingga meningkatkan kelarutan hara dan meningkatan potensi daya serap hara oleh akar tanaman termasuk hara boron. Ini dapat dilihat pada Tabel 5, dimana perlakuan penambahan kalsium dan boron meningkatkan kandungan boron pada endokarp.

Peranan boron dalam tanaman sangat erat kaitannya dengan pembelahan dan pembesaran sel pada bagian yang sedang tumbuh atau berkembang (Dear dan Weir 2004). Tanaman yang tidak mendapat suplai boron yang cukup sangat rentan mengalami kerusakan pada tingkat sel, termasuk pecahnya saluran getah kuning. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penambahan kalsium yang disertai dengan penambahan boron (melalui tanah maupun melalui daun) dan perlakuan boron (melalui tanah maupun melalui daun) dapat menurunkan intensitas pencemaran getah kuning pada aril buah

Hasil perhitungan intensitas pencemaran getah kuning di eksokarp buah manggis yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata terhadap skor getah kuning di eksokarp. Pengaruh yang tidak berbeda nyata tersebut diduga akibat adanya faktor

lingkungan baik biotik maupun abiotik yang dapat menyebakan terjadinya pencemaran getah kuning pada eksokarp. Ini sejalan dengan hasil perhitungan pencemaran getah kuning di eksokarp yang disajikan pada Tabel 3. Hasil perhitungan tersebut juga menunjukkan respon perlakuan kalsium dan boron yang tidak berbeda nyata dalam menurunkan pencemaran getah kuning pada eksokarp buah manggis.

Kandungan Boron di Perikarp

Hasil pengukuran kandungan B dalam endokarp, mesokarp dan eksokarp buah manggis disajikan pada Tabel 5. Perlakuan 5.79 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon melalui tanah memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan keempat perlakuan kalsium dan boron lainnya dalam meningkatkan kandungan B di endokarp. Perlakuan 5.79 kg Ca/pohon, 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun, 1.553 g B/pohon melalui tanah, 0.047 g B/pohon melalui daun, 5.79 kg Ca/pohon tidak berbeda nyata dibandingkan dengan tanaman kontrol (tanpa perlakuan Ca dan atau B). Dapat dikatakan bahwa perlakuan kalsium yang disertai dengan boron melalui tanah mampu meningkatkan kandungan boron dalam endokarp buah manggis. Perlakuan kalsium (yang tidak disertai dengan penambahan boron) dan perlakuan kalsium dengan penambahan boron (melalui daun) serta perlakuan boron (melalui tanah atau memalui daun) tidak dapat meningkatkan kandungan boron di endokarp buah manggis.

Tabel 5. Rata-rata kandungan boron pada perikarp buah manggis 10 minggu setelah perlakuan.

Perlakuan Boron (ppm)

Endo Meso Ekso Tanpa pupuk (sebagai kontrol) 33.42 b 29.15 46.13

5.79 kg Ca/pohon 37.23 b 30.54 49.80

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 99.88 a 35.79 43.40 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 47.62 b 39.26 52.35 1.553 g B/pohon melalui tanah 50.18 b 33.54 46.95 0.047 g B/pohon melalui daun 48.02 b 55.42 52.78

Uji F * tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%, (*)= beda nyata pada taraf 5%, tn= tidak nyata.

Pada tanaman berkayu kandungan boron dalam jaringan tanaman umumnya berkisar 80- 100 ppm (Marschner 1995). Dari data Tabel 5 menunjukkan bahwa hanya perlakuan 5.79 kg Ca/pohon+1.55 g B/pohon melalui tanah yang dapat meningkatkan kandungan B dalam endokarp diatas batas minimum, sementara perlakuan kalsium dan boron lainnya serta perlakuan kontrol tidak dapat meningkatkan kandungan boron diatas 80 ppm.

Brown dan Hu (1998) menemukan bahwa mayoritas boron pada sel tanaman tembakau berasosiasi dengan pectic dan terakumulasi dengan cepat pada dinding sel primer saat fase pertumbuhan. Dengan demikian boron yang terserap oleh endokarp buah manggis juga terakumulasi di dinding sel primer dan lemela tengah.

Pada tingkat seluler Iwai et al. (2006) menyebutkan bahwa boron berfungsi untuk menstabilkan dinding sel melalui pembentukan boraterhamnogralacturonan II (RG-II, secara truktural merupakan komplek pectic polycaccharide pada dinding sel primer). Sejalan dengan itu Ryden et al. (2003), mengemukakan bahwa komplek borate –RG II, berfungsi dalam memperkuat tegangan dinding sel. Dalam pembentukan kompleks RG-II tersebut hara B mutlak diperlukan. Tanaman yang tidak memiliki kandungan B yang cukup tidak dapat membentuk komplek RG-II sesuai dengan kebutuhan perkembangan dindiding sel tanaman. Akibatnya dinding sel kekurangan komplek perekata tersebut.

Perubahan komposisi penyusun utama cross links pada dindiding sel (cellulosic polymers) dapat mengakibatkan perubahan sifat mekanika dinding sel yang sedang tumbuh atau berkembang (Carpita dan Gibeaut 1993). Oleh karena itu defisiensi boron pada fase perkembangan endokarp dapat mengakibatkan terjadikan kerusakan pada tingkat sel dan jaringan di dalam perikarp. Ini terjadi akibat tekanan yang berasal dari pertumbuhan aril yang cepat pada kondisi buah defisiensi boron. Dalam percobaan ini ditemukan pencemaran getah kuning yang nyata lebih tinggi pada kondisi buah dengan kandungan boron dibawah 80 ppm pada Tabel 3.

Brown dan Hu (1998) menemukan bahwa B menjadikan dinding sel primer lebih lentur saat terjadinya tekanan akibat pertumbuhan. Peningkatan kandungan boron pada endokarp menjadikan sel-sel pada jaringan tersebut lebih stabil dan lentur serta tahan terhadap perubahan tekanan terutama pada fase pertumbuhan dan perkembangan endokarp. Bahkan dengan pembentukan cross link pada pectin, boron dapat menjaga Ca pada dinding sel (Clarkson dan Hanson 1980).

Dari Tabel 5 juga menunjukkan bahwa status hara pada endokarp tergolong rendah kecuali pada tanaman yang mendapat perlakuan 5.79 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon melalui tanah. Boron penting sebagai bagian dari struktur dinding sel (Iwai et al 2006). Salah satu fungsi penting dari boron adalah sebagai penstabil dindiding sel (White dan Broadley 2003). Dengan demikian peningkatan potensi daya serap hara boron oleh akar dapat meningkatkan kestabilan dinding sel pada endokarp. Kestabilan dinding yang dihasilkan bergantung pada kelenturan ikatan yang dihasilkan oleh asosiasi B dan pectic. Boron cross-link dengan glycolproteins pada membran sel dan diduga kuat mengatur sifat fisik seperti ketidakstabilan membrane (Bell dan Dell 2008).

Hasil pengukuran kandungan B di mesokarp yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan B di mesokarp. Ini berarti perlakuan kalsium dan boron tidak dapat menaikan kandungan B di mesokarp. Untuk kandungan B di eksokarp yang hasil pengukurannya disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan kandungan B di eksokarp. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penambahan kalsium dan boron tidak dapat menaikan kandungan B di eksokarp.

Kandungan Kalsium di Perikarp

Hasil pengukuran terhadap kandungan Ca dalam endokarp, mesokarp, dan eksokarp disajikan pada Tabel 6. Perlakuan kalsium dan boron tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kandungan kalsium di endokap, mesokarp dan eksokarp buah manggis. Kelima perlakuan kalsium dan boron tersebut juga tidak memberikan respon yang berbeda nyata dengan tanaman kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbaikan sifat kimia tanah dan penambahan boron tidak dapat meningkatkan kandungan kalsium dalam ketiga perikarp buah manggis.

Pengaruh aplikasi kalsium dan boron yang tidak berbeda nyata terhadap kandungan kalsium di endokarp, mesokarp, dan eksokarp diduga kuat berkaitan dengan waktu aplikasi yang dilakukan setelah fase pertumbuhan cepat pada perikarp. Ca bersifat immobil dan tidak dapat diretranslokasi dalam tanaman (Marschner 1995). Akibatnya serapan kalsium oleh akar yang berasal dari larutan tanah (termasuk yang ditambahkan) lebih terakumulasi di dalam daun dan tidak dapat di retranslokasi ke endokarp buah manggis. I ni sejalan dengan hasil

pengukuran kandungan kalsium di daun yang tersaji pada Tabel 8, dimana terjadi peningkatan kandungan kalsium pada seluruh perlakuan termasuk pada tanaman kontrol.

Tabel 6. Rata-rata kandungan kalsium pada perikarp buah manggis 10 minggu setelah perlakuan.

Perlakuan Kalsium (%)

Endo Meso Ekso Tanpa pupuk (sebagai kontrol) 0.07 0.07 0.07

5.79 kg Ca/pohon 0.07 0.07 0.08

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 0.09 0.09 0.06 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 0.10 0.09 0.08 1.553 g B/pohon melalui tanah 0.08 0.09 0.11 0.047 g B/pohon melalui daun 0.08 0.09 0.08

Uji F tn tn tn

Keterangan: tn= tidak nyata.

Faktor yang Mempengaruhi Getah Kuning

Hasil uji regresi beberapa peubah antara satu sama lainnya disajikan pada Tabel 7. Dari hasil regresi menunjukkan bahwa peubah kandungan B di endokarp memiliki korelasi yang nyata terhadap pencemaran getah kuning pada aril buah.

Tabel 7. Hubungan regresi total pencemaran dan intensitas pencemaran getah kuning di aril buah terhadap Ca dan B di perikarp berdasarkan model regresi linier.

Peubah Koefisien Korelasi Pencemaran getah kuning di aril Skor getah kuning di aril B eksokarp B mesokarp B endokarp Ca eksokarp 0.14 tn 0.15 tn -0.12 tn Ca mesokarp - 0.01 tn -0.17 tn 0.17 tn Ca endocarp - 0.20 tn -0.30 tn -0.17 tn B eskokarp 0.18 tn 0.07 tn B mesokarp 0.12 tn 0.01 tn B endokarp - 0.64 ** -0.42 tn

Keterangan : TPGK= total pencemaran getah kuning, IPGK= intensitas pencemaran getah kuning, tn= tidak berbeda nyata,( **) = berbeda nyata berdasarkan uji regresi pada taraf 1%.

Korelasi yang terjadi antara kandungan boron di endokarp dengan pencemaran getah kuning di aril bersifat negatif dimana, peningkatan kandungan B endokarp akan diikuti penurunan total pencemaran getah kuning di aril dengan koefisien korelasi sebesar -0.64. Korelasi yang nyata dan bersifat negatif dapat dilihat pada perlakuan 5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah yang secara nyata menaikkan kandungan boron di endokarp (Tabel 5) dan selanjutnya disertai dengan penurunan total pencemaran getah kuning pada aril buah (Tabel 4). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peningkatan kandungan hara boron tanah yang diperoleh melalui perbaikan sifat kimia tanah memiliki hubungan yang erat dengan penurunan pencemaran getah kuning pada aril buah manggis. Untuk peubah lainnya yang diamati dalam penelitian ini tidak memiliki korelasi yang nyata satu sama lainnya. Rekapitulasi uji regresi tersaji pada Lampiran 7.

Kandungan Kalsium di Daun

Hasil pengukuran kandungan kalsium di daun disajikan pada Table 7. Dari hasil pengukuran menunjukkan adanya peningkatan kandungan kalsium pada 10 minggu setelah perlakuan. Masing-masing peningkatan kandungan kalsium sebagai berikut; 5.79 kg Ca/pohon= 184%, 5.79 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon melalui tanah= 186%, 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun= 199%, 1.553 g B/pohon melalui tanah= 177%, 0.047 g B/pohon melalui daun= 157%. Demikian juga untuk tanaman tanpa perlakuan atau control yang mengalami peningkatan kandungan Ca di daun sebesar 225%.

Tabel 8. Rata-rata kandungan kalsium daun pada 0 dan 10 minggu setelah perlakuan

Perlakuan Kandungan Ca (%)

0 MSP 12 MSP

Tanpa pupuk (sebagai kontrol) 0.12 0.33

5.79 kg Ca/pohon 0.12 0.34

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 0.12 0.34 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 0.13 0.37

1.553 g B/pohon melalui tanah 0.12 0.31

0.047 g B/pohon melalui daun 0.11 0.37

Peningkatan kandungan Ca di daun setelah 10 MSP merupakan indikasi terjadinya penimbunan Ca. Penimbunan ini erat kaitannya dengan sifat Ca yang tidak dapat diretranslokasi. Ca bersifat immobil pada tanaman (Marschner 1995) dan konsentrasi Ca di daun tidak berkorelasi dengan konsterasi Ca pada buah mangga (Bally 2007).

Kandungan B di Daun

Hasil pengukuran kandungan boron di daun disajikan pada Table 9 Dari hasil pengukuran menunjukkan adanya penurunan kandungan boron pada 10 minggu setelah perlakuan. Masing-masing perlakuan yang memberikan penurunan kandungan boron sebagai berikut; 5.79 kg Ca/pohon= 25%, 5.79 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon melalui tanah= 7%, 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun= 3%, 1.553 g B/pohon melalui tanah= 45%, 0.047 g B/pohon melalui daun= 25%, tanpa perlakuan atau control= 36%.

Tabel 9. Rata-rata kandungan boron daun 0 dan 10 minggu setelah perlakuan (MSP)

Perlakuan Kandungan B (ppm)

0 MSP 12 MSP

Tanpa pupuk (sebagai kontrol) 68.22 54.64

5.79 kg Ca/pohon 69.54 64.92

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 66.26 64.25 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 67.33 46.42

1.553 g B/pohon melalui tanah 83.54 66.92

0.047 g B/pohon melalui daun 88.42 64.78

(MSP= minggu setelah perlakuan, standar B= 80-100 ppm oleh Marschner (1995).

Penuruan kandungan boron dalam percobaan ini diduga akibat adanya retranslokasi B dari daun menuju buah yang sedang berkembang yakni bagian perikarp terdalam. Retranslokasi boron pada tanaman Lupinus albus L terjadi dari bagian daun tanaman menuju akar melalui phloem lalu ditranslokasi kembali ke silem untuk selanjutnya menuju pucuk atau bagian generatif yang sedang tumbuh dan berkembang (Huang et al. 2008).

Rendahnya sifat kimia tanah dapat terlihat dari status hara jaringan daun. Kandungan daun hara rata-rata untuk kalsium dan boron masing-masing hanya sebesar 0.12% dan 73.8 ppm. Standar minimum kecukupan hara pada jaringan

daun yakni 0.5 % untuk Ca dan 80 ppm untuk B (Marschner 1995). Dari kedua status hara baik pada larutan tanah maupun dalam jaringan tanaman maka dapat dikatakan bahwa kondisi awal tanah dan tanaman defisit hara Ca dan B. Status hara tersebut merupakan indikasi ketidakcukupan hara yang bersumber dari translokasi melalui sistem silem dan retranslokasi melalui ploem.

Kualitas Fisik Buah

Hasil pengukuran terhadap diameter, bobot, dan kekerasan kulit buah manggis disajikan pada Tabel 10. Perlakuan 5.79 kg Ca/pohon, 5.79 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon melalui tanah, 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun, 1.553 g B/pohon melalui tanah, 0.047 g B/pohon melalui daun, tanpa perlakuan (kontrol) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dalam meningkatkan diameter, bobot, dan kekerasan kulit buah manggis. Diameter buah yang diperoleh pada kisaran 4.8 – 5.2 cm. Berdasarkan standar BSN (2009) kategori diameter buah dikelompokan dalam kode 4 (kisaran 46-52 mm).

Tabel 10. Kualitas sifat fisik buah manggis 10 minggu setelah perlakuan.

Perlakuan Diameter Bobot

Kekerasan buah (cm) (g) (kg/cm3)

Tanpa pupuk (kontrol) 5.2 71.0 0.7

5.79 kg Ca/pohon 4.8 59.9 0.7

5.79 kg Ca/pohon+1.553 g B/pohon melalui tanah 5.0 62.3 0.8 5.79 kg Ca/pohon+0.047 g B/pohon melalui daun 5.1 65.6 0.9 1.553 g B/pohon melalui tanah 5.0 61.0 0.7 0.047 g B/pohon melalui daun 4.9 56.3 0.8

Uji F tn tn tn

Keterangan: tn= tidak nyata.

Hasil pengukuran terhadap bobot buah yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan kalsium dan boron tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dalam meningkatkan bobot buah. Perbedaan ketersediaan unsur Ca dan B di dalam tanah tidak berpengaruh terhadap pembentukan

Dokumen terkait