• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. HASIL ANALISIS FISIKO KIMIA SABUN

4. Bahan Tak Larut dalam Alkohol

Di dalam Annual book of ASTM (2001) dijelaskan bahwa bahan tak larut dalam alkohol pada sabun meliputi garam alkali seperti karbonat, silikat, fosfat dan sulfat serta pati. Total keseluruhan senyawa-senyawa tersebut dapat dihitung kadarnya yang disebut sebagai bahan tak larut dalam alkohol.

Keterangan : SNI mensyaratkan bahwa bahan tak larut dalam alkohol maksimal 2,5 %

Gambar 9. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan bahan tak larut dalam alkohol

BAHAN TAK LARUT DALAM ALKOHOL Bahan Tak Larut dalam Alkohol (%)

NaOH 30 % NaOH 35 % SNI

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua sabun memiliki nilai bahan tak larut dalam alkohol pada kisaran 0,565 – 0,765 %. SNI mensyaratkan bahwa bahan tak larut dalam alkohol maksimal 2,5 %.

Jadi, semua nilai bahan tak larut dalam alkohol tersebut masuk dalam nilai yang disyaratkan SNI. Data hasil analisis bahan tak larut dalam alkohol dapat dilihat pada Gambar 9.

Hasil analisis keragaman dengan tingkat kepercayaan 95 % (Į=0,05) yang disajikan pada Lampiran 7 (bagian b), menunjukkan bahwa baik tepung tapioka maupun konsentrasi NaOH tidak mempengaruhi secara nyata bahan tak larut dalam alkohol yang terkandung dalam sabun.

5. Kadar Alkali Bebas yang Dihitung Sebagai Kadar NaOH

Di dalam buku SNI (1994) dijelaskan bahwa alkali bebas ialah alkali dalam sabun yang tidak terikat sebagai senyawa. Kelebihan alkali dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,1 %. Kelebihan alkali pada sabun mandi dapat disebabkan jumlah alkali yang melebihi jumlah alkali yang digunakan untuk melakukan saponifikasi keseluruhan minyak menjadi sabun.

Alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi di sini ialah menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi 30 % dan 35 %.

Cavitch (1997) menjelaskan bahwa Percikan larutan NaOH dapat membuat kulit perih dan mengalami kebutaan. Oleh karenanya bekerja dengan larutan NaOH harus berhati-hati.

Pada proses pembuatan sabun/saponifikasi terjadi reaksi antara senyawa minyak dan alkali. Setelah sabun terbentuk maka akan masih ditemukan adanya senyawa alkali bebas. Perhitungan kadar alkali itulah yang nantinya disebut sebagai kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai kadar alkali bebas yang

Semua nilai tersebut masuk dalam syarat SNI, karena SNI mensyaratkan bahwa kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH maksimal 0,1 %. Data hasil analisis kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH dapat dilihat pada Gambar 10.

Hasil analisis keragaman dengan tingkat kepercayaan 95 % (Į=0,05) menunjukkan bahwa baik konsentrasi NaOH maupun tepung tapioka tidak mempengaruhi secara nyata kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH yang terkandung dalam sabun. Hasil analisis keragaman ini dapat dilihat pada Lampiran 8 (bagian b).

Keterangan : SNI mensyaratkan bahwa kadar alkali bebas yang dihitung sebagai NaOH maksimal 0,1 %

Gambar 10. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH

6. Minyak Mineral

Di dalam situs (http://www.britannica.com, 2004) dijelaskan bahwa minyak mineral merupakan cairan minyak yang jernih, tidak berwarna dan merupakan hasil samping dari destilasi minyak bumi.

Minyak mineral ialah zat yang tetap sebagai minyak dan pada penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai

KADAR ALKALI BEBAS YANG DIHITUNG SEBAGAI NaOH Alkali Bebas yang Dihitung Sebagai NaOH (%)

NaOH 30 % NaOH 35 %

SNI

dengan kekeruhan. Mineral merupakan senyawa yang mengandung unsur logam. Minyak mineral berarti minyak yang mengandung unsur logam.

SNI (1994) mensyaratkan kadar minyak mineral haruslah negatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua sabun yang dihasilkan memberikan hasil negatif yang menyatakan bahwa tiap-tiap sabun tersebut tidak mengandung minyak mineral dan masuk dalam syarat SNI.

7. Derajat Keasaman (pH)

Cavitch (1997) menjelaskan bahwa derajat keasaman atau pH mengukur tingkat keasaman dari suatu substansi dalam sebuah larutan.

Sebuah substansi yang terurai di dalam air dan dapat meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H+) suatu larutan disebut zat asam (memiliki nilai di bawah 7 pada skala pH). Sebuah substansi yang terurai di dalam air dan dapat meningkatkan ion hidroksil/hidroksida (OH-) suatu larutan disebut zat basa (memiliki nilai di atas 7 pada skala pH). Makin tinggi nilai pH, makin rendah konsentrasi ion hidrogen dan artinya makin sedikit substansi yang bersifat asam.

Wasitaatmadja (1997) menjelaskan bahwa derajat keasaman (pH) merupakan paramater yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena pH dari kosmetik yang dipakai mempengaruhi daya absorbsi kulit. Kosmetik dengan pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi teriritasi. Jellinek (1970) menjelaskan bahwa pH sabun umumnya berkisar antara 9,5 – 10,8. Kulit normal memiliki pH sekitar 5. Mencuci dengan sabun akan meningkatkan nilai pH kulit untuk sementara, akan tetapi kenaikan tersebut tidak akan melebihi nilai 7.

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua sabun memiliki nilai pH berkisar antara 9,375 – 9,815. Data hasil analisis derajat keasaman (pH) dapat dilihat pada Gambar 11.

Hasil analisis keragaman dengan tingkat kepercayaan 95 % (Į=0,05) pada Lampiran 10 (bagian b) menunjukkan bahwa tepung

terkandung dalam sabun, namun konsentrasi NaOH berpengaruh. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 10 (bagian c) menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH 30 % dan 35 % memberikan pengaruh yang nyata pada pH sabun.

Gambar 11. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan derajat keasaman (pH)

Pada Gambar 11. dapat dilihat bahwa konsentrasi NaOH memang berpengaruh nyata terhadap pH sabun. Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, maka semakin tinggi pH sabunnya.

Walaupun dengan komposisi NaOH yang sama, namun jika konsentrasinya berbeda tentu saja akan membedakan pH sabunnya.

Sabun yang dibuat dengan konsentrasi NaOH yang tinggi, maka sabun yang dihasilkan akan memiliki pH yang tinggi pula. Artinya sabun tersebut semakin bersifat basa.

8. Stabilitas Emulsi

Emulsi dalam situs (http://www.britannica.com, 2004) dijelaskan merupakan campuran dua atau lebih cairan dimana salah satu bentuk dari kedua cairan itu dalam ukuran tetesan-tetesan (droplets), mikroskopis, ultramikroskopis yang terdistribusi secara keseluruhan dalam cairan yang

DERAJAT KEASAMAN (pH)

lain. Emulsi terbentuk dari komponen cairan-cairan penyusunnya baik secara spontan atau seringkali terbentuk secara mekanik contohnya seperti agitasi.

Kestabilan emulsi dalam sabun dipengaruhi oleh jumlah asam lemak yang terkandung dalam sabun. Asam lemak ini berperan dalam menjaga konsistensi sabun. Kestabilan emulsi dalam sabun juga dipengaruhi oleh kadar air dan adanya bahan dasar yang bersifat higroskopis seperti gliserin dan EDTA. Semakin tinggi kadar air dalam sabun maka semakin tidak stabil sistem emulsinya.

Suryani et al, (2002) menjelaskan bahwa sabun padat termasuk dalam emulsi tipe w/o (water in oil). Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi perubahan warna dan memiliki konsistensi tetap. Stabilitas atau kestabilan suatu emulsi merupakan salah satu karakter penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap mutu produk emulsi ketika dipasarkan. Ketidakstabilan suatu sistem emulsi dapat diamati dari fenomena yang terjadi selama emulsi dibiarkan atau disimpan dalam jangka waktu tertentu.

Prinsip dasar tentang kestabilan emulsi adalah keseimbangan antara gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak yang terjadi antar partikel dalam sistem emulsi. Apabila kedua gaya ini dapat dipertahankan tetap seimbang atau terkontrol, maka partikel-partikel dalam sistem emulsi dapat dipertahankan agar tetap seimbang. Fase dominan (pendispersi) pada sabun mandi yang dihasilkan ialah fase minyak, sehingga pengemulsi (emulsifier) yang digunakan harus bisa larut dalam minyak.

Mutu produk emulsi salah satunya ditentukan oleh stabilitas emulsi, hal itu juga berlaku untuk sabun mandi yang merupakan produk emulsi. Penentuan stabilitas emulsi terhadap sabun bertujuan untuk mengetahui daya simpan sabun tersebut. Sabun mandi yang memiliki stabilitas emulsi yang baik akan memiliki daya simpan yang cukup panjang.

Hasil analisis menunjukkan bahwa semua sabun memiliki nilai stabilitas emulsi pada kisaran 83,435 – 85,520 %. Data hasil analisis stabilitas emulsi dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan stabilitas emulsi

Hasil analisis keragaman dengan tingkat kepercayaan 95 % (Į=0,05) pada Lampiran 11 (bagian b) menunjukkan bahwa baik konsentrasi NaOH maupun tepung tapioka tidak mempengaruhi secara nyata stabilitas emulsi sabun.

9. Stabilitas Busa

Piyali (1999) menjelaskan bahwa busa merupakan aspek penting dalam produk-produk deterjen dan surfaktan merupakan salah satu penghasil busa yang baik. Dua hal penting yang harus diperhatikan tentang busa adalah kecepatan menghasilkan busa dan stabilitas busa.

Faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut ialah konsentrasi ion logam yang terdapat dalam air seperti ion kalsium (Ca2+) dan ion

Di dalam situs (www.online-tensiometer.com, 2004) dijelaskan bahwa stabilitas busa yang baik dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada aplikasinya. Busa yang stabil cukup lama lebih diinginkan pada produk kesehatan tubuh karena busa dianggap membantu membersihkan tubuh, dan dengan busa yang melimpah wangi sabun akan lebih lama melekat pada tubuh. Busa yang kurang stabil biasanya untuk produk deterjen, karena jika busanya terlalu melimpah akan memperlama proses pembilasan. Nilai stabilitas busa diperoleh dari ukuran volume busa setelah didiamkan untuk periode waktu tertentu..

Shipp (1996) menjelaskan bahwa stabilitas busa dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan bahan atau komponen lain. Salah satu bahan tersebut ialah surfaktan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai stabilitas semua sabun berkisar antara 83,350 – 88,540 %. Data hasil analisis stabilitas busa dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan stabilitas busa

Hasil analisis keragaman dengan tingkat kepercayaan 95 % (Į=0,05) pada Lampiran 12 (bagian b) menunjukkan bahwa tepung

konsentrasi NaOH berpengaruh. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 12 (bagian c) menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH 30 % dan 35 % memberikan pengaruh yang nyata pada stabilitas busa sabun. Pada Gambar 13. terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOH nya maka akan semakin tinggi pula stabilitas busa sabun yang dihasilkan.

10. Kekerasan Sabun

Pengukuran tingkat kekerasan terhadap sabun mandi yang dihasilkan ialah dengan menggunakan penetrometer. Penetrometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan dari suatu bahan dengan cara menjatuhkan sebuah jarum ke dalam benda tersebut.

Kedalaman dari penetrasi jarum ke dalam sampel dinyatakan dalam sepersepuluh meter dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer. Semakin dalam sampel tersebut ditembus oleh jarum berarti sampel tersebut semakin lunak.

Asam lemak yang terkandung dalam sabun akan mempengaruhi tingkat kekerasan. Asam lemak laurat, miristat, palmitat dan stearat mempunyai karakteristik mengeraskan (hardening), sedangkan asam lemak oleat yang merupakan asam lemak dominan sabun mandi pada penelitian ini tidak memiliki karakteristik tersebut.

Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap dan memiliki titik cair yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak yang mengandung banyak ikatan rangkap, sehingga asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang.

Berdasarkan hal tersebut, maka asam lemak jenuh dapat digunakan pada pembuatan sabun batang. Semakin banyak jumlah asam lemak jenuh yang terkandung dalam sabun, maka sabun yang dihasilkan akan semakin keras. Kekerasan sabun juga dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam sabun. Semakin tinggi kadar airnya, maka semakin lunak sabun yang terbentuk. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua sabun memiliki nilai kekerasan pada kisaran 3,135 – 4,775 mm/g.detik. Data hasil analisis stabilitas busa dapat dilihat pada Gambar 14.

Hasil analisis keragaman dengan tingkat kepercayaan 95 % (Į=0,05) pada Lampiran 13 (bagian b) menunjukkan bahwa baik tepung tapioka maupun konsentrasi NaOH mempengaruhi secara nyata tingkat kekerasan sabun. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 13 (bagian c) menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi tepung tapioka menunjukkan perbedaan yang nyata. Begitu pula halnya dengan konsentrasi NaOH, hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 13 (bagian d) menunjukkan bahwa konsentrasi NaOH 30 % berbeda nyata dengan konsentrasi NaOH 35 %.

Gambar 14. Histogram hubungan antara konsentrasi NaOH, tepung tapioka dan kekerasan

Pada Gambar 14. terlihat bahwa makin tinggi konsentrasi tepung tapioka yang ditambahkan pada formula sabun, maka semakin mengeraskan sabun. Perbedaan yang mencolok juga terlihat pada penggunaan konsentrasi NaOH yang berbeda. Konsentrasi NaOH yang berbeda akan mempengaruhi kekerasan sabun yang dihasilkan. Makin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan, sabun akan semakin keras.

KEKERASAN PRODUK

9. Rekapitulasi data rata-rata hasil analisis fisiko kimia Hasil Analisis Konsentrasi tepung tapioka (%) NaOH 30 %NaOH 35 %Analisis 02,557,502,557,5

StandarKeterangan air dan zat menguap (%) 14,81014,08013,77013,47013,92513,69513,61513,520Maks 15 % (SNI)Masuk standar h asam lemak (%) 81,36582,83083.07583,71078,70578,30078,06077,615Min 70 % (SNI)Masuk standar fraksi tak tersabunkan (%) 7,6207,7057,5757,7107,4907,6657,6457,385Maks 2,5 % (SNI)Tidak masuk standar tak larut dalam alkohol (%) 0,6950,6950,5650,6500,7650,7550,7600,760Maks 2,5 % (SNI)Masuk standar alkali bebas yang dihitung NaOH (%) 0,0250,0300,0300,0200,0450,0250,0450,020Maks 0,1 % (SNI)Masuk standar k mineralnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifnegatifNegatif (SNI)Masuk standar keasaman (pH) 9,5809,4309,5009,3759,7359,7509,7009,8159,5 10,8 (Jellinek, 1970) Masuk standar as emulsi (%) 84,39084,84083,43584,24085,11083,80584,99585,520Tidak disyaratkan dalam SNI as busa (%) 85,18584,61583,35085,52586,39585,35088,54085,585Tidak disyaratkan dalam SNI asan sabun (%) 4,7754,6004,6004,3853,6653,5203,3103,135Tidak disyaratkan dalam SNI

D. HASIL UJI ORGANOLEPTIK SABUN

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan panelis terhadap sabun mandi pada penelitian ini. Uji organoleptik di sini meliputi uji penerimaan panelis terhadap tekstur, penampakan, pembusaan sabun, serta kesan lembut dan kesan kesat pada kulit. Panelis yang dipilih termasuk kategori panelis tidak terlatih berjumlah 25 orang yang sudah terbiasa menggunakan sabun mandi khususnya sabun mandi opaque. Hasil uji organoleptik bersama-sama hasil analisis fisiko kimia nantinya digunakan untuk menentukan sabun mandi yang terbaik.

Pada uji organoleptik ini panelis akan diminta tanggapannya terhadap delapan buah sabun mandi dengan konsentrasi tepung tapioka dan NaOH yang berbeda. Tanggapan yang diberikan oleh panelis direpresentasikan dalam bentuk nilai antara 1 sampai dengan 5 dengan penjelasan sebagai berikut : o Nilai 1 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan sangat tidak suka o Nilai 2 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan tidak suka o Nilai 3 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan biasa saja/netral o Nilai 4 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan suka

o Nilai 5 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan sangat suka

Pada uji organoleptik ini ke delapan buah sabun mandi yang diujikan diberi kode angka tertentu yang menunjukkan konsentrasi tepung tapioka dan NaOH yang terkandung di dalamnya. Kode angka ke delapan buah sabun tersebut bisa dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kode sabun untuk uji organoleptik

Kode

1. Tekstur

Uji tekstur merupakan uji untuk mengetahui tanggapan panelis tentang tekstur sabun mandi yang diberikan pada mereka dengan cara menyentuh, memegang, meremas, mencuil, merasakan serpihannya, dan lain sebagainya. Sensasi yang dirasakan panelis ialah tingkat kekasaran, kekerasan dan kekesatan sabun tersebut untuk kemudian diberikan penilaian sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.

Pada Gambar 15. dapat dilihat bahwa sebagian besar panelis memberikan kesan tidak suka (nilai 2) dan netral (nilai 3) pada sabun-sabun yang diujikan. Modus sabun-sabun terlihat pada nilai 3 atau kesan netral, yakni sabun dengan kode 478, artinya panelis banyak yang memberikan kesan netral pada sabun ini. Secara keseluruhan, tekstur semua sabun yang diujikan kurang disukai panelis.

Gambar 15. Grafik hasil uji kesukaan terhadap tekstur

Hasil uji Friedman dengan tingkat kepercayaan 95 (Į=0,05) pada Lampiran 18. menunjukkan bahwa baik konsentrasi tepung tapioka maupun NaOH berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap tekstur sabun. Peningkatan konsentrasi tepung tapioka dan NaOH

TEKSTUR

membuat sabun menjadi lebih keras dan kasar, jenis sabun seperti itu ternyata kurang disukai panelis.

2. Penampakan

Uji penampakan merupakan uji untuk menilai penampilan dari sabun mandi yang dihasilkan. Panelis diminta untuk menilai penampakan sabun mulai dari konsistensi warna dan bentuk sabun yang dihasilkan untuk kemudian memberikan penilaian sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.

Pada Gambar 16. terlihat bahwa sebagian besar panelis memberikan kesan netral pada ke semua sabun yang diujikan. Modus sabun terlihat pada kesan netral, yakni pada sabun dengan kode 364 dan 703, artinya panelis banyak yang memberikan kesan netral pada sabun ini. Secara keseluruhan, penampakkan semua sabun yang diujikan berkesan netral bagi panelis.

Gambar 16. Grafik hasil uji kesukaan terhadap penampakan

Hasil uji Friedman dengan tingkat kepercayaan 95 (Į=0,05) pada Lampiran 21. menunjukkan bahwa konsentrasi tepung tapioka berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap penampakan sabun.

PENAMPAKAN

Peningkatan konsentrasi tepung tapioka membuat sabun menjadi lebih kusam dan keras. Sabun seperti itu ternyata tidak disukai panelis.

3. Pembusaan

Pada uji pembusaan ini panelis diminta untuk menilai proses pembusaan sabun yang meliputi lama tidaknya proses pembentukan busa, banyak tidaknya busa yang dihasilkan, dan konsistensi busa. Panelis kemudian diminta untuk memberikan penilaiannya sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.

Pada Gambar 17. terlihat bahwa sebagian besar panelis memberikan kesan tidak suka dan netral ke semua sabun yang diujikan.

Modus sabun terlihat pada kesan netral, yakni sabun dengan kode 296, artinya panelis banyak yang memberikan kesan netral pada sabun ini.

Secara keseluruhan, pembusaan semua sabun yang diujikan kurang disukai panelis.

Gambar 17. Grafik hasil uji kesukaan terhadap pembusaan

Hasil uji Friedman dengan tingkat kepercayaan 95 (Į=0,05) pada Lampiran 24. menunjukkan bahwa baik konsentrasi tepung tapioka maupun NaOH berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap pembusaan sabun. Konsentrasi NaOH yang lebih tinggi akan memiliki

PEMBUSAAN

pembusaan yang lebih baik. Walau begitu, peningkatan konsentrasi tepung tapioka membuat sabun menjadi lebih sulit untuk membusa. Hal ini disebabkan oleh adanya tepung tapioka yang dapat menghambat terjadinya proses pembusaan. Sabun seperti itu ternyata tidak disukai panelis.

4. Kesan Lembut

Sabun pada penelitian ini juga diuji kesan lembutnya. Panelis diminta memakai sabun tersebut pada bagian tubuh yang diinginkan untuk kemudian memberikan penilaian kesan lembut yang ditimbulkan setelah menggunakan sabun tersebut.

Pada Gambar 18. terlihat bahwa sebagian besar panelis memberikan kesan tidak suka dan netral ke semua sabun yang diujikan.

Modus sabun terlihat pada kesan netral, yakni sabun dengan kode 364, artinya panelis banyak yang memberikan kesan netral pada sabun ini.

Secara keseluruhan, kesan lembut semua sabun yang diujikan berkesan netral bagi panelis.

Gambar 18. Grafik hasil uji kesukaan terhadap kesan lembut

Hasil uji Friedman dengan tingkat kepercayaan 95 (Į=0,05) pada KESAN LEMBUT

maupun NaOH tidak berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kesan lembut sabun.

5. Kesan Kesat

Selain kesan lembut, sabun mandi pada penelitian ini juga diuji kesan kesatnya. Panelis diminta menilai kesan kesat yang ditimbulkan pada kulit setelah memakai sabun tersebut untuk kemudian memberikan penilaiannya sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.

Pada Gambar 19. terlihat bahwa sebagian besar panelis memberikan kesan netral ke semua sabun yang diujikan. Modus sabun terlihat pada kesan netral, yakni sabun dengan kode 703, artinya panelis banyak yang memberikan kesan netral pada sabun ini. Secara keseluruhan, kesan kesat semua sabun yang diujikan berkesan netral bagi panelis.

Gambar 19. Grafik hasil uji kesukaan terhadap kesan kesat

Hasil uji Friedman dengan tingkat kepercayaan 95 (Į=0,05) pada Lampiran 30. menunjukkan bahwa baik konsentrasi tepung tapioka maupun NaOH tidak berpengaruh nyata pada kesukaan panelis terhadap kesan lembut sabun.

Tabel 11. Rekapitulasi data hasil uji organoleptik sabun

0 32 60 8

2,5 16 76 8

5 12 88 0

NaOH 30 %

7,5 32 68 0

0 12 72 16

2,5 8 80 12

5 16 84 0

Kesan lembut

NaOH 35 %

7,5 28 72 0

Tidak ada

0 12 80 8

2,5 16 76 8

5 16 72 12

NaOH 30 %

7,5 12 68 20

0 20 64 16

2,5 16 76 8

5 16 68 16

Kesan kesat

NaOH 35 %

7,5 8 84 8

Tidak ada

E. PENENTUAN SABUN TERBAIK

Penentuan sabun mandi terbaik pada penelitian ini ialah dengan menggunakan metode pembobotan. Metode pembobotan dilakukan dengan cara memberi bobot pada hasil analisis fisiko kimia dan uji organoleptik.

Bobot (nilai 0-1) masing-masing karakteristik merupakan hasil perbandingan antara nilai kepentingan masing-masing karakteristik dengan total nilai kepentingan dari seluruh karakteristik. Nilai karakteristik sabun mandi diberikan pada skala 1-3 (3=penting, 2=biasa, 1=tidak penting). Penilaian diberikan secara subyektif. Penilaian terhadap kepentingan setiap karakteristik sabun mandi dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Penilaian kepentingan karakteristik sabun mandi

Parameter Pertimbangan kepentingan Nilai Bobot

Kadar air dan zat menguap Merupakan parameter penting yang masuk SNI

06-3532-1994 3 0,136

Jumlah asam lemak Merupakan parameter penting yang masuk SNI

06-3532-1994 2 0,090

pH Pengguna sabun menginginkan sabun yang

sesuai dengan toleransi kulit 3 0,136

Stabilitas busa Pengguna sabun mandi menyukai sabun dengan

busa yang banyak dan stabil 2 0,090

Kekerasan sabun Pengguna sabun mandi menyukai sabun mandi

yang tidak terlalu keras 3 0,136

Tekstur Pengguna sabun menginginkan tekstur sabun

mandi yang baik 3 0,136

Penampakan Pengguna sabun menginginkan penampakan

sabun mandi yang menarik 3 0,136

Pembusaan Pengguna sabun menyukai sabun dengan proses

pembusaan yang mudah, banyak dan stabil 3 0,136

Total 22 1

Variabel-variabel yang digunakan metode pembobotan ini antara lain, nilai hasil uji sifat fisiko kimia/organoleptik dari sabun (A), nilai rangking (N) dan hasil perkalian antara nilai bobot (NB) dengan nilai rangking (N) yang disimbolkan dengan (H). Nilai rangking (N) ialah nilai hasil dari analisis pada tiap-tiap konsentrasi tepung tapioka. Ketentuannya adalah sebagai berikut : o Nilai rangking 1 artinya :

1. Tidak memenuhi standar

2. Jumlah persentase panelis untuk skala tidak suka lebih banyak dari skala netral dan suka

o Nilai rangking 2 artinya :

1. Memenuhi standar tetapi nilai tersebut tidak dianjurkan

2. Jumlah persentase panelis untuk skala netral lebih banyak dari skala suka dan skala tidak suka

o Nilai rangking 3 artinya :

1. Memenuhi standar dan nilai tersebut dianjurkan

2. Jumlah persentase panelis untuk skala suka lebih banyak dari skala netral dan skala tidak suka

Total dari hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai rangking tersebut merupakan nilai skor. Jumlah skor yang paling besar merupakan sabun mandi terbaik. Hasil perhitungan dari metode pembobotan ini tidak dapat menentukan sabun mandi terbaik, karena di akhir perhitungan ada lima buah sabun dengan skor yang sama. Kelima sabun tersebut ialah sabun dengan kode 102, 296, 364, 183 dan 478. kelima sabun tersebut memiliki skor sama yaitu 2,580. Lebih jelasnya rincian perhitungan metode pembobotan ini dapat dilihat pada tabel 13 dan 14.

Nilai skor untuk sabun mandi NaOH 30 % Konsentrasi tepung tapioka (%) 0 2,5 5 7,5 arameter kesukaanNB ANHANHANHANH r air dan zat menguap 0,13614,8103 0,40814,08030,40813,77030,40813,47030,408 h asam lemak 0,09081,36530,27082,83030,27083,07530,27083,71030,270 0,1369,58030,4089,43030,4089,50030,4089,37530,408 litas busa 0,09085,18530,27084,61530,27083,35030,27085,52530,270 rasan sabun 0,1364,77530,4084,60030,4084,60030,4084,38530,408 tur0,1364820,2725220,2725220,2725610.136 mpakan 0,1364820,2726820,2728020,2726820,272 aan 0,1365620,2727220,2725220,2724810.136 1,000 Skor2,5802,5802,5802,308 : bobot hasil analisis/uji fisiko kimia/organoleptik rangking, yaitu nilai hasil dari analisis pada tiap-tiap konsentrasi tepung tapioka nilai bobot) x N (nilai rangking)

47

l 14. Nilai skor untuk sabun mandi NaOH 35 % Konsentrasi tepung tapioka (%) 0 2,5 5 7,5 Parameter kesukaanNB ANHANHANHANH adar air dan zat menguap 0,13613,92530,40813,69530,40813,61530,40813,52030,408 lah asam lemak 0,09078,70530,27078,30030,27078,56030,27077,61530,270 0,1369,81530,4089,70030,4089,75030,4089,73530,408 tabilitas busa 0,09086,39530,27085,35030,27088,54030,27085,58530,270 ekerasan sabun 0,1363,66530,4083,52030,4083,31030,4083,13530,408 ekstur0,1364420,2726010.1368020,2724810.136 enampakan 0,1365220,2727620,2726020,2728020,272 embusaan 0,1365620,2725620,2726020,2724810.136 1,000 Skor2,5802,4442,5802,308 ngan : lai bobot lai hasil analisis/uji fisiko kimia/organoleptik lai rangking, yaitu nilai hasil dari analisis pada tiap-tiap konsentrasi tepung tapioka B (nilai bobot) x N (nilai rangking)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sabun mandi yang dibuat dari minyak jarak pagar ini memiliki sifat fisiko kimia yang meliputi, kadar air dan zat menguap sabun mandi berkisar

Sabun mandi yang dibuat dari minyak jarak pagar ini memiliki sifat fisiko kimia yang meliputi, kadar air dan zat menguap sabun mandi berkisar

Dokumen terkait