• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2013 sampai dengan bulan Juli 2013.

Bahan dan Alat

Obyek penelitian adalah spesies anggrek tanah yang terdapat di Cagar Alam Dolok Sibual-buali. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, kapas, aquades, benang, kantong plastik ukuran 40 × 60 cm, karung ukuran 30 kg, kertas koran, kertas label, label gantung, tally sheet, dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian.

Alat yang diperlukan adalah peta lokasi, buku identifikasi anggrek, GPS (Global Positioning System), termometer, kamera digital, gunting kertas, gunting stek, botol spesimen, parang, meteran, penggaris, pancang, tali rafia, alat tulis, lakban, sasak kayu dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian.

Metode Penelitian Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian meliputi peta Cagar Alam Dolok Sibual-buali yang diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Sumatera Utara.

Survei lokasi

Sebelum pengambilan data di lapangan, terlebih dahulu dilakukan survei lokasi penelitian untuk mengetahui keberadaan spesies anggrek tanah di lokasi penelitian dan juga keadaan nyata lokasi penelitian agar dapat ditentukan metode yang cocok untuk pengambilan data di lapangan.

Eksplorasi dan inventarisasi

Lokasi penelitian ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian (purposive

sampling) dengan memperhatikan faktor topografi, kemiringan, dan

keanekaragaman anggrek tanah. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang dianggap mewakili dari faktor-faktor lingkungan tersebut. Pengamatan vegetasi menggunakan metode garis berpetak. Eksplorasi dilakukan mulai dari ketinggian 1.200 m dpl sampai 1.600 m dpl, hal tersebut berdasarkan hasil survei lokasi keadaan Cagar Alam Dolok Sibual-buali, dimana lokasi awal masuk kedalam Cagar Alam tersebut berada pada ketinggian 1.200 m dpl dan salah satu puncak tertinggi dari Cagar Alam tersebut adalah 1.600 m dpl. Pada ketinggian 1.200 m dpl sampai 1.600 m dpl dibuat jarak interval ketinggian 100 m sehingga pada seluruh lokasi penelitian terdapat 4 interval ketinggian. Interval ketinggian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1.200 – 1.300 m dpl, 1.301 – 1.400 m dpl, 1.401 – 1.500 m dpl, dan 1.501 – 1.600 m dpl. Selanjutnya pada masing-masing interval ketinggian dibuat plot berukuran 20 m × 100 m yang dibagi menjadi 5 subplot berukuran 20 m x 20 m, sehingga seluruh plot berjumlah 20. Jalur pengamatan anggrek tanah di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dengan menggunakan metode termometer bola basah dan termometer bola kering. Disiapkan kapas

secukupnya, lalu di basahi kapas tersebut dengan aquades kemudian kapas tersebut diikatkan dengan menggunakan benang pada bagian ujung salah satu termometer. Kedua termometer yang telah disiapkan tersebut digantung di tempat yang sesuai, ketinggian tempat ±1,3 m dari permukaan tanah dan dicatat suhu udara yang tertera pada kedua termometer tersebut dengan waktu pengukuran setiap 10 menit sekali. Data yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan tabel RH untuk menentukan kelembaban udaranya.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan kamera digital. Dokumentasi yang diambil adalah spesies anggrek yang ditemukan beserta habitatnya dan dokumentasi dari seluruh tahapan kegiatan penelitian seperti jalur pengamatan, plot pengamatan, kegiatan pengkoleksian, perhitungan jumlah individu, dan lainnya. Dokumentasi spesies anggrek yang ditemukan tersebut kemudian dicetak untuk digunakan pada kegiatan identifikasi.

Pengambilan sampel

Sampel anggrek yang diambil adalah 1 anggrek yang mewakili setiap spesies yang berbeda. Sampel anggrek yang diambil berukuran tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil dan memiliki semua bagian morfologi tanaman (daun, batang, akar, bunga dan buah). Setiap sampel anggrek dimasukkan ke dalam kantong plastik transparan yang berbeda kemudian disusun ke dalam karung ukuran 30 kg. Pemberian kode

Untuk mempermudah proses eksplorasi dan inventarisasi anggrek di lapangan serta proses identifikasi anggrek setelah dari lapangan perlu dibuat kode

yang berbeda untuk masing-masing spesies yang ditemukan. Tanaman anggrek yang ditemukan diberi kode berurutan mulai dari A1, A2, A3, A4, dan seterusnya. Pembuatan herbarium

Pembuatan herbarium dilakukan dengan cara yaitu anggrek yang ditemukan diambil sampelnya, kemudian diberi label gantung yang berisi nomor koleksi dan deskripsi ciri-ciri morfologinya, lalu dimasukkan kedalam kertas koran. Selanjutnya lipatan kertas koran berisi spesimen herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran 40 × 60 cm, tumpukan tersebut dibasahi dengan alkohol 70% hingga merata dan kantong plastik ditutup rapat dengan lakban agar alkohol tidak menguap. Bunga dan atau buah anggrek yang rontok disimpan dalam botol berisi alkohol 70 %, sedangkan yang masih segar tetap dibiarkan pada tangkainya. Identifikasi

Identifikasi tingkat genus dilakukan dengan melakukan pengamatan morfologi tumbuhan. Bagian tanaman yang diamati adalah daun, batang, akar dan bunga. Untuk mengidentifikasi sampai tingkat spesies diperlukan pengamatan morfologi bunganya. Metode identifikasi dilakukan dengan cara penelusuran pustaka dan pembuatan herbarium basah. Setelah pengamatan di lapangan, anggrek yang telah diherbarium tersebut dibuka, kemudian dilakukan identifikasi dengan mengamati dokumentasi dan herbarium setiap spesimen koleksi, serta membandingkan spesimen koleksi tersebut dengan acuan pustaka. Adapun acuan pustaka yang digunakan untuk identifikasi yaitu:

2. Orchids of Sumatra (Comber, 2001)

3. Flora Sumatera Utara Eksotis dan Berpotensi (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005)

4. Tumbuhan Anggrek Hutan Gunung Sinabung (Widhiastuti, dkk., 2007) Analisis Data

Untuk mengetahui sebaran dan spesies anggrek tanah yang dominan di lokasi penelitian dilakukan analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan persamaan-persamaan berikut (Kusmana, 2004):

a. Kerapatan (K)

Kerapatan (K) = Σ individu suatu spesies

Luas plot contoh b. Kerapatan Relatif (KR)

Kerapatan Relatif (KR) = K suatu spesies

K total seluruh spesies × 100% c. Frekuensi (F)

Frekuensi (F) = Σ sub plot ditemukan suatu spesies

Σ seluruh sub plot contoh d. Frekuensi Relatif (FR)

Frekuensi Relatif (FR) = F suatu spesies

F total seluruh spesies × 100% e. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR

f. Indeks Keanekaragaman (Diversitas)

Untuk menghitung indeks keanekaragaman dari seluruh spesies anggrek tanah digunakan persamaan berikut:

=

=

S i

N

ni

N

ni

H

1

)]

/

(

ln

)

/

[(

'

Keterangan: H′ = Indeks keanekaragaman S = Jumlah spesies

ni = Jumlah individu suatu spesies N = Jumlah individu seluruh spesies

Identifikasi indeks keanekaragaman sebagai berikut: 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman = H′ < 1 2. Sedang, bila indeks keanekaragaman = 1 ≤ H′≤ 3

3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman = H′ > 3

g. Indeks Keseragaman (Equitabilitas)

Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh spesies anggrek tanah digunakan persamaan berikut:

E = H Hmaks Keterangan: E = Indeks keseragaman H′ = Indeks keanekaragaman Hmaks = ln S ; S = Jumlah spesies

Identifikasi indeks keseragaman sebagai berikut: 1. Rendah, bila indeks keseragaman < 0,5

h. Indeks Kesamaan (Similaritas)

Untuk menghitung indeks kesamaan dari seluruh spesies anggrek tanah digunakan persamaan berikut:

IS = 2C

A+B× 100 %

Keterangan:

IS = Indeks similaritas (%)

A = Jumlah spesies yang terdapat pada lokasi A B = Jumlah spesies yang terdapat pada lokasi B

C = Jumlah spesies yang sama dan terdapat pada kedua lokasi yang dibandingkan

Dokumen terkait