• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 10 pedon pewakil yang tersebar di daerah Kabupaten Bogor dan Banten (Gambar 1 dan 2). Pedon-pedon pewakil tanah Ultisol Alfisol, Inceptisol yang berada di Kabupaten Bogor (Tabel 1 dan Gambar 1)) dan berkembang dari Batuliat diambil di desa Cendali, Cijayanti-1, dan Cijayanti-2; yang dari Batu kapur di desa Pasircabe (Jonggol); dan yang dari bahan Volkanik-Andesitik diambil di desa Ciampea dan Jasinga. Sementara dua pedon pewakil yang berkembang dari bahan Volkanik-Dasitik, berada di Kabupaten Serang (Tabel 1, Gambar 2) diambil di desa Cipocok. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Genesis, Klasifikasi, dan Mineralogi Tanah, dan Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis mineral liat dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Analisis irisan tipis dilakukan di Labortorium Tanah, Fakultas Geografi, UGM Yogyakarta. Waktu penelitian mulai pada bulan Juni 2003 – Juni 2004.

Tabel 1. Lokasi, Jenis Bahan Induk, dan Regim Kelembaban Tanah Pedon-pedon Pewakil.

No. Pedon Lokasi Bahan Induk Regim Kelembaban Tanah AM1 AM2 AM3 AM4 AM5 AM6 AM7 AM8 AM9 AM10 Kabupaten Bogor : Cendali Cijayanti-1 Cijayanti-2 Pasircabe-Jonggol Pasircabe-Jonggol Pasircabe-Jonggol Jasinga Ciampea Kabupaten Serang : Cipocok Cipocok Batuliat Batuliat Batuliat Batukapur Batukapur Batukapur Volkanik-Andesitik Volkanik-Andesitik Volkanik-Dasitik Volkanik-Dasitik Akuik Perudik Akuik Perudik Perudik Akuik Perudik Perudik Ustik Akuik

25 Gambar 1. Peta Lokasi Pedon Pewakil di Kabupaten Bogor.

27

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 pedon pewakil tanah Alfisol dan Ultisol, terdiri dari 65 contoh tanah berasal dari masing-masing horison. Regim kelembaban tanah Ultisol, Alfisol, atau Inceptisol yang berkembang dari bahan induk batuan sedimen (Batu liat dan Batukapur) dan bahan Volkanik-Andesitik, di daerah Kabupaten Bogor adalah akuik dan perudik. Sedangkan Ultisol, Alfisol, atau Inceptisol dari bahan Volkanik-Dasitik yang berada di daerah Kabupaten Serang mempunyai regim kelembaban tanah ustik dan akuik.

Metodologi Penelitian

Penelitian Lapangan

Penentuan lokasi pedon pewakil masing-masing tanah yang diteliti didasarkan pada kegiatan pendahuluan, yakni pengamatan tanah dengan menggunakan Peta Tanah Tindjau Mendalam Kabupaten Bogor dan sekitarnya, skala 1: 50.000 (Hardjono, dan Soepraptohardjo, 1966), Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor, skala 1 : 250.000 (Lembaga Penelitian Tanah, 1966), Peta Geologi Lembar Bogor , skala 1: 100.000 (Effendi et al., 1998) dan Peta Rupabumi Lembar Bogor, Cileungsi, Leuwiliang, dan Serang, skala 1:25.000 (Bakosurtanal, 1998).

Kegiatan pengamatan lapang dilakukan untuk menentukan pedon pewakil. Kegiatan pengamatan diawali dengan melakukan pemboran tanah dan pembuatan mini pit, dan akhirnya menentukan titik pedon yang memenuhi syarat sebagai pewakil. Pedon pewakil yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini, adalah yang memiliki horison penimbunan liat (Bt) dan berkembang dari bahan induk batuan sedimen dan/atau bahan volkanik, serta mempunyai regim kelembaban akuik, perudik/udik, atau ustik. Selanjutnya dilakukan pembuatan profil tanah, yang kemudian dideskripsikan dan diambil contoh tanah dari masing-masing horison

mengikuti prosedur yang diuraikan dalam Soil Survey Manual (Soil Survey Division Staff, 1993).

Pedon-pedon pewakil yang diambil tersebut, telah disesuaikan dengan keadaan penyebaran jenis tanah dan bahan induk di lokasi penelitian. Profil tanah dibuat dengan ukuran sekitar 2 X 1,5 meter (panjang x lebar), dengan kedalaman sampai 2 meter. Deskripsi morfologi lapang dibuat pada masing -masing profil meliputi semua horison tanah berikut sifat-sifatnya, antara lain, tekstur, struktur, konsistensi, warna, karatan, selaput liat, dan kedalaman perakaran, serta sifat-sifat fisik dan lingkungan lain yang berkaitan dengan kondisi profil.

Dari setiap horison yang didesripsi diambil contoh tanah sekitar 2 kg , untuk kebutuhan analisis fisika, kimia, dan mineralogi tanah. Contoh tanah utuh (tidak terganggu) untuk keperluan analisis irisan tipis (thin section), diambil pada horison argilik, mengikuti metode Kubiena (1938), dan interpretasinya berdasarkan metode deskripsi irisan tipis oleh Bullock et al. (1985). Data morfologi tanah dan keadaan fisik lingkungan di sekitar pedon (nama tempat, ketinggian, iklim, kedudukan pedon dalam topografi, dan informasi penunjang lainnya) didokumentasikan pada lembar isian yang sudah disiapkan sebelumnya

Berdasarkan sifat-sifat morfologi tanah yang diperoleh dan hasil analisis sifat tanah di laboratorium, maka tanah di klasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi tanah Soil Taxonomy USDA (Soil Survey Staff, 1998; 1999) sampai tingkat famili tanah.

Penelitian Laboratorium :

(1) Analisis fisika dan kimia

Untuk keperluan analisis fisika dan kimia tanah digunakan contoh tanah terganggu yang berasal dari masing-masing horison dari setiap pedon pewakil. Contoh-contoh tanah tersebut setelah dikering-anginkan, dicampur agar merata,

29 kemudian diayak dengan ayakan ukuran 2 mm, untuk memperoleh tanah halus < 2mm, yang siap untuk bahan analisa laboratorium. Jenis analisis dan metode yang dilakukan, disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Analisis Tanah, Metode dan Kegunaannya dalam Penelitian.

No. Sifat tanah Metode Kegunaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tekstur C-Organik

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kemasaman terekstrak (Extractable Acidity)

Kation dapat tukar (Ca, Mg, K, dan Na-dd)

Kemasaman dapat tukar (Exchangeable Acidity) Besi Bebas (Fe2O3)

Mineral liat

Mineral pasir total

Mikromorfologi tanah

Pipet

Walkley and Black 1N NH4OAc, pH7 BaCl2-TEA, pH 8,2 1N NH4Oac, pH7 1 N KCl Ditionit-sitrat- bikarbonat X-ray Diffraction Line counting

Irisan tipis (Bullock et al., 1985)

Distribusi ukuran partikel(liat halus/liat total); genesis dan klasifikasi tanah

Genesis & Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah Akumulasi besi, (Genesis tanah ) Jenis liat (Genesis dan klasifikasi tanah ) Jenis mineral pasir (Genesis tanah) Sifat mikromorfologi (Genesis dan klasifikasi tanah)

(2) Analisis mineralogi

Identifikasi mineral liat menggunakan analisa X-ray diffraction (XRD) dilakukan pada masing-masing contoh tanah terpilih, yang mewakili horison eluviasi dan iluviasi maksimum dari setiap pedon pewakil. Analisis terhadap contoh liat dilakukan menggunakan 4 perlakuan standar yaitu penjenuhan dengan kation (1) Mg, (2) Mg, ditambah gliserol, (3) K, dan (4) K dan pemanasan 550 oC.

(3) Analisis Mikromorfologi

Contoh tanah yang tidak terganggu diambil dari horison Bt pada masing-masing pedon pewakil menggunakan metode kotak Kubiena (Kubiena, 1938; Bullock et al., 1985) dengan beberapa modifikasi. Cara pengambilan contoh tanah untuk kebutuhan analisis irisan tipis ini dilakukan dengan menentukan titik pengambilan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, mempelajari karakteristik horison penimbunan liat. Dengan demikian, contoh diambil pada horison Bt pada masing-masing pedon.

Ukuran contoh yang digunakan adalah ukuran Mammoth (20X10 cm) yang dimodifikasi berdasarkan metode Jongerius dan Heintzberger (1975). Orientasi contoh irisan tipis, sesuai dengan tujuan mempelajari tentang iluviasi liat, adalah orientasi horizontal.

Pengamatan dan deskripsi selaput liat serta kenampakan mi kromorfologi lainnya pada horison penimbunan liat, didasarkan pada konsep bahan kasar dan halus dari ”soil fabric” dikaitkan dengan pola distribusinya dan bireference fabric ( b-fabric) dari bahan halus (Brewer, 1976; Bullock et al., 1985).

Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif/kualitatif. Cara kualitatif dilakukan terhadap data sifat-sifat horison penimbunan liat hasil pengamatan di lapang, data sifat fisika, kimia, mineralogi, dan mikromorfologi hasil analisis laboratorium horison penimbunan liat yang diperoleh.

Dokumen terkait