• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai November 2010. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Penelitian Tanaman Padi Muara, Bogor dan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah benih padi varietas Salumpikit dan Inpago 5 sebagai cek toleran kekeringan, benih padi varietas IR20 dan IR64 sebagai cek peka kekeringan, 46 genotipe padi gogo yang berasal dari Instalasi Penelitian Tanaman Padi Muara, Bogor (Lampiran 1), tanah, pasir, cocopeat, pakis, serbuk gergaji, arang kayu, arang batok kelapa, hidrogel, zeolit, humus daun bambu (ligra), tumbukan bata merah, tiga jenis kertas antara lain, kertas merang ukuran 31 cm x 22 cm, kertas tisu towel ukuran 39 cm x 26.8 cm, kertas HVS 29.6 cm x 21 cm (Lampiran 2), kertas label, dan aquades.

Alat-alat yang digunakan adalah hand sprayer, wadah plastik φ = 9.5 cm, wadah styrofoam φ = 12.5 cm, cawan aluminium, pot permanen ukuran 5.3 m x 1 m x 0.6 m, timbangan, oven, gelas ukur, bak plastik φ = 13 cm, germinator, alat pengepres kertas, dan hygrometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, yaitu percobaan pertama mengenai toleransi kekeringan di laboratorium dan percobaan kedua mengenai toleransi kekeringan di rumah kaca. Pada percobaan pertama terdiri atas empat tahap, yaitu (1) pemilihan metode uji tahap I, (2) pemilihan metode uji tahap II, (3) pemilihan metode uji tahap III, dan (4) percobaan toleransi kekeringan 46 genotipe padi gogo di laboratorium.

I. Percobaan Toleransi Kekeringan di Laboratorium 1. Pemilihan Metode Uji Tahap I

Pemilihan metode uji tahap pertama bertujuan untuk menentukan metode percobaan yang dapat mengidentifikasi padi gogo yang toleran dan peka terhadap kekeringan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode percobaan dengan berbagai jenis media (padat dan kertas) dengan periode penyiraman yang bervariasi (media ligra, pakis, arang batok kelapa dan bata merah). Metode percobaan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Respon Tanaman Toleran dan Peka terhadap Kekeringan pada Berbagai Metode Percobaan

No. Metode R No Metode R Padat-Tunggal : Padat-Campuran:

1 Cocopeat , 76.5 g : 110 ml - 22 Pasir +batu bata (350 ml) - 2 Cocopeat , 139 g : 180 ml v 23 Pasir (20 ml)+tumbukan batu bata

(50 ml)

-

3 Cocopeat , 139 g : 200 ml v 24 Tanah+serbuk gergaji (150 ml) - 4 Cocopeat , 139 g : 240 ml v 25 Tanah (70 ml)+serbuk gergaji

(15 ml)

-

5 Ligra, 206 g : 90 ml v 26 Tanah (75 ml)+serbuk gergaji (40 ml)

-

6 Ligra, 206 g : 110 ml v 27 Tanah (50 ml)+serbuk gergaji (40 ml)

-

7 Ligra, 205 g : 150 ml - 28 Tanah+zeolit (60 ml) - 8 Ligra, 205 g : (6x30) ml - 29 Pasir+zeolit (40 ml) - 9 Pakis, 80 g : 100 ml v 30 Pasir (20 ml)+zeolit (15 ml) - 10 Pakis, 78 g : (6x30) ml - 31 Pasir (70 ml)+zeolit (40 ml) - 11 Arang kayu, 185 g : 60 ml - 32 Tanah (40 ml)+hidrogel (240.12 g) a) - 12 Arang kayu, 207 g : 90 ml - 33 Tanah (70 ml)+hidrogel (320.16 g) a) - 13 Arang batok kelapa, 140 g :

40 ml

- 34 Pasir (20 ml)+hidrogel (200.10 g) a) -

14 Arang batok kelapa, 257 g : (3x70) ml

- 35 Pasir (40 ml)+hidrogel (240.12 g) a) -

15 Arang batok kelapa, 374 g : 90 ml

- Media kertas :

16 Pasir, 430 g : 90 ml - 36 Kertas HVS - 17 Serbuk gergaji, 61 g : 100 ml - 37 Kertas merang, jarak 1.5 cm v 18 Zeolit, 294 g : 60 ml - 38 Kertas merang, jarak 3 cm v 19 Bata merah, 299g : (3x70) ml - 39 Kertas merang, jarak 4.5 cm v 20 Tanah, 413 g : 100 ml - 40 Kertas tisu towel, jarak 1.5 cm v 21 Hidrogel, 575 g a) - 41 Kertas tisu towel, jarak 3 cm v 42 Kertas tisu towel, jarak 4.5 cm v Keterangan: R = Respon tanaman, v = terlihat dapat membedakan genotipe toleran dan peka,

Benih padi ditanam masing-masing 10 butir baik toleran maupun peka terhadap kekeringan. Periode penyiraman yang berbeda-beda diaplikasikan pada metode media padat. Pada media kertas, benih ditanam dengan cara Uji Kertas Digulung (UKD). Gulungan-gulungan kertas berisi benih diletakkan ke dalam sebuah bak plastik dengan posisi berdiri kemudian diberi air setinggi 3 cm dari permukaan air. Ketinggian air selalu konstan hingga dua minggu. Berdasarkan hasil pengamatan secara visual diperoleh beberapa metode dan perlakuan yang dapat membedakan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap kekeringan, yaitu 6 metode media padat dan 6 perlakuan media kertas. Metode uji yang digunakan pada tahap I dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 3 dan 4.

2. Pemilihan Metode Uji Tahap II

Pemilihan metode uji tahap kedua bertujuan untuk memilih metode dari metode uji tahap pertama yang dapat membedakan antara genotipe yang toleran dan peka terhadap kekeringan secara statistik. Pada percobaan ini terdiri atas 6 metode media kertas dan 6 metode media padat yang dilakukan analisis secara terpisah. Metode yang terpilih akan digunakan pada tahap ketiga. Varietas yang digunakan baik media kertas maupun media padat adalah Salumpikit dan Inpago 5 sebagai varietas toleran dan satu genotipe padi gogo B12826E-MR-1 sebagai genotipe peka kekeringan.

Perlakuan pada media kertas terdiri atas kertas merang dan tisu towel dengan jarak antar benih masing-masing 1.5 cm, 3 cm, dan 4.5 cm. Pada setiap perlakuan, dilakukan analisis uji t dengan rumus:

Thitung = 2 1 2 1 1 1 . ) ( n n S X X p + − dengan Sp = 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 1 − + − + − n n S n S n

Keterangan : X1,X2 : nilai tengah contoh 1 dan 2 S12, S22 : ragam contoh 1 dan 2

n1, n2 : jumlah contoh 1 dan 2

Nilai berbeda nyata apabila thit > ttabel dan tidak berbeda nyata apabila thit < ttabel.

ttabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan db (n1 + n2 -2).

Analisis uji-t dilakukan untuk memperoleh baris terbaik yang akan dijadikan metode terpilih. Pada kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm terpilih baris terbaik pada posisi ketinggian benih 17.5 cm, jarak antar benih 3 cm terpilih baris terbaik pada posisi ketinggian benih 4 cm dan jarak antar benih 4.5 cm terpilih baris terbaik pada posisi ketinggian benih 8.5 cm. Pada kertas tisu towel dengan jarak antar benih 1.5 cm terpilih baris terbaik pada posisi ketinggian benih 25.5 cm, jarak antar benih 3 cm terpilih baris terbaik pada posisi ketinggian benih 24 cm dan jarak antar benih 4.5 cm terpilih baris terbaik pada posisi ketinggian benih 31.5 cm. Metode terbaik yang diperoleh dari hasil uji-t kemudian dilakukan analisis uji-F. Analisis uji-F ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor, yaitu metode dan varietas. Metode yang digunakan terdiri atasenam metode, yaitu kertas merang pada posisi ketinggian 4 cm, 8.5 cm dan 17.5 cm dan kertas tisu towel pada posisi ketinggian 24 cm, 25.5 cm dan 31.5 cm. Setiap percobaan diulang 10 kali ulangan.

Pada metode media padat terdiri atas enam metode, yaitu cocopeat 139 g dengan volume air 180 ml, 200 ml dan 240 ml, humus daun bambu 206 g dengan volume air 90 ml dan 110 ml, dan pakis 80 g dengan volume air 100 ml. Setiap satuan percobaan diulang empat kali ulangan.

Model linier rancangan percobaan yang digunakan adalah: Yijk = + Ui + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan metode ke-i, varietas padi gogo ke-j

dan kelompok ke-k = Nilai tengah umum

Ui = Pengaruh ulangan ke-i (i=1,2,3,...)

αj = Pengaruh perlakuan metode ke-j (j=1,2,3...,6)

βk = Pengaruh perlakuan varietas/ genotipe padi gogo ke-k (k=1,2,3)

(αβ)jk = Pengaruh interaksi perlakuan metode ke-i dan varietas padi gogo ke-j

εijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan metode ke-i, varietas padi gogo

Hasil analisis uji-F yang menunjukkan perbedaan nyata dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan ( DMRT ) dengan taraf 5%.

3. Pemilihan Metode Uji Tahap III

Pemilihan metode uji tahap ketiga bertujuan untuk memilih satu metode terpilih yang akan digunakan pada percobaan selanjutnya. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor, yaitu metode dan varietas. Metode yang digunakan adalah kertas merang pada posisi ketinggian 17.5 cm, 8.5 cm dan 4 cm sedangkan varietas yang digunakan adalah Salumpikit untuk varietas toleran kekeringan dan genotipe B12826E-MR-1 untuk padi gogo peka kekeringan. Setiap satuan percobaan diulang 10 kali ulangan.

Model linier rancangan percobaan yang digunakan adalah: Yijk = + Ui + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan pada perlakuan metode ke-i, varietas padi gogo ke-j

dan kelompok ke-k = Nilai tengah umum

Ui = Pengaruh ulangan ke-i (i=1,2,3,..,10)

αj = Pengaruh perlakuan metode ke-j (j=1,2,3)

βk = Pengaruh perlakuan varietas/ genotipe padi gogo ke-k (k=1,2)

(αβ)jk = Pengaruh interaksi perlakuan metode ke-i dan varietas padi gogo ke-j

εijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan metode ke-i, varietas padi

gogo ke-j dan kelompok ke-k

Analisis data hasil penelitian menggunakan uji-F. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan ( DMRT ) dengan taraf 5%.

4. Percobaan Toleransi Kekeringan di Laboratorium

Percobaan ini menggunakan satu metode terbaik, yaitu kertas merang pada posisi ketinggian 17.5 cm. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu genotipe padi

gogo. Genotipe padi gogo yang digunakan sebanyak 46 genotipe. Setiap satuan percobaan diulang empat kali.

Model linier yang digunakan adalah: Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j

= Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i (j=1,2,3,4)

βj = Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-j (i=1,2,3,....46)

εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi gogo ke-i dan

kelompok ke-j

Analisis data hasil penelitian menggunakan uji-F. Apabila hasil analisis menunjukkan perbedaan nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan ( DMRT ) dengan taraf 5%.

II. Percobaan Toleransi Kekeringan di Rumah Kaca

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui toleransi kekeringan 46 genotipe padi gogo melalui metode standar dengan menggunakan pot permanen di rumah kaca. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu genotipe padi gogo. Genotipe padi yang digunakan sebanyak 46 genotipe dan setiap satuan percobaan diulang tiga kali ulangan. Setiap satuan percobaan ditanam dengan jarak tanam 5 cm x 2 cm. Model linier rancangan percobaan yang digunakan adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan perlakuan genotipe padi ke-i dan kelompok ke-j

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

βj = Pengaruh perlakuan genotipe padi ke-j (j = 1, 2,..,46)

εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan genotipe padi ke-i dan

Pengolahan data yang berbeda nyata pada percobaan akan diuji lanjut dengan Uji Wilayah Berganda Duncan ( DMRT ) dengan taraf 5%. Setelah itu, dilakukan korelasi antara hasil percobaan di laboratorium dan rumah kaca. Percobaan dilakukan dengan menggunakan fasilitas SAS 6.12.

Pelaksanaan Penelitian

I. Percobaan Toleransi Kekeringan di Laboratorium 1. Pemilihan Metode Uji Tahap I

Pemilihan metode uji tahap pertama dilakukan dengan menggunakan varietas Salumpikit dan Inpago 5 sebagai cek toleran sedangkan varietas IR64, Situpatenggang, genotipe B12826E-MR-1, genotipe B12151D-MR-24-1-1 dan genotipe B11604E-TB-2-5-2 sebagai varietas dan genotipe peka kekeringan. Pada media padat dan media kertas, benih ditanam masing-masing 10 butir benih padi baik toleran maupun peka kekeringan (Gambar 1). Benih juga diberi perlakuan penyiraman dengan periode penyiraman yang berbeda-beda. Pada media kertas, benih ditanam dengan cara Uji Kertas Digulung (UKD). Gulungan-gulungan kertas berisi benih diletakkan ke dalam sebuah bak plastik dengan posisi berdiri kemudian diberi air setinggi 3 cm dari permukaan air. Ketinggian air selalu konstan hingga dua minggu. Pengamatan kecambah dilakukan secara visual. Padi yang toleran akan tumbuh baik sedangkan yang peka akan mengalami kematian atau pertumbuhannya kurang bagus. Padi ditanam sampai terlihat adanya perbedaan antara padi toleran dan peka terhadap kekeringan. Metode yang berpotensi yaitu dapat menunjukkan perbedaan antara toleran dan peka terhadap kekeringan akan digunakan pada percobaan selanjutnya.

Gambar 1. Penanaman Genotipe/ Varietas Padi Skala Laboratorium

2. Pemilihan Metode Uji Tahap II

Berdasarkan metode uji tahap pertama diperoleh 12 metode yang terdiri atas 6 media padat dan 6 media kertas. Pada media padat penyiraman hanya dilakukan pada awal penanaman. Pada media padat: (1) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 180 ml, (2) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 200 ml, dan (3) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 240 ml, (4) humus daun bambu dengan komposisi humus daun bambu 206 g dan air 90 ml dan (5) humus daun bambu dengan komposisi humus daun bambu 206 g dan air 110 ml, serta (6) pakis dengan komposisi pakis 80 g dan air 100 ml. Pada media kertas menggunakan sistem UKD dalam penanamannya dan diletakkan secara berdiri pada bak plastik kemudian diberi air setinggi 3 cm dari permukaan air. Ketinggian air selalu konstan hingga dua minggu. Pada media kertas terdiri atas tiga perlakuan, yaitu penanaman dengan jarak antar benih 1.5 cm, 3 cm, dan 4.5 cm. Sebelum penanaman, media substrat disemprot air terlebih dahulu untuk menjaga benih tetap berada pada posisi penanamannya.

Setelah dilakukan analisis, diperoleh metode yang berpotensi yaitu pada kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air, jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air. Berdasar pada 12 metode tersebut di atas, terdapat tiga metode terpilih yang mudah dan singkat dalam aplikasinya yaitu kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air, jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air.

3. Pemilihan Metode Uji Tahap III

Percobaan tahap III ini menggunakan tiga metode terpilih dari hasil percobaan tahap II. Metode yang digunakan adalah kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air, jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air. Pada tahap ini digunakan varietas Salumpikit sebagai cek toleran dan genotipe B12826E-MR-1 sebagai cek

peka. Benih ditanam dengan sistem UKD. Gulungan-gulungan kertas berisi benih diletakkan ke dalam sebuah bak plastik dengan posisi berdiri kemudian diberi air setinggi 3 cm dari permukaan bak tersebut. Ketinggian air selalu konstan hingga dua minggu. Pengamatan dilakukan selama 14 hari. Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh satu metode terbaik, yaitu kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air.

4. Percobaan Toleransi Kekeringan 46 Genotipe Padi Gogo di Laboratorium

Tahap keempat ini menggunakan satu metode uji terbaik, yaitu kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air. Metode uji tersebut kemudian digunakan untuk menguji toleransi 46 genotipe padi terhadap kekeringan pada stadia perkecambahan di laboratorium, dimana setiap genotipe terdiri atas 10 butir benih padi. Pelaksanaan penanaman menggunakan sistem UKD. Gulungan-gulungan kertas berisi benih diletakkan ke dalam sebuah bak plastik dengan posisi berdiri kemudian diberi air setinggi 3 cm dari permukaan air. Ketinggian air selalu konstan hingga dua minggu.

II. Percobaan Toleransi Kekeringan 46 Genotipe Padi Gogo di Rumah Kaca sebagai Uji Standar

Percobaan kedua dilakukan dengan menggunakan 46 genotipe padi gogo. Benih langsung ditanam pada pot permanen yang berukuran 5.3 m x 1 m x 0.6 m dengan jarak tanam 5 cm x 2 cm (Gambar 2). Setiap genotipe terdiri atas 25 butir benih padi. Penyiraman dilakukan dua minggu pertama secara teratur kemudian dihentikan selama empat minggu.

Gambar 2. Penanaman Genotipe-Genotipe Padi Gogo di Rumah Kaca

Pengamatan

Tolok ukur yang akan digunakan pada pengamatan adalah sebagai berikut : Percobaan di Laboratorium

1. Persentase Kecambah Normal Umur 14 Hari

Total persentase kecambah normal umur 14 hari dihitung dengan menjumlahkan kecambah normal hari ke-14 dibagi dengan jumlah benih yang dikecambahkan dan dikali 100%.

2. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi Tumbuh Maksimum dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh, baik normal maupun abnormal pada pengamatan terakhir. Rumus untuk menghitung Potensi Tumbuh Maksimum adalah :

Potensi Tumbuh Maksimum = {Jumlah benih yang tumbuh / Jumlah benih yang dikecambahkan} x 100%.

3. Panjang Kecambah Normal (PKN)

Panjang kecambah normal dihitung dalam satuan centimeter, yaitu panjang rata- rata kecambah normal yang berumur 14 hari yang diukur dari ujung akar sampai dengan ujung plumula.

4. Panjang akar (PA)

Kecambah yang dihitung panjang akarnya adalah kecambah yang berumur 14 hari dan diukur dari ujung akar sampai pangkal akar dengan satuan centimeter.

5. Panjang plumula (PP)

Kecambah yang dihitung panjang plumulanya adalah kecambah yang berumur 14 hari dan diukur dari pangkal plumula (yang berbatasan dengan mesokotil) sampai ujung plumula dengan satuan centimeter.

6. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN)

Berat kering kecambah normal merupakan berat kering rata- rata kecambah normal yang didapat dengan mengeringkan kecambah normal dengan oven 60 °C selama 3 x 24 jam dengan satuan miligram. BKKN diukur pada kecambah berumur 14 hari.

7. Berat Kering Akar (BKA)

Berat kering akar merupakan berat kering rata-rata akar dari kecambah normal. BKA dihitung pada kecambah normal yang berumur 14 hari. 8. Berat Kering Plumula (BKP)

Berat kering plumula merupakan berat kering rata-rata plumula kecambah normal. BKP dihitung pada kecambah normal berumur 14 hari.

9. Jumlah Daun (JD).

10.Persentase daun menggulung. 11.Persentase daun mati.

12.Persentase kecambah mati. Percobaan di Rumah Kaca

Kondisi Optimum

1. Daya Berkecambah (DB)

Daya berkecambah benih merupakan persentase jumlah benih yang tumbuh menjadi kecambah normal (KN) pada pengamatan pertama dan kedua setelah tanam dibagi jumlah benih yang ditanam. Penentuan hari pengamatan pertama dan kedua disesuaikan dengan komoditas masing- masing. Rumus untuk menghitung DB adalah :

DB = {(Jumlah kecambah normal hari I + Jumlah kecambah normal hari II) / Jumlah Benih yang dikecambahkan} x 100%.

2. Indeks Vigor (IV)

Indeks vigor (IV) dihitung dari persentase kecambah normal (KN) pada pengamatan pertama dibagi total benih yang dikecambahkan. Rumus untuk menghitung indeks vigor adalah :

Indeks Vigor = {Jumlah kecambah normal hari I / Jumlah benih yang dikecambahkan} x 100%.

3. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi Tumbuh Maksimum dihitung berdasarkan jumlah benih yang tumbuh, baik normal maupun abnormal pada pengamatan terakhir. Rumus untuk menghitung Potensi Tumbuh Maksimum adalah :

Potensi Tumbuh Maksimum = {Jumlah benih yang tumbuh / Jumlah benih yang dikecambahkan} x 100%.

4. Kecepatan Tumbuh (KCT)

Kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan jumlah persentase kecambah normal per etmal (1 etmal = 24 jam) dan dimulai pada hari pertama sampai hari ke-14 dengan rumus sebagai berikut:

KCT = i = hari pengamatan

Kondisi Kekeringan (sub-optimum) 1. Berat Kering Bibit ( BKB )

Berat kering bibit merupakan berat kering rata-rata bibit yang didapat dengan mengeringkan bibit dengan oven 60 °C selama 3 x 24 jam pada akhir pengamatan dengan satuan miligram.

2. Jumlah Daun (JD)

Jumlah daun merupakan jumlah dari daun pada pengamatan terakhir. 3. Persentase daun menggulung.

4. Persentase daun mati. 5. Persentase bibit mati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan Toleransi Kekeringan di Laboratorium Pemilihan Metode Uji Tahap I

Pengamatan yang dilakukan secara visual pada metode uji tahap pertama menunjukkan bahwa dari 42 metode yang diujikan terdapat 12 metode yang dapat memperlihatkan adanya perbedaan antara varietas toleran kekeringan dengan varietas peka kekeringan. Metode-metode yang memperlihatkan adanya perbedaan antara varietas yang toleran dan peka kekeringan adalah (1) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 180 ml, (2) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 200 ml, (3) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 240 ml, (4) humus daun bambu dengan komposisi humus daun bambu 206 g dan air 90 ml, (5) humus daun bambu dengan komposisi humus daun bambu 206 g dan air 110 ml, (6) pakis dengan komposisi pakis 80 g dan air 100 ml, (7) kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air, (8) kertas merang dengan jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, (9) kertas merang dengan jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air, (10) kertas tisu towel dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 25.5 cm dari permukaan air, (11) kertas tisu towel dengan jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 24 cm dari permukaan air, dan (12) kertas tisu towel dengan jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 31.5 cm dari permukaan air.

Perbedaan antara varietas toleran dan peka terhadap kekeringan pada setiap metode percobaan berbeda. Pada media cocopeat perbedaan antara varietas toleran dan peka dapat ditunjukkan dengan adanya gejala daun menggulung pada varietas peka dan tanaman tumbuh segar pada varietas toleran (Gambar 3).

Gambar 3. Cocopeat 139 g dengan volume air 180 ml (kiri) dan 200 ml (kanan) peka

toleran

Pada media humus daun bambu perbedaannya dapat dilihat pada tinggi tanaman varietas toleran lebih tinggi dibandingkan varietas peka. Selain itu, pada varietas peka beberapa daun menggulung. Pada media pakis perbedaannya terlihat pada tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada varietas toleran lebih tinggi dibandingkan varietas peka (Gambar 4).

Humus daun bambu Humus daun bambu Media pakis 206 g + 90 ml 206 g + 110 ml 80 g + 100 ml

Gambar 4. Respon Tanaman pada Berbagai Media Padat terhadap Kekeringan, A = varietas peka, B = varietas toleran

Perbedaan antara varietas toleran dan peka terhadap kekeringan pada media kertas dapat dilihat dengan adanya gejala daun menggulung, warna daun yang menguning, tanaman yang pendek dan akar yang pendek pada varietas peka. Pada kertas merang, varietas toleran terlihat bagus pertumbuhannya dan warna daun hijau. Selain itu, tinggi tanaman lebih tinggi dan panjang akar lebih panjang dibandingkan varietas peka. Pada kertas tisu towel, pertumbuhan tanaman antara varietas toleran dan peka hampir sama bagus. Warna daun hijau pada tanaman varietas toleran.

Pemilihan Metode Uji Tahap II

Metode uji tahap II ini menggunakan 12 metode yang terdiri atas 6 metode media kertas dan 6 metode media padat. Pada metode media kertas dilakukan analisis uji-t terlebih dahulu terhadap peubah panjang kecambah normal, panjang akar dan panjang plumula sebelum dilakukan analisis uji F. Hasil uji-t panjang kecambah normal, panjang akar dan panjang plumula media kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan

A B A

B

B

air, jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, dan jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara varietas toleran dengan varietas peka kekeringan (Lampiran 5-7). Pada media kertas tisu towel dengan jarak antar

Dokumen terkait