• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan Toleransi Kekeringan di Laboratorium Pemilihan Metode Uji Tahap I

Pengamatan yang dilakukan secara visual pada metode uji tahap pertama menunjukkan bahwa dari 42 metode yang diujikan terdapat 12 metode yang dapat memperlihatkan adanya perbedaan antara varietas toleran kekeringan dengan varietas peka kekeringan. Metode-metode yang memperlihatkan adanya perbedaan antara varietas yang toleran dan peka kekeringan adalah (1) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 180 ml, (2) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 200 ml, (3) cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 240 ml, (4) humus daun bambu dengan komposisi humus daun bambu 206 g dan air 90 ml, (5) humus daun bambu dengan komposisi humus daun bambu 206 g dan air 110 ml, (6) pakis dengan komposisi pakis 80 g dan air 100 ml, (7) kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan air, (8) kertas merang dengan jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, (9) kertas merang dengan jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air, (10) kertas tisu towel dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 25.5 cm dari permukaan air, (11) kertas tisu towel dengan jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 24 cm dari permukaan air, dan (12) kertas tisu towel dengan jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 31.5 cm dari permukaan air.

Perbedaan antara varietas toleran dan peka terhadap kekeringan pada setiap metode percobaan berbeda. Pada media cocopeat perbedaan antara varietas toleran dan peka dapat ditunjukkan dengan adanya gejala daun menggulung pada varietas peka dan tanaman tumbuh segar pada varietas toleran (Gambar 3).

Gambar 3. Cocopeat 139 g dengan volume air 180 ml (kiri) dan 200 ml (kanan) peka

toleran

Pada media humus daun bambu perbedaannya dapat dilihat pada tinggi tanaman varietas toleran lebih tinggi dibandingkan varietas peka. Selain itu, pada varietas peka beberapa daun menggulung. Pada media pakis perbedaannya terlihat pada tinggi tanaman. Tinggi tanaman pada varietas toleran lebih tinggi dibandingkan varietas peka (Gambar 4).

Humus daun bambu Humus daun bambu Media pakis 206 g + 90 ml 206 g + 110 ml 80 g + 100 ml

Gambar 4. Respon Tanaman pada Berbagai Media Padat terhadap Kekeringan, A = varietas peka, B = varietas toleran

Perbedaan antara varietas toleran dan peka terhadap kekeringan pada media kertas dapat dilihat dengan adanya gejala daun menggulung, warna daun yang menguning, tanaman yang pendek dan akar yang pendek pada varietas peka. Pada kertas merang, varietas toleran terlihat bagus pertumbuhannya dan warna daun hijau. Selain itu, tinggi tanaman lebih tinggi dan panjang akar lebih panjang dibandingkan varietas peka. Pada kertas tisu towel, pertumbuhan tanaman antara varietas toleran dan peka hampir sama bagus. Warna daun hijau pada tanaman varietas toleran.

Pemilihan Metode Uji Tahap II

Metode uji tahap II ini menggunakan 12 metode yang terdiri atas 6 metode media kertas dan 6 metode media padat. Pada metode media kertas dilakukan analisis uji-t terlebih dahulu terhadap peubah panjang kecambah normal, panjang akar dan panjang plumula sebelum dilakukan analisis uji F. Hasil uji-t panjang kecambah normal, panjang akar dan panjang plumula media kertas merang dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 17.5 cm dari permukaan

A B A

B

B

air, jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 4 cm dari permukaan air, dan jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 8.5 cm dari permukaan air menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara varietas toleran dengan varietas peka kekeringan (Lampiran 5-7). Pada media kertas tisu towel dengan jarak antar benih 1.5 cm pada posisi ketinggian 25.5 cm dari permukaan air, jarak antar benih 3 cm pada posisi ketinggian 24 cm dari permukaan air, jarak antar benih 4.5 cm pada posisi ketinggian 31.5 cm dari permukaan air juga menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara varietas toleran dengan varietas peka kekeringan.

Hasil analisis sidik ragam pada media kertas menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi yang nyata antara metode dan varietas yang digunakan terhadap panjang kecambah, panjang akar dan panjang plumula (Tabel 2). Namun, pada umumnya faktor tunggal metode berpengaruh sangat nyata terhadap panjang kecambah, panjang akar dan panjang plumula. Faktor tunggal varietas berpengaruh nyata terhadap panjang kecambah dan panjang akar, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang plumula.

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Metode dan Varietas terhadap Masing-Masing Peubah yang Diamati pada Media Kertas

Sumber

Keragaman db

Nilai Kuadrat Tengah (KT)

PKN PA PP Ulangan 9 1.75 0.65 0.59 (1.69 tn) (1.11 tn) ( 2.05 *) Metode 5 22.93 10.91 6.83 (22.13 **) (18.75 **) (23.79 **) Varietas 2 3.93 2.29 0.86 (3.70*) (3.95 *) (3.00 tn) M x V 10 1.15 0.60 0.37 (1.11 tn) (1.04 tn) (1.30 tn) Galat 153 1.04 0.58 0.29

Keterangan: MxV = Interaksi antara Metode dan Varietas, PKN = Panjang Kecambah Normal, PA = Panjang Akar, PP = Panjang Plumula, angka di dalam kurung adalah nilai F- hitung, ** nyata pada taraf 1%, * nyata pada taraf 5%, tn tidak nyata, data ditransformasi ke √x+5

Hasil analisis sidik ragam pada media padat menunjukkan bahwa interaksi antara metode dengan varietas hanya berpengaruh nyata terhadap panjang akar (Tabel 3). Faktor tunggal metode berpengaruh sangat nyata terhadap panjang kecambah, panjang akar dan panjang plumula. Faktor tunggal varietas

berpengaruh sangat nyata terhadap panjang kecambah dan panjang plumula, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar.

Tabel 3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Metode dan Varietas terhadap Masing-Masing Peubah yang Diamati pada Media Padat

Sumber

Keragaman db

Nilai Kuadrat Tengah (KT)

PKN PA PP Ulangan 3 1.07 3.48 0.98 (0.13 tn) (2.36 tn) (0.24 tn) Metode 5 82.55 26.16 21.66 (10.17 **) (17.77 **) (5.39 **) Varietas 2 156.12 4.35 111.67 (19.24 **) (2.95 tn) (27.81**) M x V 10 9.61 3.1 2.84 (1.18 tn) (2.11 *) (0.71 tn) Galat 51 8.12 1.47 4.02

Keterangan: MxV = Interaksi antara Metode dan Varietas, PKN = Panjang Kecambah Normal, PA = Panjang Akar, PP = Panjang Plumula, angka di dalam kurung adalah nilai F- hitung, ** nyata pada taraf 1%, * nyata pada taraf 5%, tn tidak nyata

Metode uji dan media tumbuh yang digunakan dalam percobaan benih sering memberikan hasil percobaan yang berbeda. Percobaan benih umumnya dilakukan dengan menggunakan substrat kertas atau pasir. Pada penelitian ini menggunakan substrat kertas merang dan tisu towel. Substrat kertas sebagai media perkecambahan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas merang berwarna agak kekuningan, berserat, tekstur kasar, tidak mengkilat, dan mudah menyerap air. Kertas tisu towel berwarna putih, tekstur agak kasar, tidak mengkilat, berserat, dan mudah menyerap air.

Genotipe terlihat berpengaruh nyata terhadap panjang kecambah normal, panjang akar dan panjang plumula. Namun, hanya Salumpikit yang berbeda nyata dengan genotipe B12826E-MR-1 untuk semua peubah yang diamati. Hal ini diduga karena Inpago 5 sudah mengalami penurunan viabilitas. Tabel 4 menunjukkan bahwa varietas toleran memiliki rataan genotipe panjang kecambah normal, panjang akar dan panjang plumula yang lebih panjang dibandingkan varietas peka. Hal ini seseuai dengan penelitian Satria (2009) yang menunjukkan bahwa peubah panjang akar dan panjang tajuk memiliki rataan genotipe toleran

yang lebih besar dari rataan genotipe peka. Posisi ketinggian benih berpengaruh terhadap panjang akar karena semakin tinggi posisi benih, maka semakin kering substrat atau akar sulit memperoleh air. Akar yang panjang berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi dari substrat bagian dalam. Menurut Yoshida dan Hasegawa dalam Lestari (2005), akar yang tebal dan panjang merupakan ciri penting tanaman yang toleran kekeringan karena akar yang tebal mempunyai rongga udara lebih banyak sehingga mampu menyerap air lebih banyak.

Gambar 5 merupakan gambar pertumbuhan akar pada varietas toleran dan peka kekeringan. Pada varietas toleran kekeringan dapat dilihat bahwa tanaman padi memiliki panjang akar yang lebih panjang dibanding varietas peka kekeringan. Akar yang panjang ini akan menopang pertumbuhan tanaman agar tetap kokoh.

Gambar 5. Pertumbuhan Akar pada Genotipe Peka (A) dan Toleran (B) terhadap Kekeringan pada Kertas Merang

Keadaan tanaman yang ditanam pada media kertas merang umumnya menunjukkan lebih baik dibandingkan kertas tisu towel. Hal ini dapat dilihat pada metode dengan menggunakan kertas merang memiliki selisih rataan antara varietas toleran dan peka yang lebih besar dibandingkan menggunakan kertas tisu towel (Tabel 4). Hal ini disebabkan karena kertas merang memiliki daya absorpsi yang tinggi, seragam, mampu mempertahankan air, dan kecepatan penyerapan air kapilernya tinggi meskipun berfluktuasi. Kertas merang lebih mudah dalam aplikasinya dibandingkan kertas tisu towel.

A B

B A

Pengamatan pada kertas tisu towel dengan metode UKD sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh sifat kertas tisu towel yang cepat mengering dan menyerap air sehingga tanaman mudah rusak dan persentase kehilangan akar besar, akibat pencabutan saat pengamatan. Oleh karena itu, metode dengan menggunakan kertas merang berpeluang sebagai metode percobaan selanjutnya.

Tabel 4. Rata-Rata Peubah Kecambah Padi Varietas Toleran dan Peka Kekeringan pada Berbagai Metode Percobaan Media Kertas

Metode Varietas Toleran

Varietas Peka Rataan Metode T1 T2 Rataan T P Selisih (T-P) Panjang Kecambah (cm) M1 25.49 25.72 25.61 23.11 2.50 24.77a M2 18.38 15.19 16.79 11.06 5.73 14.88b M3 21.60 23.69 22.65 16.39 6.26 20.56a M4 5.90 5.47 5.69 5.35 0.34 5.57c M5 8.74 17.50 13.12 11.29 1.83 12.51b M6 19.90 27.22 23.56 17.31 6.25 21.48a

Rataan 16.67ab 19.13a 14.09b

Panjang Akar (cm) M1 15.70 15.72 15.71 13.79 1.92 15.07a M2 9.21 7.04 8.13 5.42 2.71 7.22c M3 14.13 14.92 14.53 9.52 5.01 12.86ab M4 4.02 3.86 3.94 2.97 0.97 3.62d M5 5.01 10.99 8.00 6.80 1.20 7.60c M6 10.50 14.92 12.71 9.43 3.28 11.62b

Rataan 9.76ab 11.24a 7.99b

Panjang Plumula (cm) M1 9.60 9.86 9.73 9.28 0.45 9.58a M2 10.02 8.17 9.10 5.61 3.49 7.93a M3 7.35 8.66 8.01 6.87 1.14 7.63a M4 1.83 1.65 1.74 2.27 -0.53 1.92c M5 3.57 6.41 4.99 4.52 0.47 4.83b M6 9.30 12.30 10.80 7.88 2.92 9.83a

Rataan 6.95ab 7.84a 6.07b

Keterangan: M1 = kertas merang (17.5 cm), M2 = kertas merang (4 cm), M3 = kertas merang (8.5 cm), M4 = kertas tisu towel (25.5 cm), M5 = kertas tisu towel (24 cm), M6 = kertas tisu towel (31.5 cm), T1 = Inpago 5, T2 = Salumpikit, P = genotipe B12826E- MR-1, angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan perlakuan yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% pada peubah yang sama, data ditransformasi ke √x+5

Tabel 5 menunjukkan bahwa metode dengan menggunakan cocopeat dengan komposisi cocopeat 139 g dan air 200 ml dapat membedakan antara varietas toleran dan peka kekeringan. Hal ini dapat dilihat pada metode tersebut memiliki selisih rataan terbesar diantara metode lainnya. Cocopeat mempunyai daya simpan air sangat baik serta unsur hara yang cukup.

Tabel 5. Rata-Rata Peubah Kecambah Padi Varietas Toleran dan Peka Kekeringan pada Berbagai Metode Percobaan Media Padat

Metode Varietas Toleran

Varietas Peka Rataan Metode T1 T2 Rataan T P Selisih (T2-P) Panjang Kecambah (cm) M7 13.10 20.94 17.02 15.03 5.91 16.35bc M8 13.33 20.78 17.06 14.51 6.27 16.21bc M9 19.66 21.66 20.66 20.79 0.87 20.70a M10 13.70 15.86 14.78 11.11 4.75 13.56d M11 13.82 16.16 14.99 11.84 4.32 13.94cd M12 15.93 20.75 18.34 16.46 4.29 17.71b Rataan 14.92b 19.36a 14.95b Panjang Akar (cm) M7 4.09 6.86 5.48 5.78 1.08 5.58b M8 4.10 6.22 5.16 5.14 1.08 5.16b M9 8.31 7.25 7.78 7.81 -0.56 7.79a M10 4.47 4.36 4.42 2.97 1.39 3.93c M11 5.50 4.96 5.23 3.83 1.13 4.76bc M12 6.88 7.67 7.28 7.03 0.64 7.19a

Rataan 5.56ab 6.22a 5.42b

Panjang Plumula (cm) M7 9.03 14.07 11.55 9.31 4.76 10.80bc M8 9.20 14.77 11.98 9.60 5.17 11.19b M9 11.34 14.40 12.87 12.99 1.41 12.91a M10 9.15 11.42 10.28 8.01 3.41 9.52bc M11 8.25 11.21 9.73 7.96 3.25 9.14c M12 8.93 13.04 10.98 9.30 3.74 10.42bc Rataan 9.31b 13.15a 9.53b

Keterangan: M7 = cocopeat (180 ml), M8 = cocopeat (200 ml), M9 = cocopeat (240 ml), M10 = humus daun bambu (90 ml), M11 = humus daun bambu (110 ml), M12 = pakis (100 ml), T1 = Inpago, T2 = Salumpikit, P = genotipe B12826E-MR-1, angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti huruf sama menunjukkan perlakuan yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% pada peubah yang sama

Media tanam humus mudah ditumbuhi jamur dan memiliki tingkat porositas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air sedangkan pakis menyebabkan adanya banyak semut dan binatang kecil lainnya.

Pada pemilihan metode uji tahap kedua, diperoleh kertas merang dan cocopeat 200 ml air untuk membedakan varietas toleran dan peka kekeringan. Namun, pada metode uji selanjutnya digunakan kertas merang karena biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan cocopeat. Selain itu, kertas merang lebih cepat dan mudah dalam pelaksanaannya.

Pemilihan Metode Uji Tahap III

Pada metode uji tahap ketiga ini dilakukan percobaan dengan menggunakan kertas merang pada posisi benih dengan ketinggian 17.5 cm, 8.5 cm dan 4 cm dari permukaan air. Pada posisi ketinggian 17.5 cm terlihat paling dapat membedakan varietas toleran dan peka kekeringan. Semakin tinggi posisi ketinggian benih, maka substrat semakin kering.

Gambar 6 menunjukkan bahwa pada varietas peka kekeringan, tanaman terlihat lebih menderita dibanding varietas toleran kekeringan. Secara umum, panjang akar pada varietas toleran lebih panjang dibandingkan varietas peka kekeringan.

Gambar 6. Perkecambahan Padi pada Kertas Merang dengan Ketinggian Benih 17.5 cm, 8.5 cm dan 4.0 cm dari permukaan air, Genotipe Peka (A) dan Toleran (B)

Penyerapan air pada kertas merang berfluktuasi. Menurut Suwarno dan Hapsari (2008) kertas merang adalah substrat kertas tertinggi tingkat fluktuasinya

B A

17.5 cm

4.0 cm 8.5 cm

berdasarkan data ketinggian air kapiler. Fluktuasi tinggi yang terjadi pada kertas merang diduga karena kertas merang memiliki ketebalan yang tidak merata, sehingga pada daerah tertentu pergerakan airnya lebih lambat. Menurut Santana (2005) kertas merang merupakan hasil industri rumah tangga yang tidak memiliki standarisasi, berbeda dengan jenis kertas lainnya yang diproduksi dengan standar yang baik.

Hasil analisis sidik ragam pada tiga metode terpilih menunjukkan bahwa interaksi antara metode dengan varietas hanya berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering kecambah normal, berat kering akar, dan berat kering plumula.

Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Kuadrat Tengah (KT) Hasil Sidik Ragam Pengaruh Metode dan Varietas Padi terhadap Masing-Masing Peubah yang Diamati pada Kecambah Normal

Peubah Sumber Keragaman

Metode (M) Varietas (V) M x V BKKN (g) 0.0075 0.0073 0.0016 (30.73 **) (29.91 **) (6.39 **) BKA (g) 0.0009 0.0005 0.0001 (41.14 **) (23.55 **) (5.98 **) BKP (g) 0.0026 0.004 0.0011 (18.01 **) (28.03 **) (7.74 **) PKN (cm) 517.13 220.15 5.91 (61.94 **) (26.37 **) (0.71 tn) PA (cm) 263.94 5.36 1.61 (111.33 **) (2.26 tn) (0.68 tn) PP (cm) 34.98 146.92 1.96 (6.70 **) (28.13 **) (0.38 tn) JD (lb) 0.15 2.82 0.32 (0.95 tn) (17.89 **) (2.01 tn) DB (%) 2960 960 380 (12.98 **) (4.21 *) (1.67 tn) PDG (%) 53.35 2615.18 123.74 (0.34 tn) (16.63 **) (0.79 tn) PDM (%) 13.35 17.84 10.6 (1.17 tn) (1.57 tn) (0.93 tn) PKM (%) 18 9.26 13.58 (1.56 tn) (0.80 tn) (1.18 tn)

Keterangan: BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, BKA = Berat Kering Akar, BKP = Berat Kering Plumula, PKN = Panjang Kecambah Normal, PA = Panjang Akar, PP = Panjang Plumula, JD = Jumlah Daun, DB = Daya Berkecambah, PDG = Persentase Daun Menggulung, PDM = Persentase Daun Mati, PKM = Persentase Kecambah Mati, angka yang berada di dalam kurung adalah nilai F-hitung, ** nyata pada taraf 1%, * nyata pada taraf 5%, tn tidak nyata

Faktor tunggal metode berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering kecambah normal, berat kering akar, berat kering plumula, panjang kecambah normal, panjang akar, panjang plumula dan daya berkecambah. Faktor tunggal varietas berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering kecambah normal, berat kering akar, berat kering plumula, panjang kecambah normal, panjang plumula, jumlah daun, dan persentase daun menggulung, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, persentase daun mati dan persentase kecambah mati (Lampiran 8-18).

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa selisih rataan terbesar dari ketiga metode terdapat pada metode M2, tetapi metode M2 tidak dapat digunakan untuk membedakan antara varietas toleran dan peka kekeringan. Hal ini kemungkinan disebabkan media yang lembab dan kondisi akar tergenang sehingga tidak ada udara dan berakibat pertumbuhan akar terhambat. Media yang lembab memacu pertumbuhan cendawan pada benih sehingga benih membusuk.

Tabel 7. Rataan dan Selisih antara Varietas Toleran dan Peka pada Berbagai Metode Peubah V1 V2 Selisih (V1-V2) M1 M2 M3 M1 M2 M3 M1 M2 M3 BKKN (g) 0.11 0.09 0.11 0.09 0.05 0.10 0.02 0.04 0.01 BKA (g) 0.04 0.03 0.04 0.03 0.02 0.04 0.01 0.01 0.00 BKP (g) 0.07 0.07 0.08 0.06 0.04 0.07 0.01 0.03 0.01 PKN (cm) 29.94 20.8 25.86 26.8 15.72 22.59 3.14 5.08 3.27 PA (cm) 16.76 9.68 12.84 16.04 8.59 12.86 0.72 1.09 -0.02 PP (cm) 13.22 11.29 12.98 10.77 7.61 9.73 2.45 3.69 3.25 JD (lb) 1 1 1 1 1 2 0 0 -1 DB (%) 100 85.00 97.00 96.00 67.00 95.00 4 18 2 PDG (%) 83.00 81.06 86.33 93.5 100 96.50 -10.5 -18.94 -10.17 PDM (%) a) 0.00 1.00 1.00 1.56 3.43 0.50 -1.56 -2.43 0.50 PKM (%) a) 0.00 1.00 1.00 1.00 3.43 0.00 -1.00 -2.43 1.00 Keterangan: BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, BKA = Berat Kering Akar, BKP =

Berat Kering Plumula, PKN = Panjang Kecambah Normal, PA = Panjang Akar, PP = Panjang Plumula, JD = Jumlah Daun, PDG = Persentase Daun Menggulung, PDM = Persentase Daun Mati, PKM = Persentase Kecambah Mati, DB = Daya Berkecambah, M1 = kertas merang (17.5cm), M2 = kertas merang (4 cm), M3 = kertas merang (8.5 cm), V1 = Salumpikit (Toleran), V2 = genotipe peka B12826E- MR-1, a) = angka ditransformasi √x+0.5

Pada metode M3 hampir semua peubah yang diamati memiliki selisih rataan antara varietas toleran dan peka yang lebih kecil dibandingkan M1. Peubah panjang kecambah normal dan panjang plumula pada metode M3 menunjukkan selisih rataan antara varietas toleran dan peka kekeringan lebih besar dibandingkan dengan metode M1. Hal ini diduga pada metode M3 ketersediaan air bagi tanaman masih cukup untuk pertumbuhan plumula. Selain itu mungkin kadar air pada substrat kertas yang tidak merata (Lampiran 19).

Seleksi toleransi kekeringan dilakukan dengan menggunakan metode M1 dengan peubah persentase daun menggulung. Hal ini disebabkan pada M1 dengan peubah persentase daun menggulung tanaman memiliki selisih rataan terbesar. Pada genotipe toleran kekeringan tanaman akan tumbuh bagus, baik pertumbuhan plumula maupun akar sedangkan genotipe peka kekeringan tanaman akan menderita.

Percobaan Toleransi Kekeringan 46 Genotipe Padi Gogo di Laboratorium Percobaan toleransi kekeringan ini dilakukan menggunakan kertas merang pada posisi benih dengan ketinggian 17.5 cm dari permukaan air. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 8) menunjukkan faktor genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap peubah berat kering kecambah normal, berat kering plumula, panjang kecambah normal, panjang akar, panjang plumula, dan persentase daun menggulung. Pada peubah berat kering akar dan jumlah daun, faktor genotipe berpengaruh nyata tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peubah daya berkecambah, persentase daun mati dan persentase kecambah mati. Pada peubah persentase daun menggulung memiliki nilai kuadrat tengah yang paling besar diantara peubah yang lain yaitu sebesar 291.83.

Hal ini diduga peubah persentase daun menggulung memperlihatkan adanya perbedaan antara varietas toleran dan peka kekeringan yang besar. Berkurangnya luas permukaan daun merupakan respon pertahanan tanaman terhadap kekeringan yang dilakukan dengan menggulungnya daun. Luas permukaan daun yang sempit ini mengakibatkan berkurangnya transpirasi sehingga tanaman dapat bertahan pada kondisi kekeringan dengan ketersediaan air yang cukup di area perakaran.

Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Kuadrat Tengah (KT) Hasil Sidik Ragam Pengaruh Genotipe Padi terhadap Masing-Masing Peubah yang Diamati pada Kecambah Normal

Peubah Sumber Keragaman

Ulangan Genotipe BKKN (g) 0.0002 0.0008 (0.62 tn) (2.40 **) BKA (g) 0.0002 0.00008 (3.91*) (1.61*) BKP (g) 0.0002 0.0005 (1.26 tn) (3.09 **) PKN (cm) 107.04 18.42 (21.44 **) (3.69 **) PA (cm) 84.25 4.92 (43.79 **) (2.56 **) PP (cm) 3.40 9.30 (1.35 tn) (3.69 **) JD (lb) 0.16 0.31 (0.80 tn) (1.50 *) DB (%) 39.13 147.00 (0.27 tn) (1.02 tn) PDG (%) 672.57 291.83 (4.49 **) (1.95 **) PDM a) (%) 0.29 0.97 (0.28 tn) (0.94 tn) PKM a) (%) 0.27 0.94 (0.27 tn) (0.93 tn)

Keterangan: BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, BKA = Berat Kering Akar, BKP = Berat Kering Plumula, PKN = Panjang Kecambah Normal, PA = Panjang Akar, PP = Panjang Plumula, JD = Jumlah Daun, PDG = Persentase Daun Menggulung, PDM = Persentase Daun Mati, PKM = Persentase Kecambah Mati, DB = Daya Berkecambah, angka yang berada di dalam kurung adalah nilai F-hitung, ** nyata pada taraf 1%, * nyata pada taraf 5%, tn tidak nyata, a) angka ditransformasi √x+0.5

Berdasarkan hasil percobaan, pada peubah persentase daun menggulung memiliki rataan sebesar 83.15% dengan nilai kisaran antara 58.75% - 95.42% (Tabel 9). Genotipe yang memiliki nilai persentase daun menggulung terkecil adalah B11177G-TB-1-2. Peubah berat kering kecambah normal memiliki rataan sebesar 0.090 g dengan nilai kisaran antara 0.061 g – 0.124 g. Peubah berat kering akar memiliki rataan sebesar 0.033 g dengan nilai kisaran antara 0.023 g – 0.044 g. Peubah berat kering plumula memiliki rataan 0.063 g dengan nilai kisaran antara 0.041 g – 0.088 g.

Tabel 9. Rataan dan Kisaran Nilai Masing-Masing Peubah yang Diamati pada Kecambah Normal

Peubah Rataan (Kisaran)

BKKN (g) 0.09 (0.061-0.124) BKA (g) 0.033 (0.023-0.044) BKP (g) 0.063 (0.041-0.088) PKN (cm) 25.12 (21.20-30.76) PA (cm) 16.37 (13.82-19.59) PP (cm) 8.74 (6.46-11.43) JD (lb) 2 (1-2) DB (%) 89.56 (80.00-100.00) PDG (%) 83.15 (58.75-95.42) PDM a) (%) 1.83 (0.00-7.78) PKM a) (%) 1.64 (0.00-7.78)

Keterangan: BKKN = Berat Kering Kecambah Normal, BKA = Berat Kering Akar, BKP = Berat Kering Plumula, PKN = Panjang Kecambah Normal, PA = Panjang Akar, PP = Panjang Plumula, JD = Jumlah Daun, DB = Daya Berkecambah, PDG = Persentase Daun Menggulung, PDM = Persentase Daun Mati, PKM = Persentase Kecambah Mati, angka-angka di dalam kurung merupakan angka kisaran pada setiap peubah, a) angka ditransformasi √x+0.5

Peubah panjang kecambah normal memiliki rataan 25.12 cm dengan nilai kisaran antara 21.20 cm – 30.76 cm. Peubah panjang akar memiliki rataan 16.37 cm dengan nilai kisaran antara 13.82 cm – 19.59 cm. Peubah panjang plumula memiliki rataan 8.74 cm dengan nilai kisaran antara 6.46 cm – 11.43 cm

Percobaan Toleransi Kekeringan 46 Genotipe Padi Gogo di Rumah Kaca Pengelompokan genotipe pada percobaan di rumah kaca berdasarkan skor IRRI dengan peubah persentase daun mati adalah sangat toleran (1) dengan gejala kekeringan ≤ 10%, toleran (3) dengan gejala kekeringan > 10% - ≤ 25%, sedang (5) dengan gejala kekeringan > 25% - ≤ 50%, peka (7) dengan gejala kekeringan > 50% - ≤ 75%, dan sangat peka (9) dengan gejala kekeringan > 75%

(IRRI, 1988). Hasil pengelompokan tingkat toleransi kekeringan di rumah kaca berdasarkan persentase daun mati menunjukkan bahwa dari 46 genotipe yang diuji terdapat 27 genotipe peka kekeringan dan 19 genotipe sangat peka kekeringan (Lampiran 20). Berdasarkan hasil percobaan terdapat lima genotipe yang menunjukkan tingkat toleransi paling tinggi diantara genotipe peka dan sangat peka. Lima genotipe tersebut adalah TB155J-TB-MR-3-3, B11629F-TB-2-3-5, B11584E-MR-5-4-3-1-2-4-2-2, B11576F-MR-8-1-2-2-1, dan B11338F-TB-26-5 (Lampiran 21).

Tabel 10 menunjukkan bahwa peubah rumah kaca lainnya memiliki nilai kisaran yang saling ”overlap”. Hal ini dikarenakan pada peubah persentase daun menggulung, berat kering bibit dan jumlah daun memiliki koefisien korelasi yang tidak nyata dengan peubah persentase daun mati di rumah kaca. Pada peubah persentase bibit mati dengan koefisien korelasi yang nyata tetap memiliki nilai kisaran yang ”overlap” karena nilai koefisien korelasi yang tidak 100%.

Tabel 10. Rataan dan Kisaran Nilai Peubah Rumah Kaca Berdasarkan Tingkat Toleransi Persentase Daun Mati

Kelas Jumlah Genotipe Rataan (Kisaran) PDM PBM PDG BKB JD Peka 27 64.68 27.65 38.95 1.71 4.00 (51.11-75.00) (0.00-53.33) (22.22-74.23) (1.10-2.83) (3-4) Sangat peka 19 84.16 58.95 54.02 1.60 4.00 (75.56-96.11) (33.00-86.67) (7.22-87.23) (0.87-2.37) (3-4) Keterangan: PDM = Persentase Daun Mati, PBM = Persentase Bibit Mati, PDG = Persentase Daun

Menggulung, BKB = Berat Kering Bibit, JD = Jumlah Daun

Hasil uji cek toleran Salumpikit dan cek peka IR 20 di rumah kaca menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat toleransi persentase daun mati, cek toleran Salumpikit tergolong peka dan cek peka IR 20 tergolong sangat peka. Hal ini dikarenakan kadar air pada pot permanen tidak merata (Lampiran 22) sehingga molekul air tidak berada pada permukaan akar semuanya dan berakibat pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

Analisis korelasi merupakan analisis untuk mengetahui keeratan hubungan antar dua peubah atau lebih. Peubah persentase bibit mati dapat juga digunakan untuk menilai tingkat toleransi kekeringan. Tabel 11 menunjukkan bahwa korelasi antara peubah persentase daun mati dan persentase bibit mati di rumah kaca

berkorelasi nyata dan memiliki koefisien korelasi positif terbesar, yaitu 0.88. Diduga semakin besar persentase daun mati akan semakin besar persentase bibit matinya.

Tabel 11. Koefisien Korelasi dan Peluangnya pada Peubah Persentase Daun Mati dan Peubah Lainnya di Rumah Kaca

Peubah r Pr>|r|

PDM vs BKB -0.18 0.242 tn

PDM vs JD -0.23 0.125 tn

PDM vs PDG 0.15 0.319 tn

PDM vs PBM 0.88 <.0001 **

Keterangan: PDM = Persentase Daun Mati, BKB = Bobot Kering Bibit, JD = Jumlah Daun, PDG = Persentase Daun Menggulung, PBM= Persentase Bibit Mati, r = koefisien korelasi, ** = berkorelasi nyata pada taraf 1%, dan tn = tidak berkorelasi

Berdasarkan Tabel 12 hampir semua peubah yang diamati di laboratorium tidak berhubungan secara linier dengan peubah di rumah kaca kecuali pada peubah jumlah daun di laboratorium berkorelasi nyata dengan peubah jumlah daun dan persentase daun menggulung di rumah kaca. Peubah daya berkecambah di laboratorium berkorelasi nyata dengan peubah jumlah daun di rumah kaca. Peubah persentase daun menggulung dan jumlah daun tidak digunakan sebagai parameter dalam percobaan toleransi terhadap kekeringan. Korelasi tersebut kemungkinan tidak terkait dengan toleransi terhadap kekeringan.

Peubah persentase daun menggulung di laboratorium tidak berkorelasi

Dokumen terkait