• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Reproduksi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai bulan juni sampai dengan juli 2015.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan kulit buah markisa yang dikeringkan di bawah sinar matahari dan digiling menjadi tepung, jamur Phanerochaete chrysosporium sebagai fermentator. Potatoes Dextrose Agar (PDA) sebagai media pembiakan jamur.

Alat

Alat yang digunakan hot plate atau kompor, pemanas spiritus, labu elemenyer, kapas steril, aluminium foil, ose, tabung reaksi, cawan petri, kertas saring, plastik bening, timbangan elektronik, oven dan alat tulis.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah secara experimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, dengan dua faktor yaitu lama waktu fermentasi dan dosis inokulum yang masing-masing faktor terdiri dari:

I. Faktor dosis inokulum dengan 2 taraf :

K1 = 104 CFU /gram Phanerochaete chrysosporium

K2 = 106 CFU/gram Phanerochaete chrysosporium

II. Faktor lama fermentasi dengan 4 taraf :

P0 = fermentasi 0 hari (Tanpa Fermentasi)

P1 = fermentasi 7 hari

P2 = fermentasi 14 hari

P3 = fermentasi 21 hari

Maka kombinasi unit perlakuan sebagai berikut :

P0K1 P3K1 P2K2 P1K1 P0K1 P0K2

P1K1 P1K2 P1K1 P1K2 P0K2 P2K1 P2K1 P0K1 P2K1 P2K2 P1K2 P2K2

P0K2 P3K2 P3K2 P3K1 P3K1 P3K2

Model rancangan yang digunakan :

Yij= µ + σi + ßj + (σ ß)ij + Ɛijk

Dimana :

Yij = Nilai hasil pengamatan

σi = Pengaruh lama fermentasi dalam dosis inokulum ke j

ßj = Pengaruh dosis inokulum terhadap substrat ke i

µ = Nilai tengah umum

fermentasi dan taraf ke-j faktor dosis inokulum

εijk = Pengaruh galat yang ditimbulkan oleh perlakuan taraf ke-i dan

taraf ke-j pada ulangan ke-k.

Peubah Penelitian

A. Uji kualitas fisik pakan

1. Kerapatan Tumpukan (Khalil, 1999a)

Kerapatan Tumpukan (kg/m3). Kerapatan tumpukan dihitung dengan mencurahkan bahan sampai volume 100 ml ke dalam gelas ukur (500 ml). Metode pemasukan bahan ke dalam gelas ukur sama setiap pengamatan, baik cara maupun ketinggian pencurahan. Pencurahan ransum dibantu corong plastik, guna meminimumkan penyusutan volume curah akibat daya berat itu sendiri saat dicurahkan dan terjadi guncangan pada gelas ukur perlu dihindari. Kerapatan tumpukan dihitung dengan rumus :

Kerapatan tumpukan = Berat Bahan (kg) Volume Ruang (m3)

2. Kerapatan Pemadatan Tumpukan ( Khalil, 1999a).

Kerapatan Pemadatan Tumpukan (kg/m3). Kerapatan pemadatan tumpukan ditentukan dengan cara yang sama dengan penentuan kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan dibaca setelah dilakukan proses pemadatan dengan cara mengoyang-goyangkan gelas ukur sampai volume tidak berubah lagi. Besarnya nilai kerapatan tumpukan sangat tergantung pada intensitas proses pemadatan sedangkan volume yang dibaca merupakan volume terkecil yang diperoleh selama penggetaran. Sebaiknya penggetaran dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 10 menit. Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus:

Kerapatan pemadatan tumpukan = Berat bahan (kg)

Volume setelah pemadatan (m3)

3. Berat Jenis (Khalil,1999a)

Berat Jenis (kg/m3). Sampel sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi air 300 ml lalu dilakukan pengadukan untuk mempercepat penghilangan ruang udara antar partikel. Pembacaan volume dilakukan setelah volume air konstan . Berat jenis dihitung dengan rumus :

Berat Jenis = Berat Bahan (kg)

Perubahan Volume Aquades (m3)

B. Uji kimia pakan

1. Kadar serat kasar (AOAC 1995)

Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih yang terdiri dari selulosa dengan sedikit lignin dan pentosa. Sampel yang akan diukur dihaluskan terlebih dahulu sehingga dapat melalui saringan diameter 1mm dan diaduk merata. Sebanyak 1 gram sampel yang telah halus diekstraksi lemaknya dengan menggunakan metode soxhlet. Sampel dipindahkan ke erlemenyer danditambah 150 ml H2SO4 1,25% mendidih dan dididihkan selama 30 menit dan sekali-sekali digoyang-goyang. Suspensi yang terbentuk disaring dengan penyaring Van Bosch vakum dan dicuci dengan air panas.

Residu dalam kertas saring dicuci sampai air cucian tidak bersifat asam lagi. Residu dimasukan dalam erlemenyer dan ditambahkan 150 ml NaOH 1,25 % mendidih. Erlemenyer yang telah terisi sampel dan NaOH dididihkan selama 30

menit kemudian disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya (A) . Residu yang diperoleh dicuci dengan air mendidih 100 ml kemudian dicuci dengan etanol 20 ml dan diethyl ether 20 ml. Kertas saring ditanur pada 1050C sampai berat konstant. Distabilkan dalam desikator dan ditimbang (B), residu dipijarkan didalam

muffe firmance selama 4 jam, sisa pijaran ditimbang sebagai abu (C). Kadar serat kasar dapat diperoleh sebagai berikut:

(B - ( A+ C)) Berat Sampel Keterangan : A = Berat kertas saring (g)

B = Berat kertas saring + berat sampel (g)

C = Berat Abu (g)

2. Kadar protein (AOAC 1995)

Prinsip dari analisis protein, yaitu untuk mengetahui kandungan protein kasar (crude protein) pada suatu bahan. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.

a. Tahap destruksi

Sampel ditimbang seberat 0,5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam tabung kjedahl dimasukkan kedalam tabung tersebut dan ditambahkan 10 ml H2SO4. Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan kedalam alat pemanas dengan suhu 4100 C ditambahkan 10 ml air. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi bening.

b. Tahap distilasi

= % Serat Kasar

Isi labu dituangkan ke dalam labu distilasi, lalu ditambahkan dengan aquades (50 ml). Air bilasa juga dimasukkan ke dalam alat distilasi dan ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 20 ml. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam erlemenyer 125 ml berisi larutan H3BO3 dan 3 tetes indikator (cairan methyl red dan

brom cresol green) yang ada dibawah kondensor. Distilasi dilkukan sampai diperoleh 200 ml distilat yang bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlemenyer.

c. Tahap titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan erlemenyer berubah warna menjadi pink. Perhitungan kadar protein adalah sebagai berikut :

Volume HCl x N HCl x 14,01x 6,25 x FP mg sampel

Keterangan : FP = Faktor Pengenceran

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Perbanyakan Biakan Phanerochaete chrysosporium

Disiapkam media PDA ( Potatoes Dexstrose Agar) dalam bentuk pasta untuk memperbanyak biakan Phanerochaete chrysosporium. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai berikut :

Siapkan Potatoes Dexstrose Agar sebanyak 39 gram ditambahkan 500 ml aquades

dan dipanaskan hingga mendidh hingga warna suspensi jernih.

Sterilkan PDA yang telah dimasakan dengan suhu 121o C selama 15 menit. % Protein =

Seterusnya tuangkan pasta agar ke sederetan tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 ml untuk pembuatan agar miring.

Biakan murni Phanerochaete chrysosporium ditanam dengan menggoreskan pada agar miring dengan ose, kemudian tabung reaksi ditutup dengan kapas steril. Tabung reaksi disimpan pada rak dan di inkubasi pada suhu kamar 280C hingga

terbentuk Miselium/hifa antara 2-5 hari.

Pembuatan Suspensi dan Pengenceran

- Biakan jamur Phanerochaete chrysosporium agar miring ditambah aquades steril atau NaCl fisiologis sebanyak 10 ml kemudian dikocok hingga spora tersuspensi.

- Lakukan hingga mendapatkan 1 liter suspensi spora jamur yang menjadi inokulen cair.

- Hitung populasi mikroba dalam inokulen cair untuk mendapatkan dosis yang dibutuhkan.

Pelaksanaan Fermentasi Kulit Buah Markisa

Kulit buah markisa yang telah ditepungkan dikemas pada plastik bening kemudian disterilkan pada suhu 1200C selama 20 menit lalu didinginkan, setelah mencapai suhu ruang substrat diinkubasi dengan inokulum yang telah dibuat sebelumnya sesuai dengan perlakuan 104 CFU/gram dan 106 CFU/gram diaduk sampai rata dalam wadah kemudian wadah ditutup dengan cling wrap dan diberi lubang kecil dipermukaannya dan dimasukkan kedalam laminar airflow. Kemudian diinkubasikan pada suhu 280C selama 0, 7, 14 dan 21 hari. Masing-masing kombinasi diulang 3 kali. Setelah masing-masing waktu inkubasi dicapai, Kulit buah markisa dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC selama 24 jam dan diperoleh 18

berat konstant. Selanjutnya dilakukan pengujian nilai nutrisi melalui analisis proksimat serta uji fisik terhadap kulit buah markisa yang telah difermentasi.

Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji

Dokumen terkait