Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Parlondut Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Penelitian ini berlangsung selama 7 bulan dengan persiapan lahan 2 minggu dan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan November 2017.
Bahan dan Alat Bahan
Bahan yang digunakan yaitu bibit leguminosa Bauhinia purpurea yang berumur 2 bulan. Sluri gas bio dari feses kerbau dan eceng gondok sebagai perlakuan pupuk organik pada tanaman. Air untuk menyiram tanaman pada saat penelitian dilaksanakan. MOD (Microorganisme Decomposer) sebagai bahan aktivator pada proses pembuatan sluri gas bio.
Alat
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk membersihkan lahan dan membajak, gembor untuk menyiram tanaman, alat ukur meteran untuk mengukur tinggi tanaman, parang atau gergaji untuk memotong leguminosa, oven untuk mengeringkan hijauan, timbangan elektrik untuk menimbang berat segar dan berat kering hijauan, buku data, kalkulator, jangka sorong, pita ukur, tali plastik, pisau cutter,amplop sebagai tempat hijauan setelah pemanenan, Biodigester sebagai wadah pembuatan sluri gas bio.
Metode Penelitian Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan menggunakan menngunakan dua faktor, yaitu:
I. Faktor pertama yang dijadikan sebagai petak utama (main plot) adalah dosis MOD (Microorganisme Decomposer)
M1 = Pupuk sluri feses kerbau dan eceng gondok dengan MOD 1 liter/150 kg.
M2 = Pupuk sluri feses kerbau dan eceng gondok dengan MOD 2 liter/150 kg.
II. Sebagai anak petak (sub plot) yaitu dosis pemupukan yang berbeda setiap perlakuan antara lain:
P0 = Tanpa penggunaan pupuk sluri gas bio
P1 = Diberi pupuk sluri gas dengan dosis 166g /plot (20 ton/ha/tahun) P2 = Diberi pupuk sluri gas dengan dosis 333g /plot (40 ton/ha/tahun)
Dimana setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Maka kombinasi perlakuan adalah:
Model linear yang digunakan adalah rancangan petak terbagi (split plot design) dengan model rancangan sebagai berikut:
Y i j k = µ + αi+ βj + (αβ)i j + δi k + εi j Keterangan:
Y i j k = Nilai pengamatan pada taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B, dan pada kelompok K
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor B
(αβ)i j = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B δi k = Pengaruh acak untuk petak utama
εi j k = Pengaruh acak untuk anak petak
Pelaksanaan Penelitian 1. Pembuatan Sluri Gas Bio
-Diambil eceng gondok dari danau toba sebanyak yang diperlukan peneliti (25 kg) -Diambil Feses Kerbau sebanyak yang dibutuhkan peneliti (25 kg )
-Eceng gondok dicacah sampai halus, dengan menggunakan parang.
-Eceng Gondok yang dicacah dimasukkan ke dalam biodigester yang sudah disediakan bersamaan dengan feses kerbau dengan perbandingan 1;1
-dimasukkan air sebanyak 100 liter dengan penambahan MOD 1 liter untuk M1, dan MOD 2 Liter untuk yang M2.
-Fese Kerbau, Eceng gondok dan MOD diaduk sampai rata di dalam biodigester -sesudah rata, biodigester ditutup rapat dengan plastik dan menggunakan Slang untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan oleh Feses Kerbau dan Eceng Gondok.
-ditunggu sampai sebulan,sampai gas bio pada biodigester benar-benar habis.
2. Persiapan Lahan
Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan penelitian dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma-gulma yang terdapat disekitar lahan penelitian.
Kemudian dilakukan pencangkulan dan pembajakan lahan agar tanah menjadi gembur. Lalu dibagi lahan menjadi petak-petak kecil sebanyak 24 plot yang setiap plotnya berukuran 1x1 meter dengan jarak tiap plot adalah 15 cm yang dijadikan sebagai saluran air.
Pengambilan Sluri Gas Bio
Pengambilan sluri gas bio campuran feses kerbau dan eceng gondok menggunakan alat drum sebagai sluri.
Gambar 1. Skema pengambilan sluri gas bio Diambil sluri gas bio dari outlet yang telah Mengalami proses fermentasi selama 30 hari
Dibagi sluri menjadi 3 bagian dengan dosis 0, 20 ton/ha,dan 40 ton/ha
Diaplikasikan sluri gas bio pada petakan leguminosa sesuai perlakuan
3. Pemupukan
Setelah lahan gembur dan bersih dari gulma, maka dilakukan pemberian pupuk sluri gas bio dengan feses kerbau dan eceng gondok digunakan sebagai pupuk dasar dimana diberikan seminggu sebelum penanaman, kemudian didiamkan selama seminggu. Selanjutnya dilakukan penanaman dan pengulangan pemupukan selama 1 bulan sekali sampai pada panen terakhir. Adapun alasan pemberian dosis yang berbeda di setiap perlakuan adalah untuk mengetahui apakah dengan peningkatan dosis 20 ton/ha, 40 ton/ha dapat memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian tanpa pupuk (0 ton/ha).
4. Penanaman
Penanaman Bauhinia Purpurea dilakukan dengan biji yang terlebih dahulu disemai dengan polibag. setelah berumur 2 bulan dengan tinggi 30 cm maka Bauhinia Purpurea di pindahkan ke tanah dan di tanam dilahan. Pada satu plot ukuran 1m x 1m terdiri dari satu tanaman dengan jarak antar tiap plot 15 cm.
Bauhinia Purpurea ditanam dalam lubang sekitar 20 cm dari permukaan tanah.
Penanaman dilakukan pada pagi hari. Kemudian diberikan pupuk sesuai dengan dosis penelitian.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain penyiraman dan penyiangan. 1). Penyiraman tanaman dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan gembor, penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari terutama bila tidak ada hujan agar air tersedia lebih lama dalam tanah dan menghindari kelayuan. 2). Penyiangan juga dilakukan secara manual dengan
membuang gulma disekitar tanaman tumbuh yang dapat menimbulkan persaingan dalam perolehan air dan hara.
6. Panen (Pemotongan atau Defoliasi)
Trimming (penyeragaman tinggi tanaman) untuk keseluruhan legume pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah penanaman atau pemindahan ke lahan penelitian dengan maksud menyeragamkan pertumbuhan. Interval pemotongan 2 bulan. Tinggi pemotongan 30 cm dari tanah. Maka data pemotongan kedua dan selanjutnya yang akan dijadikan sebagai hasil penelitian.
7. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada saat dilakukannya pemanenan, data-data yang didapat lalu dianalisis dengan sidik ragam sesuai dengan rancangan yang digunakan dan dilanjutkan dengan uji Duncan.
Parameter Yang Diamati 1. Tinggi Tanaman
Tanaman diukur tingginya sebelum dilakukan pemanenan untuk memperoleh nilai tinggi tanaman dari setiap-setiap perlakuan. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ke bagian tertinggi dari tanaman Bauhinia purpurea
2. Diameter Batang
Diameter batang diukur setiap sebelum pemanenan menggunakan jangka sorong. Pengukran diameter batang dilakukan 10 cm di atas tanah dengan menjepit batang tanaman dengan jangka sorong. Selanjutnya tuas ukur digeser sampai tidak bergerak lagi dan terlihat angka pada jangka sorong.
3. Produksi Berat Segar
Berat segar didapat dari penimbangan hasil panen tiap-tiap perlakuan dalam bentuk segar. Produksi bahan segar dihitung pada saat defoliasi. Daun dan ranting-ranting diikat rapi dengan tali plastik, kemudian ditimbang.
4. Produksi Bahan Kering
Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan legum setelah dilakukan penimbangan. Dari hasil penimbangan diambil sampel sebanyak 2 gram selanjutnya sampel tersebut di oven pada suhu 1050
% BK =
C selama 8 jam, kemudian ditimbang berat kering hijauan legum tersebut. Produksi berat segar dikonversikan ke dalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering. Untuk menentukan persentase bahan kering dapat digunakan rumus :
Berat setelah pengeringan Berat segar
x 100 %
5. Jumlah Daun Bauhinia Purpurea
Jumlah daun dihitung dari berapa helai jumlah anak daun disetiap tangkai daun yang ada pada daun majemuk Bauhinia Purpurea. Pengambilan data awal dilakukan pada tanaman berumur 2 bulan setelah trimming. Kemudian pengambilan data selanjutnya dilakukan pada saat defoliasi kedua dan ketiga pada umur tanaman 4 dan 6 bulan.