Komposisi Kimia Sluri
Hasil analisis dari sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (eichornia crassipes) dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Table 5. Hasil Analisis dari sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dengan berbagai dosis MOD.
Sumber : Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian, 2017 Tinggi Tanaman Bauhinia Purpurea
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap produksi tinggi tanaman Bauhinia Purpurea dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Tinggi tanaman (cm) Bauhinia Purpurea Dosis
Keterangan: M1= Pupuk sluri gas bio dengan MOD 1, M2= pupuk sluri gas bio dengan MOD 2.
Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan MOD
memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman Bauhinia Purpurea. Nilai rataan tinggi tanaman yang menggunakan pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan MOD 2 liter (M2) sebesar 73,83 cm, terdapat kecenderungan kecepatan tumbuh yang lebih baik bila dibandingkan dengan tanaman MOD 1 liter (M1) sebesar 66,91 cm. Hal ini disebabkan karena kandungan nitrogen pada M2 lebih besar yaitu0,35 dibandingkan dengan kandungan nitrogen yang terdapat pada M1 yaitu sebesar 0,26 Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetyo (2014) yang menyatakan bahwa nitrogen (N) merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Fungsi N bagi tanaman antara lain : meningkatkan pertumbuhan tanaman, menyehatkan pertumbuhan daun, meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman, meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan, meningkatkan mikroorganisme di dalam tanah.
Nilai rataan tertinggi tinggi tanaman tiap perlakuan pemberian dosis pupuk sluri gas bio terdapat pada perlakuan dosis 40 ton/ha/thn (P2) yakni sebesar 79,92 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan dosis 0 ton/ha/thn (P0) sebesar 62,47 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi antara dalam dan luar. Faktor dalam meliputi sifat genetik yang berupa gen dan hormon. Sedangkan faktor luar meliputi unsur hara makro dan unsur hara mikro yang terdapat dalam tanah. Selain itu intesitas cahaya juga sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman yang utamanya yaitu dalam proses fotosintesis tanaman.Sitompul dan
Guritno (1995), tinggi tanaman adalah sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan.Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat.Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan seperti cahaya.
Interaksi antara dosis MOD dan dosis pemupukan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap tinggi tanaman. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok tidak memberikan pengaruh terhadap Bauhinia Purpurea
Diameter Batang Bauhinia Purpurea
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap diameter batang Bauhinia Purpurea dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Diameter batang (mm) Bauhinia Purpurea.
Dosis
Keterangan: M1= Pupuk sluri gas bio dengan MOD 1, M2= pupuk sluri gas bio dengan MOD 2.
Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan MOD memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap diameter batang Bauhinia
Purpurea. Nilai rataan tertinggi diameter batang Bauhinia Purpurea yang menggunakan pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dengan MOD 2 liter (M2) sebesar 7,75 mm, terdapat kecenderungan memiliki kecepatan tumbuh yang lebih baik bila dibandingkan dengan pupuk sluri gas bio input feses kerbau dengan eceng gondok dengan MOD 1 liter (M1) yakni sebesar 7,33 mm. Sluri sisa hasil pembuatan gas bio feses kerbau dan eceng gondok yang dicampur dengan MOD telah mengalami fermentasi secara anaerob sehingga memiliki kualitas yang lebih baik dari pupuk organik yang diberikan secara langsung tanpa ada perlakuan. Dengan itu maka sluri tersebut dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ayub (2004) yang menyatakan bahwa kualitas sluri sisa proses pembuatan gas bio lebih baik daripada kotoran ternak yang langsung dari kandang. Hal ini disebabkan proses fermentasi di dalam biodigester terjadi perombakan anaerobik bahan organik menjadi gas bio dan asam organik yang mempunyai berat molekul rendah sepeti asam asetat, asam butirat dan asam laktat. Peningkatan asam organik akan meningkatkan konsentrasi unsur N, P dan K. Dengan keadaan seperti ini, sluri gas bio sudah menjadi pupuk organik cair. Hal senada juga dinyatakan oleh Arief (2014) yang menyatakan bahwa keunggulan limbah cair biogas adalah tidak merusak tanah dan tanaman walaupun sering digunakan, dapat menetralkan tanah yang asam, menambahkan humus sebanyak 10–12% sehingga tanah lebih bernutrisi dan mampu menyimpan air, selain itu limbah biogas dapat mendukung aktivitas perkembangan cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman
Nilai rataan tertinggi diameter batang tiap perlakuan pemberian dosis pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia
crassipes) terdapat pada perlakuan dosis 40 ton/ha/thn (P2) sebesar 9,37 mm dan produksi diameter batang terendah terdapat pada perlakuan dosis 0 ton/ha/thn (P0) yakni sebesar 6,37 mm. Pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dapat meningkatkan diameter batang Bauhinia Purpurea. Hal ini disebabkan karena terpenuhinya unsur hara pada tanah dengan diberikannya sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok sehingga akan merubah sifat fisik tanah terutama struktur tanah. Selain itu juga dapat meningkatkan ketersediaan air yang sangat penting yang diperlukan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal ini dikarenakan pupuk mengandung N, P, K, sehingga memacu pertumbuhan diameter batang. Peningkatan nilai karakter vegetatif seperti tinggi tanaman dan diameter batang disebabkan oleh peranan dari unsur nitrogen. Peranan utama nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun Hardjowigeno (2007). Tanaman memerlukan hara yang sesuai dengan kebutuhannya dalam melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Interaksi antara dosis MOD dan dosis pemupukan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap diameter batang. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok tidak memberikan pengaruh terhadap Bauhinia Purpurea.
Berat Segar Bauhinia Purpurea
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan berbagai dosis MOD
(Microorganisme Decomposer) terhadap produksi berat segar Bauhinia Purpurea dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Berat segar Bauhinia Purpurea (g/m/2 Bulan) Dosis
Keterangan: M1= Pupuk sluri gas bio dengan MOD 1, M2= pupuk sluri gas bio dengan MOD 2.
Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan MOD memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap produksi berat segar Bauhinia Purpurea. Nilai rataan tertinggi produksi berat segar Bauhinia Purpurea yang menggunakan pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dengan MOD 2 liter (M2) sebesar 146,66 g, terdapat kecenderungan memiliki kecepatan tumbuh yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk sluri gas bio input feses kerbau dengan eceng gondok dengan MOD 1 liter (M1) yakni sebesar 142,33 g. Hal ini disebabkan karena kandungan mikroba pada sluri M2 lebih banyak dibandingkan dengan pupuk M1 sehingga dapat mempercepat proses fermentasi. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme yang terdapat pada bahan organik yang sesuai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriani (1999) yang menyatakan bahwa MOD berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik. MOD juga bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, menyediakan unsur hara
yang diperlukan tanaman, menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, menjaga kestabilan produksi.
Nilai rataan tertinggi produksi berat segar tiap perlakuan pemberian dosis pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) terdapat pada perlakuan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 150,21 g dan produksi berat segar terendah terdapat pada perlakuan dosis 0 ton/ha/thn (P0) yakni sebesar 139,70 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dapat meningkatkan produksi berat segar Bauhinia Purpurea. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi jumlah dosis pupuk sluri yang diberikan pada tanaman maka produktivitas tanaman tersebut juga akan semakin tinggi. Samekto (2006) yang menyatakan bahwa Pupuk adalah hara tanaman yang umumnya secara alami ada dalam tanah, atmosfer dan dalam kotoran hewan. Pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil tanaman, terutama pada tanah yang kandungan unsur haranya rendah. Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat.
Interaksi antara dosis MOD dan dosis pemupukan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi berat segar. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok tidak memberikan pengaruh terhadap Bauhinia Purpurea.
Bahan kering Bauhinia Purpurea
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap produksi bahan kering Bauhinia Purpurea dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Bahan Kering Bauhinia Purpurea (g/m/2 Bulan) Dosis
Keterangan: M1= Pupuk sluri gas bio dengan MOD 1, M2= pupuk sluri gas bio dengan MOD 2.
Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan MOD memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan kering Bauhinia Purpurea. Nilai rataan tertinggi berat kering Bauhinia Purpurea yang menggunakan pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dengan MOD 2 liter (M2) sebesar 40 g, terdapat kecenderungan memiliki kecepatan tumbuh yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk sluri gas bio input feses kerbau dengan eceng gondok dengan MOD 1 liter (M1) yakni sebesar 30,6 g. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian pupuk sluri dengan jumlah dosis MOD yang lebih tinggi dapat lebih mempercepat dalam memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kondisi metabolisme mikroorganisme dalam tanah yang merupakan sumber zat makanan pada tanaman. Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur
tanah,menaikkan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.Sedangkan pemberian pupuk urea dapat merangsang pertumbuhansecara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun.
Nilai rataan tertinggi produksi bahan kering tiap perlakuan pemberian dosis pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) terdapat pada perlakuan dosis 40 ton/ha/thn (P3) sebesar 37,81 g dan produksi bahan kering terendah terdapat pada perlakuan dosis 0 ton/ha/thn (P0) yakni sebesar 32,06 g. Pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dapat meningkatkan produksi bahan kering Bauhinia Purpurea. Hal ini disebabkan karena semakin banyak penambahan pupuk sluri gas bio dalam tanah akan mengaktifkan mikroorganisme yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah yang merangsang pertumbuhan tanaman. Moenandir (2004) yang menyatakan bahwa tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar diperoleh keuntungan yang maksimal.
Interaksi antara dosis MOD dan dosis pemupukan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan kering. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok tidak memberikan pengaruh terhadap Bauhinia Purpurea.
Jumlah Daun Bauhinia Purpurea
Hasil penelitian pemanfaatan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan berbagai dosis MOD (Microorganisme Decomposer) terhadap Jumlah Daun Bauhinia Purpurea dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Daun (helai) Bauhinia Purpurea Dosis
Keterangan: M1= Pupuk sluri gas bio dengan MOD 1, M2= pupuk sluri gas bio dengan MOD 2.
Superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji Duncan (P<0,05).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) dengan MOD memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap Jumlah Daun Bauhinia Purpurea. Nilai rataan tertinggi Jumlah Daun Bauhinia Purpurea yang menggunakan pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok dengan MOD 2 liter (M2) sebesar 82,19 helai, terdapat kecenderungan memiliki kecepatan tumbuh yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pupuk sluri gas bio input feses kerbau dengan eceng gondok dengan MOD 1 liter (M1) yakni sebesar 68,99 helai. Hal ini disebabkan kandungan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terpenuhi dan juga semakin tinggi tanaman maka jumlah
daun juga bertambah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dobermann and Fairhust, (2000) unsur N dalam tanaman yang terpenting adalah
sebagai penyusun atau sebagai bahan dasar protein dan pembentukan klorofil karena itu N mempunyai fungsi membuat bagian-bagian tanaman menjadi lebih
hijau, banyak mengandung butir-butir hijau dan yang terpenting dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman yang dalam hal ini menambah tinggi tanaman dan jumlah anakan, menambah ukuran daun dan menyediakan bahan makanan bagi mikrobia (jasad-jasad renik yang bekerja menghancurkan bahan-bahan organik di dalam tanah).
Interaksi antara dosis MOD dan dosis pemupukan sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok (Eichornia crassipes) memberikan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan kering. Hasil yang tidak nyata menunjukkan bahwa pemberian pupuk sluri gas bio dengan input feses kerbau dan eceng gondok tidak memberikan pengaruh terhadap Bauhinia Purpurea.