Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai April 2008 yang bertempat di kebun manggis, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang. Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, sedangkan analisis pH tanah dan kandungan kalsium dalam tanah, daun dan kulit buah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis yang berasal dari Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor. Bahan lainnya adalah kapur dolomit yang diperoleh dari toko S.K. Tani, Leuwiliang, Bogor, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat, indikator penalphtalein (PP) dan akuades. Alat yang digunakan terdiri dari cangkul, timbangan, ember, pisau, jangka sorong, hand penetrometer, hand refraktometer, pipet, spatula, labu takar, erlenmeyer, corong, kertas saring, buret dan gelas piala.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis kalsium. Faktor tersebut terdiri dari 4 taraf percobaan, yaitu 0 ton Ca2+/ha (kontrol/0 ton dolomit/ha), 2.5 ton Ca2+/ha (12.5 ton dolomit/ha), 3.0 ton Ca2+/ha (15.0 ton dolomit/ha) dan 3.5 Ca2+ ton/ha (17.5 ton dolomit/ha). Taraf percobaan tersebut diperoleh dari hasil pengukuran pH tanah menggunakan metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt) pada awal percobaan, kemudian dikonversikan ke dalam satuan ion Ca2+ yang terkandung pada dolomit yang akan digunakan (ion Ca2+ = 20%). Penelitian ini dilakukan dengan 3 ulangan dan setiap ulangannya terdiri dari 3 pohon. Jadi, jumlah keseluruhan tanaman manggis yang dibutuhkan adalah 36 pohon. Adapun pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan secara acak (random).
Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah:
Yij = µ + i + j + ij Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan aplikasi dolomit ke-i terhadap ulangan
ke-j
µ = Nilai rataan umum
i = Pengaruh perlakuan aplikasi dolomit ke-i j =Pengaruh kelompok ke-j
ij = Pengaruh galat pada perlakuan aplikasi dolomit ke-i terhadap kelompok ke-j i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3
Data dianalisis menggunakan uji F jika hasilnya berbeda nyata akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan 1. Persiapan tanaman
Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman yang akan memasuki musim berbuah. Jumlah tanaman yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 36 unit tanaman.
2. Pembersihan gulma
Gulma yang terdapat di sekitar tanaman dibersihkan untuk menghindari penggunaan dolomit oleh gulma tersebut (tidak tepat sasaran). Jika hal ini tidak dilakukan, maka dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan unsur kalsium yang berasal dari kapur dolomit yang akan diaplikasikan ke tanaman.
3. Aplikasi kalsium
Aplikasi kalsium pada penelitian ini dilakukan melalui proses pengapuran dengan menggunakan kapur dolomit. Pengapuran tersebut dilakukan di seluruh permukaan tanah di bawah proyeksi tajuk tanaman manggis. Dolomit yang diaplikasikan sebagai sumber kalsium tersebut kemudian dibalik posisinya menggunakan cangkul (dolomit tertutup tanah). Hal ini dimaksudkan agar tanaman lebih mudah menyerap unsur kalsium dari tanah dan menghindari
pencucian dolomit oleh air hujan. Aplikasi dolomit ini dilakukan sebelum tanaman berbunga.
4. Pelabelan buah
Pelabelan dilakukan terhadap bunga yang baru muncul setelah aplikasi pengapuran tanaman. Pelabelan ini bertujuan untuk menentukan buah yang akan digunakan untuk pengamatan.
5. Pemanenan buah
Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah yang dipanen umumnya berumur 105-114 hari setelah anthesis (bunga mekar).
Pengamatan
• Pengamatan Kuantitatif
1. Diameter buah (cm)
Diameter buah diukur pada awal pengamatan, yaitu sesudah buah dipanen. Pengukuran ini dilakukan menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal melingkari buah (diameter transversal).
2. Bobot buah (gram)
Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran ini meliputi bobot buah secara keseluruhan, bobot kulit dan bobot aril (daging buah) manggis beserta bijinya.
3. Kekerasan kulit buah (kg/det)
Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan hand penetrometer. Pengukuran tersebut meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan dengan menusukkan jarum hand penetromeneter pada kulit buah manggis. Kekerasan buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera dalam alat hand penetrometer.
4. Padatan terlarut total (% brix)
Beberapa sampel buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian daging buah dari sampel tersebut diukur padatan terlarut totalnya (PTT) dengan menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT ini dilakukan dengan cara memberikan 1 tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap akan melakukan pengukuran, lensa tersebut
terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan akuades kemudian dikeringkan dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT yang terdapat di dalam buah manggis.
5. Asam tertitrasi total (%)
Kandungan asam tertitrasi total (ATT) dalam buah manggis diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan kadar ATT buah yaitu:
Daging buah manggis
Haluskan
Timbang 10 gram pasta buah
Masukkan ke dalam labu takar 100 ml
Tambahkan akuades sampai volume larutan 100 ml
Saring
Ambil 25 ml hasil filtrasi
Masukkan ke dalam erlenmeyer
Tambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP)
Titrasi menggunakan NaOH 0.1 N
Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total dalam buah dapat diketahui setelah dihitung menggunakan rumus:
ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% mg contoh
Keterangan:
ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi
N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N)
fp = faktor pengenceran (100/25)
64 = faktor asam dominan
mg contoh = 10 000 mg
6. Analisis kandungan kalsium dalam tanah, kulit buah, dan daun manggis Analisis kandungan kalsium dilakukan pada beberapa sampel tanah, buah dan daun yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectromoter) yang terdapat pada Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor. Adapun cara pengerjaannya berbeda-beda untuk setiap peubah yang dianalisis.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis kandungan kalsium dalam tanah adalah mencampurkan 2 gram sampel tanah dengan 40 ml NH4OAC pH 7. Kedua campuran tersebut diaduk hingga rata kemudian disaring menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi sebanyak 1 ml dicampur dengan 8 ml akuades dan 1 ml NH4OAC. Campuran tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan alat AAS untuk mengetahui kandungan kalsiumnya.
Proses pengerjaan analisis kandungan kalsium pada kulit buah sama dengan daun manggis. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengabukan 1 gram sampel kering. Proses pengabuan dilakukan dengan cara memasukkan sampel tersebut ke dalam tanur yang bersuhu tinggi. Abu yang terbentuk kemudian dicampur dengan 10 tetes HCl pekat lalu disimpan di hot plat sampai kering. Bahan yang diperoleh dari proses pengeringan tersebut kemudian ditambahkan 10 ml HCl 1 N. Campuran tersebut disaring hingga diperoleh filtrat dengan volume tertentu. Filtrat tersebut dipipet sebanyak 1 ml
lalu dicampurkan dengan 10 ml HCl 1 N dan akuades hingga volume campuran mencapai 50 ml. Hasil pencampuran tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan alat AAS.
7. Pengukuran pH tanah
Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pHmeter. Pengukuran ini dilakukan sebelum aplikasi dolomit dan sesudah panen buah manggis. Pegukuran pH tanah sebelum aplikasi dolomit dilakukan untuk mengetahui dosis dolomit yang perlu ditambahkan pada tanaman manggis. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt) dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan aquades kemudian pHnya diukur menggunakan pHmeter. Kemudian tambahkan larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama, kocok campuran tersebut lalu ukur kembali pHnya. Berdasarkan pH dalam larutan SMP buffer ini dapat diketahui jumlah kebutuhan kapur yang perlu ditambahkan pada suatu area penanaman manggis.
Pengukuran pH tanah setelah panen buah dilakukan dengan metode yang lebih sederhana (H2O). Dalam metode ini, sampel tanah dicampur dengan aquades lalu kocok hingga benar-benar tercampur rata. Setelah itu, pH tanah diukur menggunakan pHmeter.
• Pengamatan kualitatif
Pengamatan kaluitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran tingkat pencemaran getah kuning pada buah manggis, baik pada bagian kulit maupun aril buahnya. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skoring, seperti yang telah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Kartika (2004), skoring getah kuning pada kulit dan daging buah (aril) manggis adalah sebagai berikut:
a) Getah kuning pada kulit buah
Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.
Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.
Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.
Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.
Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.
b) Getah kuning pada daging buah
Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.
Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.
Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.
Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening.