• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP

GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Oleh: Indah Wulandari

A34304032

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP

GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh: Indah Wulandari

A34304032

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

INDAH WULANDARI. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), dibimbing oleh ROEDHY

POERWANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi kalsium

terhadap getah kuning, penampilan, tekstur dan rasa pada buah manggis. Adapun

sumber kalsium yang digunakan dalam percobaan ini adalah dolomit. Penelitian

dilakukan di kebun manggis, Leuwiliang, Laboratorium Pusat Kajian Buah

Tropika (PKBT) IPB dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen

Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor pada bulan November 2007 sampai

April 2008.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok

Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis kalsium. Faktor tersebut terdiri

dari 4 taraf percobaan, yaitu 0 ton Ca2+/ha (kontrol/0 ton dolomit/ha),

2.5 ton Ca2+/ha (12.5 ton dolomit/ha), 3.0 ton Ca2+/ha (15.0 ton dolomit/ha) dan

3.5 Ca2+ ton/ha (17.5 ton dolomit/ha), dan diulang sebanyak tiga kali.

Dosis kalsium yang diaplikasikan ke tanaman manggis pada penelitian ini

diperoleh dari hasil pengukuran pH tanah pada awal penelitian dengan

menggunakan metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt). Kalsium

diaplikasikan di bawah proyeksi tajuk pada daerah perakaran tanaman manggis

dan dilakukan sebelum tanaman berbunga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kalsium berpengaruh nyata

terhadap penurunan getah kuning pada kulit buah manggis jika dibandingkan

kontrol. Hal yang sama juga terjadi pada peubah lainnya dimana pH tanah,

kandungan kalsium dalam tanah dan daun akan semakin meningkat seiring

dengan peningkatan dosis kalsium yang diaplikasikan. Meskipun demikian,

pemberian kalsium tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan getah

kuning pada aril dan komponen kualitas buah manggis lainnya (diameter, bobot,

dan kekerasan buah, serta padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan nisbah

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH

KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.). Nama : Indah Wulandari

NRP : A34304032

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. NIP: 131 284 818

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP: 131 124 019

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1986 di Teluk Jambe,

Karawang, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan

Bapak Sunardi dan Ibu Wahyu Tunggorowati. Penulis memiliki seorang adik

laki-laki yang bernama Bayu Sri Ananto.

Tahun 1992 penulis memulai studi di SD Negeri Pinayungan I Teluk

Jambe, Karawang, lalu melanjutkan studi di SLTP Negeri I Karawang pada tahun

1998. Tiga tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I

Karawang. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menempuh pendidikan di SD, SLTP dan SMA, penulis aktif di

kegiatan ekstrakulikuler PRAMUKA dan Palang Merah Remaja (PMR). Setelah

menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah

(OMDA) Karawang dan mengikuti kepanitiaan penyambutan mahasiswa baru

Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2006. Tahun 2007, penulis

diberi kesempatan oleh pihak kampus, yaitu melalui Kantor Jasa dan

Ketenagakerjaan (KJK) IPB, untuk menjadi salah satu peserta Program Early

Recruitment yang diadakan oleh Bank Nasional Indonesia (BNI).

Tahun 2008, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Dasar untuk

mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Pada tahun yang sama, penulis

juga berkesempatan memperoleh beasiswa dari program Peningkatan Prestasi

Akademik (PPA) selama satu tahun. Selain itu, di tahun 2008 juga penulis

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala kekuatan

dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning

pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)”. Penelitian ini merupakan salah

satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Manggis merupakan salah satu komoditi buah unggulan Indonesia tetapi

jumlah ekspornya masih terbatas karena kualitas yang dimilikinya tergolong

rendah. Keadaan ini sebagian besar diakibatkan oleh getah kuning yang terdapat

pada buah tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti bagaimana

cara mengurangi getah kuning pada buah manggis.

Laporan penelitian (skripsi) ini penulis persembahkan khusus kepada

kedua orang tua, bapa dan mama, sebagai hadiah untuk semua doa, kasih sayang

dan pengorbanan yang telah mereka lakukan sehingga penulis masih dapat tegak

berdiri sampai saat ini. Meskipun hal ini tidak dapat membayar setiap tetes

keringat dan air mata yang mengiringi langkah mereka, tetapi penulis yakin

persembahan ini dapat membuat mereka tersenyum bahagia.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. atas bimbingan dan arahan yang

telah diberikan kepada penulis mulai dari awal penelitian hingga laporan

penelitian ini selesai.

2. Dr. Ir. Sobir, Msi. dan Juang Gema Kartika, SP selaku dosen penguji atas

koreksi dan saran yang telah diberikan kepada penulis untuk perbaikan

penulisan laporan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. atas bimbingan yang diberikan kepada

penulis selama menyelesaikan studi di program sarjana Institut Pertanian

Bogor.

4. Ir. Dorly, MSc untuk semua bantuan yang telah diberikan selama

(7)

5. RUSNAS Buah dan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB atas bantuan

yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini.

6. Pak Nanang yang telah bersedia menjadikan kebun manggisnya sebagai

bahan percobaan oleh penulis.

7. Keluarga NJ (Mput, Santi, Nia, Indah, Purna, Nopy, Aci, Idha, Mba Ii,

Ratna, Fru, Fuji, Dede, April, Rizka dan Gita), terima kasih untuk bantuan,

dukungan dan doanya. Kalian bukan hanya sahabatku tetapi juga

keluargaku. I will miss you, all.

8. Teman-teman seperjuangku, Putri, Yanti dan Abdi, terima kasih untuk

bantuannya. Maaf, sudah banyak merepotkan kalian.

9. Hortiers 41, terima kasih untuk setiap pengalaman seru dan moment

berharga yang telah kita lalui bersama selama 4 tahun. Semoga kesuksesan

dapat kita raih bersama. Amin. Semangat!!!

10.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

banyak membantu selama penelitian maupun penyelesaian laporan

penelitian ini.

Penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2009

(8)

DAFTAR ISI Tinjauan Umum Tanaman Manggis ... 3

Botani... 4

Derajat Keasaman Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah ... 19

Skoring Getah Kuning ... 20

Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis ... 24

Komponen Kualitas Buah Manggis... 25

Kekerasan, Diameter dan Bobot Buah Manggis... 25

Cita Rasa Buah Manggis ... 26

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap pH Tanah

dan Kandungan Kalsium Tanah... 20

2. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Skor Getah Kuning Buah Manggis... 21

3. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis ... 25

4. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kekerasan, Diamater dan Bobot Buah Manggis... 25

5. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan Nisbah PTT/ATT ... 26

Lampiran 1. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati... 33

2. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah sebelum Aplikasi Pengapuran... 34

3. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah setelah Aplikasi Pengapuran... 34

4. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Tanah... 34

5. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Kulit Buah Manggis ... 34

6. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Aril Buah Manggis... 35

7. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Kulit Buah Manggis ... 35

8. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Daun Tanaman Manggis ... 35

9. Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah Manggis... 35

10.Sidik Ragam Diameter Buah Manggis... 36

11.Sidik Ragam Bobot Total Buah Manggis ... 36

12.Sidik Ragam Bobot Kulit Buah Manggis... 36

(11)

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP

GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Oleh: Indah Wulandari

A34304032

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP

GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh: Indah Wulandari

A34304032

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

INDAH WULANDARI. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), dibimbing oleh ROEDHY

POERWANTO.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi kalsium

terhadap getah kuning, penampilan, tekstur dan rasa pada buah manggis. Adapun

sumber kalsium yang digunakan dalam percobaan ini adalah dolomit. Penelitian

dilakukan di kebun manggis, Leuwiliang, Laboratorium Pusat Kajian Buah

Tropika (PKBT) IPB dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen

Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor pada bulan November 2007 sampai

April 2008.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok

Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis kalsium. Faktor tersebut terdiri

dari 4 taraf percobaan, yaitu 0 ton Ca2+/ha (kontrol/0 ton dolomit/ha),

2.5 ton Ca2+/ha (12.5 ton dolomit/ha), 3.0 ton Ca2+/ha (15.0 ton dolomit/ha) dan

3.5 Ca2+ ton/ha (17.5 ton dolomit/ha), dan diulang sebanyak tiga kali.

Dosis kalsium yang diaplikasikan ke tanaman manggis pada penelitian ini

diperoleh dari hasil pengukuran pH tanah pada awal penelitian dengan

menggunakan metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt). Kalsium

diaplikasikan di bawah proyeksi tajuk pada daerah perakaran tanaman manggis

dan dilakukan sebelum tanaman berbunga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kalsium berpengaruh nyata

terhadap penurunan getah kuning pada kulit buah manggis jika dibandingkan

kontrol. Hal yang sama juga terjadi pada peubah lainnya dimana pH tanah,

kandungan kalsium dalam tanah dan daun akan semakin meningkat seiring

dengan peningkatan dosis kalsium yang diaplikasikan. Meskipun demikian,

pemberian kalsium tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan getah

kuning pada aril dan komponen kualitas buah manggis lainnya (diameter, bobot,

dan kekerasan buah, serta padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan nisbah

(14)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH

KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.). Nama : Indah Wulandari

NRP : A34304032

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. NIP: 131 284 818

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr

NIP: 131 124 019

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1986 di Teluk Jambe,

Karawang, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan

Bapak Sunardi dan Ibu Wahyu Tunggorowati. Penulis memiliki seorang adik

laki-laki yang bernama Bayu Sri Ananto.

Tahun 1992 penulis memulai studi di SD Negeri Pinayungan I Teluk

Jambe, Karawang, lalu melanjutkan studi di SLTP Negeri I Karawang pada tahun

1998. Tiga tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I

Karawang. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi

Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama menempuh pendidikan di SD, SLTP dan SMA, penulis aktif di

kegiatan ekstrakulikuler PRAMUKA dan Palang Merah Remaja (PMR). Setelah

menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah

(OMDA) Karawang dan mengikuti kepanitiaan penyambutan mahasiswa baru

Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2006. Tahun 2007, penulis

diberi kesempatan oleh pihak kampus, yaitu melalui Kantor Jasa dan

Ketenagakerjaan (KJK) IPB, untuk menjadi salah satu peserta Program Early

Recruitment yang diadakan oleh Bank Nasional Indonesia (BNI).

Tahun 2008, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Dasar untuk

mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Pada tahun yang sama, penulis

juga berkesempatan memperoleh beasiswa dari program Peningkatan Prestasi

Akademik (PPA) selama satu tahun. Selain itu, di tahun 2008 juga penulis

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala kekuatan

dan kemudahan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning

pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)”. Penelitian ini merupakan salah

satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Manggis merupakan salah satu komoditi buah unggulan Indonesia tetapi

jumlah ekspornya masih terbatas karena kualitas yang dimilikinya tergolong

rendah. Keadaan ini sebagian besar diakibatkan oleh getah kuning yang terdapat

pada buah tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti bagaimana

cara mengurangi getah kuning pada buah manggis.

Laporan penelitian (skripsi) ini penulis persembahkan khusus kepada

kedua orang tua, bapa dan mama, sebagai hadiah untuk semua doa, kasih sayang

dan pengorbanan yang telah mereka lakukan sehingga penulis masih dapat tegak

berdiri sampai saat ini. Meskipun hal ini tidak dapat membayar setiap tetes

keringat dan air mata yang mengiringi langkah mereka, tetapi penulis yakin

persembahan ini dapat membuat mereka tersenyum bahagia.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. atas bimbingan dan arahan yang

telah diberikan kepada penulis mulai dari awal penelitian hingga laporan

penelitian ini selesai.

2. Dr. Ir. Sobir, Msi. dan Juang Gema Kartika, SP selaku dosen penguji atas

koreksi dan saran yang telah diberikan kepada penulis untuk perbaikan

penulisan laporan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. atas bimbingan yang diberikan kepada

penulis selama menyelesaikan studi di program sarjana Institut Pertanian

Bogor.

4. Ir. Dorly, MSc untuk semua bantuan yang telah diberikan selama

(17)

5. RUSNAS Buah dan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB atas bantuan

yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini.

6. Pak Nanang yang telah bersedia menjadikan kebun manggisnya sebagai

bahan percobaan oleh penulis.

7. Keluarga NJ (Mput, Santi, Nia, Indah, Purna, Nopy, Aci, Idha, Mba Ii,

Ratna, Fru, Fuji, Dede, April, Rizka dan Gita), terima kasih untuk bantuan,

dukungan dan doanya. Kalian bukan hanya sahabatku tetapi juga

keluargaku. I will miss you, all.

8. Teman-teman seperjuangku, Putri, Yanti dan Abdi, terima kasih untuk

bantuannya. Maaf, sudah banyak merepotkan kalian.

9. Hortiers 41, terima kasih untuk setiap pengalaman seru dan moment

berharga yang telah kita lalui bersama selama 4 tahun. Semoga kesuksesan

dapat kita raih bersama. Amin. Semangat!!!

10.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah

banyak membantu selama penelitian maupun penyelesaian laporan

penelitian ini.

Penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2009

(18)

DAFTAR ISI Tinjauan Umum Tanaman Manggis ... 3

Botani... 4

Derajat Keasaman Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah ... 19

Skoring Getah Kuning ... 20

Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis ... 24

Komponen Kualitas Buah Manggis... 25

Kekerasan, Diameter dan Bobot Buah Manggis... 25

Cita Rasa Buah Manggis ... 26

(19)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29

(20)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap pH Tanah

dan Kandungan Kalsium Tanah... 20

2. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Skor Getah Kuning Buah Manggis... 21

3. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis ... 25

4. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kekerasan, Diamater dan Bobot Buah Manggis... 25

5. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan Nisbah PTT/ATT ... 26

Lampiran 1. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati... 33

2. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah sebelum Aplikasi Pengapuran... 34

3. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah setelah Aplikasi Pengapuran... 34

4. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Tanah... 34

5. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Kulit Buah Manggis ... 34

6. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Aril Buah Manggis... 35

7. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Kulit Buah Manggis ... 35

8. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Daun Tanaman Manggis ... 35

9. Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah Manggis... 35

10.Sidik Ragam Diameter Buah Manggis... 36

11.Sidik Ragam Bobot Total Buah Manggis ... 36

12.Sidik Ragam Bobot Kulit Buah Manggis... 36

(21)

14.Sidik Ragam Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis ... 37

15.Sidik Ragam Asam Terlarut Total (ATT) Buah Manggis... 37

16.Sidik Ragam Nisbah PTT/ATT Buah Manggis... 37

17.Data Cuaca di Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor ... 38

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Tanaman manggis yang digunakan sebagai bahan percobaan ... 18

2. Daun manggis yang terserang penyakit bercak cokelat oleh cendawan

Helminthosporium sp. (A) dan bunga manggis yang telah mekar (B) ... 19

3. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor

Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Kulit Buah ... 21

4. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor

Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Aril Buah ... 22

5. Getah kuning membentuk jalur (A) dan gumpalan (B) pada bagian

kulit buah manggis... 23

6. Aril buah bersih dari getah kuning (A) dan aril buah terkena

getah kuning (B) ... 23

Lampiran

(23)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis. Buah ini banyak

ditemukan di hutan belantara Indonesia sehingga mendapat julukan “Mutiara

Hutan Belantara”. Buah manggis juga dikenal sebagai “Queen of Tropical Fruits”

karena buahnya memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang menarik serta rasa buah

yang sangat eksotik (Fatmawati, 2006).

Buah manggis saat ini belum menjadi buah primadona Indonesia jika

dilihat dari aspek ekonomi karena pertumbuhan dan perkembangannya yang

sangat lama, yaitu 8-12 tahun untuk mulai berbuah. Faktor inilah yang mendorong

para ahli pomology untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manggis

sehingga menjadi buah unggulan nusantara. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Departemen Pertanian (2007), produksi buah manggis mengalami peningkatan

sebesar 7 923 ton pada tahun 2006, yaitu dari 64 711 ton di tahun 2005 menjadi

72 634 ton di tahun 2006. Jumlah permintaan konsumen, baik domestik maupun

internasional, terhadap buah manggis juga semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Tahun 2007 total konsumsi buah manggis di Indonesia sebanyak 0.74

kg/kapita/tahun sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 0.83

kg/kapita/tahun. Volume ekspor manggis Indonesia hingga bulan Mei tahun 2007

juga telah mencapai 7 411 418 kg dengan tujuan ekspor utama adalah Cina dan

Hongkong.

Tanaman manggis sebagian besar dibudidayakan dalam sistem pekarangan

dengan menggunakan metode yang sangat sederhana. Sistem budidaya ini hanya

mengandalkan faktor alam dan pemeliharaannya tidak dilakukan secara intensif.

Keadaan inilah yang menyebabkan sebagian besar buah manggis yang dihasilkan

memiliki kualitas rendah dimana ukuran, warna dan rasa buahnya tidak seragam

serta banyak mengandung getah kuning (Poerwanto, 2007). Menurut Suyanti et al.

(1997), buah manggis yang tidak memenuhi persyaratan mutu ekspor mencapai

50% dari total produksinya.

Getah kuning yang biasa disebut gamboge merupakan lateks yang

(24)

daging dan kulit buah apabila saluran getah kuning pecah akibat perubahan

ketersediaan air dan kelembaban tanah yang ekstrim. Pecahnya saluran getah

tersebut dapat mempengaruhi penampilan, rasa dan kualitas buah manggis itu

sendiri.

Kalsium merupakan salah satu unsur penting yang menyusun dinding sel.

Ion kalsium dapat memperkuat dinding sel, permukaan pektin dan lamela tengah

sehingga struktur dalam sel menjadi lebih kuat. Hal inilah yang menjadi pedoman

untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis yang disebabkan oleh

pecahnya saluran getah kuning akibat struktur dinding sel yang lemah. Menurut

Huang et al (2005), pemberian kalsium juga dapat mengurangi pecah buah pada

tanaman leci.

Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi getah kuning pada buah

manggis sehingga diperoleh mutu buah yang baik. Pengurangan getah kuning

dilakukan dengan cara menambahkan unsur kalsium pada tanaman melalui proses

pengapuran dengan dosis tertentu. Kapur yang digunakan sebagai sumber unsur

kalsium adalah dolomit. Penambahan kalsium ini diharapkan dapat memperkokoh

struktur dinding sel sehingga dapat mengurangi jumlah saluran getah kuning yang

pecah jika terjadi perubahan kondisi lingkungan yang sangat ekstrim. Penelitian

ini dilakukan dengan cara mengamati pengaruh aplikasi penambahan kalsium

terhadap getah kuning yang terdapat pada buah manggis.

Tujuan

Mempelajari pengaruh aplikasi penambahan kalsium terhadap getah

kuning, penampilan, tekstur dan rasa pada buah manggis.

Hipotesis

Aplikasi penambahan kalsium pada tanaman manggis dapat mengurangi

getah kuning serta memperbaiki penampilan, tekstur dan rasa pada buah

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanaman Manggis

Manggis (Garcinia mangostana) merupakan salah satu anggota dari famili

Gutiferae yang paling banyak dibudidayakan di daerah tropis. Genus Garcinia ini

merupakan hasil silangan allotetraploid dari tanaman liar yang biasa tumbuh di

hutan-hutan belantara Malaysia, yaitu Garcinia hombroniana dan G. malaccensis.

Menurut Verheij (1997), buah yang diperkirakan berasal dari Malaysia ini

memiliki nama lokal yang berbeda-beda, seperti Mangosteen (Inggris),

Mangoustan (Perancis), Manggis (Indonesia dan Malaysia), Mongkhut

(Kamboja), Mangkhud (Laos), Mangkhut (Thailand) dan Cay Mang Cut

(Vietnam).

Pembudidayaan tanaman manggis tergolong lama sehingga daerah

penyebarannya terbatas di Asia Tenggara, yaitu Indonesia sampai New Guinea

dan Kepulauan Mindano (Filipina), kemudian ke utara melalui Semenanjung

Malaysia ke bagian selatan Thailand, Myanmar, Vietnam dan Kamboja. Dalam

dua abad terakhir, tanaman manggis telah menyebar ke Srilanka, India Selatam,

Amerika Tengah, Brazil dan Queensland (Australia) namun pengembangannya

masih berskala kecil (Verheij, 1997).

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah manggis dengan

sentra penanaman tersebar di daerah Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi,

Lampung, Kampar, Purwerejo, Blitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota,

Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi. Produksi buah manggis

mengalami peningkatan sebesar 7 923 ton pada tahun 2006, yaitu dari 64 711 ton

di tahun 2005 menjadi 72 634 ton di tahun 2006. Volume ekspor manggis

Indonesia juga mengalami peningkatan yang sangat besar. Tahun 2006, volume

ekspor buah manggis Indonesia hanya berkisar 5 697 879 kg dengan nilai ekspor

sebesar US$ 3 611 995. Tahun 2007 (hingga bulan Mei), volume dan nilai ekspor

manggis Indonesia meningkat menjadi 7 411 418 kg dan US$ 3 805 437 (Deptan,

2007). Adapun negara-negara tujuan ekspor utama manggis Indonesia adalah Cina

dan Hongkong. Negara-negara lain yang juga turut mengimpor manggis Indonesia

(26)

Buah manggis dapat dimakan segar atau berupa produk olahan. Buah ini

juga dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, pewarna makanan atau tekstil, bahan

bangunan, kerajinan tangan atau kayu bakar. Dalam 100 g daging buah, buah

manggis mengandung air sebanyak 79.2 g, protein 0.5 g, karbohidrat 19.8 g, serat

0.3 g, kalsium 11 g, fosfor 17 mg, besi 0,6 mg, vitamin A 14 IU, vitamin C 66 mg,

dan energi 349 kJ. Buah ini juga tidak mengandung lemak dan kaya akan zat

pektin, tanin, dan rosin (Ashari, 2006).

Botani

Manggis tergolong dalam tanaman evergreen (pohon) yang tingginya

dapat mencapai 6-25 meter. Tanaman ini sebagian besar diperbanyak melalui biji.

Pada awal perkecambahan, akar pertama muncul dari satu sisi biji sedangkan

calon daun muncul dari sisi lainnya. Perkecambahan dan pertumbuhan semaian

tanaman manggis berlangsung sangat lambat. Menurut Verheij (1997), hal ini

dikarenakan lemahnya sistem perakaran yang ditandai oleh tidak adanya

bulu-bulu akar pada bibit tanaman manggis dan perkembangan akar lateral yang buruk.

Keadaan ini menyulitkan penyerapan air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh

tanaman (Ashari, 2006).

Tanaman manggis memiliki batang lurus, percabangan simetris, tajuk yang

berbentuk piramid dan seluruh bagian tanamannya mengeluarkan getah berwarna

kuning apabila terluka. Daun manggis terletak berlawanan dengan tangkai daun

yang pendek. Bentuk daunnya oblong atau elips, tebal, lebar dan berwarna hijau

kekuningan pada waktu muda dan berwarna hijau tua ketika telah dewasa (tua)

serta memiliki pertulangan daun yang jelas (Nakasone and Paul, 1998).

Menurut Ashari (2006), bunga manggis berada pada bagian terminal

cabang, berkelompok atau terpisah dengan sepal berjumlah 4 helai yang tersusun

secara berpasangan. Benang sari pada manggis tidak dapat berkembang sempurna

(rudimenter) sehingga pembentukkan dan perkembangan buahnya terjadi secara

apomiksis. Putik pada bunga manggis akan terus melekat pada ujung buah

meskipun buah telah terbentuk.

Buah manggis tergolong buah buni, berbentuk bulat dan berkulit licin.

(27)

mesokarp (tengah) dan endokarp (bagian dalam). Menurut Verheij (1997), buah

manggis pada umumnya berdiameter 4-7 cm dan berwarna lembayung tua ketika

matang. Dalam satu buah manggis, paling banyak terdapat 3 biji yang dapat

berkembang sempurna. Biji tersebut terbungkus oleh aril yang berwarna putih.

Syarat Tumbuh

Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik

basah. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah panas namun memiliki

kelembaban yang tinggi. Musim panas yang kering dan pendek serta ketersediaan

air yang kontinyu berguna untuk mendorong inisiasi pembungaan pada tanaman

manggis (Ashari, 2006). Menurut Sidik (2004), tanaman manggis dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik pada kelembaban udara sekitar 80% dan kondisi

curah hujan tahunan 1 500 – 2 500 mm/tahun (www.ristek.go.id). Pertumbuhan

tanaman manggis lambat pada suhu di bawah 200C, sedangkan batas suhu

tertinggi adalah 38 – 400C. Adapun suhu optimum yang dibutuhkan oleh tanaman

manggis berkisar antara 270C – 360C dengan naungan 20 – 50% (Nakasone,

1998).

Tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik

dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis.

Adapun derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman manggis

berkisar antara 5-7 (www.ristek.go.id). Menurut Nakasone (1998), tanaman

manggis masih dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang berat meskipun sistem

perakarannya lemah. Tanaman tersebut tidak mampu beradaptasi terhadap tanah

berkapur, aluvial berpasir atau tanah pasir yang hanya mengandung sedikit

humus. Tanaman manggis juga dapat bertahan hidup pada kondisi kekurangan air.

Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di

ketinggian di bawah 1 000 meter di atas permukaan laut (m dpl), namun

pertumbuhannya menjadi lebih lambat. Pertumbuhan terbaik dapat dicapai pada

(28)

Budidaya

Penanaman manggis dapat dilakukan dengan cara menanam benih pada

media tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya atau secara langsung

mengunakan bibit sambungan. Menurut Ashari (2006), perbanyakan dengan

menggunakan biji ini akan menghasilkan turunan yang sifatnya serupa dengan

induk (true-to-type). Hal ini diakibatkan oleh sifat biji manggis yang apomiksis di

mana pembentukkannya terjadi tanpa melalui penyerbukan antara gamet jantan

(serbuk sari) dan gamet betina (putik). Biji yang akan dijadikan benih sebaiknya

berukuran besar dan berasal dari panen buah utama pada tanaman induk (Verheij,

1997).

Daya kecambah benih manggis sangat lambat sehingga memerlukan

pemeliharaan yang intensif. Media tanam yang digunakan dalam pembibitan

manggis harus remah dan subur serta mengandung air yang cukup banyak namun

tidak tergenang. Menurut Verheij (1997), benih manggis sebaiknya disemaikan di

dalam pot (polybag) kemudian dipindahkan ke pot yang lebih besar jika tingginya

telah mencapai 60 cm dan memiliki satu atau dua pasang ranting lateral.

Pada awal pertumbuhan, tanaman manggis memerlukan naungan dan

pengairan yang cukup. Pemberian naungan dapat dilakukan dengan menanam

pohon lain di sekitarnya, seperti pohon pisang. Naungan ini berfungsi sebagai

pengontrol cahaya yang akan diterima oleh pohon manggis sehingga dapat

tumbuh dengan baik. Naungan terus dipertahankan sampai pohon berumur empat

tahun kemudian naungan dikurangi secara bertahap (Ashari, 2006).

Pemupukan manggis diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas buah manggis yang dihasilkan. Menurut Poerwanto (2004), pemupukan

manggis dilakukan secara dua tahap, yaitu pemupukan untuk fase juvenil dan

tanaman yang sudah menghasilkan buah. Pupuk yang diberikan kepada tanaman

terdiri dari pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36,

dan KCl).Tanaman manggis yang masih berumur 4-6 tahun sebaiknya diberikan

pupuk urea 200 gram/pohon, SP-36 100 gram/pohon dan KCl 100 gram/pohon.

Pupuk kandang juga diberikan dengan dosis 36 - 40 liter/pohon. Pemupukan pada

tanaman manggis yang telah memasuki masa produktif (> 10 tahun) memiliki

(29)

pupuk yang diberikan tersebut adalah 1 000 gram urea/pohon, 2 500 gram SP-36

dan 1 500 gram KCl/pohon.

Pemanenan dilakukan ketika buah mencapai umur 104 – 110 hari setelah

bunga mekar. Pemanenan buah manggis masih dilakukan secara konvensional

dengan peralatan yang sederhana, yaitu menggunakan songgok bambu yang diberi

keranjang di bagian atasnya (Ashari, 2006). Teknik lain yang biasa digunakan

untuk pemanenan buah manggis adalah dengan cara memanjat pohon. Menurut

Standar Prosedur Operasional (SPO) komoditi manggis (2004), terdapat 7 tingkat

kematangan buah manggis berdasarkan indeks atau tahapannya (tahap 0 – tahap

6). Buah yang akan diekspor biasanya dipanen ketika kulit buah masih berwarna

merah kecokelatan atau keunguan (tahap 3 dan 4). Hal ini dimaksudkan agar buah

tersebut masih layak jual dan dapat dikonsumsi ketika sampai di negara tujuan.

Pemanenan buah yang ditujukan untuk pasar domestik dilakukan ketika kulit buah

sudah berwarna ungu kemerahan atau ungu kehitaman (tahap 5 dan tahap 6).

Getah Kuning

Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan salah satu masalah

utama yang terdapat pada buah manggis. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Dorly dkk, getah ini dihasilkan di seluruh bagian tanaman manggis

yaitu mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah dan tangkai buahnya. Pada buah,

saluran getah kuning tersebar di eksokarp mesokarp dan endokarp. Getah kuning

merupakan panyakit fisiologis yang berkaitan dengan turgoritas dinding sel.

Perubahan tekanan turgor tersebut dapat terjadi akibat perubahan lingkungan yang

ekstrim sehingga menyebabkan pecahnya dinding sel saluran getah kuning (Syah,

2007). Getah kuning juga dapat muncul akibat proses pemanenan dan penanganan

pasca panen yang kurang baik serta tusukan atau gigitan serangga (Ashari, 2006).

Menurut Dorly (2008), struktur sekretori getah kuning pada buah manggis

berbentuk saluran memanjang dan bercabang yang dikelilingi oleh sel-sel

epitelium yang khas. Saluran getah kuning tersebut lebih dikenal dengan sebutan

kanal bercabang. Struktur saluran getah kuning yang terdapat pada tangkai buah

(30)

Menurut Syah (2007), kerusakan yang ditimbulkan oleh getah kuning pada

endokarp lebih serius daripada perikarp. Gamboge yang mengotori buah dan

masuk ke dalam segmen daging buah akan menyebabkan perubahan warna pada

daging buah menjadi transparan (bening) dan memiliki rasa yang pahit. Getah ini

juga seringkali menempel pada kulit buah dan membentuk bintik-bintik berwarna

kuning (Ashari, 2006). Buah yang telah terkena penyakit fisiologis ini akan

menurun kualitasnya sehingga tidak layak untuk diekspor.

Kalsium

Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh

tanaman dan bersifat immobil. Kalsium tersedia pada tanah humid dalam bentuk

karbonat, kalsium silikat, dan bahan organik. Menurut Hanafiah (2006),

ketersediaan kalsium terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan

basa (KB). Pada umumnya kadar kalsium dalam tanah lebih tinggi dibandingkan

dengan ketersediaan magnesium. Penyerapan unsur kalsium oleh tanaman dalam

bentuk ion Ca2+ (Hardjowigeno, 2003).

Kalsium diperlukan oleh tanaman untuk membentuk struktur dinding sel

yang kuat (Collings, 1955) dan mempertahankan integritas sel-sel karena

perannya dalam sintesis kalsium pektat yang merupakan penyusun lamela tengah.

Kalsium juga berperan dalam mempertahankan permeabilitas membran,

pembentukan dan peningkatan kandungan protein dalam mitokondria serta

menghambat pengguguran atau proses penuaan daun (Hanafiah, 2006). Pemberian

kalsium juga dapat berpengaruh terhadap pembelahan sel, kekompakan buah,

pertumbuhan tanaman (pemanjangan), laju respirasi dan daya simpan buah

(Ashari, 2006). Kerusakan yang terjadi pada buah, seperti pecah buah, juga dapat

dikurangi dengan memberikan tambahan kalsium pada tanaman.

Menurut Hardjowigeno (2003), ketersediaan unsur Ca (kalsium) dalam

tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium dengan

waktu dan konsentrasi tertentu. Pupuk kalsium yang diberikan pada umumnya

berasosiasi dengan unsur lain. Salah satu sumber unsur kalsium adalah dolomit

(31)

Mn, dan P. Sumber lain yang juga biasa digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3)

dan kapur bakar (CaO).

Pengapuran

Pengapuran merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka

meningkatkan pH tanah sampai batas tertentu (Manik, 2003). Menurut Soepardi

(1983), pengapuran dapat didefinisikan sebagai upaya penambahan bahan

amelioran yang mengandung Ca dan Mg ke dalam tanah guna meningkatkan pH

sehingga kondisinya optimum untuk pertanaman. Pengapuran juga berpengaruh

terhadap sifat fisik (meningkatkan granulasi), kimia (menurunkan kelarutan Fe

dan Al serta meningkatkan KB) dan biologi tanah (merangsang aktivitas

mikroorganisme) serta memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar

(Hardjowigeno, 2003).

Derajat keasaman yang rendah menyebabkan tanah menjadi tidak subur

dan pertumbuhan akar tanaman terganggu sehingga penyerapan hara oleh tanaman

tersebut terhambat (Sanchez, 1992). Ketersediaan unsur hara optimum pada pH

tanah 6-6,5 (netral). Menurut Hanafiah (2005), pengapuran harus dilakukan

dengan empat tepat, yaitu tepat dosis, cara, waktu dan kondisi. Pengapuran yang

dilakukan dengan tepat dapat meningkatkan ketersediaan P, Ca, Mg, dan Mo serta

mengurangi keracunan yang diakibatkan oleh Fe, Mn, dan Al (Hardjowigeno,

2003). Pengapuran juga sebaiknya dilakukan berulang-ulang terutama di daerah

yang mempunyai curah hujan tinggi.

Jumlah kapur yang diperlukan atau ditambahkan ke dalam tanah

ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pH tanah. Jika nilai pH

rendah, maka tanah tersebut memerlukan lebih banyak kapur. Menurut

Hardjowigeno (2003), tekstur dan kadar bahan organik tanah menentukan

kapasitas adsorpsi dan besarnya daya penyangga tanah. Semakin halus tanah dan

banyaknya kandungan bahan organik, maka daya penyangganya akan semakin

besar sehingga diperlukan lebih banyak kapur. Mutu kapur dan jenis tanaman juga

(32)

Proses pengapuran terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama kapur melarut

karena hidrolisis, kemudian larutan kapur tersebut mengalami disosiasi. Tahap

terakhir, ion Ca+ beraksi menggantikan ion H+ (Ashari, 2006).

Tahap I : CaO (kapur) + H2O Ca(OH)2

Tahap II : Ca(OH)2 Ca2+ + 2OH

H

Ca

Ca2+ + Misel 2H+ + Misel

Ca

H

(33)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai April

2008 yang bertempat di kebun manggis, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang.

Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah

Tropika (PKBT) IPB, sedangkan analisis pH tanah dan kandungan kalsium dalam

tanah, daun dan kulit buah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan

Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis yang

berasal dari Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor. Bahan lainnya adalah kapur

dolomit yang diperoleh dari toko S.K. Tani, Leuwiliang, Bogor, larutan natrium

hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat, indikator penalphtalein (PP) dan akuades.

Alat yang digunakan terdiri dari cangkul, timbangan, ember, pisau, jangka

sorong, hand penetrometer, hand refraktometer, pipet, spatula, labu takar,

erlenmeyer, corong, kertas saring, buret dan gelas piala.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok

Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis kalsium. Faktor tersebut terdiri

dari 4 taraf percobaan, yaitu 0 ton Ca2+/ha (kontrol/0 ton dolomit/ha), 2.5 ton

Ca2+/ha (12.5 ton dolomit/ha), 3.0 ton Ca2+/ha (15.0 ton dolomit/ha) dan 3.5 Ca2+

ton/ha (17.5 ton dolomit/ha). Taraf percobaan tersebut diperoleh dari hasil

pengukuran pH tanah menggunakan metode SMP (Schoemaker, McLean, dan

Pratt) pada awal percobaan, kemudian dikonversikan ke dalam satuan ion Ca2+

yang terkandung pada dolomit yang akan digunakan (ion Ca2+ = 20%). Penelitian

ini dilakukan dengan 3 ulangan dan setiap ulangannya terdiri dari 3 pohon. Jadi,

jumlah keseluruhan tanaman manggis yang dibutuhkan adalah 36 pohon. Adapun

(34)

Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini

adalah:

Yij = µ + i + j + ij

Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan aplikasi dolomit ke-i terhadap ulangan

ke-j

µ = Nilai rataan umum

i = Pengaruh perlakuan aplikasi dolomit ke-i

j =Pengaruh kelompok ke-j

ij = Pengaruh galat pada perlakuan aplikasi dolomit ke-i terhadap kelompok ke-j

i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3

Data dianalisis menggunakan uji F jika hasilnya berbeda nyata akan

dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pelaksanaan 1. Persiapan tanaman

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman yang akan

memasuki musim berbuah. Jumlah tanaman yang dibutuhkan dalam penelitian

ini adalah 36 unit tanaman.

2. Pembersihan gulma

Gulma yang terdapat di sekitar tanaman dibersihkan untuk menghindari

penggunaan dolomit oleh gulma tersebut (tidak tepat sasaran). Jika hal ini tidak

dilakukan, maka dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan unsur kalsium

yang berasal dari kapur dolomit yang akan diaplikasikan ke tanaman.

3. Aplikasi kalsium

Aplikasi kalsium pada penelitian ini dilakukan melalui proses pengapuran

dengan menggunakan kapur dolomit. Pengapuran tersebut dilakukan di seluruh

permukaan tanah di bawah proyeksi tajuk tanaman manggis. Dolomit yang

diaplikasikan sebagai sumber kalsium tersebut kemudian dibalik posisinya

menggunakan cangkul (dolomit tertutup tanah). Hal ini dimaksudkan agar

(35)

pencucian dolomit oleh air hujan. Aplikasi dolomit ini dilakukan sebelum

tanaman berbunga.

4. Pelabelan buah

Pelabelan dilakukan terhadap bunga yang baru muncul setelah aplikasi

pengapuran tanaman. Pelabelan ini bertujuan untuk menentukan buah yang

akan digunakan untuk pengamatan.

5. Pemanenan buah

Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah yang

dipanen umumnya berumur 105-114 hari setelah anthesis (bunga mekar).

Pengamatan

Pengamatan Kuantitatif

1. Diameter buah (cm)

Diameter buah diukur pada awal pengamatan, yaitu sesudah buah

dipanen. Pengukuran ini dilakukan menggunakan jangka sorong dengan arah

horizontal melingkari buah (diameter transversal).

2. Bobot buah (gram)

Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran

ini meliputi bobot buah secara keseluruhan, bobot kulit dan bobot aril (daging

buah) manggis beserta bijinya.

3. Kekerasan kulit buah (kg/det)

Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan hand penetrometer.

Pengukuran tersebut meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah.

Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan dengan menusukkan jarum hand

penetromeneter pada kulit buah manggis. Kekerasan buah kemudian dapat

dilihat pada skala yang tertera dalam alat hand penetrometer.

4. Padatan terlarut total (% brix)

Beberapa sampel buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian

daging buah dari sampel tersebut diukur padatan terlarut totalnya (PTT)

dengan menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT ini dilakukan

dengan cara memberikan 1 tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca

(36)

terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan akuades kemudian dikeringkan

dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan

PTT yang terdapat di dalam buah manggis.

5. Asam tertitrasi total (%)

Kandungan asam tertitrasi total (ATT) dalam buah manggis diukur

dengan menggunakan metode titrasi NaOH. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan untuk menentukan kadar ATT buah yaitu:

Daging buah manggis

Haluskan

Timbang 10 gram pasta buah

Masukkan ke dalam labu takar 100 ml

Tambahkan akuades sampai volume larutan 100 ml

Saring

Ambil 25 ml hasil filtrasi

Masukkan ke dalam erlenmeyer

Tambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP)

Titrasi menggunakan NaOH 0.1 N

(37)

Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total dalam buah dapat

diketahui setelah dihitung menggunakan rumus:

ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% mg contoh

Keterangan:

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi

N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N)

fp = faktor pengenceran (100/25)

64 = faktor asam dominan

mg contoh = 10 000 mg

6. Analisis kandungan kalsium dalam tanah, kulit buah, dan daun manggis

Analisis kandungan kalsium dilakukan pada beberapa sampel tanah,

buah dan daun yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis ini

dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectromoter)

yang terdapat pada Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen

Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor. Adapun cara pengerjaannya

berbeda-beda untuk setiap peubah yang dianalisis.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis kandungan

kalsium dalam tanah adalah mencampurkan 2 gram sampel tanah dengan 40

ml NH4OAC pH 7. Kedua campuran tersebut diaduk hingga rata kemudian

disaring menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi sebanyak 1 ml dicampur

dengan 8 ml akuades dan 1 ml NH4OAC. Campuran tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan alat AAS untuk mengetahui kandungan

kalsiumnya.

Proses pengerjaan analisis kandungan kalsium pada kulit buah sama

dengan daun manggis. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah

mengabukan 1 gram sampel kering. Proses pengabuan dilakukan dengan cara

memasukkan sampel tersebut ke dalam tanur yang bersuhu tinggi. Abu yang

terbentuk kemudian dicampur dengan 10 tetes HCl pekat lalu disimpan di hot

plat sampai kering. Bahan yang diperoleh dari proses pengeringan tersebut

kemudian ditambahkan 10 ml HCl 1 N. Campuran tersebut disaring hingga

(38)

lalu dicampurkan dengan 10 ml HCl 1 N dan akuades hingga volume

campuran mencapai 50 ml. Hasil pencampuran tersebut kemudian dianalisis

dengan menggunakan alat AAS.

7. Pengukuran pH tanah

Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pHmeter.

Pengukuran ini dilakukan sebelum aplikasi dolomit dan sesudah panen buah

manggis. Pegukuran pH tanah sebelum aplikasi dolomit dilakukan untuk

mengetahui dosis dolomit yang perlu ditambahkan pada tanaman manggis.

Metode yang digunakan dalam hal ini adalah SMP (Schoemaker, McLean, dan

Pratt) dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan aquades

kemudian pHnya diukur menggunakan pHmeter. Kemudian tambahkan

larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama, kocok campuran tersebut lalu

ukur kembali pHnya. Berdasarkan pH dalam larutan SMP buffer ini dapat

diketahui jumlah kebutuhan kapur yang perlu ditambahkan pada suatu area

penanaman manggis.

Pengukuran pH tanah setelah panen buah dilakukan dengan metode

yang lebih sederhana (H2O). Dalam metode ini, sampel tanah dicampur

dengan aquades lalu kocok hingga benar-benar tercampur rata. Setelah itu, pH

tanah diukur menggunakan pHmeter.

Pengamatan kualitatif

Pengamatan kaluitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengukuran tingkat pencemaran getah kuning pada buah manggis, baik pada

bagian kulit maupun aril buahnya. Pengukuran ini dilakukan dengan

menggunakan skoring, seperti yang telah dilakukan pada penelitian-penelitian

sebelumnya. Menurut Kartika (2004), skoring getah kuning pada kulit dan

daging buah (aril) manggis adalah sebagai berikut:

a) Getah kuning pada kulit buah

Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering

tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang

(39)

Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang

menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di

permukaan buah.

Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk

jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi

kusam.

b) Getah kuning pada daging buah

Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning

baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.

Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil)

karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.

Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu

juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi

pahit.

Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring,

diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah

menjadi pahit.

Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring

atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit,

(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini dilakukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 490 meter

di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis yang dijadikan tempat

penelitian ini sebagian besar berupa terasering karena daerahnya berbentuk

lereng-lereng. Tanaman manggis ditanam dengan jarak tanam sekitar 3x3 m.

Tanaman manggis tersebut tumbuh dengan baik karena tanaman ternaungi oleh

tanaman durian dan melinjo yang tumbuh di sekitarnya.

Gambar 1. Tanaman manggis yang digunakan sebagai bahan percobaan

Selama penelitian berlangsung, data iklim yang tercatat oleh Stasiun

Klimatologi Darmaga, Bogor, menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan di

sekitar tempat penelitian adalah 25.10C dan kelembaban udara rata-rata 86.2%.

Adapun curah hujannya adalah 210 mm/bulan dengan hari hujan mencapai 74

hari. Menurut Sidik (2004), tanaman manggis dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik pada kelembaban udara sekitar 80% dan kondisi curah hujan tahunan

1 500 – 2 500 mm/tahun (www.ristek.go.id). Adapun suhu yang dibutuhkan oleh

tanaman manggis berkisar antara 250C – 350C (Ashari, 2006).

Struktur tanah yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman manggis ini lebih

didominasi oleh struktur liat. Derajat keasaman tanah di area penanaman juga

sangat tinggi (asam). Selain itu, tanah menjadi sangat lengket dan licin dalam

(41)

Hama yang banyak ditemukan pada tanaman manggis selama penelitian

berlangsung adalah semut (Formica sp.). Semut-semut tersebut tidak terlalu

mempengaruhi produktivitas tanaman manggis, namun keberadaanya cukup

mengganggu selama proses pemanenan, distribusi buah bahkan saat akan

dikonsumsi. Adapun penyakit yang paling sering muncul adalah bercak daun yang

disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp. dan Pestalotia flagisettula.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Helminthosporium sp. yaitu munculnya

bercak berwarna cokelat pada daun sedangkan P. flagisettula bercak berwarna

kelabu pada bagian tengah daun.

Gambar 2. Daun manggis yang terserang penyakit bercak cokelat oleh cendawan Helminthosporium sp. (A) dan bunga manggis yang telah mekar (B)

Derajat Keasaman Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah

Pemberian kalsium secara nyata dapat meningkatkan pH tanah

dibandingkan kontrol. Tanaman manggis yang diberi penambahan unsur kalsium

dengan dosis 3.5 ton Ca2+/ha mengalami peningkatan pH tanah tertinggi meskipun

hasilnya tidak signifikan dengan perlakuan pemberian dosis kalsium 2.5 dan 3.0

ton Ca2+/ha. Derajat keasaman tanah yang menurun ini diharapkan dapat

meningkatkan kesuburan tanah serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.

Selain itu, menurut Hardjowigeno (2003), peningkatan pH tanah juga dapat

meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah. Menurut Hakim dalam Nyakpa

(1988), perbaikan sifat-sifat tanah dapat merangsang pertumbuhan dan

perkembangan akar menjadi lebih baik. Dengan demikian, penyerapan air dan

nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangannya akan semakin baik pula. A

(42)

Tabel 1. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap pH Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah

pH tanah (H2O)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (*) dan 1% (**)

tn : tidak berbeda nyata

Hasil analisis kalsium tanah pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa

kandungan unsur hara tersebut berbeda sangat nyata antara perlakuan kontrol

dengan perlakuan pemberian kalsium pada berbagai dosis. Antara perlakuan

pemberian dosis kalsium juga menunjukkan hasil yang berbeda nyata.

Peningkatan kalsium tanah tertinggi terdapat pada perlakuan dosis kalsium 3.5 ton

Ca2+/ha meskipun tidak signifikan dengan dosis 3.0 ton Ca2+/ha, sedangkan

kandungan kalsium tanah terendah terdapat pada perlakuan kontrol. Menurut

Hardjowigeno (2003), ketersediaan unsur kalsium dalam tanah dapat ditingkatkan

dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium. Unsur kalsium yang terdapat pada

tanah ini nantinya akan diserap oleh tanaman kemudian digunakan dalam

pembentukan struktur dan permeabilitas membran serta aktivator beberapa enzim,

salah satunya adalah enzim -amilase.

Skoring Getah Kuning

Skoring getah kuning pada kulit buah (Tabel 3) menunjukkan hasil yang

berbeda nyata antara perlakuan kontrol (0 ton Ca2+/ha) dengan pemberian kalsium

dengan dosis 3.5 ton Ca2+/ha. Tanaman manggis yang tidak diberi penambahan

kalsium akan menghasilkan buah dengan tingkat keparahan getah kuning yang

tinggi meskipun hasilnya tidak signifikan dengan pemberian kalsium dosis

(43)

berasal dari tetesan getah pada bagian tanaman manggis lainnya yang terluka dan

letaknya berada di atas buah manggis tersebut.

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Skor Getah Kuning Buah Manggis

Getah Kuning Perlakuan Dosis Kalsium

Kulit Buah Aril Buah

0 ton Ca2+/ha 3.72a 1.54

2.5 ton Ca2+/ha 2.83ab 1.43

3.0 ton Ca2+/ha 2.81ab 1.42

3.5 ton Ca2+/ha 1.87b 1.30

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Berdasaran Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian kalsium

melalui pengapuran tidak berbeda nyata terhadap getah kuning untuk setiap

perlakuan. Hal ini dikarenakan getah kuning pada kontrol sudah tergolong rendah.

Selain itu, getah kuning pada aril buah memang jarang ditemukan karena getah

kuning yang terdapat pada saluran kanal bercabang akan semakin berkurang

seiring dengan bertambahnya umur buah manggis. Getah kuning pada aril lebih

banyak terjadi akibat rusaknya saluran getah kuning ketika buah masih muda.

Gambar 3. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Kulit Buah

Diagram di atas merupakan gambaran mengenai buah layak ekspor dan

tidak layak ekspor yang dikelompokkan berdasarkan skoring getah kuning pada

kulit buah manggis. Skor 1 hingga skor 3 masih digolongkan sebagai buah yang

(44)

gambar tersebut, dapat diketahui bahwa pada perlakuan kontrol, jumlah buah yang

layak untuk diekspor berjumlah 33.33%. Hal ini jauh lebih sedikit jika

dibandingkan dengan jumlah buah yang tidak layak ekspor, yaitu sebesar 66.67%.

Namun pada perlakuan aplikasi kalsium dengan dosis 2.5 – 3.5 ton Ca2+/ha,

jumlah buah layak ekspor lebih banyak dibandingkan dengan buah tidak layak

ekspor. Pada perlakuan 3.5 ton Ca2+/ha, persentase jumlah buah layak ekspor

(93.33%) jauh lebih banyak dibandingkan dengan buah tidak layak ekspor

(6.67%).

Gambar 4. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Aril Buah

Pengelompokkan layak tidaknya buah manggis untuk tujuan ekspor juga

dapat dilihat dari skoring getah kuning pada bagian aril buahnya. Buah layak

ekspor memiliki skor getah kuning 1 – 2, sedangkan buah yang tidak ekspor

memiliki skor 3 – 5. Pada Gambar 4, dapat diketahui bahwa masing-masing

perlakuan memiliki jumlah buah layak ekspor yang jauh lebih banyak jika

dibandingkan dengan buah yang tidak layak ekspor. Buah layak ekspor pada

masing-masing perlakuan umumnya memiliki persentase jumlah buah yang

hampir sama, yaitu antara 80% – 93%, sedangkan buah yang tidak layak ekspor

berkisar antara 6% – 19%.

Menurut Ashari (2006), getah kuning yang keluar dan mengotori bagian

kulit buah terjadi akibat pecahnya dinding saluran getah kuning. Saluran getah

kuning tersebut pecah karena struktur dinding selnya lemah. Pemberian unsur

kalsium melalui pengapuran ini akan meningkatkan sintesis kalsium pektat yang

berperan dalam pembentukan lamela tengah dinding sel (Nyakpa, 1988). Dengan

demikian, struktur dinding sel akan menjadi lebih kokoh sehingga sel tidak mudah

(45)

dapat tercapai, maka getah kuning tidak mudah mengotori buah, baik di kulit

maupun aril buah manggis.

Gambar 5. Getah kuning membentuk jalur (A) dan gumpalan (B) pada bagian kulit buah manggis

Menurut Syah (2007), munculnya getah kuning tidak hanya dipengaruhi

oleh faktor internal, yaitu kandungan kalsium dalam buah, tetapi juga kondisi

lingkungan tumbuh tanaman. Selain dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam

tanaman, keberadaan getah kuning pada buah manggis juga dipengaruhi oleh

serangan hama dan benturan ketika proses pemanenan (Ashari, 2006).

Berdasarkan data cuaca yang terdapat pada Tabel Lampiran 17, curah hujan di

tempat penelitian terjadi secara merata setiap bulannya dengan intensitas hari

hujan yang hampir sama. Hal ini berarti bahwa semakin stabil ketersediaan air di

dalam tanaman maka tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis akan

semakin berkurang.

Gambar 6. Aril buah bersih dari getah kuning (A) dan aril buah terkena getah kuning (B)

B

A

(46)

Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis

Kandungan kalsium pada kulit buah manggis tidak berbeda nyata untuk

setiap perlakuan. Hal ini dimungkinkan karena kebutuhan unsur tersebut telah

terpenuhi sehingga pemberian kalsium dengan jumlah berapapun tidak

berpengaruh terhadap kandungan kalsium pada kulit buah. Hasil analisis

kandungan kalsium pada kulit buah juga dipengaruhi oleh cara analisisnya dimana

analisis kandungan kalsium pada kulit buah tidak dibedakan berdasarkan

masing-masing bagian kulit buahnya (eksokarp, mesokarp dan endokarp). Hal ini diduga

turut mempengaruhi hasil analisis kandungan kalsium pada kulit buah secara

keseluruhan.

Analisis kandungan kalsium pada bagian daun manggis menunjukkan hasil

yang berbeda dengan kulit buah. Pemberian dolomit sebagai salah satu sumber

unsur kalsium cenderung dapat meningkatkan kandungan kalsium daun manggis

secara nyata dibandingkan perlakuan kontrol. Aplikasi pemberian kalsium dengan

dosis 3.0 ton Ca2+/ha dan 3.5 ton Ca2+/ha mempunyai kandungan kalsium tertinggi

pada daun, yaitu 1.80%. Adapun kandungan kalsium terendah terdapat pada

perlakuan kontrol, yaitu 1.23%.

Kalsium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Ca2+. Kandungan kalsium

pada daun lebih banyak dibandingkan dengan kulit buah. Hal ini dikarenakan ion

kalsium yang diserap oleh tanaman terlebih dahulu ditranslokasikan ke daun

kemudian baru dilanjutkan ke buah. Menurut Nyakpa (1988), banyaknya kalsium

pada daun juga dipengaruhi oleh proses transpirasi dimana pergerakan ion

kalsium terjadi bersamaan dengan gerakan air (aliran massa). Semakin tinggi laju

transpirasi daun pada suatu tanaman maka kandungan klasium pada daunnya juga

akan tinggi pula. Selain itu, letak buah manggis terhadap daun yang berupa tipe

terminal juga turut mempengaruhi banyaknya unsur kalsium yang dapat diserap

(47)

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalisum terhadap Kandungan Kalsium pada Kulit Buah dan Daun Manggis

Kandungan Kalsium (%)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 10%

Komponen Kualitas Buah Manggis

Kekerasan, Diameter dan Bobot Buah Manggis

Hasil pengukuran yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa setiap

perlakuan aplikasi kalsium tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah.

Menurut Qanytah (2004), kulit buah manggis dapat mengeras karena hilangnya

cairan akibat proses penguapan. Hal ini menyebabkan sel menciut sehingga ruang

antar sel semakin meyempit dan pektin akan berikatan satu sama lain.

Pengukuran diameter buah juga menunjukkan hasil yang tidak nyata untuk

setiap perlakuannya. Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin besar diameter buah

maka bobot totalnya akan semakin besar pula. Hal ini terjadi karena adanya

penambahan luas dan volume buah dimana diameter buah yang semakin besar

diharapkan akan menghasilkan edibel portion (bagian dapat dimakan) yang

semakin banyak pula.

Tabel 4. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kekerasan, Diamater dan Bobot Buah Manggis

(48)

Hasil pengukuran bobot buah yang meliputi bobot total, kulit serta aril dan

biji juga menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT

taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan unsur kalsium

dalam tanah tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan dinding sel.

Keadaan tersebut dapat saja dikarenakan setiap buah pada masing-masing

perlakuan memiliki kemampuan yang sama dalam penggunaaan ion Ca2+ sebagai

komponen penyusun lamela tengah pada dinding sel. Menurut Nyakpa (1988),

meskipun kalsium merupakan bahan penyusun lamela tengah, namun tidak berarti

bahwa lamela tengah mempunyai komposisi kalsium pektat.

Cita Rasa Buah Manggis

Pengaruh pemberian kalsium pada berbagai dosis tidak berbeda nyata

terhadap padatan terlarut total, asam tertitrasi total maupun nisbah antara

keduanya. Hal ini berarti bahwa penambahan unsur kalsium pada buah yang

diberikan melalui aplikasi dolomit tidak berpengaruh terhadap kandungan padatan

terlarut total, asam tertitrasi total dan nisbah PTT/ATT buah tersebut. Padatan

terlarut total yang terdapat pada buah manggis berkisar antara 20.30 – 20.46 brix,

sedangkan asam terlarut totalnya sebanyak 0.33 – 0.37 %. Nisbah PTT/ATT yang

terukur pada penelitian ini adalah 54 – 63.

Tabel 5. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan Nisbah PTT/ATT

Perlakuan Dosis Kalsium PTT (brix) ATT (%) PTT/ATT

0 ton Ca2+/ha 20.46 0.542 38.62

digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan pada buah. Hal ini dikarenakan

Gambar

Gambar 1. Tanaman manggis yang digunakan sebagai bahan percobaan
Gambar 2. Daun manggis yang terserang penyakit bercak cokelat oleh  cendawan   Helminthosporium sp
Tabel 1. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap pH Tanah dan    Kandungan Kalsium Tanah
Gambar 3. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor            Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Kulit Buah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur Genetik Manggis ( Garcinia mangostana L.) Berbasis Marka Morfologi dan Molekuler. Dibimbing oleh SOBIR, ROEDHY POERWANTO dan EDI SANTOSA. Pengetahuan tentang

Beberapa hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa pengerasan kulit buah manggis dapat disebabkan oleh penurunan kandungan air perikarp, dan berkorelasi positif dengan

Komponen yang diamati adalah skor (Tabel 2 dan 3) dan persentase buah yang aril, kulit dan juringnya tercemar getah kuning, kandungan Ca pektat pada perikarp buah serta

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: terdapat perbedaan respon pemberian kalsium dan boron terhadap tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis, serta

Rekapitulasi Data Kadar Kalsium, Kalium dan Magnesium pada Kulit Buah Manggis ( Garcinia Mangostana L.) Setelah Uji-t. Mineral Sampel

Percobaan pada tahun II menunjukkan bahwa persentase buah layak ekspor berdasarkan cemaran getah kuning di kulit luar buah pada perlakuan kontrol adalah sebesar 33.33%,

Pada tanaman manggis yang berumur kurang dari 30 tahun pemberian cycocel sebanyak 4.500 mg/L dapat meningkatkan jumlah dan bobot buah yang tidak bergetah kuning

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) pemberian kalsium, baik bersumber dari dolomit maupun kalsit, mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril maupun kulit buah manggis,