• Tidak ada hasil yang ditemukan

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dikerjakan dimulai dari bulan Februari 2020 sampai November 2020 di Laboratorium Teknologi Pangan dan Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang dipakai pada penelitian ini ialah buah sirsak diperoleh di Desa Tigabinanga Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo Sumatera Utara, daun sirsak yang diperoleh dari Jalan Korpri Desa Martebing Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara, maltodekstrin food grade yang diperoleh dari toko Lansida, Yogyakarta, dan gula pasir diperoleh dari toko Lena, Pringgan. Zat kimia ialah aquadest, H2SO4, asam askorbat, NaOH 0,1 N, HPO3 2%, 2,6-diklorofenol indofenol, sodium bikarbonat, phenophtalein 1%, fenol 5 %, glukosa, alkohol 80%, kuarsetin standar, NaNO2 5%, AlCl3 10%, NaOH 4%, etanol pro analisis, dan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil.

Peralatan yang digunakan adalah wadah plastik, saringan, pisau stainles steel, sendok stainles steel, wajan, sendok pengaduk stainles steel, blender, kemasan aluminium, cup 55 ml, termometer, timbangan analitik, spektrofotometer, handrefractometer, pipet tetes, pipet mikro, kertas whatman, oven, desikator, shaker, rotary evaporator, gelas ukur, labu ukur, erlenmeyer, beaker glass, spatula, aluminium foil, cawan aluminium, vortex, hot plate, kapas, cawan porselin, kertas putih bersih, kamera Nikon d5500, dan kertas label.

25

Metode Penelitian

Penelitian ini memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial terdiri dari dua faktor, yakni:

Faktor I : Penambahan eskstrak daun sirsak (K) terdiri atas 5 taraf yakni : K1 = 0 %

K2 = 2,5 % K3 = 5 % K4 = 7,5 %

K5 = 10 %

Faktor II : Penambahan penstabil maltodekstrin (P) terdiri atas 3 taraf yakni : P1 = 5 %

P2 = 10 % P3= 15 %

Banyak kombinasi perlakuan atau treatment combination (Tc) ialah 5 x 3 = 15, maka total dari ulangan (n) minimal ialah terdapat dibawah ini:

Tc (n-1) ≥ 15 15 (n-1) ≥ 15 15n ≥ 30 n ≥ 2

Jadi, ketelitian pada penelitian ini, dilakukan penelitian dengan ulangan sebanyak 3 kali maka jumlah keseluruhan sampel ialah 45 sampel.

26

Model Rancangan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan model dibawah ini:

Ŷijk = µ +αi + βj+ (αβ)ij + εijk

dimana:

Ŷij : Hasil pengamatan dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke j dalam ulangan ke-k

µ : Efek nilai tengah

αi : Efek faktor K pada taraf ke-i βj : Efek faktor P pada taraf ke-j

(αβ)ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j

εij : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor P pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k

Jika dihasilkan hasil analisa yang berpengaruh nyata dan sangat nyata maka akan lanjut ke uji beda rataan, memakai uji Least Significant Range (LSR).

Tahapan Penelitian

Pembuatan ekstrak daun sirsak

Diambil daun sirsak yang cukup tua (tidak muda dan tidak terlalu tua) sebanyak 10 g. Daun sirsak dipilih daun ke 4 atau ke 5 dari daun dibelakangnya dalam satu ranting karena memiliki jumlah kandungan senyawa flavonoid yang paling banyak. Agar terbebas dari bahan pengotor atau debu, daun dibersihkan dengan air mengalir. Daun sirsak yang sudah dibersihkan ditambahkan dengan air 250 ml, kemudian diblanching dengan menggunakan suhu 90oC

27

selama 15 menit. Setelah dilakukan proses blanching, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Ekstrak daun sirsak diperoleh dengan cara menyaring daun sirsak dengan kain saring yang telah diblanching Kemudian ekstrak daun sirsak yang diperoleh dianalisa total flavonoid, total padatan terlarut, aktivitas antioksidan, total asam, serta kadar vitamin C. Dilakukan penambahan air sebanyak 250 ml pada proses blanching karena setelah selesai proses blanching, maka air sisa blanching tersebut digunakan untuk menghaluskan daun sirsak dengan menggunakan blender. Gambar 5 memperilhatkan skema pembuatan ekstrak daun sirsak.

Pembuatan bubur buah sirsak

Buah sirsak dibersihkan menggunakan air mengalir, lalu diambil daging buahnya saja. Daging buah ditimbang sekitar 500 g, kemudian dihaluskan dengan blender pada rasio daging buah dengan air adalah 1:1 dan akan diperoleh bubur buah sirsak. Kemudian bubur buah sirsak yang dihasilkan dilakukan analisa total padatan terlarut, aktivitas antioksidan, total asam, total flavonoid, serta kadar vitamin C. Gambar 6 memperlihatkan skema pembuatan bubur buah sirsak.

Pembuatan Minuman Fungsional Serbuk Instan

Minuman fungsional serbuk instan dapat dibuat dengan menambahkan gula sebanyak 500 g ke dalam wajan yang berisi bubur buah sirsak sebanyak 1000 g, kemudian dipanaskan dengan suhu 900C, dilakukan pengadukan secara terus-menerus selama 10 menit hingga mendidih. Selanjutnya ditambahkan ekstrak daun sirsak dengan tingkat persentase 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% serta

28

persentase maltodekstrin 5%, 10%, dan 15%. Pengadukan dan pemanasan terus dilakukan selama 20 menit hingga larutan jenuh dan mengental serta sulit untuk dilakukan pengadukan. Agar terbentuk kristal yang seragam, maka dihentikan pemanasan, namun adonan tetap diaduk terus-menerus. Kemudian dihaluskan kristal dengan penghalus. Lalu serbuk kristal diperkecil ukurannya dengan ayakan berukuran 80 mesh, dan kemudian dihasilkan minuman fungsional serbuk sirsak instan. Minuman fungsional serbuk instan yang dihasilkan dilakukan analisa kadar air, kadar vitamin C, total asam, total padatan terlarut, waktu kelarutan, total gula, warna, kadar abu, uji organoleptik yaitu warna, aroma, rasa, tekstur, serta penerimaan umum, serta analisa perlakuan terbaik yaitu aktivitas antioksidan.

Gambar 7 memperlihatkan skema pembuatan minuman fungsional serbuk instan.

Parameter Penelitian

Pengamatan dan Pengukuran Data

Pengamatan serta pengukuran data pembuatan minuman fungsional serbuk instan yakni menganalisa waktu kelarutan, kadar air, total asam, kadar abu, total padatan terlarut, total flavonoid, total gula, warna, kadar vitamin C uji organoleptik yaitu warna, aroma, rasa, tekstur, penerimaan umum, serta perlakuan terbaik aktivitas antioksidan.

Penentuan kadar air

Ditimbang sampel sebesar 5g ke cawan alumunium. Bahan pada cawan dimasukkan di oven, dikeringkan di suhu 105ºC dalam waktu 3 jam, diletakkan bahan ke desikator pada waktu 15 menit, kemudian ditimbang. Dikeringkan bahan di oven kembali pada waktu 1 jam dengan suhu 105ºC, seterusnya

29

bahan dimasukkan ke desikator dalam waktu 15 menit, kemudian ditimbang.

Pengeringan dilakukan secara berkala, hingga diperoleh bobot konstan (AOAC, 2005). Perhitungan kadar air dilaksanakan pada rumus:

adar air ( ) =Berat awal (g)- Berat akhir (g) erat cawan (g))

Berat awal (g) 100

Penentuan kadar abu

Bahan ditimbang sebesar 5g ke cawan porselin yang sudah kering. Bahan dipijarkan di hot plate selama 1 jam dengan api rendah, lalu secara berkala api dibesarkan hingga bahan berubah menjadi arang. Bahan dimasukkan ke dalam tanur, lalu dipanaskan selama 1 jam 100ºC, selanjutnya pemanasan pada waktu 2 dan suhu 300ºC, serta pemanasan terakhir selama 2 jam pada suhu 500ºC.

Diletakkan bahan ke desikator pada waktu 15 menit, selanjutnya timbang kembali (Sudarmadji, dkk., 1984). Perhitungan kadar abu menggunakan rumus:

adar abu ( ) =Berat akhir (g)-Berat cawan (g)

Berat sampel (g) 100 Penentuan total asam

Ditimbang bahan sebesar 10g lalu ditempatkan pada labu ukur 100ml.

Selanjutnya, ditambah aquadest hingga batas tera, selanjutnya dihomogenkan dan disaring dengan kapas, dilakukan secara berulang hingga diperoleh larutan yang jernih. Filtrat yang jernih diambil 10ml kemudian dimasukkan filtrat tersebut ke erlenmeyer serta ditambah phenolpthalein 1% sebesar 2-3 tetes. Selanjutnya titrasikan filtrat menggunakan NaOH 0,1 N. Diberhentikan proses titrasi jika sudah terbentuk warna merah lembayung stabil (Apriyantono, dkk., 1989).

Perhitungan total asam menggunakan rumus sebagai berikut:

30

Total asam ( ) =ml a a B Asam Faktor pengencer

Berat sampel (g) 1000 valensi asam 100 Penentuan total padatan terlarut

Pengujian total padatan terlarut ialah pengujian yang telah dilakukan oleh Muchtadi dan Sugiono, (1990) yaitu dengan menimbang sampel sebesar 5 g lalu diletakkan ke gelas beker serta ditambahkan aquadest 20ml dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya diambil larutan yakni sebesar 1 tetes lalu diteteskan pada kaca prisma handrefractometer. Nilai padatan terlarut yaitu angka yang terlihat pada perubahan warna biru serta putih. Perhitungan total padatan terlarut berdasarkan rumus:

TSS ( Brix) = Skala angka Faktor pengencer Penentuan total gula

Pengujian total gula pada penelitian ini dengan menggunakan metode yang dilakukan oleh Dubois, dkk., (1956)

.

Pembuatan kurva standar

Glukosa standar ditimbang sebesar 5mg kemudian diletakkan ke labu ukur 100ml serta ditambahkan aquadest sampai batas tera. Dibuat beberapa konsentrasi yakni 0,01 mg/ml, 0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04 mg/ml, dan 0,05 mg/ml dari larutan glukosa standar dengan cara dipipet larutan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml ke labu ukur 10 ml, selanjutnya ditambah aquadest sampai tera. Konsentrasi setiap larutan diambil 1ml dan dicampurkan fenol 5 % sebesar 0,5ml dan divortex. Secara tegak lurus ditambahkan larutan asam sulfat pekat sebesar 2,5ml, dan didiamkan dalam waktu 10 menit, lalu divortex, selanjutnya dipanaskan dalam water bath dalam

31

waktu 15 menit, dan didinginkan. Ditentukan absorbansi larutan oleh panjang gelombang 490 nm. Pembuatan kurva standar glukosa yakni memplot konsentrasi gula dengan absorbansi gula.

Pengujian total gula

Sebesar 5g bahan ditimbang kemudian ditambahkan sebesar 10 ml alkohol 80%. Bahan disaring dengan kapas hingga diperoleh filtrat. Filtrat bahan ditempatkan ke beaker glass lalu ditambahkan aquadestl 200 ml, selanjutnya dipanaskan dengan 100ºC dalam waktu 30 menit, hingga alkohol hilang. Bahan diencerkan dengan aquadest hingga larutan bahan jernih. Bahan ditempatkan di labu ukur 250ml lalu diambil 1ml diletakkan ke labu ukur 100ml, selanjutnya ditambah kembali aquadest hingga tera. Diambil 1ml larutan bahan dari labu ukur 100 ml lalu diletakkan ke tabung reaksi, kemudian ditambah 0,5ml larutan fenol 5% serta 2,5ml H2SO4 pekat, selanjutnya dibiarkan dalam waktu 10 menit.

Larutan bahan dipanaskan pada waktu 15 menit selanjutnya didinginkan.

Ditentukan absorbansi bahan oleh panjang gelombang 490 nm. Perhitungan total gula menggunakan rumus :

Total gula ( ) = onsentrasi gula Faktor pengencer 0,001

Berat bahan (g) 100

Penentuan total flavonoid

Pengujian total flavonoid dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Cahyanta, 2016).

Ekstraksi sampel

Sebesar 20g bahan diletakkan ke erlenmeyer selanjutnya etanol (pa) sebesar 200ml ditambahkan dan diaduk dengan shaker dalam waktu

32

± 48 jam (maserasi). Disaring filtrat (hasil ekstraksi) menggunakan kertas whatman, kemudian filtrat dipekatkan sampai diperoleh ekstrak kental dengan rotary evaporator.

Pembuatan kurva standar

Kuersetin standar ditimbang sebesar 10mg selanjutnya diletakkan ke labu ukur 10 ml dan ditambah pelarut etanol hingga tera (kuersetin 1 mg/ml). Larutan tersebut diambil sebesar 1ml, dan diletakkan ke labu ukur 10ml dengan penambahan etanol sampai tera (kuersetin 0,1 mg/ml). Kurva standar dibuat dengan cara, larutan 0,1 mg/ml diambil sebesar 0,5ml, 1ml, 1,5ml, 2ml, dan 2,5ml dilarutkan di labu ukur 10ml dengan etanol (0,005 mg/ml, 0,01 mg/ml, 0,015 mg/ml, 0,02 mg/ml, dan 0,025 mg/ml). Diambil sebesar 0,5ml dari setiap larutan dan ditambah aquadest sebesar 2ml dan NaNO2 5%, sebesar 0,15ml selanjutnya biarkan diam pada waktu 6 menit. Selanjutnya, larutan dicampur AlCl3 10%

sebesar 0,15ml, lalu pada waktu 6 menit diamkan kembali. Ditambah larutan dengan NaOH 4% sebesar 2 ml, serta ditambah aquadest sampai total volumenya 5ml, selanjutnya diamkan pada waktu 15 menit. Larutan standar diukur absorbansinya oleh panjang gelombang 510 nm. Diperoleh kurva standar yakni hubungan antara konsentrasi kuersetin (mg/ml) dengan absorbansi.

Penentuan total flavonoid

Bahan ditimbang sebesar 10mg, selanjutnya diletakkan ke labu ukur 10ml, lalu ditambah etanol sampai tera (1 mg/ml). Diambil sebesar 0,5 ml 1arutan sampel 1 mg/ml dan dicampur dengan 0,15 ml NaNO2 5%, dan 2 ml aquadest, selanjutnya diamkan pada waktu 6 menit. Larutan sampel ditambah AlCl3 10%

sebesar 0,15 ml, lalu biarkan diam kembali pada waktu 6 menit. Sampel

33

ditambah NaOH 4% sebesar 2ml, lalu ditambah aquadest sampai volumenya 5ml lalu diamkan pada waktu 15 menit. Nilai absorbansi sampel diukur oleh panjang gelombang 510nm. Total flavonoid dihitung dengan rumus:

Total flavonoid ( ) = onsentrasi kuarsetin olume sampel

Berat sampel (g) 1000 100 Penentuan kadar vitamin C metode kolorimetri

Penentuan kadar vitamin C pada penelitian ini yakni metode kolorimetri yang telah dilakukan oleh Apriyantono, dkk., (1989).

Pembuatan larutan dye

Ditimbang 2,6-diklorofenol indofenol sebanyak 100 mg, lalu ditambahkan aquadest yang telah dididihkan sebanyak 50 ml dan 84 mg NaHCO3, kemudian diletakkan ke labu ukur 100ml. Larutan ditambah aquadest hingga volumenya 100 ml. Larutan disaring, selanjutnya diambil 25ml dan diletakkan ke labu ukur 500 ml dan ditambah aquadest hingga tera.

Pembuatan kurva standar

Asam askorbat standar ditimbang sebesar 100mg dan diletakkan ke labu ukur 100ml, lalu ditambahkan larutan HPO3 2% sampai volume 100ml. Larutan asam askorbat dipipet ke labu ukur 5 ml sebanyak 40 μL, 80 μL, 100 μL, 120 μL, dan 160 μL, hingga didapatkan konsentrasi 0,008 mg/ml, 0,016 mg/ml, 0,020 mg/ml, 0,024 μg/ml, dan 0,032 μg/ml dan diencerkan menggunakan HPO3 2%

sampai volume 5 ml. Larutan tersebut dipindahkan ke tabung reaksi dan larutan dye sebesar 10ml ditambah, dan absorbansinya diukur oleh panjang gelombang 518 nm. Dibuat larutan blanko dengan ditambahkannya 5ml HPO3 dengan 10 mL larutan diklorofenolindofenol, lalu absorbansinya diukur oleh panjang

34

gelombang 518nm. Dihitung kurva standar asam askorbat dengan menghubungkan nilai absorbansi dengan konsentrasi asam askorbat.

Pengukuran kadar vitamin C

Bahan ditimbang sebesar 10g dan diletakkan ke labu ukur 100ml selanjutnya ditambah sampai tera HPO3 2%. Larutan ini disaring dan diambil 5ml sampel dan diletakkan ke tabung reaksi, lalu ditambah dengan cepat larutan diklorofenolindofenol sebesar 10ml. Diukur absorbansi bahan dengan panjang gelombang 518 nm. Dihitung kadar vitamin C sebagai berikut:

adar vitamin C (mg/100g) = onsentrasi asam askorbat Faktor pengencer 100 Berat bahan (g)

Pengujian aktivitas antioksidan metode DPPH

Pengujian aktivitas antioksidan bahan dipakai berdasarkan metode DPPH (Frindryani, 2016), yakni:

Ekstraksi sampel

Sebesar 20g produk diletakkan ke erlenmeyer selanjutnya etanol (pa) sebesar 200ml ditambahkan dan diaduk dengan shaker dalam waktu ± 48 jam (maserasi). Disaring filtrat (hasil ekstraksi) menggunakan kertas whatman, kemudian filtrat dipekatkan sampai diperoleh ekstrak kental dengan rotary evaporator.

Pembuatan larutan DPPH

Ditimbang sebesar 4,7mg DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) lalu diletakkan ke labu ukur 100ml, selanjutnya dilarutkan dengan etanol hingga batas tera dan diinkubasi di ruangan yang gelap pada waktu 20menit.

35

Pembuatan larutan kontrol

Dibuat larutan kontrol dengan ditambahkannya etanol (pa) sebanyak 1,5 ml pada larutan DPPH 1,5ml di tabung reaksi. Selanjutnya larutan kontrol absorbansinya dilihat oleh panjang gelombang tertinggi larutan kontrol.

Selanjutnya diukur pada rentang 510-525 nm untuk menentukan panjang gelombang.

Larutan bahan

Larutan bahan dibuat dengan menimbang bahan sebesar 100 mg, lalu dilarutkan dalam 100 ml etanol (pa). Larutan bahan diambil sebesar 15,6 µL, 31,2 µL, 62,5 µL, 125 µL, 250 µL, dan 500 µL dan dipindahkan ke labu ukur 5ml secara triplo sehingga diperoleh konsentrasi 3,12 µg/ml, 6,24 µg/ml, 12,5 µg/ml, 25 µg/ml, 50 µg/ml, dan 100 µg/ml.

Penentuan aktivitas antioksidan

Sampel dimasukkan ke labu ukur 5ml, selanjutnya sebesar 1 ml larutan DPPH pada labu, ditambah dengan etanol sampai tera. Kemudian larutan sampel dimasukkan ke tabung reaksi dan divortex, lalu diinkubasikan pada waktu 30 menit dengan suhu 37ºC. Persentase inhibisi diketahui menggunakan rumus:

Inhibisi ( ) =Absorbansi kontrol Absorbansi sampel

Absorbansi kontrol 100

Perhitungan IC50 dilakukan dengan menginput nilai dari sumbu x (konsentrasi larutan bahan) dan sumbu y (% inhibisi) terhadap DPPH ke persamaan garis regresi (Lampiran 16).

Pengujian waktu kelarutan

Semua serbuk larut sempurna dalam air disebut sebagai kelarutan.

Pengujian waktu larut ini dilakukan dengan metode Alfonsius, dkk., (2015).

37

Agar dapat diketahui tingkat kelarutan serbuk minuman instan dalam air ketika dikonsumsi, maka dilaksanakan analisa waktu larut. Pada penelitian ini, pengujian waktu larut dilakukan dengan menimbang bahan sebesar 5g lalu sampel tersebut dilarutkan dalam 100ml air dalam beaker glass, kemudian dihitung kecepatan kelarutan minuman fungsional serbuk instan yang dengan satuan waktu (s).

Analisis warna

Pengujian warna dianalisis dengan diletakkannya sampel didalam box yang sudah dilapisi kertas putih dan diatasnya diberi pencahayaan menggunakan lampu Philips 5 watt selanjutnya difoto pakai kamera Nikon d5500. Dimasukkan foto ke dalam aplikasi photoshop untuk mendapatkan nilai L a b. Simbol L untuk menunjukkan ketajaman (warna akromatis, 0:hitam, -100: putih). Simbol a memperlihatkan gabungan merah hijau (+a = 0-100 berwarna merah), (-a = 0-(-80) untuk warna hijau), simbol b gabungan biru kuning (+b = 0-70 kuning), (-b = 0(-70) biru). Pengujian warna dilakukan sebanyak tiga kali ulangan (Hutchings, 1999). oHue didapatkan dengan menggunakan rumus:

oHue = tan-1 . Jika hasil analisis didapat:

18o – 54o sehingga sampel memiliki warna red (R)

54o – 90o sehingga sampel memiliki warna yellow red (YR) 90o – 126o sehingga sampel memiliki warna yellow (Y)

126o – 162o sehingga sampel memiliki warna yellow green (YG) 162o – 198o sehingga sampel memiliki warna green (G)

198o – 234o sehingga sampel memiliki warna blue green (BG) 234o – 270o sehingga sampel memiliki warna blue (B)

270o – 306o sehingga sampel memiliki warna blue purple (BP)

37

306o – 342o sehingga sampel memiliki warna purple (P) 342o–18o sehingga sampel memiliki warna red purple (RP)

Uji organoleptik warna, aroma, rasa, tekstur dan penerimaan umum

Perolehan hasil organoleptik pada warna, aroma, rasa, tekstur serta penerimaan umum dilaksanakan melalui tingkat kesukaan (hedonik). Penggunaan panelis yakni panelis tidak terlatih berjumlah 100 orang. Pengujian dilakukan terhadap atribut warna, aroma, rasa, tekstur, serta penerimaan umum pada minuman fungsional serbuk instan sirsak yang ditambahkan ekstrak daun sirsak dan maltodekstrin. Sampel disajikan dengan melarutkan minuman fungsional serbuk instan sirsak dengan air, dengan perbandingan 15 g minuman instan dan air sebanyak 200 ml. Minuman dimasukkan ke dalam cup berukuran 55 ml untuk masing-masing sampel. Kemudian panelis diminta untuk menilai produk, dengan cara meminum langsung dari cup yang telah disajikan. Panelis diminta untuk memberikan nilai pada rentang skor 1-7 (Soekarto, 1985). Tabel 4 menampilkan nilai hedonik warna, aroma, rasa, tekstur, serta penerimaan umum.

Tabel 4. Skala hedonik warna, aroma, rasa, tekstur, dan penerimaan umum

Skala Numerik Keterangan

7 Sangat suka

6 Suka

5 Agak suka

4 Netral

3 Agak tidak suka

2 Tidak suka

1 Sangat tidak suka

38

Ditimbang sebanyak 10 g daun sirsak

Dihaluskan daun sirsak

Ekstrak daun sirsak

Analisa:

- Total asam

- Total padatan terlarut - Total flavonoid - Kadar vitamin C - Aktivitas antioksidan Gambar 4. Diagram alir pembuatan ekstrak daun sirsak

Dicuci bersih daun sirsak dan dikeringanginkan

Disaring daun sirsak menggunakan kain saring

Daging buah sirsak dipisah dari kulit serta biji.

Diblender daging buah sirsak dan air dengan perbandingan 1:1

Gambar 5. Diagram alir pembuatan bubur buah sirsak Dicuci buah sirsak

Bubur buah sirsak

Analisa:

- Total asam

- Total padatan terlarut - Total flavonoid - Kadar vitamin C - Aktivitas antioksidan -

Daun sirsak ditambahkan air sebesar 250 ml selanjutnya diblanching dengan menggunakan suhu 90oC selama 15 menit

39

Gambar 6. Diagram alir pembuatan minuman fungsional serbuk instan sirsak Analisa perlakuan terbaik:

- Uji Aktivitas Antioksidan

84

Dokumen terkait