• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman seledri milik petani setempat yang berlokasi di Kampung Buniaga (Buniaga Sawah Lega, Buniaga Legok, dan Buniaga Nangeuk), Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan Laboratorium Biosistematika Serangga, sedangkan identifikasi patogen dilakukan di Laboratorium Nematologi Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari Maret 2008 sampai Juli 2008.

Metode Penelitian

Penentuan Lahan Pengamatan dan Contoh Petak Tanaman

Pengamatan dilakukan pada delapan lahan pertanaman seledri yang ditentukan secara acak berdasarkan proporsi jumlah lahan pada setiap dusun di Kampung Buniaga. Lahan pengamatan terdiri dari dua lahan di Dusun Buniaga Nangeuk, empat lahan di Dusun Buniaga Sawah Lega, dan dua lahan di Dusun Buniaga Legok. Pada setiap lahan diamati lima petak contoh yang ditentukan secara diagonal, yaitu satu petak di perpotongan garis-garis diagonal dan empat petak lainnya terletak di dekat ujung-ujung diagonal petak contoh. Pada masing- masing petak contoh diamati enam rumpun tanaman contoh, sehingga jumlah tanaman contoh yang diamati pada tiap lahan sebanyak 30 rumpun (Gambar 2).

Gambar 2 Pola penempatan petak contoh dalam satu lahan pertanaman seledri

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x

Wawancara dengan Petani

Wawancara bertujuan untuk mengetahui tindakan budidaya, cara pengendalian hama penyakit dan mengetahui masalah utama hama dan penyakit yang sangat mengganggu. Responden sebanyak 15 orang, terdiri dari petani yang lahannya diamati dan petani sekitarnya yang memiliki lahan seledri. Wawancara dilakukan secara langsung pada lahan seledri saat pengamatan.

Pengamatan Hama

Pengamatan hama dilakukan secara langsung pada tajuk setiap tanaman contoh, dengan mengidentifikasi jenis dan menghitung jumlah populasi hama serta gejala serangan pada tiap tanaman contoh. Untuk hama yang tidak dapat diidentifikasi ditempat, dilakukan hama ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam botol yang berisi alkohol 70% atau kantung plastik untuk diidentifikasi di Laboratorium Ekologi dan Laboratorium Biosistematika Serangga Departemen Proteksi Tanaman. Nilai rata-rata dan standar error populasi hama dan intensitas serangan dihitung dengan menggunakan program MINITAB 14. Persentase intensitas kerusakan oleh hama pada lahan pertanaman dihitung menggunakan rumus :

KH = n/N x 100 % KH = kerusakan oleh hama

n = jumlah anak daun yang terserang dalam satu tanaman N = jumlah anak daun dalam satu tanaman

Penentuan Tingkat Parasitisasi Liriomyza sp.

Metode ini bertujuan untuk mengetahui jenis Liriomyza sp. yang menyerang pertanaman seledri, mengetahui jumlah pupa, jenis parasitoid, jumlah parasitoid yang muncul, dan tingkat parasitisasi dari musuh alami. Setiap lahan diambil 30–50 helai daun tanaman seledri secara acak yang menunjukkan gejala korokan. Pengambilan daun contoh yang bergejala tersebut dilakukan pada pagi hari saat berlangsungnya pengamatan hama dan penyakit di lapang. Sebanyak 4–5 helai daun diambil pada bagian tengah sampai pangkal tajuk tanaman seledri. Daun 24

Tingkat Parasitisasi = ∑ IP

∑ IL + ∑ IP

x 100%

contoh dimasukkan kedalam gelas plastik yang telah dialasi dengan kertas tisu untuk menjaga kelembabannya, selanjutnya diinkubasi selama empat minggu. Jumlah puparium dan imago hama, serta imago parasitoid yang keluar pada saat pengamatan dihitung dan dicatat, kemudian dilakukan proses identifikasi terhadap imago Liriomyza sp. dan parasitoid yang muncul. Setelah itu dilakukan penghitungan terhadap tingkat parasitisasi tanpa memperhitungkan pupa aborsi dengan menggunakan rumus:

Selain itu, juga dilakukan penghitungan terhadap tingkat parasitisasi dengan memperhitungkan jumlah pupa aborsi, menggunakan rumus:

∑ IP = jumlah imago parasitoid yang muncul

∑ IL = jumlah imago Liriomyza sp. yang muncul

∑ PA = jumlah pupa Liriomyza sp. aborsi

Pengamatan Penyakit

Pengamatan penyakit dilakukan dengan cara langsung gejala yang terdapat pada tanaman contoh. Sebagian contoh tanaman sakit yang bergejala diamati di laboratorium untuk diidentifikasi. Gejala penyakit pada setiap tanaman contoh dihitung untuk mengetahui persentase intensitas dan insidensi penyakit. Insidensi penyakit (disease incidence) merupakan proporsi tanaman yang terserang dalam suatu populasi tanaman tertentu, tanpa memperhitungkan berat atau ringannya tingkat serangan (Sinaga 2003). Nilai rata-rata dan standar error persentase insidensi dan intensitas penyakit dihitung dengan menggunakan program MINITAB 14. Persentase kejadian penyakit dihitung dengan rumus:

∑ IP

∑ IL + ∑ IP + ∑ PA x 100% Tingkat Parasitisasi =

KP = n/N x 100% KP = insidensi penyakit

n = jumlah tanaman yang terserang

N = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati

Selain itu dihitung juga intensitas penyakit berdasarkan persentase gejala serangan yang teramati di lapangan, yang dihitung dengan rumus:

n1 + n2 + n3 +...+ ni N

IP = intensitas penyakit

ni = persentase gejala serangan dalam satu tanaman contoh ke-i N = jumlah tanaman contoh yang diamati

Pengamatan Nematoda

Sampel tanah diambil menggunakan bor tanah sedalam 10–15 cm di sekitar rumpun tanaman yang diamati, kemudian dibawa ke Laboratorium Nematologi untuk dilakukan ekstraksi dan identifikasi terhadap nematoda. Nematoda diekstraksi dari contoh tanah dengan menggunakan metode sentrifugasi.

Sampel tanah dicampur dan diaduk rata, kemudian diambil sebanyak 100 cm3 dan dimasukkan ke dalam ember plastik I, ditambahkan air dengan menggunakan selang (sambil mengaduk) sampai volumenya mencapai bibir ember, kemudian didiamkan selama 30 detik agar tanah mengendap dan nematoda melayang dalam air, setelah itu dituang ke dalam ember plastik II dengan menggunakan saringan biasa dan didiamkan selama 30 detik. Kemudian dari ember plastik II dituangkan di atas saringan bertumpuk 200 mesh dibagian atas dan 400 mesh di bagian bawah dengan posisi saringan agak miring. Hal ini dilakukan agar air dari ember tersebut tidak tumpah sehingga partikel tanah dan nematoda yang tertinggal pada saringan 400 mesh dapat dituangkan ke dalam tabung sentrifuse dengan menyemprotkan air dari belakang saringan, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1700 rpm selama 5 menit. Supernatan dalam tabung dibuang setelah sentrifugasi sedangkan endapan yang terdiri dari partikel

IP =

tanah dan nematoda disuspensikan dalam larutan gula 40%, kemudian endapan tanah dan nematoda yang telah dicampur dengan larutan gula disentrifugasi kembali selama 1 menit. Setelah itu supernatan hasil sentrifugasi disaring dengan menggunakan saringan 400 mesh sedangkan endapan tanah dibuang. Nematoda yang tertahan dalam saringan dipindahkan ke dalam botol film (yang telah diberi label) menggunakan corong, kemudian siap untuk dihitung dan diamati.

Dokumen terkait