• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan di Perkebunan kelapa sawit dengan nama kebun di antaranya adalah : Agritasari Prima, Banyu Bening Utama, Johan Santosa, Palma 1, Palma 2, Patiware, Wawasan Kebun Nusantara (WKN), Wirata Daya Bangun Persada 1 (Wirata1), Wirata Daya Bangun Persada 2 (Wirata 2), Ledo Lestari, Ceria Prima 2, dan Ceria Prima 3 yang tersebar dipropinsi Kalimantan Barat dan Riau. Penelitian dilakukan pada akhir November 2007 sampai Mei 2008 dengan cara mengambil contoh daun dan pelepah kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Penanganan, persiapan dan analisis contoh daun dan pelepah kelapa sawit dilakukan di laboratorium Tanah dan Sumberdaya Lahan , Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

3.2. Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh daun kelapa sawit serta bahan-bahan kimia untuk analisis jaringan tanaman di laboratorium seperti HNO3, HCl, HClO4, H2SO4 pekat, NaOH dan air destilata. Alat yang digunakan selama pengambilan contoh tanaman adalah gunting pengambil contoh dan perlengkapanya, meteran, kantong contoh, timbangan, peralatan tulis, dan golok. Peralatan yang digunakan dalam analisis tanaman adalah oven, dan peralatan laboratorium lainnya untuk analisis daun tanaman sawit.

3.3. Metode penelitian

3.3.1 Pengamatan pertumbuhan

Pengamatan pertumbuhan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis) belum menghasilkan (TBM). Variabel pertumbuhan yang diamati adalah: panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah.

3.3.2. Pengambilan sampel tanaman

Penelitian menggunakan metode survei, yaitu dengan cara pengambilan sampel daun secara acak pada pelepah ke-3 dari 20 pohon dari setiap blok kebun. Contoh daun diambil pada bagian ekor kadal pelepah ketiga dengan cara mengambil sepasang daun pada bagian kanan dan kiri, contoh daun yang digunakan untuk sempel adalah satu pertiga di bagian tengah dari sepasang daun yang dibuang lidinya. Sampel daun yang diambil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberikan label sesuai dengan kode blok kebun tempat diambilnya sampel tersebut. Sampel daun yang telah diambil sesegera mungkin dikeringkan dengan menggunakan alat pengering.

Jumlah total contoh daun yang diambil dari beberapa lokasi tersebut adalah 286 sampel tanaman. Banyaknya jumlah contoh dimaksudkan untuk memperkecil adanya variabilitas data.

3.3.3. Penanganan dan penyiapan contoh analisis

Contoh daun dibersihkan terlebih dahulu dari kontaminan (debu dan tanah) dengan menggunakan kapas, tisu, dan aquades. Selanjutnya, contoh daun di masukkan ke dalam oven pada suhu 60-65 derajat Celcius. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang terjadi dalam daun, menurunkan berat kering tanaman, dan menjaga berat konstan. Contoh daun yang telah kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan mesin penggiling guna mempercepat penghancuran pada saat analisis dan menghomogenkan jumlah contoh daun. Selanjutnya, contoh disimpan sampai dilakukan analisis jaringan tanaman. Penyiapan dan penanganan contoh tanaman dilakukan dengan sangat hati-hati, hal ini dimaksudan untuk meminimumkan terjadinya perubahan fisik dan kimia dari sampel tersebut.

3.3.4. Analisis jaringan tanaman

Metode analisis jaringan tanaman secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap destruksi dan tahap pengukuran. Tahap destruksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengabuan basah dan pengabuan kering. Pada analisis ini menggunakan pengabuan basah dan tahapan pengukuran.

Prosedur pengabuan basah dilakukan dengan cara menimbang 0,2 gram sample tanaman yang telah digiling dan dihomogenkan kemudian masukan kedalam labu takar 50 ml. Sample tanaman yang telah dimasukan kedalam labu takar kemudian diberi 5 ml HNO3 dan HClO4 pekat dengan perbandingan 2:1. Diamkan selama satu malam, setelah itu panaskan di atas hot plate kurang lebih satu jam sampai larut dan berubah warnanya menjadi cairan bening. Setelah cairan diangkat kemudian dinginkan dan ditera dengan cara menambahkan aquades, dan pindahkan ke dalam botol untuk diukur dengan menggunakan alat seperti Spectrofotometer.

Tabel 1. Metode analisis tanaman yang digunakan adalah :

Jenis Analisis Ekstraksi Pengukuran N Kjedhal, Titrasi

P Pengabuan basah, Spectrofotometer K Pengabuan Basah, Flamefotometer Ca Pengabuan Basah, AAS

Mg Pengabuan Basah, AAS Cu Pengabuan Basah, AAS Zn Pengabuan Basah, AAS

3.3.5. Pengolahan data dan Penetapan Kisaran Kecukupan Hara

Penetapan kisaran hara dilakukan dengan cara melihat sebaran kadar hara tertinggi dan terendah hubungannya dengan umur tanaman. Penetapan ini diperoleh berdasarkan rata-rata % kadar hara dengan standar deviasi pada umur tanaman tertentu yang sebelumnya dilakukan peneraan telebih dahulu. Peneraan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh umur tanaman.

Variabel pertumbuhan yang digunakan untuk menetapkan kisaran kecukupan hara adalah panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah. Karena

umur tanaman bervariasi, maka terlebih dahulu dilakukan peneraan umur tanaman dengan menggunakan persamaan :

Yti = + (Yii) Keterangan :

Yti = parameter pertumbuhan contoh ke i (tera). Yi= parameter pertumbuhan contoh ke i.

= Rataan umum contoh.

Ýi = Dugaan parameter pertumbuhan dari persamaan.

Pemilihan parameter terbaik dilakukan dengan cara membandingkan diagram sebar hubungan kadar hara N, P, K, Ca, Mg, Cu dan Zn dengan parameter pertumbuhan panjang pelepah, luas daun dan jumlah pelepah. Dari ketiga parameter pertumbuhan tersebut, dipilih parameter yang terbaik sebarannya didasrkan pada bentuk digram yang mengerucut ke atas (skewxess).

Selang kecukupan hara diperoleh dari kalibrasi kadar hara tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dengan menggunakan sekat pertumbuhan. Dalam kalibrasi ini, data pertumbuhan yang digunakan adalah 20 % dari 286 contoh tanaman yang digunakan. Sekat produksi membagi dua kelompok yaitu pertumbuhan tinggi dan rendah. Nilai selang kecukupan hara diperoleh dari perpotongan garis sekat produksi dengan garis batas. Garis batas dibuat dari titik-titik terluar sehingga garis yang dihasilkan sebagai garis yang menghubungkan data. Gars tersebut memisahkan antara data yang real dan non real (data pencilan), sehingga sangat kecil peluang ditemukan diluar garis tersebut. Model atau persamaan garis batas dipilih yang paling sesuai dengan titik terluar, yaitu dipilih dengan nilai R2 (koefisien determinasi) yang paling besar.

Nilai kisraran kecukupan harahasil kalibrasi, kemudian dibandingkan dengan tabel referensi kisaran keckupan hara yang telah ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahi apakah selang kecukupan hara hasil kalibrasi yang kita tetapkan lebih lebar atau lebih sempit dari tabel referensi kisaran kecukupan yang digunakan.

Dokumen terkait