• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca di Bagian Ilmu Tumbuhan Pakan dan Pastura dan Laboratorium Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium Kimia dan Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor selama 6 bulan mulai dari Agustus 2011 sampai Januari 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih I. zollingeriana dan S.italica (L.) Beauv yang berasal dari Bagian Ilmu Tumbuhan Pakan dan Pastura, Fakultas Peternakan IPB, fungi mikoriza arbuskula yang diperoleh dari Laboratorium Teknologi Hutan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB yang berisi 4 jenis fungi (Gigaspora sp, Glomus manihotis, Glomus etunicatum, dan Acaulospora sp), pupuk P (fosfat alam, sipramin, abu jerami padi, dan tepung tapioka) fungisida tanah (nematisida, insektisida dan fungisida) berbahan aktif dazomet 98%, pestisida alami (bawang putih, cabe rawit dan deterjen), plastic fiber, screen nylon dengan bukaan lubang (aperture) berukuran 18 µm. Screen nylon ini tidak tembus air, namun bisa ditembus oleh hifa mikoriza yang berukuran berkisar 2 - 4 µm.

Alat yang digunakan selama penelitian antara lain: penggaris/meteran, jangka sorong,thermohydrometer, flux meter, gunting, timbangan digital (ketelitian 0.01 dan 0.001) saringan tanah, plastik, oven, amplop kertas,object glass,cover glass, pinset, dan mikroskop.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan Desain Pre-Experimental; static group comparison (Cooper dan Schindler 2003). Desain penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam mempelajari proses transfer hara dari tanah ke tanaman tentunya tidak dapat dilakukan pada penelitian secara massal di lapangan, sehingga desain True Experimental tidak dapat digunakan. Perlakuan

yang diterapkan adalah beberapa level pemupukan pupuk P [fosfat alam Ca3(PO4)2] dan penggunaan mikoriza.

Level pemupukan pupuk P terdiri atas 0, 60, dan 120 Kg P/ha, sedangkan penggunaan mikoriza adalah (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza, 5 g/pot. Kombinasi perlakuan terdiri atas 6 kombinasi yaitu: (1) 0 kg P/ha dan (-M), (2) 60 kg P/ha dan (-M), (3) 120 kg P/ha dan (-M), (4) 0 kg P /ha dan (+M), (5) 60 kg P/ha dan (+M) dan (6) 120 kg P/ha dan (+M)

Tiga puluh enam pot percobaan yang dirancang khusus terdiri atas 2 (dua) kompartemen dipisahkan oleh screen nylon (Gambar 4) digunakan untuk penanaman Indigofera dan Hotong secara bersamaan. Masing-masing kompartemen berukuran tinggi 40 cm dan diameter 20 cm.

Gambar 4. Desain pot percobaan

Perlakuan pemupukan pupuk P diberikan pada kompartemen tanaman Indigofera sedangkan perlakuan penggunaan mikoriza diberikan pada kompartemen tanaman Hotong. Penambahan pot percobaan (sebagai kontrol) juga dilakukan untuk penanaman setiap spesies secara monokultur yang bertujuan untuk membandingkan produktivitas tumpangsari dalam penelitian ini. Terdapat 6 (enam) pot percobaan lain yang diberikan perlakuan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada masing-masing tanaman. Level pupuk P dan mikoriza untuk pertanaman monokultur ini adalah dosis terbaik dari pupuk P dan mikoriza berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan teori. Keseluruhan unit pot percobaan dalam penelitian ini berjumlah 42 pot. Seluruh pot diletakkan secara random di rumah kaca (Gambar 5)

Gambar 5.Lay outpenelitian

Penelitian ini berlangsung selama 90 hari dengan 2 (dua) kali waktu pemanenan. Panen pertama dilakukan pada hari ke-60, yang merupakan waktu pemanenan yang terbaik untuk Indigofera sp (Suharlina 2010), sedangkan pada hari ke-60 itu Hotong masih dalam fase vegetatifnya. Panen pertama ini dilakukan pada 21 unit pot percobaan. Sedangkan sisa 21 pot percobaan dipanen pada hari ke-90.

Prosedur penelitian

Penelitian ini diawali persiapan media tanam yang dilakukan dengan mengambil tanah pada kedalaman 20 cm dari permukaan tanah. Tanah berasal dari kebun penelitian Bagian Ilmu Tumbuhan Pakan dan Pastura, IPB. Tanah kemudian dikeringanginkan sekitar satu minggu dalam rumah kaca dan kemudian disaring dengan menggunakan saringan dengan ukuran 2.0 mm. Sampel tanah diambil secara komposit untuk dianalisis kandungan awal unsur haranya secara lengkap. Hasil analisis tanah awal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Analisis kandungan unsur hara tanah sebelum perlakuan*)

pH C-Org (%) N-total (%) P-tersedia (ppm) P (HCl 25%) (ppm) KTK (me/ 100g) Al H NH4+ (ppm) NO3 -(ppm) H2O KCl (me/100g) 4.40 3.50 0.95 0.09 5.30 52.82 9.36 7.82 0.45 178.20 1166.22 Keterangan:*)hasil analisis Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian IPB

Pembuatan pupuk P buatan berbahan fosfat alam, sipramin, abu jerami padi, dan tepung tapioka dilakukan sebelum penelitian dimulai. Pembuatan pupuk P dilakukan dengan mencampurkan larutan sipramin dan fosfat alam dengan

perbandingan 1 : 2 (1 bagian sipramin dan 2 bagian fosfat alam).Kemudian, abu jerami padi (sebanyak 3%) dan tepung tapioka (sebanyak 2 %) dari total campuran sipramin dan fosfat alam ditimbang dan dicampur rata. Campuran diaduk sampai rata dan kemudian ditambahkan dengan larutan sipramin yang sudah ditimbang dan disiapkan terlebih dahulu. Setelah campuran teraduk rata, lalu dicetak dengan menggunakan cetakan plastik berlubang hingga menjadi butiran. Pupuk P buatan dikeringanginkan selama beberapa hari. Penambahan abu jerami padi pada pupuk ditujukan untuk menetralkan pH pupuk sebagai akibat pemakaian sipramin yang bersifat masam. Penggunaan tepung tapioka ditujukan sebagi filler. Komposisi unsur hara pupuk P buatan terdiri atas pH 6.20, 16.91% C-Organik, 1.42% N total, C/N rasio 11.91, 8.57 – 10.0 mg/100g P2O5, 1.86 mg/100g K2O, KTK 35.10 me/100g dan kadar air sebesar 9.31% (hasil analisis Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian IPB 2012).

Pada saat penanaman, media tanam (tanah) yang telah dimasukkan ke pot difumigasi dengan menggunakan larutan fungisida berbahan aktif dazomet 98%. Kemudian dibiarkan (diinkubasi) selama 2 minggu. Fumigasi tanah bertujuan untuk mengkondisikan tanah menjadi steril, bebas dari mikroorganisme, khususnya fungi. Penanaman kedua individu tanaman dilakukan dengan menggunakan biji melalui penyemaian terlebih dahulu. Sebelum penyemaian, benih disterilkan dengan merendamnya dengan larutan kaporit selama 15 menit dengan suhu 70°C. Kemudian benih ditabur di bak penyemaian dan ditutupi selapis tanah. Penyemaian dengan metode ini menghasilkan perkecambahan yang rendah dan pertumbuhan kecambahIndigoferayang kurang baik karena terserang jamurAspergillus flavus pada media tanam steril. Metode penyemaian yang lain dilakukan dengan menyemai benih dalam bak penyemaian yang berisi tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 (Gambar 6).

Gambar 6. Proses Penyemaian

Sebelum penanaman, bibit Indigofera dan Hotong (dengan 3 daun awal) dengan yang siap ditransplantasi ke pot percobaan diambil dari bak penyemaian dengan hati-hati. Kemudian akar bibit tanaman Indigofera dan Hotong dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan akar dari media tanam awal yang tersangkut di akar.

Tanaman Hotong diberi perlakuan inokulasi mikoriza yang diletakan pada dasar lubang tanam, sehingga akar Hotong diberi ruang untuk bersentuhan langsung dengan mikoriza pada saat penanaman. Perlakuan pemupukan pupuk organik P (sesuai level perlakuan pemupukan) pada tanamanIndigoferapada saat tanam dengan mengaplikasikannya di bagian dasar lubang tanam. Proses yang diharapkan terjadi dalam penelitian ini, mikoriza dapat mempercepat mineralisasi P pada kompartemen Indigofera dan membantu penyerapan P pada tanaman Hotong melalui hifa yang berkembang dalam rhizosfer dan dapat menembus screen nylon dan tanaman Indigofera dapat memberikan kontribusi N fiksasi terhadap Hotong. Proses ini diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman secara keseluruhan (Gambar 7)

Gambar 7 Desain proses transfer hara P dan N tanaman legum pakan Indigofera dan tanaman non legum Hotong dalam sistem tumpangsari

Setelah tiga hari penanaman, penambahan pupuk N dan K sebagai pupuk dasar dilakukan dengan dosis 30 Kg N/ha (Urea 46% N) dan 30 Kg K2O /ha [Muriate of Potash (MOP) 60.05% K2O] pada seluruh kompartemen, termasuk pada pot kontrol. Aplikasi kedua pupuk ini dilakukan dengan membuat lubang di kedua sisi permukaan media tanam (Gambar 8).

Gambar 8. Aplikasi pupuk N dan K

Pemeliharaan

Selama periode penelitian, penyiraman tanaman dilakukan setiap hari pada sore hari. Tanaman Hotong yang tumbuh meninggi diberi penyangga agar tidak jatuh

dan patah. Pada periode pertumbuhan tanaman panen pertama, terdeteksi adanya serangan hama (serangga dan kutu) dan penyakit (diduga gejala defisiensi). Tindakan yang dilakukan hanya tindakan mekanis; menyingkirkan hama dengan cara membuang satu per satu kutu yag menyerang tanaman, karena hama kutu dan serangga yang menyerang masih sedikit.

Pada periode pertumbuhan tanaman panen kedua, serangan hama tidak dapat lagi dilakukan dengan mekanis, tetapi secara biologis dengan menyemprotkan hama kutu menggunakan pestisida alami yang terbuat dari bawang putih, cabe rawit dan deterjen. Setelah penyemprotan, tanaman yang disemprot dibiarkan selama 15–30 menit, kemudian tanaman dibilas dengan air mengalir sampai sisa pestisida bersama dengan hama kutu yang sudah mati menjadi bersih.

Peubah yang diamati

Dalam penelitian ini, peubah yang diamati meliputi pertumbuhan dan produksi Indigoferadan Hotong. Peubah pertumbuhan yang diamati meliputi :

a. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar (g/tanaman); dilakukan pada setiap panen dengan cara memanen tanaman dekat dengan permukaan tanah. Kemudian ditimbang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60⁰C selama + 3 hari.

b. Jumlah nodul untukIndigoferapada setiap panen.

c. Bobot kering malai untuk Hotong pada setiap panen (g/tanaman).

Untuk peubah kualitas meliputi:

a. Analisis kandunan P tajukIndigoferadan Hotong pada setiap panen. b. Analisis kandungan N tajukIndigoferadan Hotong pada setiap panen.

Untuk peubah dinamika unsur hara tanah dalam sistem tumpangsari a. Infeksi akar setiap panen pada kedua kompartemen.

b. Serapan N dan P tajuk setiap panen pada kedua kompartemen. c. Analisis pH tanah setiap panen pada kedua kompartemen. d. P-total tanah (HCl 25%) setiap panen pada kedua kompartemen. e. P-tersedia tanah (P-Bray I) setiap panen pada kedua kompartemen.

f. P larutan tanah (WSP-Water Soluble Phosphate) setiap panen pada kedua kompartemen.

g. N total tanah setiap panen pada setiap kompartemen.

h. N-tersedia (N-NH4+dan N-NO3-) tanah setiap panen pada setiap kompartemen. i. Bakteri pelarut P (dengan menggunakandilution plate method).

(Cara kerja dan prosedur analisis terlampir dalam Lampiran 4–12).

Analisis data

Data yang diperoleh dari pengamatan dianalisis secara deskriptif untuk melihat pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Uji T (paired two sample for means) untuk data berpasangan dilakukan untuk melihat perbedaan antar perlakuan secara umum. Uji T satu arah (P(T<=0.16) one tail) dilakukan untuk melihat apakah perlakuan dengan mikoriza lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa mikoriza pada tanamanIndigoferadan Hotong.

Hasil

Pertumbuhan tanaman

Pertumbuhan Indigoferadan Hotong selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umur 60 hari,Indigoferamenunjukkan akumulasi bobot kering tajuk yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan umur 90 hari dan relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Bobot kering tajuk Indigofera (+M) pada kompartemen Hotong bahkan relatif masih lebih rendah dibandingkan denganIndigofera(-M) pada kompartemen Hotong.

Tabel 5 Bobot kering tajuk dan akarIndigoferadan Hotong selama penelitian

Pupuk P (kg/ha)

Bobot kering tajuk (g/tanaman)

Bobot kering akar (g/tanaman) (-M) (+M) (-M) (+M) Panen 60 hari Indigofera 0 0.07 0.25 0.02 0.03 60 0.19 0.07 0.02 0.01 120 0.19 0.03 0.04 0.01 Rata-rata 0.15 0.12 0.03 0.02 Kontrol 1.4 0.15 Hotong 0 0.06 0.19 0.02 0.05 60 1.09 0.45 0.19 0.09 120 2.28 0.57 0.43 0.13 Rata-rata 1.15 0.40 0.21 0.09 Kontrol 4.36 0.77 Panen 90 hari Indigofera 0 0.33 0.82 0.07 0.17 60 2.50 5.40 0.23 1.43 120 1.33 1.42 0.53 0.19 Rata-rata 1.39b 2.55a 0.28 0.59 Kontrol 1.91 0.27 Hotong 0 1.97 3.44 0.64 2.3 60 2.21 1.77 1.00 1.03 120 0.46 1.21 0.13 0.38 Rata-rata 1.55 2.10 0.59b 1.24a Kontrol 6.91 2.45

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman), (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza. Huruf (a,b) pada kolom yang berbeda menunjukkan perlakuan (+M) lebih tinggi [P(T<=0.16)one tail] dibandingkan dengan perlakuan (-M).

Pada periode ini belum terlihat pola pertumbuhan akibat perlakuan yang diberikan. Pada umur 60 hari mikoriza belum dapat memengaruhi pertumbuhan Indigofera, karena belum berkembangnya hifa (Gambar 9).

Gambar 9 Akar Hotong dan Indigoferadengan perlakuan pupuk P(+M) umur 60 hari

Pertambahan bobot kering tajuk terjadi sangat drastis pada potIndigofera(+M) pada kompartemen Hotong berumur 90 hari, dengan penambahan 20 kali dibandingkan dengan umur 60 hari. Penambahan ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Indigofera (-M) pada kompartemen Hotong umur 90 hari yang hanya mencapai penambahan sebesar 8 kali dibandingkan dengan umur 60 hari. Uji t berpasangan yang dilakukan terhadapIndigoferaumur 90 hari (-M) dan (+M) pada kompartemen Hotong memperlihatkan bahwa bobot kering tajuk Indigofera (+M) pada kompartemen Hotong berumur 90 hari lebih tinggi (2.55 g/tanaman) dengan [P(T<=0.16) one tail] dibandingkan dengan bobot kering tajuk Indigofera (-M) pada kompartemen Hotong berumur 90 hari (1.39 g/tanaman).

Indigofera (+M) pada kompartemen Hotong yang berumur 90 hari diduga sudah terinfeksi oleh hifa mikoriza (Gambar 10) yang berasal dari kompartemen Hotong. Mikoriza yang terdapat pada kompartemen Hotong sudah berkembang dan sudah bekerja dengan baik, sehingga mampu menyeberang ke kompartemen Indigofera melalui screen nylon. Keberadaan mikoriza yang menginfeksi sistem perakaran Indigofera membantu penguraian P, sehingga menjadi tersedia bagi tanamanIndigofera. Selain itu, kejadian infeksi ini terbukti dengan adanya infeksi sebesar rata-rata 15% (Tabel 6) pada sistem perakaran Indigofera (+M) pada kompartemen Hotong.

Gambar 10 Akar Hotong dan Indigofera perlakuan pupuk P(+M) umur 90 hari

Tabel 6 Infeksi akar pada tanaman Hotong dan Indigofera pada perlakuan (+M)

Pupuk P (kg/ha) Infeksi akar (%)

60 hari 90 hari Hotong 0 13 19 60 11 32 120 6 24 Rata-rata 10 25 Kontrol 3 30 Indigofera 0 0 7.6 60 0 32 120 0 6.5 Rata-rata 0 15 Kontrol 0 20

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman)

Bobot kering akar Hotong (+M) lebih tinggi dibandingkan dengan bobot kering akar Hotong (-M) pada umur 90 hari. Akar tanaman Hotong (+M) lebih banyak tumbuh rambut akar dibandingkan dengan Hotong (-M).

Tabel 7 Jumlah nodul Indigofera dan bobot kering malai Hotong selama penelitian Umur panen Pupuk P (kg/ha) Jumlah nodul Indigofera(biji)

Bobot kering malai Hotong (g/tanaman) (-M) (+M) (-M) (+M) 60 hari 0 1 0 0.007 0.012 60 0 1.33 0.16 0.04 120 1.33 1 0.15 0.2 Rataan 0.78 0.78 0.11 0.08 Kontrol 0.67 0.68 90 hari 0 0 1 0.64 2.3 60 1.33 0.33 1 1.03 120 3.67 1.33 0.13 0.38 Rataan 1.67 0.89 0.59 1.24 Kontrol 1.6 7.16

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman)

Jumlah nodul padaIndigoferadan bobot kering malai Hotong (Tabel 7) terlihat meningkat dari umur 60 hari ke umur 90 hari. Namun, perlakuanIndigofera (-M) lebih tinggi jumlah nodulnya dibandingkan dengan perlakuan (+M) pada umur 90 hari. Bobot kering malai Hotong (+M) lebih tinggi dibandingkan dengan (-M) pada umur 90 hari. Jumlah nodul Indigofera dan bobot kering malai Hotong kontrol pada umur 90 hari lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan.

Kandungan hara dan serapan P dan N tajuk tanaman

Keseluruhan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh hara yang diserap oleh tanaman sepanjang daur hidupnya. Tabel 8 memperlihatkan kandungan P dan N pada tajuk tanamanIndigoferadan hotong selama penelitian.

Tabel 8 Kandungan P dan N tajukIndigoferadan Hotong selama penelitian Pupuk P (kg/ha) P tajuk (%) N tajuk (%) (-M) (+M) (-M) (+M) Panen 60 hari Indigofera 0 0.144 0.144 4.66 4.66 60 0.137 0.137 2.87 2.87 120 0.035 0.035 4.36 4.36 Rata-rata 0.105 0.105 3.96 3.96 Kontrol 0.164 3.65 Hotong Rata-rata 0.098 0.10 2.63 2.39 Kontrol 0.07 1.70 Panen 90 hari Indigofera 0 0.088 0.188 5.08 4.93 60 0.142 0.158 4.90 4.43 120 0.114 0.189 3.35 4.10 Rata-rata 0.115 0.178 4.44 4.49 Kontrol 0.168 5.06 Hotong 0 0.062 0.074 1.97 2.03 60 0.080 0.094 3.99 3.38 120 0.074 0.083 2.25 2.09 Rata-rata 0.072 0.084 2.74 2.50 Kontrol 0.083 1.87

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman), (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza.

Kandungan P tajuk Indigofera (-M) dan (+M) pada kompartemen Hotong terlihat meningkat dari umur 60 hari ke umur 90 hari, sebaliknya pada Hotong cenderung menurun. Namun, kandungan P tajuk Indigofera dan Hotong (+M) umur 90 hari terlihat lebih tinggi dbandingkan dengan kandungan P tajuk Indigoferadan Hotong (-M) dan kontrol.

Sementara itu, kandungan N tajuk padaIndigoferadan Hotong (-M) dan (+M) pada kompartemen Hotong terlihat meningkat dari umur 60 hari ke umur 90 hari. Namun kandungan N tajuk Hotong (+M) lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan (-M) pada umur 90 hari.

Dari Tabel 9 terlihat pada umur 60 hari serapan hara P dan N terlihat lebih tinggi pada perlakuan (-M) dibandingkan dengan perlakuan (+M). Namun, serapan P dan N pada pot kontrol lebih tinggi pada umur 60 hari jika dibandingkan dengan perlakuan.

Tabel 9 Serapan P dan N tajukIndigoferadan Hotong selama penelitian Pupuk P (kg/ha) Serapan P tajuk (mg/tanaman) Serapan N tajuk (mg/tanaman) (-M) (+M) (-M) (+M) Panen 60 hari Indigofera 0 0.23 0.23 7.5 7.5 60 0.17 0.17 3.7 3.7 120 0.04 0.04 4.7 4.7 Rata-rata 0.14 0.14 5.3 5.3 Kontrol 2.30 51.1 Hotong Rata-rata 0.91 0.30 24.56 7.22 Kontrol 3.05 74.19 Panen 90 hari Indigofera 0 0.29 1.54 16.95 40.39 60 3.56 8.51 122.63 238.88 120 1.52 2.68 44.73 58.25 Rata-rata 1.78 4.24 61.43 112.50 Kontrol 32.0 96.6 Hotong 0 1.22 2.56 38.75 69.86 60 1.76 1.65 87.99 59.65 120 0.34 1.00 10.44 25.26 Rata-rata 1.51 1.73 45.72 51.59 Kontrol 5.7 129.2

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman), (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza.

Serapan hara P dan N Indigofera dan Hotong (+M) meningkat dibandingkan dengan Indigofera dan Hotong (-M) pada umur 90 hari. Serapan hara N pada kompartemen Indigofera (+M) pada kompartemen Hotong lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Serapan hara P dan N pada kompartemen Hotong (-M) dan (+M) lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.

Status unsur hara P dan N tanah

Tabel 10 Kandungan P total dan P tersedia media tanam pada akhir penelitian Pupuk P (kg/ha) P total (ppm) P-tersedia (ppm) (-M) (+M) (-M) (+M) Tanah sebelum tanam 52.82 52.82 5.3 5.3 Panen 60 hari Indigofera 0 64.8 64.8 2.85 2.85 60 82.6 82.6 3.60 3.60 120 69.7 69.7 3.43 3.43 Rata-rata 72.37 72.37 3.29 3.29 Kontrol 77.8 3.6 Hotong Rata-rata 74.5 71.3 4.60 4.56 Kontrol 72.9 4.58 Panen 90 hari Indigofera 0 70.45 82.60 2.15 2.75 60 88.30 87.50 3.20 3.00 120 80.20 82.60 2.50 2.90 Rata-rata 79.65 84.23 2.62 2.88 Kontrol 87.45 3.25 Hotong 0 72.90 81.80 2.35 2.70 60 78.55 76.10 2.45 2.30 120 83.40 81.00 2.85 2.60 Rata-rata 78.28 79.63 2.41 2.53 Kontrol 89.90 3.40

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman), (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza.

Status P total dalam tanah pada kedua kompartemen Indigofera dan Hotong (-M) dan (+M) terlihat meningkat dari umur 60 hari ke umur 90 hari, sebaliknya status P tersedia dikedua kompartemen terlihat menurun dari umur 60 hari ke umur 90 hari. Status P total dan P tersedia pada perlakuan (+M) lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan (-M) pada umur 90 hari. Status P total dan P tersedia pada pot kontrol baik pada umur 60 hari maupun pada umur 90 hari lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan.

Tabel 11 menunjukkan status P larutan tanah dan biomassa bakteri pelarut P pada akhir penelitian. Indigofera dan Hotong (-M) dan (+M) memperlihatkan status P larutan tanah yang menurun dari 60 hari ke 90 hari. P larutan tanah pada kompartemen Hotong (+M) terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kompartemen Hotong (-M).

Tabel 11 Kandungan P larutan tanah dan biomassa bakteri pelarut P (SPK/ml) media tanam pada akhir penelitian

Pupuk P (kg/ha)

P larutan tanah Biomassa bakteri pelarut P (SPK/ml) (-M) (+M) (-M) (+M) Panen 60 hari Indigofera 0 4.93 4.93 2.00 x 103 2.00 x 103 60 4.34 4.34 3.50 x 103 3.50 x 103 120 12.67 12.67 7.50 x 103 7.50 x 103 Rata-rata 7.31 7.31 3 x 103 3 x 103 Kontrol 13.66 13.66 6.50 x 103 6.50 x 103 Hotong Rata-rata 5.50 4.80 2.00 x 103 1.50 x 103 Kontrol 3.63 0 Panen 90 hari Indigofera 0 3.93 1.81 16 x 103 47 x 103 60 1.53 1.71 18 x 103 26 x 103 120 0.001 0.001 12.5 x 103 7.5 x 103 Rata-rata 1.82 1.17 15.5 x 103 26.8 x 103 Kontrol 2.21 12.5 x 103 Hotong 0 2.41 6.60 10 x 103 0 60 1.03 1.24 0 0 120 1.72 5.45 0 0 Rata-rata 1.72 4.43 3.33 x 103 0 Kontrol 9.79 0

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman), (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza.

Keberadaan bakteri pelarut fosfat sangat berperan penting dalam pelarutan fosfat alam yang digunakan dalam penelitian ini. Bakteri pelarut fosfat ditemukan dalam kompartemen Indigofera dan Hotong (-M) dan (+M) pada umur 60 hari

dengan jumlah yang lebih tinggi pada kompartemen Indigofera (-M) dan (+M) dibandingkan dengan kompartemen Hotong (-M) dan (+M). Jumlah bakteri pelarut fosfat pada umur 90 hari terlihat lebih tinggi pada kompartemen Indigofera (+M) rata-rata 26.8 x 103 SPK/ml, sedangkan pada kompartemen Indigofera (-M) rata-rata 15.5 x 103 SPK/ml. Sementara itu, pada kompartemen Hotong (+M) tidak ditemukan bakteri pelarut fosfat.

Tabel 12 Kandungan N total, N-NH4+ N-NO3- media tanam pada akhir penelitian Pupuk P (kg/ha) N total (%) N-NH4+ (ppm) N-NO3-(ppm) (-M) (+M) (-M) (+M) (-M) (+M) Tanah sebelum tanam 0.09 0.09 178.2 178.2 1166.22 1166.22 Panen 60 hari Indigofera 0 0.14 0.14 66.83 66.83 1703.30 1703.30 60 0.17 0.17 44.55 44.55 1643.64 1643.64 120 0.14 0.14 35.64 35.64 2132.96 2132.96 Rata-rata 0.15 0.15 49.01 49.01 1826.63 1826.63 Kontrol 0.14 0.14 43.07 43.07 1862.44 1862.44 Hotong Rata-rata 0.14 0.15 44.55 53.46 1399.46 1117.11 Kontrol 0.15 49.01 1258.28 Panen 90 hari Indigofera 0 0.14 0.15 53.46 62.37 797.94 797.94 60 0.16 0.15 44.55 53.46 736.56 1104.84 120 0.15 0.16 53.46 62.37 951.39 1012.77 Rata-rata 0.15 0.15 50.49 59.4 828.63 971.85 Kontrol 0.15 44.55 276.21 Hotong 0 0.15 0.15 62.37 44.55 1258.10 583.11 60 0.14 0.16 35.64 62.37 521.73 613.60 120 0.17 0.15 53.55 62.37 1166.22 767.25 Rata-rata 0.15 0.15 50.52 56.43 982.18 654.65 Kontrol 0.17 44.55 184.14

Keterangan: Kontrol = (diberikan pupuk P dan mikoriza secara bersamaan pada setiap jenis tanaman), (-M) tanpa mikoriza dan (+M) dengan mikoriza.

Status pH tanah awal tanaman adalah 4.4. Penurunan status pH tanah terjadi setelah 60 hari pertumbuhan baik pada kompartemenIndigoferadan Hotong (-M) dan (+M) dari rata-rata 4.23 pada kompartemen Indigofera dan 4.26 pada kompartemen Hotong. Status N total tanah pada umur 60 hari dan 90 hari meningkat jika dibandingkan dengan status tanah awal . Status N tanah dalam

bentuk N-NH4+ terlihat meningkat dari umur 60 hari ke umur 90 hari pada kedua kompartemen Indigofera dan Hotong (-M) dan (+M), sebaliknya status N tanah dalam bentuk N-NO3- menurun. Nitrogen tersedia dalam bentuk N-NH4+ terlihat lebih tinggi pada kompartemenIndigofera dan Hotong (+M), sedangkan N-NO3 -pada kompartemen Indigofera(+M) pada kompartemen Hotong lebih tinggi dan N-NO3- pada kompartemen Hotong (+M) lebih rendah pada umur 90 hari.

Pembahasan

Dokumen terkait