• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan September sampai November 2005.

Bahan dan Alat

Hewan percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah wirok kecil (Bandicota bengalensis) yang berasal dari penangkapan di sekitar Kampus Darmaga Institut Pertanian Bogor. Wirok yang digunakan sebanyak 8 ekor, sehat dan tidak bunting. Wirok tangkapan dari lapang dipelihara di Laboratorium Vertebrata Hama selama 3 hari denga n diberi pakan gabah dan nasi putih selama proses pemeliharaan.

Pakan

Pakan yang digunakan terdiri dari 3 kelompok yaitu: 1. Pakan standar

Pakan standar merupakan bahan yang biasa dijadikan pakan tikus untuk percobaan di laboratorium dan diberikan sebagai umpan dalam kondisi mentah. Pakan standar yang digunakan pada penelitian ini adalah beras dan gabah.

2. Makanan manusia

Pakan ini merupakan bahan yang diberikan sebagai pembanding terhadap pakan standar berupa makanan yang biasa dikonsumsi oleh manusia dan dapat menjadi sisa atau sampah organik yang merupakan sumber pakan bagi B. bengalensis di habitat aslinya. Pakan ini terdiri dari 5 bahan makan yang berbeda, yaitu: Ayam goreng, ikan tongkol, telur goreng, jagung manis, dan kelapa tua.

15

3. Pakan ternak

Pakan ini merupakan bahan yang biasa dijadikan pakan untuk ternak dan merupakan bahan yang biasa disimpan di gudang. Pakan yang digunakan sebagai umpan berupa pelet apung, gandum, dan jagung pipilan.

. Rodentisida

Rodentisida yang digunakan merupakan gabunga n dari dua tipe bahan aktif rodentisida, yaitu racun akut dan kronis. Untuk racun akut, rodentisida yang digunakan berbahan aktif seng fosfida, sedangkan racun kronis yang digunakan adalah berbahan aktif brodifakum, warfarin, kumatetralil dan flokumafen.

Kandang

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan dan perlakuan ini terbuat dari aluminium berukuran 50 cm x 50 cm x 40 cm (p x l x t). Masing-masing kandang dilengkapi dengan tempat minum, tempat umpan, dan bumbung untuk tempat bersembunyi.

Metode Persiapan umpan

1. Beras yang digunakan adalah beras yang biasa dijual di toko dan telah dibersihkan dari gabah dan kotoran.

2. Gabah yang digunakan merupakan gabah yang biasa dijual di toko penjual pakan ternak.

3. Jagung pipilan yang digunakan merupakan jagung dengan kadar air 14% dan telah ditumbuk terlebih dahulu sehingga dalam keadaan hancur.

4. Jagung manis diperoleh dari pedagang sayuran yang berada di sekitar Kampus Darmaga Institut Pertanian Bogor.

5. Ikan tongkol yang digunakan adalah ikan tongkol yang telah dipotong persegi dan didapat dari penjual sayuran di sekitar Kampus Darmaga

6. Telur goreng yang digunakan adalah telur ayam negeri dan digoreng dengan menggunakan minyak goreng.

16

7. Gandum yang digunakan berasal dari penjual pakan unggas.

8. Pelet apung yang digunakan adalah pelet untuk pakan ikan. Umpan ini berbentuk bulat dan berwarna coklat.

9. Ayam goreng diolah dengan cara melumuri daging ayam dengan tepung bumbu kemudian direndam dalam minyak goreng yang telah dipanaskan. Proses menggoreng selesai setelah ayam mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan atau kuning, biasanya penggorengan dilakukan selama 15 menit.

10. Kelapa yang digunakan adalah kelapa tua yang telah dapat diambil santannya dan telah dipisahkan dari tempurung kelapa.

Pengujian Umpan

Pengujian umpan dilakukan untuk mendapatkan jenis umpan yang disukai oleh wirok, baik dari pakan standar, makanan manusia, maupun pakan ternak. Umpan yang digunakan adalah beras, gabah, gandum, jagung pipilan, jagung manis, telur goreng, ayam goreng, ikan tongkol, kelapa tua, dan pelet ikan.

Sebelum diberi perlakuan, wirok ditimbang untuk menentukan perubahan bobot tubuh dan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan sesuai dengan rumus:

? Pakan = 10% x bobot tubuh

Setelah diperoleh bobot tubuh dan jumlah pakan yang akan diberikan, maka untuk masing-masing pakan ditimbang sesuai hasil perhitungan. Penempatan pakan diletakkan secara terpisah dan acak dalam tempat umpan bersekat. Pengujian umpan dilakukan dengan metode tanpa pilihan (”no-choice test”) selama 10 hari berturut-turut dan dilakukan sebanyak 2 putaran. Pada setiap hewan uji, pakan ditimbang dan diganti setiap hari. Setelah uji tanpa pilihan, kemudian dilanjutkan dengan uji pilihan (”choice test”), dengan diberikan 10 jenis umpan yang diuji secara bersamaan. Pengujian dengan pilihan ini dilakukan selama tiga hari berturut-turut.

17

Sebagai kontrol digunakan pakan wirok dari kelompok makanan manusia yang ditempatkan di luar kandang. Kontrol diperlukan untuk mengetahui penyusutan kadar air dari pakan tersebut. Kontrol ini juga ditimbang dan diganti setiap hari.

Pengamatan pada pengujian umpan ini adalah:

1. Tingkat konsumsi setiap jenis umpan pada pengujian tanpa dan dengan pilihan

2. Bobot wirok yang dilakukan 4 kali penimbangan, yaitu sebelum hari pertama perlakuan umpan dan setiap akhir putaran perlakuan. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat perubahan bobot wirok pada setiap perlakuan.

Pengujian Rodentisida

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui jenis rodentisida yang menarik bagi wirok untuk dikonsumsi. Dari hasil pengujian umpan (tanpa dan dengan pilihan) ditentukan jenis umpan yang paling disukai oleh wirok, kemudian dalam aplikasinya dicampur dengan rodentisida akut (seng fosfida) Gambar 1 dan 2, dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

Σ Rodentisida = 1% x jumlah umpan x 10% bobot tubuh

Untuk rodentisida racun kronis, pemberian dilakukan secara langsung tanpa pencampuran dengan racun karena rodentisida ini diformulasikan dalam bentuk siap pakai (”ready to use”). Pengamatan pada pengujian rodentisida ini adalah:

1. Jumlah rodentisida yang dikonsumsi pada semua perlakuan dilakukan dengan cara menimbang bobot awal dan akhir dari rodentisida akut dan kronis.

2. Otopsi pada wirok yang mati akibat rodentisida untuk diamati bagian tubuh yang rusak karena proses peracunan.

3. Bobot wirok

Umpan yang telah dicampurkan dengan racun seng fosfida dan siap digunakan pada percobaan dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

18

Gambar 1 Jagung ma nis dicampur Gambar 2 Beras dicampur seng seng fosfida fosfida

Konversi Data

Data yang diperoleh pada setiap perlakuan kemudian dilakukan konversi konsumsi ke 100 g bobot tubuh wirok. Untuk kontrol umpan yang berasal dari makanan manusia dilakukan penghitungan penyusutan kadar air dengan rumus:

Bobot awal – Bobot akhir

% penyusutan = --- x 100% Bobot awal

Setelah dilakukan penghitungan persentase penyusutan, kemudian dilakukan penghitungan konversi bobot konsumsi ke 100 g bobot tubuh wirok. Konversi dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Bobot konsumsi

Konversi Konsumsi (KK) = --- x 100 Bobot rerata wirok

19

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengama ti preferensi umpan dan rodentisida adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 10 perlakuan dan 8 ulangan. Perbandingan nilai tengah perlakuan diuji lebih lanjut dengan Uji Selang Ganda Duncan dengan taraf a= 5% dan1% dengan program SAS for Windows V.6.12.

Dokumen terkait