• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wirok Kecil (Bandicota bengalensis)

Wirok kecil (Bandicota bengalensis) termasuk dalam Ordo Rodentia, Famili Murinae, Subfamili Murinae, dan Genus Bandicota. Dalam genus ini terdapat 3 spesies yaitu B. indica, B. bengalensis, dan B. savilei. Ketiga spesies tersebut memiliki ukuran tubuh dan daerah penyebaran yang berbeda.

Ciri morfologi dari wirok kecil (B. bengalensis) adalah tekstur rambut panjang dan kasar, bentuk hidung kerucut terpotong, badan berbentuk silindris dan membesar pada bagian belakang, rambut tubuh berwarna hitam pada bagian dorsal dan ventral sampai bagian ekor, berat tubuh 200-400 g, panjang total 400-500 mm, betina memiliki 3 + 3 pasang puting susu. Wirok termasuk hewan terestrial yang dicirikan dengan ekor pendek relatif terhadap kepala dan badan, serta tonjolan pada telapak kaki yang relatif kecil dan permukaannya halus (Priyambodo 2003).

Penyebaran wirok kecil sangat luas mulai dari Pakistan, sampai India, Bangladesh, Myanmar, Sumatera, dan Jawa. Habitat asli B. bengalensis adalah hutan rimba dan pepohonan oak (Walker 1999). Namun wirok telah menjadi hama di permukiman dengan habitat utama adalah gudang, perumahan manusia, saluran pembuangan di perumahan (got) (Priyambodo 2003).

Kerugian yang dapat ditimbulkan akibat keberadaan wirok pada habitat permukiman adalah kerusakan pada bangunan fisik rumah, kantor, gudang, dan pabrik, serta berkurangnya simpanan bahan makanan di rumah dan gudang makanan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh wirok lebih besar daripada jumlah yang dikonsumsinya, karena cara makan wirok yang sedikit-sedikit pada beberapa bagian. Selain itu, wirok dapat juga menyebabkan kontaminasi pada bahan makanan oleh rambut, feses, dan urine. Wirok yang mati menimbulkan bau tidak sedap dan dapat menghambat saluran pembuangan. Perilaku wirok tidak memanjat tetapi aktif menggali tanah. Wirok membuat liang di dalam tanah mencapai panjang 10 meter, dengan garis tengah liang 7-8 cm. Aktivitas wirok yang tinggal di pekarangan (menggali tanah) dapat merusak rumput di taman,

4

tanaman hias, pohon buah-buahan, bahkan pohon pelindung di jalan (Priyambodo 2005). Wirok merupakan perenang dan penyelam yang baik. B. bengalensis sering merusak saluran pembuangan (got) dan pipa saluran. Selain itu wirok juga dapat menyebabkan rusaknya pondasi bangunan atau jalan dan trotoar (Lund 1994).

Selain menyebabkan kerugian di bidang pertanian dan permukiman B. bengalensis juga dapat menjadi vektor penyakit pada manusia seperti: Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira autumnalis dan L. javanica, rickettsial, pes, salmonellosis, dan rabies (Priyambodo 2003).

Perilaku Makan

Walaupun sudah mengetahui letak dan jenis pakan yang disukai, wirok akan tetap mencium dan mencicipi semua pakan yang tersedia lebih dahulu sebelum dimakan. Wirok mencium dan mencicipi terlebih dahulu semua pakan mulai dari yang disukai sampai pada pakan yang kurang disukai baru kemudian wirok mengkonsumsi pakan yang tersedia. Wirok cenderung langsung mengkonsumsi pakan yang disukai, namun tetap waspada terhadap pakan yang kurang disukai. Peningkatan aktivitas makan wirok diikuti dengan frekuensi minum yang tinggi. Meskipun aktivitas makan dan bergerak wirok berkurang, wirok tetap membutuhkan air minum yang relatif banyak untuk memenuhi kebutuhan mineral dalam tubuhnya (Nugraha 2004).

Pengelolaan Wirok

Wirok menjadi hama serius pada pemukiman manusia karena memiliki kemampuan reproduksi tinggi dan tahan terhadap gangguan lingkungan serta dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang dibuat manusia. Menurut Lund 1994 rerata kemampuan reproduksi wirok 5,9 anak per betina atau 43 anak per betina per tahun.

Metode pengendalian secara mekanis sering digunakan untuk mengendalikan wirok di Indonesia. Untuk mengendalikan populasi wirok,

5

biasanya masyarakat melakukan perburuan. Selain dengan perburuan metode pengendalian yang sering dilakukan dengan pemasangan perangkap, fumigasi, dan pemberian racun (Priyambodo 2003).

Pengendalian kimia adalah metode yang sering digunakan dalam pengendalian wirok. Metode ini berupa penggunaan umpan beracun (akut dan kronis), repelen kimia, atraktan, dan fumigasi. Umpan yang digunakan sebagai umpan beracun harus memenuhi syarat yaitu: Menarik bagi wirok, tidak menarik bagi hewan lain yang bukan sasaran, mudah didapat, dan mudah dicampurkan dengan racun. Fumigasi adalah peracunan tikus beserta ektoparasitnya dengan menggunakan gas beracun. Racun fumigan umumnya bersifat biosida (membunuh semua makhluk hidup). Repelen adalah bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengusir tikus. Bahan atraktan adalah bahan kimia yang dapat menarik tikus melalui bau yang ditimbulkannya dan bukan bahan yang bersifat penyedap (Priyambodo, 2003).

Pakan Beras

Beras merupakan bagian dari buah tanaman padi (Oryza sativa L). Buah padi atau gabah yang dikupas akan menghasilkan beras pecah kulit, apabila beras pecah kulit tersebut disosoh maka akan diperoleh beras giling. Beras giling inilah yang biasanya dikonsumsi. Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber energi karbohidrat. Zat-zat gizi yang terkandung di dalam beras sangat mudah dicerna oleh tubuh, sehingga beras memiliki keunggulan sebagai penyedia energi yang tinggi dibanding dengan bahan makanan lainnya. Beras juga mengandung asam amino esensial diantaranya yang paling banyak adalah valine dan leusin, sedangkan lisin merupakan asam amino yang paling rendah. Kandungan protein dalam beras adalah 6,7%, dan setelah dimasak proteinnya dapat turun menjadi hanya 2% (Tasar 2000). Menurut Riana 2000 nutrisi yang terkandung dalam beras per 100 g adalah protein 6.5 g, energi 358 kkal, lemak 0.52 g, karbohidrat 79.15 g, kalsium (Ca) 3 mg, dan besi (Fe) 4.23 mg.

6

Beras merupakan salah satu makanan pokok sebagian besar penduduk dunia, jumlah produksi beras pertahun menempati urutan kedua setelah gandum. Gabah

Gabah adalah bulir padi. Biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Asal kata gabah dari bahasa Jawa “gabah”. Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah padi, sekaligus biji. Buah padi bertipe bulir atau caryopsis, sehingga pembedaan bagian buah dan biji sukar dilakukan. Gabah kering simpan me ngandung kadar air maksimal 14% (Wikipedia 2000a)

Gandum

Gandum (Triticum spp.) adalah tergolong dalam Famili Graminae yang ditanam di seluruh dunia. Gandum merupakan tanaman sereal terbesar. Gandum merupakan bahan makanan yang digunakan untuk menghasilkan tepung berkualitas tinggi (wikipedia 2000b).

Jagung Manis

Kandungan nutrisi jagung manis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan zat gizi jagung manis per 100 g berat yang dimakan

Zat gizi Jumlah

Energi 96 kkal Protein 3,5 g Lemak 1,0 g Karbohidrat 22,8 g Kalium 3,0 mg Fosfor 111,0 mg Besi 0,7 mg Vitamin A 400 SI Vitamin B 0,15 mg Vitamin C 12 mg Air 72,7 g

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1979 dalam Anonim

Jagung manis (Zea mays) merupakan tanaman berumah satu, letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk Famili Poacea dan Genus Zea (Muhadjir 1988). Tinggi tanaman jagung manis tidak banyak berbeda dengan jagung biasa. Secara fisik dan morfologi jagung manis

7

sulit dibedakan dengan jagung biasa. Komponen dasar biji jagung secara kimia terdiri atas karbophidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Jagung manis memiliki nilai gizi yang berbeda dengan jagung biasa. Kadar gula pada jagung manis 5 – 6% dan kadar pati 10 – 11% (Anonim).

Jagung Pipilan

Kandungan nutrisi jagung pipilan per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi kimia dan zat gizi jagung kuning pipilan per 100 g

Komponen Jumlah Energi 307 kkal Protein 7,90 g Lemak 3,40 g Karbohidrat 63,60 g Ca 148 mg Fe 2,10 mg Air 14 % Vitamin B1 0,33 mg Wikipedia 2000

Jagung pipilan merupakan jagung yang dipanen tua dan biasa digunakan sebagai pakan ternak. Jagung dipanen dalam bentuk bertongkol dengan kadar air 40 % dan diturunkan sampai 12 %. Penurunan kadar air dapat dilakukan dengan penjemuran. Setelah jagung bertongkol cukup kering, dilakukan pemipilan (pelepasan biji dari tongkol). Pemipilan dapat dilakukan secara ma nual dengan menggunakan alat sederhana atau alat mekanis.

Biji jagung terdiri dari kulit ari, lembaga, dan endosperma. Sebagian besar pati (85%) terdapat pada endosperma. Pati terdiri dari raksi amilopektin (73%) dan amilosa (27%). Serat kasar terutama terdapat pada kulit ari. Komponen utama serat kasar adalah hemiselulosa (41,16%). Gula terdapat pada lembaga (57%) dan endosperma (15%). Protein sebagian besar terdapat pada endosperma. (Wikipedia 2000a).

8

Pelet ikan

Sekarang ini banyak dipergunakan makanan tambahan untuk dibuat bahan makanan ternak, baik hewani maupun nabati dan bahan-bahan makanan lainnya, yang telah dijadikan adonan seperti pasta kemudian dicetak kering sebagai potongan pelet.

Istilah ”pelet” digunakan untuk menyatakan bentuk yang tidak berupa tepung maupun butiran, melainkan bentuk potongan-potongan pipa (Asmawi 1983).

Ikan Tongkol (Auxis spp)

Ikan tongkol tergolong Famili Scombridae. Bentuk tubuh seperti cerutu dengan kulit yang licin. Sirip dada melengkung dan di belakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip tambahan yang kecil-kecil (Djuhanda 1981). Jenis-jenis ikan tongkol terdapat mulai dari Laut Merah, terus ke Laut India, Malaysia, dan Indonesia dan sekitarnya dan juga terdapat di laut-laut tropika dan beriklim sedang. Ikan tongkol merupakan salah satu sumber protein hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung protein yang cukup dan mineral yang tinggi.

Telur Ayam

Kandungan nutrisi dalam telur ayam dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kandungan zat- zat dalam telur ayam (%)

Komponen Jumlah Kalori 173 kkal Protein 13 g Lemak 13 g Kolesterol 550 g Vitamin A 660 mg Vitamin B 0,4 mg Vitamin B12 1,8 mg

9

Telur ayam adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bergizi tinggi karena mengandung zat–zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti asam amino yang lengkap dan seimbang serta mudah dicerna oleh tubuh. Menurut Anggoradi (1985) telur mempunyai kandungan gizi yang tinggi karena di dalamnya terkandung protein, lemak, mineral, dan nutrisi lainnya. Kolesterol dalam telur berguna untuk membentuk garam-garam empedu yang diperlukan bagi pencernaan lemak yang berasal yang berasal dari pangan dan diperlukan sebagai komponen pembentukan hormon seksual.

Daging Ayam

Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan yang berasal dari ternak yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Daging ayam mengandung protein yang mudah diolah, dicerna, dan mempunyai cita rasa yang enak sehingga disukai bayak orang (Tursadi 1994). Asam-asam amino yang menyusun daging ayam adalah lengkap dan seimbang. Disamping itu juga kaya akan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Kandungan kolesterol daging ayam broiler rendah dan kaya vitamin B dan mineral sehingga sangat diperlukan untuk kesehatan sistem syaraf dan pertumbuhan. Pada daging ayam, kandungan lemaknya lebih tinggi daripada telur tetapi komposisinya sebagian besar terdiri dari asam lemak tak jenuh ganda yang penting bagi penyakit jantung koroner. Kandungan nutrisi pada daging ayam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kandungan zat- zat dalam daging ayam (%) Komponen Jumlah (%)

Kalori 302 kkal Protein 18,2 g

Lemak 25 g

Karyadi dan Hermana 1992

Daging ayam dapat diolah dengan berbagai cara untuk mendapatkan cita rasa yang diinginkan. Berbagai hasil olahan dari ayam adalah ayam goreng, gulai ayam, ayam rendang, ayam bakar, dan masih banyak cara pengolahan lainnya.

10

Kelapa

Komposisi nutrisi yang terkandung pada buah kelapa tua dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi kimia daging buah kelapa tua per 100 g bahan Kandungan gizi Jumlah

Kalori 359 kkal Protein 3,4 g Lemak 34,7 g Karbohidrat 14 g Kalsium 21 mg Air 46,9 g

Direktorat Gizi Depkes R.I 1981 dalam Rumokoi 1993

Sampai saat ini daging buah kelapa tetap dianggap sebagai bagian kelapa yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Selain sebagai bahan baku kopra dan minyak kelapa, daging buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk antara lain santan kelapa, kelapa parut kering, selai kelapa, keripik dan lain-lain. Produk-produk kelapa ini memerlukan bahan baku kelapa dengan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat daging kelapa ditentukan oleh senyawa atau komposisi kimia penyusun daging kelapa tersebut. Komposisi daging kelapa selain ditentukan oleh umur buah juga dipengaruhi oleh jenis kultivar kelapa. Daging buah kelapa mengandung protein yang bernialai gizi tinggi, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah yang cukup tinggi (Rumokoi 1993).

Rodentisida

Rodentisida Akut

Rodentisida akut merupakan rodentisida yang dapat menyebabkan kematian pada hewan sasaran dalam waktu singkat, biasanya 24 jam atau kurang. Menurut Buckle 1996 rodentisida akut dapat menyebabkan kematian setelah mencapai

11

dosis letal dalam waktu 24 jam. Rodentisida akut merupakan racun yang sangat berbahaya sehingga dibatasi keberadaannya di beberapa negara.

Seng Fosfida

Seng fospida berbentuk tepung yang berwarna kelabu kehitaman, dengan bau seperti bawang putih. Seng fosfida diproduksi dengan cara mengarahkan kombinasi antara seng dengan fosfor. Seng fosfida telah dikenal sejak dulu sebagai racun tikus yang efektif, dapat tercampur dalam karbon disulfida dan benzena, tetapi tidak dapat larut dalam alkohol dan air. Bahan aktif seng fosfida menghasilkan fosfin yang dapat merusak saluran pencernaan (Lund 1994), masuk ke aliran darah dan menghancurkan lever. Menurut Corrigan 1997 tikus yang mati karena mengkonsumsi rodentisida seng fosfida akan mengalami kerusakan pada bagian hati dan mengalami gagal ginjal.

LD50 seng fosfida terhadap tikus rumah adalah 45.7 mg/kg sedangkan untuk tikus riul (R. norvegicus) adalah 35-48 mg/kg. Burung juga sangat sensitif terhadap racun ini. Racun akut ini telah digunakan secara luas terhadap tikus (Corrigan 1997).

Rodentisida Kronis

Rodentisida kronis atau antikoagulan merupakan rodentisida yang bekerja lambat. Gejala keracunan akibat konsumsi rodentisida ini akan terlihat dalam waktu yang cukup lama yaitu lebih dari 24 jam (Meehan 1984). Bahan aktif yang digunakan dalam rodentisida kronis adalah brodifakum, bromadiolon, kumatetralil, flokumafen, dan warfarin.

Brodifakum

Rodentisida ini merupakan rodentisida generasi kedua yang paling potensial untuk mengendalikan tikus dan mencit yang sudah kebal terhadap racun jenis lain. Rodentisida ini tidak larut dalam air. LD50 untuk tikus adalah 0.27 mg/kg, dan untuk mencit 0.4 mg/kg. Menurut Buckle 1996 brodifakum dengan konsentrasi 0,005% dapat menyebabkan 100% kematian mencit setelah satu hari perlakuan

12

baik yang rentan maupun kebal terhadap warfarin. Racun ini memiliki cara kerja mengganggu kerja vitamin K dalam proses pembekuan darah. Hewan pengerat dapat menyerap dosis yang mematikan dengan hanya 50 mg/ kg bahan aktif (Oudejans 1991).

Brodifakum bekerja sebagai antikoagulan yang tidak langsung terhadap tikus, termasuk juga terhadap strain yang tahan terhadap antikoagulan jenis lainnya. Rodentisida ini dapat membunuh jika hewan pengerat menyerap dosis yang mematikan dengan hanya 50 mg/ kg umpan sebagai bagian dari pakannya.

Warfarin

Warfarin merupakan rodentisida antikoagulan dan pertama kali digunakan di Amerika pada tahun 1952. Warfarin digunakan untuk mengendalikan tikus di perumahan, pertanian, dan perindustrian. Warfarin merupakan umpan siap pakai dan larut dalam air. Rodentisida ini sedikit berbahaya bagi manusia dan binatang peliharaan. Cara kerja ini mengakibatkan pembekuan darah sehingga peredaran darah terhambat. Warfarin efektif dan tidak berbau pada dosis rendah. Pengendalian dengan rodentisida ini tidak cepat, umumnya diperlukan waktu satu satu minggu setelah aplikasi baru dapat terlihat hasil terhadap pengurangan populasi tikus (Prakash 1988). LD50 yang dianjurkan adalah 323 mg/kg untuk tikus jantan dan 58 mg/kg untuk tikus betina (Wikimedia 2000d).

Flokumafen

Flokumafen merupakan senyawa kimia yang sama dengan brodifakum, tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol, dan larut dalam aseton. Senyawa ini direkomendasikan penggunaannya dengan konsentrasi 0,005% pada umpan beracun. Cara kerja dari racun ini adalah mengganggu metabolisme vitamin K dan mengganggu sistem pembekuan darah.

LD50 untuk R. norvegicus 0,4 mg/kg, untuk R. rattus 0.25 mg/kg, dan untuk mencit 0.8 mg/kg. Flokumafen sebagai racun antikoagulan generasi kedua yang potensial (Buckle 1996). Rodentisida ini dapat mengakibatkan kematian pada

13

burung sehingga penggunaannya ilegal di Inggris. Bentuk fisik racun ini adalah bentuk padatan seperti buah petai berwarna biru.

Kumatetralil

Kumatetralil merupakan rodentisida produk Jerman dan telah digunakan bertahun-tahun untuk mengendalikan hewan pengerat. Meskipun toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan warfarin tetapi dilaporkan efektif untuk mengendalikan R. norvegicus. Kumatetralil berbentuk bubuk kristal berwarna putih kekuningan, tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam aseton dan ethanol.

Rodentisida ini merupakan suatu anti-koagulan yang tidak menyebabkan jera umpan. LD50 sub kronis untuk R. norvegicus 16.5 mg/kg, tikus betina sedikit lebih peka dibanding tikus jantan (Prakash 1988) dan tikus rumah (R. rattus) adalah 0.3 mg/kg (Sikora 1981). Kumatetralil merupakan beras yang dilapisi racun, berwarna biru.

III. BAHAN DAN METODE

Dokumen terkait